Anda di halaman 1dari 15

HUKUM PAJAK

Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Pajak merupakan tax reform pertama, sebelum tax reform
hanya terdapat satu jenis pajak kecuali bea masuk cukai.
Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan penerimaan Negara terbesar.
Berdasarkan Alinea 4 UUD 1945 menyatakan bahwa tujuan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan
dengan pendanaan dan dengan APBN.
Notaris memiliki kaitannya dengan pajak, notaris diminta untuk membantu Negara
mengamankan/memotongkan pajak kliennya dengan cara mengontrol PPh penjual tanah dan
mengontrol PPN Pembeli Tanh. Notaris merupakan subjek pajak dan sekaligus sebagai wajib pajak.
Notaris merupakan subjek pajak yang dapat dikenakan pajak atas penghasilannya. Tapi jika notaris tidak
mempunyai penghasilan maka hanya memenuhi syarat subjektif sehingga termasuk subjek tetapi tidak
perlu membayar pajak.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan secara langsung dan digunakan keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Perpajakan dikelola oleh direktorat jenderal pajak
Penggunaan uang pajak meliputi :

Pembayaran gaji aparatur negara seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia,
dan Polisi Negara Republik Indonesia sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan;
Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Subsidi Listrik, Subsidi Pupuk, Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) atau sejenisnya, Pengadaan Beras Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas);
Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas,
kantor polisi;
Pembiayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan
masyarakat.

Surat paksa adalah sebuah dokumen yang diatur dalam UU No. Penagihan dengan surat paksa yang
memiliki irah-irah. Kekuatan surat paksa sama dengan putusan yang telah in kracht.
Tax treaty adalah perjanjian antar Negara mengenai penghidaran pajak berganda. Perjanjian ini berguna
untuk mengurangi dampak yang buruk terhadap perekonomian. Salah satu unsur ukuran pajak yang baik
yaitu tidak boleh mengganggu distorsi/kelancaran perekonomian. Perjanjian dilaksanakan di masngmasing Negara yang melaksanakan perjanjian. Jadi tax treaty salah satu contoh praktek hukum
internasional. Hukum pajak memiliki implikasi internasional.
PKP adalam Pengsaha Kena Pajak, yang merupakan teminologi dari subjek pajak pertambahan nilai,
orang atau badan yang memiliki kegiatan di mata BPN, subjek pajaknya disebut pengusaha kena pajak.
Perhitungan Pajak meningkat setiap tahun khusus untuk PBB. Selain PBB, tidak meningkat setiap tahun
contohnya PPN, PPh. PBB adalah sudah dialihkan menjadi pajak daerah. Peralihan dilakukan dengan UU

Pajak Daerah dan Retribusi. PBB menjadi pajak daerah, hal ini berkaitan dengan masalah otonomi
daerah.

PENGERTIAN PAJAK
Pajak dalam UU KOP adalah kontribusi atau kewajiban yang harus dibayar kepada Negara oleh warga
Negara atau badan tertentu yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapatkan
imbalan yang secara langsung yang digunakan untuk anggaran belanja Negara dalam rangka
pembangunan dan pemerintahan. Orang ada kecenderungan tidak membayar pajak sehingga
pelaksanaanya harus dipaksa. Pembuatan peraturannya mengenai pajak juga harus melibatkan rakyat
agar peraturan tersebut merupakan hasil kesepatan yang mengikat untuk rakyat.

DASAR HUKUM PAJAK


1. Pasal 23 A UUD 1945, Pungutan Negara yang bersifat memaksa harus diatur dengan UU agar :
- Masyarakat patuh bayar pajak
- Pemerintah tidak sewenang-wenang
- Jelas subjek dan objek pajak
2. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
3. UU No. 36 Tahun 2009 tentang PPh
4. UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN/PPn BM
5. UU PBB
6. UU Bea Materai
7. UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
8. UU APBN
CIRI-CIRI PAJAK
1. Bersifat memaksa
2. Didasarkan dengan UU, yang pembuatan UU melibatkan rakyat agar rakyat dan negara terikat
karena ada hak dan kewajiban dalam UU tersebut. Taxation without the representation is
robbery. Pajak dikenakan besarnya sesuai dengan UU
3. Tidak memberikan imbalan karena pajak bukan satu-satunya sumber penghasilan Negara
Perbedaan Pajak dan retribusi, retribusi dapat dipaksakan tetapi untuk kepentingan ekonomis.
Sedangkan Pajak dipaksakan tetapi untuk kepentingan Negara untuk mewujudkan cita-cita
Negara dalam rangka pembangunan dan pemerintahan.
4. Pajak memiliki fungsi budgeter dan fungsi mengatur. Fungsi mengatur sangat berbeda dengan
fungsi budgeter. Fungsi mengatur untuk menjalankan program-program dalam pemerintahan.
Fungsi budgeter yaitu fungsi anggaran. Pajak juga memiliki fungsi redistribusi yaitu
menyebarkan sumber pendapatan kepada masyarakat.

