PEPTIKUM
Dosen : NS. MASJANIFAH, S.Kep
DI SUSUN OLEH :
1. Gilang Guswara
2. Nurga Helmiansyah
3. Novitasari
4. Ari Pratama
5. Iss Ismianti
SR132070037
SR132070095
SR132070094
SR1320700
SR132070032
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Ulkus
Peptikum. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Sistem Pencernaan di STIK Muhammadiyah Pontianak.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
BAB II Pembahasan
2.1 Sejarah dan Definisi Ulkus Peptikum
13
14
2.5 Komplikasi
15
17
20
Daftar Pustaka
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri di ulu hati adalah tanda khas dari penyakit ini dan gejala ini pasti sering
didengar. Lambung sebagai reservoir/lumbung makanan berfungsi menerima
makanan/minuman, menggiling, mencampur dan megosongkan makanan ke dalam
duodenum. Karena sering berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obatobatan maka lambung akan mengalami iritasi kronis dan menjadi tukak/ulkus. Secara definisi
ulkus peptikum adalah rusaknya atau hilangnya jaringan mukosa sampai lamina propria
(meluas ke bawah) pada berbagai saluran pencernaan makanan yang terpajan cairan asam
lambung, yaitu oesophagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi juga
jejunum. Namun, penyakit ini timbul terutama pada duodenum dan lambung.
Lambung sebagai reservoir makanan berfungsi menerima makanan/minuman,
menggiling,mencampur, dan mengosongkan makanan ke dalam duodenum. Lambung yang
selalu berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami
iritasikronik. Lambung sebenarnya terlindungi oleh lapisan mucus, tetapi oleh karena
beberapafactor iritan seperti makanan, minuman, dan obat-obatan anti inflamasi non-steroid
(NSAID),alcohol dan empedu, yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa dan terjadi
difusi balik ion H+.
sehingga timbul gastritis akut/kronik atau ulkus gaster. Dengan ditemukannya kuman
H. pylori pada kelainan saluran cerna, saat ini dianggap H. Pylori merupakan penyebab
utamaulkus gaster, di samping NSAID, alcohol dan sindrom Zollinger Ellison yang
menyebabkanterjadinya peningkatan produksi dari hormon gastrin sehingga produksi
sehingga produksi HCL pun turut meningkat.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari Ulkus peptikum ?
1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi lambung
1.2.3 Apa etiologi dari Ulkus peptikum ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Ulkus peptikum ?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis pasien yang mengalami Ulkus peptikum ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan pada Ulkus peptikum ?
1.2.7 Bagaiman pemeriksaan penunjang pada Ulkus peptikum ?
1.2.8 Bagaimana komplikasi pada Ulkus peptikum?
1.2.9 Bagaimana Rencana Keperawatan padaa pasien yang mengalami Ulkus peptikum ?
1.3Tujuan Penulisan
Agar Mahasiswa Mengetahui dan menjelaskan apa itu ulkus peptikum, cara
menanganinya dan bagaimana Rencana keperawatannya.
BAB II
Pembahasan
(tukak) yang terdapat pada bagian bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian atas
(first portion of the duodeum). Mungkin juga dijumpai tukak di yeyenum, yaitu penderita
yang mengalami gastroyeyenostomy. (Sujono Hadi, 1999: 204).
Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan itu
sendiri .
Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat.
Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau
sering disebut duodenum.
Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni :
1. Mucosa.
2. Submucosa.
3. Muscularis.
4. Serosa.
1. Mucosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim,
asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar
perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung yang
dapat dikeluarkan.
2. Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk
menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang
diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut.
3. Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan
ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong.
Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan
4. Gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di
dalam lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan
pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya
gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.
6
Di lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu :
Sel goblet (goblet cell).
Sel parietal (parietal cell).
Sel chief (chief cell).
1. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar
sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung.
2. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang
berguna dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi 1.5
mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman dalam lambung mencapai pH 2.
3. Sel chief berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk
tidak aktif. Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak
mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel
tersebut.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan
getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan
menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI),
pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan
mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.
Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan.
Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai
kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna
oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam
lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.
HCl(Asam Klorida) merupakan enzim yang berguna untuk membunuh kuman dan bakteri
pada makanan.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti
bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur
pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah
ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.
Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika
tersentuh kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan
membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang,
pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun.
Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka.
Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya.
Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan
tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.
Pada lambung terdapat kelenjar oksintik (bahasa Inggris: oxyntic gland) yang memproduksi
hormon GHS. Hormon lain yang disekresi antara lain adalah GHIH.
fungsi lambung : sebagai tempat penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan cairan
lambung ( kimus/ makanan yg bercampur dg sekret lambung ) ke duodenum.
