Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proyek jembatan Suramadu, yang menghubungkan antara Surabaya dan Madura
telah selesai. Dengan selesainya proyek tersebut, maka tidak bisa dielakkan bahwa
terbangunnya jembatan tersebut akan berdampak terhadap peradaban di Madura.
Maka dari itu, setidaknya dampak yang akan timbal tidak berarti dampak negatif,
melainkan dampak positip yang ada.

Madura selama ini dikenal sebagai daerah yang ketinggalan diantara 38


kabupaten/kota di Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi di Pulau Garam selalu
dibawah rata-rata (Detik Surabaya, 2009). Keberadaan Jembatan Suramadu
diharapkan mengubah kondisi perekonomian Madura menjadi meningkat
begitupula dengan pendidikan masyarakat di kawasan tersebut. Jembatan
Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura melalui jalan
darat, diharapkan ketimpangan sosial dapat segera direduksi. Arus transportasi
yang cepat dan efektif akan membuat perkembangan Madura segera melejit, dan
bisa bersaing dengan daerah-daerah lain.

Ditinjau dari segi ekonomi, Madura akan tambah berkembang pasca


beroperasinya jembatan Suramadu, akan banyak para investor yang akan
membangun dan membuka usaha disana. Maka dari itu, masyarakat Madura harus
pintar-pintar membaca peluang ekonomi terkait adanya jembatan Suramadu ini.
Setidaknya masyarakat Madura tidak menjadi penonton ditengah industrialisasi.
Ekonomi akan meningkat jika pemerintah bisa menarik investor untuk membuka
lapangan pekerjaan dan juga lahan usaha yang sesuai dengan masyarakat lokal.

Industri garam yang saat ini sudah ada di Madura juga harus dikembangkan.
Sektor ini sudah sesuai dengan kondisi masyarakat di sana. Akan tetapi sektor lain
juga tetap dikembangkan oleh pemerintah. Dengan adanya industrialisasi tersebut,
pemerintah harus tetap memahami budaya setempat. Madura selama ini dikenal
dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Maka ketika industri dibuka dan
dibangun maka yang menjadi pekerja adalah warga luar Madura. Hal ini bisa
menimbulkan persoalan, sehingga perlu diantisipasi sejak dini. Bukan hanya
pilihan investasi tapi juga harus memikirkan kebijakan yang berpihak pada
masyarakat. Ekonomi di Madura akan bisa sejajar dengan daerah lain dalam
jangka waktu 10-20 tahun (Detik Surabaya, 2009).

Adanya jembatan Suramadu, maka perubahahan akan banyak bergeser pada dunia
industri. Sehingga akan menghadirkan lapangan pekerjaan yang baru bagi
masyarkat Madura. Masyarakat Madura yang mayoritas petani sedikit banyak
akan ada yang beralih profesi. Warga yang mempunyai modal akan melirik
mempersiapkan diri untuk berbisnis. Oleh karena itu, menjadi penting untuk
membekali masyarakat Madura mengenai pengetahuan pendidikan bisnis. Dengan
hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat dalam sebuah karya tulis yang
berjudul pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan bisnis dalam
mengatasi dampak beroperasinya jembatan Suramadu.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam karya
tulis ini adalah :
1. Bagaimana potensi sumber daya manusia di Madura?
2. Bagaimana dampak pasca-beroperasinya jembatan Suramadu bagi
mayarakat Madura?
3. Bagaimana cara mengatasi dampak beroperasinya jembatan
Suramadu melalui pendidikan bisnis?
4. Bagaimana penerapan pendidikan bisnis untuk masyarakat
Madura?

C. Tujuan Penulisan
Secara umum, tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Untuk memaparkan bagaimana potensi sumber daya manusia di
Madura.
2. Untuk memaparkan bagaimana dampak pasca-beroperasinya
jembatan Suramadu bagi mayarakat Madura.
3. Untuk memaparkan bagaimana cara mengatasi dampak
beroperasinya jembatan Suramadu melalui pendidikan bisnis.
4. Untuk menjelaskan bagaimana penerapan pendidikan bisnis untuk
masyarakat Madura.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari karya tulis ini adalah :
1. Bagi Masyarakat Madura
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan bisnis dalam
mengatasi dampak beroperasinya jembatan Suramadu.
2. Bagi Pemerintah
Memberikan dukungan kepada masyarakat Madura untuk membantu
mengatasi dampak beroperasinya jembatan Suramadu melalui pendidikan
bisnis.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu adalah jembatan terpanjang di Indonesia saat ini, yang
menjadikannya salah satu landmark dan ikon Indonesia, khususnya masyarakat
Jawa Timur. Jembatan ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Rabu, 10 Juni 2009. Jembatan Suramadu memiliki panjang 5.438 m dan
menghubungkan pulau Jawa (di Surabaya) dan pulau Madura (di Bangkalan)
(Wikipedia.org, 2009).