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


Sistem Pemungutan pajak di Indonesia yaitu Officia; Assestment System, yaitu pihak yang penetuan
jumlah pajak terutang wajib pajak ditetapkan oleh aparat pajak. Sistem pemungutan ini memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk mendaftarakan diri, menghitung, memperhitungkan utang
pajaknya sendiri, membayar pajak terutang ke bank tempat pembayaran pajak dan kantor pos serta
melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak. Aparat pajak bertugas untuk
mengawasi, melakukan pelayanan dan penyuluhan kepada wajib pajak.
Faktor-Faktor Self Assestment
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peraturan Pajak
Pembinaan Wajib Pajak
Pelayanan
Kesadaran dan kejujuran wajib pajak
Perekonomian
Pengawasan dan law enforcement

Fungsi Dirjen Pajak


1. Pembinaan (Pasal 13 UU KUP)
2. Pengawasan (Pasal 24 UU KUP)
3. Penegakan hukum (Pasal 44 UU KUP)
Fungsi Pajak yaitu :
1. Budgeter : APBN
2. Regulator : Mengatur kegiatan
3. Redistribusi: pemasukan Negara yang kemudian dikebalikan lagi kepada masyarakat
Teroi-teori lahirnya pajak
-

Teori daya pikul : memperhatikan daya pikul masyarakat


Teori Asuransi : Membayar pajak dipersamakan dengan membayar premi
Teori daya beli, Negara harus mewujudkan segala tujuan atau cita-cita untuk mendapatkan
uangnya, Negara mengumpulkan daya beli dari masyarakat dan kemudian daya beli itu
digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Teori kepentingan, memberikan legitimasi Negara untuk memungut pajak di Indonesiaa, tetapi
menimbulkan ketidakadilan jika besar pajak tidak sesuai kepentingan masing-masing rakyat
Teori kewajiban mutlak, rakyat harus berbakti kepada negara

Stelsel dasar pengenaan pajak


1. Stelsel Riil
Pemungutan pajak didasari oleh keadaan atau penghasilan yang nyata diterima dalam tahun
pajak bersangkutan
2. Stelsel Fiktif
Pemungutan pajak dilakuakn atas suatu anggapan yang nyata tertentu
3. Stelsel Campuran

Kombinasi keduanya wajib pajak membayar terlebih dahulu berdasarkan sistem annggapan
kemudian dihitung oleh kantor pajak dan wajib pajak boleh mengangsur pembayaran setelah itu
dilakukan penghitungan kembali untuk memeriksan kelebihan atau kekurangan bayar
Indonesia sekarang menggunakan stelsel campuran dahulum menggunakan stelsel riil
Pajak terutang, ada 2 ajaran yaitu :
1. Ajaran formil, pajak ada jika seseorang telah ditetapkan besarnya pajaknya. Wajib pajak bersifat
pasif. Offical assestment berdasarkan jabatan
2. Ajaran Materil, pajak ada jika seseorang telah memnuhi peraturan perudang-undangan sehingga
seseorang tersebut sebagai wajib pajak. Self Assestment seseorang memilki kewenangan untuk
mengatur pajaknya sendiri.
Indonesia menggunakan self Assestment yang diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 13 UU KOP.
Notaris yang membayar pajak adalah orang yang bersangkutan yang membuat akta padanya
(Pembayaran pajak oleh pihak ketiga). Ada 3 sistem pembayaran pajak yaitu:
1. Dibayar langsung oleh pihak pertama
2.
3. dibayar oleh pihak ketiga
Hapusnya pajak adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Telah dibayar lunas


Kadaluarsa
Dihapuskan karena wajib pajak telah meninggal
Adanya keberatan
pembayaran pajak dengan kompensasi