Fungsi Motorik
Fungsi Pencernaan
Fungsi reservoir
Penyimpanan
Pencernaan protein
makanan s/d sedikit
demi
sedikit
dicernakan
dan
bergerak ke saluran
cerna
Pencernaan
protein
oleh pepsin dan HCL
dimulai
saat
ini,
sdgkan
KH
dan
Lemak dlm lambung
sgt kecil
Fungsi mencampur
Memecahkan
Sintesis
dan
makanan
mjd pelepasan gastrin
partikel2 kecil yg di
campur dg getah
lambung/HCL
melalui
kontraksi
otot yg mengelilingi
lambung
Fungsi
pengosongan
lambung
Diatur
oleh Sekresi F intrinsik
permukaan sfingter
pilorus
yg
dipengaruhi
oleh
viskositas,
keasaman, volume
dan di atur oleh
Sekresi mukus
saraf dan hormonal
Mremungkinkan
absobsi vit B2 dari
usus halus bagian
distal
Membentuk selubung
yg
melindungi
lambung dan sbg
pelumas shg mkanan
mdh di angkut
Lambung memproduksi kimus yg merupakan material yg terdiri atas :cairan perekat, asam
kuat dan komponen pencerna makan
Ada 3 fase kerja lambung yg dipengaruhi oleh sekresi kimus:
Fase sefalik mempersiapkan lambung dr kedatangan makanan durasi sangat pendek (dalam
menit)
mekanisme : neural melalui serabut preganglion nervus vagus dan sinap sinap di dalam
pleksus sub mukosal
aksi : meningkatkan vol lambung, stimulasi mukus, enzim2, produksi asam dan pelepasan
gastrin oleh sel2 G
8
2. Fase gaster : memulai pengeluaran sekresi dari kimus permulaan digesti protein oleh
pepsin
Durasi : 3-4 jam
Terjadi pelepasan gastrin oleh sel sel G dan pelepasan histamin oleh sel mast sbg proteksi thd
reaksi antigen antibody dari beberapa makanan tertentu
Meningkatkan produksi asam dan pepsinogen meningkatkan motilitas dan proses
penghancuran material
Fase intestinal : mengontrol pengeluaran kimus ke duodenum
Durasi : lama ( berjam-jam)
Stimulasi dari CCK, GIP,
Umpan balik dlm menghambat asam lambung, pepsinogen dan pengurangan motilitas
lambung.
Oleh karen itu, dapat disimpulkan bahwa ulkus peptikum dapat disebbaakan oleh salah dari
dua jalur yaitu
1. Sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung atau
2. Berkurangnya kemampuan sawar mukosa gastroduedenalis untuk berlindung
dari sifat pencernaan dari kompels asam-pepsin.
Penyebab Khusus
1. Infeksi bakteri H. Pylori
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus peptikum
menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa lambung, dan bagian mukosa duodenum
oleh bakteri H. Pylori. Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat berlangsung seumur hidup
kecuali bila kuma diberantas dengan pengobatan antibakterial. Lebih lanjut lagi, bakteri
mampu melakukan penetrasi sawar mukosa. baik dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk
menembus sawar maupun dengan melepaskan enzim-enzim pencernaan yang mencairkan
sawa. akibatnya, cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh lambung dapat
berpenetrasi ke dalam jaringan epitelium dan mencernakan epitel, bahkan juga jaringan di
sekitarnya. keadaan ini menuju kepada kondisi ulkus peptikum.( Sibernagl,2007).
2. Peningkatan sekresi asam.
Pada kebanyak pasien yang menderota ulkus peptikum dibagian awal duodenum,
jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan sering dua kali lipat dari
normal. Walaupun setengah dari peningkatan asam ini mungkin disebbakan oleh ingeksi
bakteri, percobaan pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi asam
lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi
cairan lambung yang berlebihan ( Guyton, 1996). Predisposisi peningkatan sekresi asam di
antaranya adalah faktor psikogenik seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan
merokok.
3. Konsumsi obat-obatan.
Obat-obat seperti OAINS/obat anti-Inflamasi nonsteroid seperti Indometasin,
Ibuprofen, Asam Salisilat mempunyai efek penghambatan siklo oksigenase sehingga
menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat secara sistemuk termasuk pada
epitel lambung dan doudenum. Pada sisi lain, hal ini juga menurukan sekresi HCO3 sehingga
memperlembah perlindungan mukosa (Sibernagl,2007). Efek lain dari obat ini merusak
mukosalokal melaui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa. Obati ini juga berdampakan
terhadap agregasi trombosit sehingga akan meningkatkan bahaya perdarahan ulkus (
Kee,1995).