Jembatan suramadu adalah buah pikiran Profesor Sedyatmo di tahun 1960-an.


Perencanaan dan pengembangan jembataan ini dimulai dari tahun 1965 namun
sempat tertunda oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia menjelang akhir
millenium, di tahun 1997. Dengan membaiknya keadaan ekonomi, Presiden
Megawati Soekarnoputri, melalui Keputusan Presiden Nomor 79 tanggal 27
Oktober 2003, menyatakan pembangunan jembatan Suramadu dapat dilanjutkan
kembali (Suramadu.com, 2009).

Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di pulau


Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif
tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Jembatan Suramadu terdiri
dari 3 bagian yaitu Jalan layang (causeway), Jembatan penghubung (approach
bridge) dan Jembatan utama (main bridge). Perkiraan biaya pembangunan
jembatan ini adalah Rp. 4,5 trilyun. Pembuatan jembatan ini dilakukan dari tiga
sisi, baik sisi Madura maupun sisi Surabaya. Sementara secara bersamaan juga
dilakukan pembangunan bentang tengah yang terdiri dari main bridge dan
approach bridge (Wikipedia.org, 2009).
Selama ini, Madura tertinggal jauh dibanding Surabaya. Dengan jumlah penduduk
sekitar 3,5 juta orang, jumlah uang berputar di Surabaya sekitar Rp 180 triliun per
tahun, sementara Madura dengan sekitar 4 juta penduduk, perputaran uang hanya
Rp 25-30 triliun per tahun. Perdapatan per kapita Jawa Timur sekitar Rp 40 juta
per tahun, sementara Madura hanya sekitar Rp 7 juta per tahun (Timothy, 2009).

Jembatan Suramadu merupakan terpanjang di Indonesia yakni sekitar 5,4


kilometer dibangun dengan biaya kontruksi Rp4,528 triliun sumebr dana dari
APBN/APBD dan pinjaman bilateral dari China (Roll News, 2009).

Latar belakang ide membangun jembatan Suramadu yaitu berasal dari Prof Dr
Sedyatmo (almarhum) yang mengusulkan pembangunan jembatan yang
menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Tindak lanjutnya pada tahun
1965 dibuat uji coba desain jembatan Sumatera-Jawa (Jembatan Selat Sunda)
yang dibuat di ITB Bandung. Ide pembangunan jembatan yang menghubungkan
antarpulau di Indonesia itu hidup kembali pada Februari 1986. Pada waktu itu,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bertemu dengan delegasi
dari perusahaan perdagangan Jepang. Delegasi Jepang menyatakan positif untuk
kerja sama dalam proyek hubungan langsung Jawa-Sumatera-Bali (Rohim, 2009)

Pada bulan Juni 1986, Presiden Soeharto menunjuk Menteri Negara Riset dan
Teknologi/Kepala Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) BJ
Habibie. Proyek ini diberi nama Tri Nusa Bima Sakti. Walaupun ide
pembangunan jembatan Suramadu ada sejak era rezim Orba Soeharto, tapi saat itu
ide masih sebatas gagasan di tingkat kajian teknis, sosiologis, dan kultural. Belum
ada langkah aksi bersifat teknis dan operasional untuk membangun jembatan
Suramadu. Baru pada bulan Agustus 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri
mencanangkan pembangunan jembatan ini. Di era pemerintahan BJ Habibie dan
Gus Dur ide pembangunan jembatan Suramadu terus mendapat perhatian. Tapi,
hal itu tak bisa direalisasikan, karena Gus Dur turun dari tampuk kekuasaan di
tengah jalan pada tahun 2001 dan masa jabatan kepresidenan BJ Habibie sangat
pendek (19 bulan).
B. Pendidikan Bisnis
Bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan
pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga
penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat
merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis
yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat
merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan
yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas
penyedia barang dan jasa.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta,
bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para
pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai
dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua
bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat (idonBIU, 2009).

Pendikan merupakan tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh


terhadap perkembangan pikiran, karakter dan kemampuan fisik individu.
Pendidikan juga didefinisiakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Suyanto, 2009).

Proses pendidikan tidak lepas dengan peroses pembelajaran. Pembelajaran adalah


suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi belajar siswa (Gagne
dan Briggs, 1974). Dari batasan ini tampak bahwa proses dalam belajar dan
pembelajaran sasaran utamanya adalah pada proses belajar sasaran didik atau
siswa. Demikian juga dalam Quantum Learning, maupun Revolusi Cara Belajar,
dalam pendidikan harus mengutamakan belajar siswa secara aktif. Degeng (2001)
juga mengatakan bahwa sasaran pendidikan adalah belajar siswa, bukan semata-
mata pada hasil belajar siswa.