Adanya perlawanan terhadap pembayaran pajak (resistensi pajak) ada yang bersifat pasif. Tetapi ada
perlawanan yang bersifat aktif yaitu :
1. Penghindaran diri (Tax Avoidance)
Dengan sengaja melakukan perencanaan agar terkena pajak seringan mungkin
2. Tax Fraud
Dengan melakukan perbuatan melawan hukum seperti pembukuan yang manipulative
ASAS-ASAS PAJAK
1. Asas Keadilan
Rakyat membayar pajak harus adil dan tidak semua jenis pajak dapat dikenakan asas keadilan
2. Asas non diskriminatif
3. Asas finansial
Tidak boleh dikenakan pajak terlalu besar
4. Asal kepastian (certainty)
Pajak dapat dipaksakan
5. Asas convenient of fame (kemudahan)

Pajak dibayarkan saat punya uang


Peradilan Pajak adalah peradilan yang dibawah mahkamah agung yang merupakan peradilan ad-hoc
yang berada dibawah peradilan tata usaha Negara. Peradikanpajak memiliki karakterisktik yang
berbeda, cepat dan orang yang ahli.

Jenis-Jenis Pajak
1. Pajak Langsung
Pajak yang dikenai secara langsung dan periodic atau berulang berdasarkan uu dan tidak boleh
dilimpahkan kepada orang lain
Contoh: Pph
2. Pajak Tidak Langsung
Dikenai secara tidak langsung, yang dibebani dan yang bertanggung jawab atas pajak berbeda.
Yang dibebani konsumen tetapi yang bertanggung jawab pengusaha. Pajak ini dikenakan secara
insendentiil (tidak secara periodik)
Berdasarkan titik polanya
1. Pajak subjektif
Melihat orang yang dikenakan pajak, keadaan subjek pajaknya seperti status maritalnya,
perorangan dll. Jika subjek pajak, maka melihat objek pajaknya seperti Pph, kalau ada orang
yang memperoleh penghasilan tetapi yang memperoleh penghasilan bukan subjek misalnya
duta besar atau badan-badan tertentu yang dikecualikan sebagai subjek pajak.
2. Pajak Objektif
Pengenaan pajak yang titik beratnya karena adanya taatbestaand, yang menurut UU dikenai
pajak. Kalau ada objek pajaka maka ada pajak. Tidak dilihat lagi subjeknya, jika ada objek pajak
maka harus bayar pajak seperti PBB, Bea Materai, PPN,
Berdasarkan sifatnya
1. Persoonlijk
Pajak yang penganaannya memperhatikan wajib pajaknya
2. Zaaktelijk
Pajak yang pengenaannya memperhatikan objek pajaknya
Berdasarkan yang mengenakan pajak
1. Pajak Daerah
Pajak yang dikenai pemerintah daerah yang dikelolan oleh Dinas Pendapatan Daerah, Contoh :
a. PBB
Pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan bumi dan/atau bangunan.
b. Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Banguna (BPHTB)
2. Pajak Pusat
Pajak yang dikenai pemerintah pusat, yaitu :
a. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak yang dikenakan atas setiap penghasilan yang diterima yang diperoleh Wajib Pajak
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak yang dipungut dari konsumen atas konsumsi setiap barang dan/atau jasa di dalam
negeri.
c. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Pajak yang dikenakan terhadap konsumsi barang-barang yang tergolong mewah.
Barang yang tergolong mewah adalah:
1. Barang tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok;
2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
3. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.
d. Bea Materai
Pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu.
Berdasarkan yurisdiksi, Negara tidak bias terlepas dari hubungan bisnis dengan Negara lain yang
memiliki sitem dan besar pajak yang berbeda-beda.
1. Pajak Domestik/Nasional
2. Pajak Internasional
Pajak Berganda adalah satu objek yang dikenai pajak berkali-kali atau pajak diatas pajak.
Semua jasa pada dasarnya kena PPN Kecuali yang dikecualikan menurut UU, ada 17 jasa yang tidak
kenakan PPN.
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan-perundangan yang mengatur mengenai pengenaan pajak,
siapa subjek pajak, objek pajak dan hak dan kewajibannya, selain itu mengatur mengenai penyelesaian
sengketa.
Hukum pajak adalah hukum publik yang termasuk dalam hukum administrasi Negara. Produk-produk
hukum yang dikeluarkan lembaga pajak merupakan termasuk keputusan pejabat Negara (beschikking)
dan peraturan. Keputusan mengenai pajak harus diuji agar tidak terjadi kesewenang-wenangan, Secara
administratif di dirjen pajak, dan secara hukum, di Pengadilan Pajak. Peraturan mengujinya dengan
peraturan perundang-undangan lain (Judicial Review) di Mahkamah Agung. Pihak yang dapat menguji
yang memiliki legal standing.
Substansi hukum pajak terdiri dari hukum perdata, hukum pidana, hukum administrasi Negara dan
hukum bisnis. Hukum pajak memiliki asas kesederhanaan (simplicity) karena Pasal 1 Ketentuan Umum
UU Ketentuan Umum Pajak.
Ada sanksi administrative dan sanksi pidana. Sanksi terhadap petugas pajak dan subjek pajak
Hukum Pajak lex specialis derogate lex generalis hukum lain yang didalamnya mengatur mengenai pajak.
Hukum pajak sifatnya dinamis, selalu berubah karena harus mengikuti perkembangan tanpa ada aturan
mengenai suatu objek pajak maka pajak tersebut itu tidak dapat dikenakan terhadap objek pajak dan
subjek apajk tersebut. Hukum Pajak memiliki aspek hukum internasional karena ada perjanjiian
(konvensi) mengenai pajak antar Negara.