4. Stres fisik
Yang Disebabkan oleh syok,luka bakar,sepsis,trauma,pembedahan,gagal napas, gagal
ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat ( Lewis,2000 ). Bila kondisi stres fisik ini berlanjut,
maka kerusakaan epitel akan meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah.
5.Reflus usus-lambung
10
Dengan materi garam empedu dan enzim pankreas yang berlimbah dan memenuhi
permukaan moksa dapat menjadi predisposisi kerusakan epitel mukosa.
Faktor-Faktor di atas menyebabkan kerusakan epitel mulai dari erosi yang berlanjuta pada
uolkus akut, kemudian ulkus kronis, dan terbentuknya jaringan parut; maka akan terjadi
penetrasi dari seluruh dinding lambung
Ilustrasi Ulkus Pepetikum, meliputi gambaran erosi, ulkus akut dan ulkus kronis pada dinding
lambung ( Lewis, S.M. et al. 2000)
Ilustrasi kerusakan mukosa pada ulkus peptikum. ulkus pada lambung ( kiri ). ulkus pada
doudenum ( Kanan ) ( Rivers
11
12
2. 5 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan
dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi
atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi
terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila
kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang
ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri
biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan
alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul.
Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada
epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan
memberikan tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan
lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa
umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau
pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada
ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat
yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai
akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami
keluhan,
tetapi
mereka
menunjukkan
13
gejala
setelahnya.
2.7 Komplikasi
Komplikasi ulkus peptikum adalah ulkus yang membandel ( Intraktiblitas,
Perdarahan, Perofrasi, dan obstruksi pilorus, Setiap komplikasi ini merupakan indikasi
pembedahan ( Price,1996).
1. Intraktibilitas.
Kompilaksi ulkus peptikum yang paling sering adalah intraktibilias, yang berarti
bahwa terapi medis telah gagal mengatasi gejala-gejala Secara adekuat, Pasien dapat
terganggu tidurnya oleh nyeri, Kehilangan waktu untuk bekerja, memerlukan perawatan di
rumah sakit, atau hanya tidak mampu mengikuti program terapi. Intraktiblitas merupakan
14
alasam tersering untuk anjuran pembedahan. Perubahan menjadi ganas tidak perlu tertalu
dipertimbangkan baik untuk ulkus lambung maupun ulkus duodenum. Ulkus ganas sejak
semula sudah bersifat ganas, paling tidak menurut pengetahuan mutakhir, ulkus yang
memulai perjalanan dengan jinak akan tetap jinak tanpa mengalami degenerasi ganas.
2. Perdarahan.
Perdarahan Merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat sering terjadi,
sedikitnya ditemukan pada 25% kasus selama perjalanan penyaki ( Guyton, 1996). Walaupun
ulkus pada setiap tempat dapat mengalami perdarahan, namun yang tersering adalah di
dinding posterior bulbus duodenum, kerna pada tempat ini dapat terjadi erosai arteria
panreatikoduedenalis atau arteria gastroduedenalis, Gejala-gejala yang dihubungkan dengan
perdarahan ulkus tergantung pada kecepatan kehilangan darah. Kehilangan darah yang ringan
dan Kronik dapat mengakibatkan anemia defiensi besi. Feses dapat positif akan darah samar
atau mungkin hitam dan seperti ter ( Melena ). Perdarahan masif dapat mengakibatkan
hematemesis ( Muntah darah), menimbulkan syok, dan Memerlukan transfusi darah serta
pembedahan darurat.
3. Perforasi.
Kira-Kira 5% dari semua ulkus akan mengalami perforasi, dan komplikasi ini
bertanggung jawat atas sekitar 65% kematian akibat ulkus peptikum ( Price,1995). Ulkus
biasanya terjadi pada dinding anterior duodenum atau lambung karena daerah ini hantai
diliputi oleh peritenuem, Pada Kondisi Klinik, Pasien dengan komplikasi perforasi datang
dengan keluhan nyeri mendadak yang para pada abdoem bagia atas. Dalam beberapa menit
timbul peritonitis kimia akbiat keluarnya asam lambung,pepsin dan makanan yang
menyebabkan nyeri hebat. Kondisi nyeri tersebut menyebabkan pasien takut bergerak atau
bernapas. Auskultasi abdomen menjadi senyap dan saat palpasi, Abdomen mengeras seperti
papan. Perforasi akut biasanya dapat didiagmosis berdasarkan gejala-gejala saja.
Diagnosis dipastikan melalui adanya udara bebas dalam rongga periteneal,dinyatakan
sebagai bulan sabit translunen antara bayangn hati dan diafragma.Udara tentu saja masuk
rongga peritoneal melalui ulksu yang mengalamai perforasi ( Azis, 2008).
4. Obstruksi
Obstruksi pintu keluar lambung akibat peradangan dan edema, pilorespasme,atau
jaringan parut terjadi pada sekitar 5% pasien ulkus peptikum. Obstruksi timbal lebih sering
pada pasien ulkus duodenum, tetapi kadang terjadi bilang ulkus lambung terletakan dekat
dengan sfingter pilorus. Anoreksia, mual, dan kembung setelah makan merupakan gejalagejala yang sering timbul,kehilangan berat badan juga sering terjadi. Bila obstruksi
bertambah berat, dapat timbul nyeri dan muntah ( Mineta,1983).
15
1. Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui
mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi,
bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsy.
Endoskopi gastrointestinal atas. Kiri ke Kanan: Ulkus, lesi black spot lambung,
Infamasi ulkus lambung. ulkus dudodenum, dan ulkus perforasi pada duodenum.
Keuntungan dari endoskopi:
a. Lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan
dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen.
b. Lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan
lambung.
c. Bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
2. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium
swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan
dengan endoskopi.
3. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara
langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur.
Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum
dilakukannya pembedahan.
4. tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa menentukan
adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan
adanya Helicobacter pylori.
16
BAB IV
4.1 Diagnosas Keperawatan
1. Aktual/Risiko Tinggi Syok hipovolemik b.d. penurunan volume darah sekunder
akibat hematemesis dan melena masif
2. Nyeri b.d. iritasi mukosa lambung, kerusakan jaringan pascabedah gastrektomi
3. Kecemasan b.d. adanya nyeri, muntah darah, prognosis penyakit, dan rencana
pembedahan
Monitor TTV
17
Hipotensi
dapat
terjadi
pada
hopivololemia,
hal
tersebut
memberikan manifestasi terlibatnya
sistem
kardiovaskular
dalam
melakukan
kompensasi
mempertahankan tekanan darah.
Peningkatan
frekuensi
napasmerupakan manigestasi dari
kompensasi
respirasi
untuk
mengambil
sebanyak-banyaknya
oksigen, akibat penurunan kadar
hemoglobin sekunder dari penurunan
volume darah.
Hipotermi
dapat
perdarahan masif
terjadi
pada
Monitor status cairan ( Turgor Jumlah dan tipe cairan pengganti darah
kulit,membran mukosa, dan keluaran ditentukan dari keadaan status cairan.
urine).
Penurunan volume darah mengakibatkan
menurunya produksi urine, monitor yang
ketat pada produksi urine <600ml/hati
mruapkan
tanda-tanda
terjadi
syok
hipovolemik.
2.
Nyeri b.d. iritasi mukosa lambung, kerusakan jaringan pascabedah gastrektomi
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam dan 3 x 24 jam pascabedah gastrektomi, nyeri
berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 0 - 1 ( 0 - 4)
- Dapat mengindentikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurnkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah.
Intervensi
Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan teknik
memberikan
pereda
nyeri relaksasi dan terapi nonfarmakologi telah
nonfarmakologi dan noninvasif.
menunjukkan keefektifan dalam mengurangin
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri.
Istirahat
secara
fisiologis
akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal.
Manajemen
lingkungan
:
lingkungan
tenang,batasi
pengunjung, dan istirahatkan
pasien.
18
19
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Makalah yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa Ulkus Peptikum
adalah suatu area yang berlubang yang diterdapat di bagian sistem pencernaan yaitu lambung
yang terjadi di mokusal lambung, pilorus,duodenum,atau esofagus. Yang Penyebab ulkus
peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini
sebagai factor penyebab. Penyebab lain adalah genetik, stres, obat-obatan, alkohol, merokok.
dan Gejala Ulkus peptikum yaitu nyeri,muntah,pedarahan,prosis.
20
DAFTAR PUSAKA
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2013. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Selemba Medika,2013
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Ed. 8.Vol. 3. Jakarta :
EGC
Price, Silvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Volume 1.
Jakarta: EGC
Angel, Carlos A.2006." Peptic ulcer; Surgical Perspective".eMedicine Specialties> Pediatric:
Surgery> General Surgery. Diperbarui Juli 19,2006.
Aziz, Faisal. 2008. "Perforated Peptic ulcer". emedicine Specialties > General Surgery >
Abdomen. Diperbarui: Oktober 8, 2008.
21