Pendidikan bisnis merupakan kemampuan menjalankan usaha (bisnis) untuk


dijadikan arah/pedoman dalam menyelenggarakan pendidikan bisnis itu sendiri,
sehingga terdapat kegunaan yang akan diperoleh dan tidak hanya dalam bentuk
ilmu pengetahuan atau keterampilan menjalankan usaha (bisnis) saja, akan tetapi
juga dalam bentuk lainnya, tergantung dari upaya yang mengarah ke tujuan
tersebut (Dani, 2007).

Proses pembelajaran dalam pendidikan bisnis harus diarahkan kepada


pemanfaatan pengetahuan dan kemampuan untuk bekal hidup sasaran didik di
tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk itu proses
pembelajaran harus memperhatikan keseimbangan faktor bawaan (minat,
motivasi, bakat) dan faktor lingkungan (masyarakat dan pendidikan). Lebih lanjut
Scharg dan Poland (1987), mengatakan bahwa pendidikan Bisnis menyiapkan
siswa untuk masuk dalam pekerjaan bisnis secara mahir, yang sama pentingnya,
menyiapkan siswa untuk memimpin persaingan binis yang mereka miliki, dan
sebagai konsumer yang pandai serta sebagai warga negara yang pandai dalam
ilmu ekonomi bisnis.

Dalam kaitannya dengan menyiapkan siswa sebagai pelaku bisnis, tidak lepas
dengan penciptaan wirausahawan. Schumpeter, sebagaimana dikutip Bygrave
(1996) dalam Entrepreneurship, mengatakan seorang wirausahawan adalah
individu yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk
mengejarnya (mengejar peluang). Sedang Drucker (1996), mengatakan bahwa
wirausaha selalu mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya
sebagai peluang. Oleh karena itu, dapatlah kita katakan bahwa seorang
entrepeneur adalah pribadi yang mencintai perubahan, karena dalam perubahan
tersebut peluang selalu ada. Ia akan selalu mengejar peluang tersebut dengan cara
menyusun suatu organisasi. Sebagai suatu proses kewirausahaan menyangkut
segala fungsi, aktivitas, dan tidakan yang berhubungan dengan perolehan peluang
dan penciptaan organisasi untuk mengejarnya (Bygrave, 1996).

Menurut Scharg et. al. (1987) wirausahawan merupakan hasil belajar. Meskipun
jiwa wirausahawan mungkin juga diperoleh sejak lahir sebagai bakat, namun jika
tidak diasah melalui belajar dan dimotivasi dalam proses pembelajaran, mungkin
laksana pisau yang tumpul. Untuk mempertajam minat dan kemampuan
wirausahawan perlu ditumbuh-kembangkan memalui proses belajar dan
pembelajaran. Di sinilah letak dan pentingnya pendidikan wirausahawan dalam
pendidikan bisnis.

Sejak awal abad 19 Schumpeter (Budiono, 1999; Jinghan, 1999; Todaro, 1997)
dalam teori pertumbuhan ekonominya telah mengatakan, bahwa di samping stok
kapital dan teknologi telah membawa pertumbuhan ekonomi, satu hal lain yang
tidak kalah penting adalah wirausahawan. Ia berpendapat, bahwa di dunia telah
muncul pioner-pioner pertumbuhan ekonomi, yang dengan keahlian dan
kreativitasnya pertumbuhan ekonomi telah berkembang, yakni wirausahawan.
Banyak bermunculan wirausahawan kelas dunia telah lahir, yang dapat melakukan
perubahan tatanan perekonomian dunia. Selanjutnya ia berpendapat bahwa di
negara sedang berkembang umumnya kekurangan tenaga wirausahawan (Jinghan,
1999; Todaro 1997).

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan


wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia
masih belum menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Di satu sisi
institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan
wirausahawan. Di sisi lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat
mendorong semangat kerja masyarakat, misalkan kebijakan harga maksimum
beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak mendidik perilaku ekonomi
masyarakat .
C. Dampak pasca beropersasinya jembatan suramadu
Ada empat faktor yang bisa ditilik atas keberadaan infrastruktur hasil kerja sama
antara kontraktor Indonesia dan China itu, yaitu : (1) dilihat dari faktor lamanya
realisasi megaproyek yang digagas sejak 1960-an tersebut. Itu pun setelah 7 tahun
digarap, yakni sejak 2002, baru kini bisa dinikmati, (2) sisi teknologi dan dana,
jembatan Suramadu memiliki teknologi tinggi yang relatif belum pernah
digunakan di Indonesia, (3) sisi sosio kultural. Dengan beroperasinya jembatan itu
akan menjadi titik tolak proses modernisasi seta industrialisasi (4) terkait akan
terjadinya persaingan antara Jembatan Suramadu, yang dioperasikan sebagai jalan
tol dengan tarif relatif murah, dengan jasa kapal penyeberangan Ujung
(Surabaya)-Kamal (Bangkalan, Madura), di mana kapal feri berjenis roll on roll
off (ro-ro) telah menjadi tumpuan transportasi masyarakat di Jawa Timur dan
Madura sejak 1970-an (Jobs, 2009).