Kepala SKP mengandung irah-irah sehingga memiliki kekuatan hukum sebagaimana putusan pengadilan
yang In Kracht sehingga dilakukan eksekusi. Eksekusi pajak dilakukan setelah somasi. Cara mengeksekusi
surat paksa pembayaran pajak yaitu:
1.
2.
3.
4.

Blokir rekening
Barang yang disita bisa dilelang
Pelaku dapat dicegah keluar negeri
Sandera (paksa badan), dirampas kemerdekaannya untuk 6 bulan. Syarat materiil berdasarkan
jumlah utangnya dan Wajib Pajak yang tidak taat hukum

Wajib Pajak (Pasal 2 KUP)


Wajib Pajak adalah setiap orang pribadi baik WNI/WNA yang bertempat tinggal di Indonesia dan badan
yang didirikan/berkedudukan di Indonesia kecuali ketentuan peraturan perundang-undangan
menetukan lain. Wajib Pajak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Orang pribadi
Adalah mereka yang telah mempunyai pengahasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
sesuai batasan PTKP telah ditentukan oleh Undang-Undang Pajak Penghasilan
b. Badan
Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha.
Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk memiliki Nomor Poko Wajib Pajak (NPWP) yang berfungsi,
yaitu:
a. sebagai sarana dalam administrasi perpajakan,
b. sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan Kewajiban
perpajakannya,
c. menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.
Syarat Subjektif Wajib Pajak : Bertempat tinggal/domisili di Indonesia
Syarat Objektif Wajib Pajak : subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau tidak
berpenghasilan
Kewajiban Wajib Pajak
1. Membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) >> Pasal 2 ayat (1)
NPWP adalah Nomor yang diberikan kepada WP sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya. Termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
Fungsi NPWP yaitu :
a. Sarana dalam administrasi perpajakan;
b. Tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya;

c. Menjaga ketertiban
perpajakan

dalam pembayaran

pajak

dan pengawasan administrasi

Penghapusan NPWP dapat dilakukan oleh :


a. Wajib pajak dan/atau ahli waris karena wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan
subjekti dan/atau objektif menurut UU seperti wajib pajak meninggal
b. Wanita kawin yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dengan suaminya yang telah terdaftar sebagai wajib pajak
c. Wajib pajak badan dalam rangka likuidasi atau dibubarkan secara resmi
d. Badan Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebgai BUT
2. Mengisi Surat Pemberitahuan (SPT)>> Pasal 3
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk
Melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
dan/atau harta dan kewajiban
Terdapat dua macam SPT yaitu:
a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak dilaporkan setiap tanggal 20
setelah saat terutang pajak atau masa pajak berakhir.
b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak
dilaporkan paling lambat akhir bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir untuk wajib pajak
orang pribadi dan paling lambat akhir bulan keempat setelah tahun pajak berakhir untuk
wajib pajak badan.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan
pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Fungsi SPT (Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU KUP)
a. Bagi wajib Pajak, sebagai sarana wajib pajak untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan
untuk melaporkan tentang :
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak;
- penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;
harta dan kewajiban;
pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.

b. Bagi Pengusaha Kena Pajak


Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
- pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha
Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Bagi pemotong /pemungut pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pajak yang dipotong
atau dipungut dan disetorkan.
3. Membayar atau menyetor pajak terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas
Negara (Pasal 10 UU KUP)
Surat Setoran Pajak berfungsi sebgai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan pejabat
kantor penerima pembayaran yang berwenang. Pembukuan/pencatatn menjadi dasar untuk
perhitungan besar pajak yang dikenakan sesuai yang ditentukan oleh masing-masing aturan
pajak.
4. Penentuan besar pajak terutang melalui SPT
Wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak yang terutang
melalui SPT kemudian penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) terhadap wajib pajak yang tidak
benar dalam pengisian SPT atau ditemukan data fiscal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Batas waktu :
20 hari : SPT masa tahunan
3 bulan : SPT PPh orag
4 bulan : SPT PPh badan
Dapat diperpanjang maksimal 2 bulan
SKP muncul karena salah isi SPT
Fungsi SKP yaitu :
a. Sarana
untuk melakukan
koreksi fiskal terhadap
Wajib Pajak tertentu
yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal
dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Jenis-Jenis SKP
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan sebelumnya.
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang.
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak
Surat Tagihan Pajak (STP)
Muncul karena
1.
2.
3.
4.
5.

PPh tidak/kurang dibayr karena salah tulis/hitung SPT


PKP tidak membuat atau tidak tepat waktu membuat faktur pajak
PKP tidak lengkap membuat faktur pajak
PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai masa penerbitan
PKP gagal produksi dan telah diberikan penegmbalian pajak

Daluwarsa penagihan pajak adalah 5 tahunsejak terbitnya dasar penagihan, tangguh jika :
1.
2.
3.
4.

Terbit surat paksa


Pengakuan wajib pajak
Terbit SKPKB/ SKPKBT setelah wajib pajak dipidan 5 tahun
Penyelidikan tindak pidan perpajakan

Tindakan Penagihan Pajak


Apabila utang pajak sampai tanggal jatuh tempo belum dilunasi maka beberapa tindakan
penagihan utang pajak yaitu :
a. Surat teguran
b. Surat Paksa
Uatang pajak telah lewat 21 hari dari tanggal surat teguran tidak dilunasi. Surat paksa
diberitahukan oleh jurusita pajak
c. Surat Sita
Utang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh
Jurusita Pajak tidak dilunasi, Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan penyitaan, dengan
dibebani biaya pelaksanaan Surat Perintah Melakukan Penyitaan sebesar Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah).
5. Penyelenggaraan Pembukuan (Pasal 28 UU KUP)
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut.

Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.
Syarat-Syarat penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan
a. Harus dilakukan dengan itikad baik sehingga mencerminkan keadaan yang sebenarnya
b. Syarat minimal dari pembukuan harus berisi:
1. Harta
2. Kewajiban/utang
3. Modal
4. Penghasilan
5. Biaya
6. Penjualan
7. Pembelian
Bagi wajib pajak yang sesuai dengan pertimbangan MenKeu dibebaskan dari kewajiban
pembukuan syarat minimal harus membuat pencatatan omzet.
Pembukuan harus dilakukan :
1. Dalam Bahasa Indonesia
2. Huruf latin, angka arab
3. Mata uang rupiah
Pembukuan, catatan, dokumen tersebut disimpen sekurang-kurangnya 10 Tahun. Kalau
terpaksa meggunakan baha sa asing harus ada izin tertulis dari menteri keuangan.
Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan adalah untuk mempermudah :
a. Dalam pengisian SPT
b. Menentukan Penghasilan Kena Pajak
c. Perhitungan PPN dan PPnBM
d. Mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha/pekerjaan bebas
Pihak yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang pribadi yaitu :
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan bebas
b. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghangsilan dari modal

c. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghadilan sehubungan dengan pekerjaan,


jasa, atau kegiatan yang jumlanya telag melebihi PTKP (Pajak Subjektif)
d. Kuasa warisan yang belum terbagi
e. Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/Polri dan Pegawai BUMN/D sesuai dengan Keputusan
Presiden No. 33 Tahun 1996
f.