Selesainya proyek Suramadu, tidak bisa dielakkan bahwa terbangunnya jembatan


tersebut akan berdampak terhadap peradaban di Madura. Hal yang sangat
terancam pasca beroperasinya jembatan Suramadu ini, diantaranya : (1) akhlak
masyarakat Madura itu sendiri, (2) budaya khas Madura, seperti, budaya sapi
sonok (sapi yang didandani seindah mungkin dan dibuat jinak (toro’ ocak)
terhadap tuannya), Budaya ini sangat menarik ditonton dan patut dilestarikan, (3)
perubahan akan banyak bergeser pada dunia industri, sehingga akan
menghadirkan lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarkat Madura, khususnya
bangkalan (Basith, 2009).

Ditinjau dari segi Ekonomi dan teknologi Industri , pembangunan pabrik-pabrik


Industri atau proses industrilisasi di pulau Madura semakin berkembang dan
meningkat. Setiap orang asing atau orang dari luar pulau Madura akan lebih
mudah berlalu lalang memasuki pulau Garam tersebut. Proses Industrilisasi dan
pembangunan objek-objek wisata akan semakin ditingkatkan dan berkembang.
Dampaknya budaya-budaya prostitusi (pelacuran) akan mudah memasuki pulau
tersebut dengan seiring terhubungnya pulau Jawa dan Madura melalui jembatan
Suramadu. Selain itu, proses masuknya budaya-budaya Barat semakin meningkat
melalui kunjungan-kunjungan wisatawan asing dari mancanegara, sehingga terjadi
percampuran dan benturan budaya orang Madura yang agamis dengan budaya
Barat yang liberal dan bebas. Akibatnya nilai-nilai budaya ISlam dan norma-
norma kesusilaan atau akhlaqul-Karimah mengalami degradasi atau penurunan
dalam pengamalannya. Terjadinya degradasi moralitas mengarah kepada
perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif dan materialistik di
daerah-daerah industri dan objek-objek wisata di pulau Madura (Husein, 2009).

Jembatan Suramadu diharapkan dapat menjembatani percepatan pembangunan


yang ada di Pulau Madura dalam segala bidang. Karena kesan selama ini Pulau
Garam adalah pulau yang lamban membangun, monoton, dan terisolir. Harapan
akan adanya jembatan Suramadu adalah, menjadikan mobilitas yang tinggi dalam
semua sektor pembangunan, termasuk industrialisasi, sosial ekonomi, dan
pendidikan. Kekhawatiran akan dampak yang diluar jalur terhadap masyarakat
Madura yang berbudaya dan agamis itulah yang paling banyak menyedot
perhatian dan konsentrasi oleh para tokoh di Madura (Ramadhani, 2008).

Dalam dunia pendidikan, jembatan Suramadu seolah menjadi magnet dan tolak
ukur semua lembaga pendidikan untuk betul-betul melakukan perubahan,
terutama masalah peningkatan mutu pendidikan. Kesiapan itulah yang sedang
ditata oleh sejumlah institusi yang ingin betul-betul meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada di Madura. Salah satu upaya yang dilakukan adalah,
bagaimana menyambut modernisasi pendidikan dan membuatnya bisa
berdampingan seiring sejalan dengan budaya lokal madura (Ramadhani, 2008).

Keberadaan jembatan Suramadu diharapkan lambat laun akan mengubah isolasi


Pulau Madura yang selama ini mempunyai kultur keras. Dengan akulturasi
budaya itu, Pulau Madura lebih cepat berkembang seiring dengan perkembangan
ekonomi yang terjadi di Surabaya pada khususnya dan Pulau Jawa pada
umumnya. Sehingga pertumbuhan ekonomi Jatim tak hanya terjadi dan dinikmati
warganya di kawasan Pantura dari Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Gresik,
Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, hingga Mojokerto (Ainur, 2009).
D. Masyarakat Madura
Madura merupakan pulau yang terpecah belah, Yang tampak ialah Gunung Geger
di daerah Bangkalan dan Gunung Pajudan didaerah Sumenep pada zaman
kerajaan yang bernama sangyangtunggal. Letaknya yang berada di sebelah utara
Pulau Jawa, Madura atau lebih dikenal dengan pulau garam, mempunyai
masyarakat sendiri, dalam arti, mempunyai corak, karakter dan sifat yang berbeda
dengan masyarakat jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat
Madura disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat yang lain
(Madura, 2009).

Madura adalah pulau kecil yang kaya sumber daya alam dan kultur. Garam,
tembakau, dan perikanan menjadi lahan menyambung hidup bagi masyarakat.
Kerapan sapi menjadi simbol tradisi yang tiada-duanya. Masyarakat Madura
tergolong pada masyarakat maritim. Tekun dan ulet menjadi watak umum bagi
mayoritas penduduk pulau ini (Abdillah, 2009)

Sumber daya alam yang terpendam di pulau madura sebenarnya sangat banyak,
mulai dari hasil laut, pertanian, hutan, perkebunan dan perdagangan. Tidak jarang
banyak orang Madura yang sukses di daerahnya sendiri dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada.

Dari hasil laut saja, banyak sumber alam yang belum dimanfaatkan oleh
masyarakatnya sendiri, seperti udang, kepiting, cumi-cumi, rumput laut, teripang,
dll. Mereka lebih memberikan kekayaan alam ini pada taipan dan konglomerat di
luar pulau Madura. Sehingga hasil yang diperoleh oleh masyarakat pribumi tidak
maksimal. Padahal hasil laut seperti diatas, merupakan hasil laut favorite untuk
Negara maju, Jepang contohnya.

Potensi Madura yang besar di sektor perkebunan adalah tembakau dan sumber
daya alam seperti minyak gas. Pemanfaatan lahan untuk wilayah industri akan
terjadi, karena di Surabaya sangat padat dan harganya mahal sehingga kalau
dibentuk daerah kawasan industri sudah sulit. Sehingga perkembangan industri itu
bisa mengalir ke Madura dengan terbentuk kawasan industri (Roll News, 2009).

Melihat budaya Madura yang sangat kental dengan budaya pesantrennya—


terutama Bangkalan yang memang dikenal dengan Kota Pesantren dan Pamekasan
yang dikenal dengan Kota Pendidikan di Madura —maka, kayakya hal negatif
sulit untuk teraba. Namun, semua sesuatu bisa terjadi tanpa di duga—termasuk
hal yang tidak diharapkan masyarakat Madura setelah rampungnya jembatan
Suramadu.

Masyarakat yang terkenal dengan semboyan “bupap-babu’-guru-rato”. Semboyan


ini menujukkan bahwa masyarkat madura akan tunduk pertama kepada kedua
orang tua-guru (kiai)-baru terakhir pemimpin (rato) (Basith, 2009).

Secara kultural orang Madura mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga dan
memelihara ikatan kekerabatan di antara sanak keluarganya di mana pun mereka
berada lebih-lebih di perantauan. Hal ini demi menjaga agar setiap dan sesama
anggota keluarga tidak akan kaelangan obur artinya tidak akan berada dalam
suasana kegelapan sehingga tidak tahu lagi siapa sanak keluarga atau kerabatnya.
Tersebarnya para perantau Madura di berbagai daerah di Indonesia dalam suasana
kehidupan yang rukun dan penuh kedamaian dengan penduduk setempat dalam
kurun waktu beberapa generasi membuktikan bahwa proses adaptasi dan integrasi
sosial orang Madura di perantauan cukup berhasil.

Kewajiban kultural tersebut semakin mendapat penguatan oleh luasnya cakupan


wilayah kerabat (taretan) dalam kehidupan masyarakat Madura. Konsep kerabat
atau sanak keluarga (taretan) pada masyarakat Madura selain mengacu pada
hubungan genealogis juga mengacu pada hubungan perkawinan (taretan ereng).
Yang perlu dipahami bahwa bagi masyarakat Madura konsep kerabat mencakup
sampai empat keturunan dari ego baik ke atas maupun ke bawah (ascending and
descending generations).
Semua kerabat ini dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu taretan dalem (kerabat
inti atau core kin), taretan semma’ (kerabat dekat atau close kin) dan taretan jau
(kerabat jauh atau peripheral kin). Masing-masing kategori mempunyai tingkatan
kedekatan atau keakraban yang berbeda: kategori pertama sangat dekat atau akrab,
kemudian menjadi lebih longgar pada kategori-kategori berikutnya. Di luar ketiga
kategori ini barulah disebut sebagai oreng lowar (orang luar atau “bukan
saudara”).
BAB III
METODE PENULISAN

A. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan analisis didapat dari:
1. Studi Pustaka (library research)
Studi pustaka digunakan sebagai landasan teori dan pijakan penulis dalam
menganalisis masalah yang dikaji. Studi pustaka didapatkan dari teori dan
pendapat para ahli berupa pustaka cetak antara lain, dari buku, jurnal, skripsi,
surat kabar maupun hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan
permasalahan yang dikaji serta dari media elektronik (data-data internet).
2. Pengamatan fenomena
Hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi digunakan sebagai titik
tolak terhadap pembahasan suatu masalah, dan mencari masalah mana yang
paling penting sehingga layak untuk diangkat.

B. Metode Pengolahan Data

Penulisan karya tulis ini adalah dengan mengolah dan menulis semua data yang
diperoleh secara runtut dan sistematis menurut pedoman Lomba Karya Tulis
Mahasiswa (LKTM) tahun 2009 tentang dampak sosial, ekonomi, politik dan
ekologi beroperasinya jembatan Suramadu. Dalam upaya memperkuat
pemahaman terhadap permasalahan yang dikaji, penulisan karya tulis ini juga
didukung dengan data yang berasal dari diskusi, wawancara dan observasi.

C. Metode Analisis dan Sintesis

Metode analisis yang digunakan dalam karya tulis ini adalah deskriptif analitik,
yaitu menganalisis permasalahan yang ada dari hasil pengamatan atau identifikasi
dan studi kepustakaan tentang permasalahan serta hubungan antara masalah
tersebut yang didasarkan pada suatu teori atau konsep keilmuan yang relevan.
Kegiatan analisis dalam karya tulis ini meliputi mengerjakan data, menatanya,
membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, melakukan sintesis, mencari
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, selanjutnya
memutuskan apa yang dilakukan.
Analisis dan sintesis ini berusaha mengamati fenomena yang terjadi dipandang
dari segi teoritis dan praktis. Untuk itu, telaah kritis dapat diterapkan sebagai alat
bantu penelusuran makna kalimat dalam teks tersebut.

D . Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan yang


konsisten dengan analisis permasalahan. Kesimpulan yang diperoleh disesuaikan
dengan pembahasan dalam karya tulis.

E. Perumusan Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka penulis menyampaikan


rekomendasi berupa kemungkinan atau prediksi transfer gagasan. Penulis
menyarankan atau merekomendasikan kepada sekolah dan pendidik, orang tua,
masyarakat, dan pemerintah untuk bersama-sama mengatasi permasalahan free-
sex pada remaja yang melanda negeri ini.

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS


A. Analisis

Keberadaan Jembatan Suramadu diyakini akan meningkatkan kondisi


perekonomian Madura yang selama ini dikenal sebagai daerah paling tertinggal
diantara 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Peningkatan tersebut baru akan
dirasakan Madura dalam 5 sampai 7 tahun ke depan. Dalam jangka pendek
Surabaya yang akan lebih menikmati dampak pembangunan Suramadu.

Ditinjau dari sisi ekonomi, Surabaya merupakan sentral atau pusat dari
perekonomian di Jawa Timur. Pembangunan jalan tol yang menghubungkan
Surabaya dengan Madura tersebut akan berdampak pada tumbuhnya aktivitas
perekonomian masyarakat kedua wilayah. Untuk jangka pendek, dampak
pembangunan jembatan Suramadu akan dinikmati oleh Surabaya. Sektor-sektor
industri, bisnis, konstruksi, energi, transportasi, turisme, dan pemukiman di
Surabaya akan lebih maju akibat adanya jembatan tersebut. Sedangkan untuk
Madura baru akan merasakan dampak pembangunan jembatan tersebut dalam
waktu 5 sampai 7 tahun ke depan. Akan terjadi integrasi budaya dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan adanya percepatan pengembangan sumber daya
manusia di Madura. Untuk jangka pendek sektor pertanian dan peternakan yang
merupakan sektor primer akan berkembang. Namun dalam jangka panjang sektor
maritim, energi, transportasi, kontruksi, industri, bisnis, turisme dan pemukiman
seperti halnya yang terjadi di Surabaya akan meningkat seiring dengan
meningkatnya arus lalu lintas orang, barang, dan jasa di pulau Madura.

Kegiatan ekonomi Madura masih bertumpu pada sektor pertanian primer


diantaranya tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan.

Masyarakat Madura harus bisa memanfaatkan jembatan Suramadu untuk


kebaikan, karena kekayaan Jawa Timur juga banyak terdapat di Madura, misalnya
minyak dan gas. Jika warga Madura tidak bisa mengambil manfaatnya dengan
cepat dan tanggap, potensi itu akan dimanfaatkan oleh orang luar Madura.
Dengan adanya Suramadu, mobilitas di Madura akan bertambah cepat dan
banyak. Baik mobilitas penduduk, pelaku ekonomi, maupun barang dan jasa.
Kebutuhan transportasi akan menjadi kebutuhan penting.

Dilihat dari segi wilayah, Madura memiliki banyak lahan yang bisa dimanfaatkan
untuk terminal transpotasi laut dan zona ekonomi ekslusif untuk investasi. Seperti
halnya Batam yang memanfaatkan kedekatannya dengan Singapura, Madura juga
harus memanfaatkan kedekatannya dengan Surabaya.
Dengan terbangunnya jembatan Suramadu, Jalur transportasi dan distribusi
semakin lancar dan tidak akan mengalami kemacetan lalu lintas seperti tahun-
tahun sebelumnya, ketika terjadi arus mudik atau arus balik lebaran (hari raya Idul
Fitri). Ditinjau dari segi Ekonomi dan teknologi Industri , pembangunan pabrik-
pabrik Industri atau proses industrilisasi di pulau Madura semakin berkembang
dan meningkat. Setiap orang asing atau orang dari luar pulau Madura akan lebih
mudah berlalu lalang memasuki pulau Garam tersebut.

Pengembangan daerah industri membutuhkan beberapa faktor pertama modal,


sumber daya manusia apakah sudah siap untuk industrialisasi. Oleh karena itu,
diharapkan dengan dibangunnya jembatan Suramadu akan membuka isolasi
Madura akan menguntungkan dari aspek ekonomi. Secara sosial ekonomi akan
lebih banyak dampak positifnya. Selain itu, akan ada perubahan aspek lingkungan
dan akan terjadi konsentrasi dunia baru.

“Pembekalan” itu memang mutlak harus dilakukan, dan salah satu cara adalah
dengan menomorsatukan bidang pendidikan formal. Lembaga pendidikan
(sekolah) harus berani menerapkan program-program kerja yang terbalut dalam
kurikulum yang sifatnya “terobosan”. Upaya peningkatan pola pikir melalui
pendidikan kadang harus diambil, mengingat adanya urgensi terhadap tuntutan
perkembangan IPTEK di segala bidang pasca pembangunan jembatan Suramadu
ini. Maka perihal pemerataan tingkat intelektualitas anak didik yang notabene
adalah calon pelaksana amanat di daerah lokal madura, sanggup untuk membuat
kemajuan dan kesejahteraan yang signifikan di pulau Madura kelak. Hal ini perlu
didukung oleh tersedianya segala sarana dan prasarana di sekolah yang
menyangkut pengenalan dan pengembangan IPTEK. Sehingga sekolah merupakan
tempat dimulainya realisasi proses inisiatif, imajinatif, dan kreatif, dari peserta
didiknya (murid). Dorongan semacam ini perlu dilakukan, mengingat citra
sekolah saat ini hanya sebatas memberi pengetahuan yang sifatnya mendikte, dan
cenderung membatasi ruang gerak untuk pencapaian proses kreatif para muridnya.

Mengingat pentingnya pendidikan itu, diharapkan lembaga pendidikan lebih


membuka jalan dan memberi kemudahan kepada masyarakat, khususnya kalangan
bawah untuk juga dapat menikmati pendidikan formal disekolah. Suksesnya
program Wajib Belajar (WAJAR) 12 tahun tidak lepas dari peran dan kebijakan
lembaga pendidikan sebagai penyelenggara keilmuan. Pendidikan
(formal,nonformal, dan informal) merupakan sebuah barometer utama dari
perkembangan masyarakat yang dinamis. Jangan sampai tuntutan akan
modernisasi di Madura tidak dapat ter-cover dari segi implementasi keilmuan,
sehingga tidak memberikan nilai lebih akan budaya madura yang agamis. Kepada
masyarakat juga diharapkan untuk terus selalu beradaptasi dengan pesatnya
perkembangan IPTEK saat ini, tentunya dengan selalu menjunjung tinggi nilai-
nilai keilmuan dan agama serta kultur yang humanis.
Memang untuk memperkenalkan atau bahkan menciptakan sebuah teknologi yang
efektif dan efisien tidaklah mudah. Perlu adanya riset/penelitian yang panjang,
serta dana atau biaya yang tidak sedikit. Namun jika kita berorientasi kepada
hasil, manfaat dari teknologi tampaknya sudah sangat cukup membayar semua
proses panjang penelitian dan biaya yang besar tadi. Secara otomatis, dampak
pesatnya industrialisasi terhadap permintaan tenaga kerja yang ada di pulau
Madura pasca pembangunan jembatan Suramadu, akan menyerap orang-orang
dari daerah lokal, yang sebelumnya sudah terbekali dengan pengalaman dan
keilmuan yang profesional di bidangnya masing-masing. Hal ini tentunya akan
memutus rantai ketergantungan kita dengan “dunia luar” dalam hal ketersediaan
tenaga kerja. Maka, langkah itu setidaknya dapat mengurangi atau bahkan tidak
akan menyuburkan lagi proses urbanisasi oleh masyarakat madura yang merantau
ke luar, karena alasan ketidaksediaan lapangan pekerjaan tadi.

Terlepas dari semua persiapan diatas, perlu dipertimbangkan juga sikap


konservatisme yang proporsional dan realistis. Menurut teori yang dipaparkan
oleh Prof. Dr. S. Nasution, M.A., dalam bukunya, Asas-Asas Kurikulum, terbitan
CV JEMMARS Bandung, 1980, disebutkan, karena sifat konservatif, maka orang
berhati-hati menerima pembaruan-pembaruan yang belum diuji dan dicobakan
terlebih dahulu dengan hasil memuaskan. Pembaruan yang tergesa-gesa dicegah
dengan adanya sifat konservatisme ini sebagai faktor pengontrol. Hanya saja sifat
ini jangan terlalu berkuasa, sehingga pintu sekolah tertutup rapi untuk segala
sesuatu yang berbau pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, dinamika yang
terjadi di Pulau Madura saat ini dan kelak, jangan dihambat dengan sikap yang
terlalu berhati-hati (kolot) tanpa adanya sebuah studi pembanding sebagai media
penengahnya (Ramadhani, 2008).

DAFTAR RUJUKAN
Abdillah, M. Masykur. 2009. Meraba Kelestarian Madura Pasca Suramadu.
(Online, http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.meraba-kelestarian-
madura-pasca-suramadu, diakses tanggal 11 Juni 2009)

Dani, M.A. 2007. Pendidikan Bisnis. (Online,


http//:darultada.blogspot.com/2207/10/pendidikan-bisnis.html, diakses tanggal 18
Juni 2009)

Suramadu.com. 2008. Suramadu (Labang, Madura). (Online,


http//:suramadu.com, diakses tanggal 11 Juni 2009)

Timothy, Andreas. 2009. Suramadu Tingkatkan Perekonomian Madura. (Online.


http//:Mediaindonesia.com/suramadu/tingkatkan/perekonomian/madura, diakses
tanggal 11 Juni 2009).

Wikipedia.org. 2009. Jembatan Suramadu. (Online, http//:id.wikipedia.org,


diakses tanggal 11 Juni 2009).

Jobs, Marlina A. dan Yuristiarso Hidayat. 2009. Berharap Pada Kearifan


Pemerintah di Suramadu. (Online, http//:www.bisnis.com/berharap-pada-
kearifan-pemerintah-di-suramadu, diakses tanggal 11 Juni 2009).

Roll News. 2009. Jembatan Suramadu Percepat Perkembangan Ekonomi


Madura. (Online, http://www.news.id.finroll.com/ekonomiakeuangan/66372-
jembatan-suramadu-percepat-perkembangan-ekonomi-madura.html, diakses
tanggal 11 Juni 2009).

Basith, Abd. 2009. Apa yang Harus Dipersiapkan Masyarakat Madura


Menyambut Jembatan Madura?. (Online,
http://www.imabasurabaya.co.cc/2009/04/apa-yang-harus-dipersiapkan-
masyarakat.html., diakses tanggal 11 Juni 2009).

Ramadhani, Nilam. 2008. Budaya Lokal Madura, Modernisasi Pendidikan, dan


Industrialisasi Pasca-Suramadu. (Online, http://nilam-
ramadhani.blogspot.com/2008/08/budaya-lokal-madura-modernisasi.html.,
diakses tanggal 11 Juni 2009).

Rohim, Ainur. 2009. Suramadu, Jembatan Lima Presiden. (Online,


http://www.suaramerdeka.com/adv/adclick.php?n=a7379795, diakses tanggal 11
Juni 2009).

Suyanto, M. 2009. Memulai Bisnis Dari Pendidikan, (Online,


http://msuyanto.com/baru/?p=802, diakses tanggal 18 Juni 2009).

Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs, 1974. Principles of Instructional Design.
New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.

Degeng, I Nyoman S., Prof. Dr, MPd. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran.
Malang : LP3-UM.

Scharg, Adele F dan Robert P. Poland, 1987. A System for Teaching Business
Education. New York : McGraw-Hill Book Company.

Bygrave. 1996. Enterpreneurship (terjemahan). Jakarta : Binarupa Aksara.

Drucker, Peter F. 1996. Inovasi dan Kewiraswastaan :Praktek dan Dasar-Dasar


(terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Budiono, DR. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE

Jinghan, ML. 1999. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Raja


Grafindo Persada.

Todaro, Michael P. 1999. Ekonomi Pembangunan di Dunia ketiga. Jakarta:


Erlangga.

idonBIU. 2009. Pengertian Bisnis Secara Etimologi. (Online,


http://www.idonbiu.com/2009/05/pengertian-bisnis-secara-etimologi.html,
diakses tanggal 18 Juni 2009).

Husen. 2009. Jembatan Suramadu hampir selesai, Dampak sosial keagamaan


bagi masyarakat Madura yang Agamis. (Online,
http://husen99.wordpress.com/2009/04/05/jembatan-suramadu-hampir-selesai-
dampak-sosial-keagamaan-bagi-masyarakat-madura-yang-a, diakses tanggal 18
Juni 2009).

Madura. 2009. Keunikan Adat Istiadat Masyarakat Madura. (Online,


http://www.kabarmadura.com/berita-madura/keunikan-adat istiadat-masyarakat-
madura, diakses tanggal 18 Juni 2009).

Anda mungkin juga menyukai