WNI yang bekerja pada perwakilan Negara asing dan perwakilan organisasi internasional

g. Orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau
orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
h. Masing-masing suami istri yang dikenai PPh secara terpisah dalam hal yaitu:
-

Suami istri telah hidup bersama

Dikehendaki secare tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta da
penghasilan

5. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tujuan pemeriksaan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


Pemberian NPWP secara jabatan
Penghapusan NPWP;
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP;
Wajib Pajak mengajukan keberatan;
Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
Penentuan saat mulai berproduksi atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian sehubungan dengan fasilitas perpajakan dan/ atau;
Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda

Hak Wajib Pajak


1. Pembetulan ketetapan pajak
Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak mengandung persengketaan anatar
fiskus dan wajib pajak dapat dibetulkan oleh Dirjen Pajak secara jabatan ataupun permohona
wajib pajak. Kesalahan atau kekliruan dalam ketetapan pajak yang dapat dibetulkan adalah :
a. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama, alamat,
NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh
tempo;
b. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau
perkalian dan atau pembagian suatu bilangan; atau
c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),
penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan pajak
2. Mengajukan keberatan/gugatan
Apabila wajib pajak merasa kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga. Wajib Pajak dapat mengjukan
keberatan atas (Pasal 23 ayat 2 UU KUP):
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga
Wajib Pajak mengisi SPT dalam waktu 20 hari/3 bulan/4 bulan >>keberatan (4 bulan)>> SKP :
Closing Conference (2 bulan) atau Surat Keberatan >> Surat Keputusan Keberatan (12 bulan)
Keberatan diajukan kepada Dirjen Pajak. Keputusan keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak terhutang. Apabila
wajib pajak tidak puas dengan keputusan Dijen Pajak atas keberatan, Wajib Pajak dapat
mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan
keberatan diterima. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian dan
Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding, jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan harus
dilunasi paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan, dan
penagihan dengan Surat Paksa akan dilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang
pajak tersebut. Di samping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
50% (lima puluh persen).
Dalam hal permohonan banding Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan harus dilunasi paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding,
dan penagihan dengan Surat Paksa akan dilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang
pajak tersebut. Di samping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
100% (seratus persen). Pasal 25 ayat 9 UU KUP telah dilakukan Judicial Review di MK , tetapi
keputusan tidak membatalkan Pasal 25 ayat 9 UU KUP.

3. Pembetulan STP (Pasal 8 UU KUP)


4. Penundaan bayar
5. Hak meminta Restitusi (Pengembalian Pajak) >> Pasal 11 UU KUP
karena wajib pajak membayar melebihi ketentuan UU maka dapat meminta kembali kelebihan
pembayarannya dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak terbit SKPLB (maksimal 12 sejak permohonan)
6. Hak menggunakan fasilitas yang diatur dalam UU
7. Hak untuk penundaan pembayaran atau pencicilan
8. Hak untuk meminta imbalan Bunga
9. Hak untuk dilindungi kerahasiaannya
Utang pajak memiliki sifat didahului karena pajak memiliki fungsi kesejahteraan Negara (APBN) atau
kepentingan publik.
Pajak dalam mengajukan gugatan. Pajak bersifat memaksa. Pajak dalam gugatan merupakan bersifat
administrative dan tidak langsung karena tidak harus melalui dirjen pajak tetapi melalui lembaga
peradilan. Hal ini tercantm dalam UU ketentuan umum dan tata cara pajak No. 16 tahun 2009.
UU No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Pajak
UU KUP mengatur tata cara prosedur dan kewenangan yang dimiliki pemerintah dan hak-hak dan
kewajiban wajib pajak serta laranga-larangan bagi wajib pajak dan pejabat pajak dan sanksi-sanksi.
UU KUP lahir tahun 1986, sebelumnya pengaturan mengenai pajak hanya diatur dalam masing-masing
UU yang didalamnya terdapat pajak tapi hal itu menyulitkan penerapan pajaknya. UU KUP merupakan
wujud dari asas kesederhanaan, asas keadilan dan asas kepastian hukum. UU KUP juga memberikan
berbagai macam definisi untuk menyemakan persepsi istilah-istilah pajak yang ada. UU KUP merupakan
UU yang sederhana karena hanya memiliki 46 Pasal. UU KUP merupakan UU yang lex specialis dari
ketentuan hukum yang lain mengenai Pajak.
Subjek dan tariff tidak diatur dalam UU KUP karena UU KUP merupakan UU Formil. Subjek dan Tarif
diatur dalam UU Pajak.

Dalam Pasal 12 UU KUP, Surat Pajak terutang (SPT) yang diberikan kepada wajib pajak merupakan
jumlah pajak yang sesuai denga ketentuan peraturan perundang-undangan.
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut
pajak yang mempunyai hak dan kewajiban pajak sesuai yang diatur.
Wajib Pajak adalah orang atau badan yang memenuhi syarat hak dan kewajiban yang diatur oleh UU.
Semua orang merupakan subjek pajak tetapi belum tentu wajib pajak
NPWP adalah yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksakan hak dan
kewajiban perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai