PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proyek jembatan Suramadu, yang menghubungkan antara Surabaya dan Madura
telah selesai. Dengan selesainya proyek tersebut, maka tidak bisa dielakkan bahwa
terbangunnya jembatan tersebut akan berdampak terhadap peradaban di Madura.
Maka dari itu, setidaknya dampak yang akan timbal tidak berarti dampak negatif,
melainkan dampak positip yang ada.
Industri garam yang saat ini sudah ada di Madura juga harus dikembangkan.
Sektor ini sudah sesuai dengan kondisi masyarakat di sana. Akan tetapi sektor lain
juga tetap dikembangkan oleh pemerintah. Dengan adanya industrialisasi tersebut,
pemerintah harus tetap memahami budaya setempat. Madura selama ini dikenal
dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Maka ketika industri dibuka dan
dibangun maka yang menjadi pekerja adalah warga luar Madura. Hal ini bisa
menimbulkan persoalan, sehingga perlu diantisipasi sejak dini. Bukan hanya
pilihan investasi tapi juga harus memikirkan kebijakan yang berpihak pada
masyarakat. Ekonomi di Madura akan bisa sejajar dengan daerah lain dalam
jangka waktu 10-20 tahun (Detik Surabaya, 2009).
Adanya jembatan Suramadu, maka perubahahan akan banyak bergeser pada dunia
industri. Sehingga akan menghadirkan lapangan pekerjaan yang baru bagi
masyarkat Madura. Masyarakat Madura yang mayoritas petani sedikit banyak
akan ada yang beralih profesi. Warga yang mempunyai modal akan melirik
mempersiapkan diri untuk berbisnis. Oleh karena itu, menjadi penting untuk
membekali masyarakat Madura mengenai pengetahuan pendidikan bisnis. Dengan
hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat dalam sebuah karya tulis yang
berjudul pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan bisnis dalam
mengatasi dampak beroperasinya jembatan Suramadu.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam karya
tulis ini adalah :
1. Bagaimana potensi sumber daya manusia di Madura?
2. Bagaimana dampak pasca-beroperasinya jembatan Suramadu bagi
mayarakat Madura?
3. Bagaimana cara mengatasi dampak beroperasinya jembatan
Suramadu melalui pendidikan bisnis?
4. Bagaimana penerapan pendidikan bisnis untuk masyarakat
Madura?
C. Tujuan Penulisan
Secara umum, tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Untuk memaparkan bagaimana potensi sumber daya manusia di
Madura.
2. Untuk memaparkan bagaimana dampak pasca-beroperasinya
jembatan Suramadu bagi mayarakat Madura.
3. Untuk memaparkan bagaimana cara mengatasi dampak
beroperasinya jembatan Suramadu melalui pendidikan bisnis.
4. Untuk menjelaskan bagaimana penerapan pendidikan bisnis untuk
masyarakat Madura.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari karya tulis ini adalah :
1. Bagi Masyarakat Madura
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan bisnis dalam
mengatasi dampak beroperasinya jembatan Suramadu.
2. Bagi Pemerintah
Memberikan dukungan kepada masyarakat Madura untuk membantu
mengatasi dampak beroperasinya jembatan Suramadu melalui pendidikan
bisnis.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu adalah jembatan terpanjang di Indonesia saat ini, yang
menjadikannya salah satu landmark dan ikon Indonesia, khususnya masyarakat
Jawa Timur. Jembatan ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Rabu, 10 Juni 2009. Jembatan Suramadu memiliki panjang 5.438 m dan
menghubungkan pulau Jawa (di Surabaya) dan pulau Madura (di Bangkalan)
(Wikipedia.org, 2009).
Latar belakang ide membangun jembatan Suramadu yaitu berasal dari Prof Dr
Sedyatmo (almarhum) yang mengusulkan pembangunan jembatan yang
menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Tindak lanjutnya pada tahun
1965 dibuat uji coba desain jembatan Sumatera-Jawa (Jembatan Selat Sunda)
yang dibuat di ITB Bandung. Ide pembangunan jembatan yang menghubungkan
antarpulau di Indonesia itu hidup kembali pada Februari 1986. Pada waktu itu,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bertemu dengan delegasi
dari perusahaan perdagangan Jepang. Delegasi Jepang menyatakan positif untuk
kerja sama dalam proyek hubungan langsung Jawa-Sumatera-Bali (Rohim, 2009)
Pada bulan Juni 1986, Presiden Soeharto menunjuk Menteri Negara Riset dan
Teknologi/Kepala Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) BJ
Habibie. Proyek ini diberi nama Tri Nusa Bima Sakti. Walaupun ide
pembangunan jembatan Suramadu ada sejak era rezim Orba Soeharto, tapi saat itu
ide masih sebatas gagasan di tingkat kajian teknis, sosiologis, dan kultural. Belum
ada langkah aksi bersifat teknis dan operasional untuk membangun jembatan
Suramadu. Baru pada bulan Agustus 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri
mencanangkan pembangunan jembatan ini. Di era pemerintahan BJ Habibie dan
Gus Dur ide pembangunan jembatan Suramadu terus mendapat perhatian. Tapi,
hal itu tak bisa direalisasikan, karena Gus Dur turun dari tampuk kekuasaan di
tengah jalan pada tahun 2001 dan masa jabatan kepresidenan BJ Habibie sangat
pendek (19 bulan).
B. Pendidikan Bisnis
Bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan
pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga
penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat
merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis
yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat
merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan
yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas
penyedia barang dan jasa.
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta,
bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para
pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai
dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua
bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat (idonBIU, 2009).
Dalam kaitannya dengan menyiapkan siswa sebagai pelaku bisnis, tidak lepas
dengan penciptaan wirausahawan. Schumpeter, sebagaimana dikutip Bygrave
(1996) dalam Entrepreneurship, mengatakan seorang wirausahawan adalah
individu yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk
mengejarnya (mengejar peluang). Sedang Drucker (1996), mengatakan bahwa
wirausaha selalu mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya
sebagai peluang. Oleh karena itu, dapatlah kita katakan bahwa seorang
entrepeneur adalah pribadi yang mencintai perubahan, karena dalam perubahan
tersebut peluang selalu ada. Ia akan selalu mengejar peluang tersebut dengan cara
menyusun suatu organisasi. Sebagai suatu proses kewirausahaan menyangkut
segala fungsi, aktivitas, dan tidakan yang berhubungan dengan perolehan peluang
dan penciptaan organisasi untuk mengejarnya (Bygrave, 1996).
Menurut Scharg et. al. (1987) wirausahawan merupakan hasil belajar. Meskipun
jiwa wirausahawan mungkin juga diperoleh sejak lahir sebagai bakat, namun jika
tidak diasah melalui belajar dan dimotivasi dalam proses pembelajaran, mungkin
laksana pisau yang tumpul. Untuk mempertajam minat dan kemampuan
wirausahawan perlu ditumbuh-kembangkan memalui proses belajar dan
pembelajaran. Di sinilah letak dan pentingnya pendidikan wirausahawan dalam
pendidikan bisnis.
Sejak awal abad 19 Schumpeter (Budiono, 1999; Jinghan, 1999; Todaro, 1997)
dalam teori pertumbuhan ekonominya telah mengatakan, bahwa di samping stok
kapital dan teknologi telah membawa pertumbuhan ekonomi, satu hal lain yang
tidak kalah penting adalah wirausahawan. Ia berpendapat, bahwa di dunia telah
muncul pioner-pioner pertumbuhan ekonomi, yang dengan keahlian dan
kreativitasnya pertumbuhan ekonomi telah berkembang, yakni wirausahawan.
Banyak bermunculan wirausahawan kelas dunia telah lahir, yang dapat melakukan
perubahan tatanan perekonomian dunia. Selanjutnya ia berpendapat bahwa di
negara sedang berkembang umumnya kekurangan tenaga wirausahawan (Jinghan,
1999; Todaro 1997).
Dalam dunia pendidikan, jembatan Suramadu seolah menjadi magnet dan tolak
ukur semua lembaga pendidikan untuk betul-betul melakukan perubahan,
terutama masalah peningkatan mutu pendidikan. Kesiapan itulah yang sedang
ditata oleh sejumlah institusi yang ingin betul-betul meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada di Madura. Salah satu upaya yang dilakukan adalah,
bagaimana menyambut modernisasi pendidikan dan membuatnya bisa
berdampingan seiring sejalan dengan budaya lokal madura (Ramadhani, 2008).
Madura adalah pulau kecil yang kaya sumber daya alam dan kultur. Garam,
tembakau, dan perikanan menjadi lahan menyambung hidup bagi masyarakat.
Kerapan sapi menjadi simbol tradisi yang tiada-duanya. Masyarakat Madura
tergolong pada masyarakat maritim. Tekun dan ulet menjadi watak umum bagi
mayoritas penduduk pulau ini (Abdillah, 2009)
Sumber daya alam yang terpendam di pulau madura sebenarnya sangat banyak,
mulai dari hasil laut, pertanian, hutan, perkebunan dan perdagangan. Tidak jarang
banyak orang Madura yang sukses di daerahnya sendiri dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada.
Dari hasil laut saja, banyak sumber alam yang belum dimanfaatkan oleh
masyarakatnya sendiri, seperti udang, kepiting, cumi-cumi, rumput laut, teripang,
dll. Mereka lebih memberikan kekayaan alam ini pada taipan dan konglomerat di
luar pulau Madura. Sehingga hasil yang diperoleh oleh masyarakat pribumi tidak
maksimal. Padahal hasil laut seperti diatas, merupakan hasil laut favorite untuk
Negara maju, Jepang contohnya.
Potensi Madura yang besar di sektor perkebunan adalah tembakau dan sumber
daya alam seperti minyak gas. Pemanfaatan lahan untuk wilayah industri akan
terjadi, karena di Surabaya sangat padat dan harganya mahal sehingga kalau
dibentuk daerah kawasan industri sudah sulit. Sehingga perkembangan industri itu
bisa mengalir ke Madura dengan terbentuk kawasan industri (Roll News, 2009).
Secara kultural orang Madura mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga dan
memelihara ikatan kekerabatan di antara sanak keluarganya di mana pun mereka
berada lebih-lebih di perantauan. Hal ini demi menjaga agar setiap dan sesama
anggota keluarga tidak akan kaelangan obur artinya tidak akan berada dalam
suasana kegelapan sehingga tidak tahu lagi siapa sanak keluarga atau kerabatnya.
Tersebarnya para perantau Madura di berbagai daerah di Indonesia dalam suasana
kehidupan yang rukun dan penuh kedamaian dengan penduduk setempat dalam
kurun waktu beberapa generasi membuktikan bahwa proses adaptasi dan integrasi
sosial orang Madura di perantauan cukup berhasil.
Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan analisis didapat dari:
1. Studi Pustaka (library research)
Studi pustaka digunakan sebagai landasan teori dan pijakan penulis dalam
menganalisis masalah yang dikaji. Studi pustaka didapatkan dari teori dan
pendapat para ahli berupa pustaka cetak antara lain, dari buku, jurnal, skripsi,
surat kabar maupun hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan
permasalahan yang dikaji serta dari media elektronik (data-data internet).
2. Pengamatan fenomena
Hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi digunakan sebagai titik
tolak terhadap pembahasan suatu masalah, dan mencari masalah mana yang
paling penting sehingga layak untuk diangkat.
Penulisan karya tulis ini adalah dengan mengolah dan menulis semua data yang
diperoleh secara runtut dan sistematis menurut pedoman Lomba Karya Tulis
Mahasiswa (LKTM) tahun 2009 tentang dampak sosial, ekonomi, politik dan
ekologi beroperasinya jembatan Suramadu. Dalam upaya memperkuat
pemahaman terhadap permasalahan yang dikaji, penulisan karya tulis ini juga
didukung dengan data yang berasal dari diskusi, wawancara dan observasi.
Metode analisis yang digunakan dalam karya tulis ini adalah deskriptif analitik,
yaitu menganalisis permasalahan yang ada dari hasil pengamatan atau identifikasi
dan studi kepustakaan tentang permasalahan serta hubungan antara masalah
tersebut yang didasarkan pada suatu teori atau konsep keilmuan yang relevan.
Kegiatan analisis dalam karya tulis ini meliputi mengerjakan data, menatanya,
membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, melakukan sintesis, mencari
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, selanjutnya
memutuskan apa yang dilakukan.
Analisis dan sintesis ini berusaha mengamati fenomena yang terjadi dipandang
dari segi teoritis dan praktis. Untuk itu, telaah kritis dapat diterapkan sebagai alat
bantu penelusuran makna kalimat dalam teks tersebut.
D . Penarikan Kesimpulan
E. Perumusan Rekomendasi
BAB IV
Ditinjau dari sisi ekonomi, Surabaya merupakan sentral atau pusat dari
perekonomian di Jawa Timur. Pembangunan jalan tol yang menghubungkan
Surabaya dengan Madura tersebut akan berdampak pada tumbuhnya aktivitas
perekonomian masyarakat kedua wilayah. Untuk jangka pendek, dampak
pembangunan jembatan Suramadu akan dinikmati oleh Surabaya. Sektor-sektor
industri, bisnis, konstruksi, energi, transportasi, turisme, dan pemukiman di
Surabaya akan lebih maju akibat adanya jembatan tersebut. Sedangkan untuk
Madura baru akan merasakan dampak pembangunan jembatan tersebut dalam
waktu 5 sampai 7 tahun ke depan. Akan terjadi integrasi budaya dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan adanya percepatan pengembangan sumber daya
manusia di Madura. Untuk jangka pendek sektor pertanian dan peternakan yang
merupakan sektor primer akan berkembang. Namun dalam jangka panjang sektor
maritim, energi, transportasi, kontruksi, industri, bisnis, turisme dan pemukiman
seperti halnya yang terjadi di Surabaya akan meningkat seiring dengan
meningkatnya arus lalu lintas orang, barang, dan jasa di pulau Madura.
Dilihat dari segi wilayah, Madura memiliki banyak lahan yang bisa dimanfaatkan
untuk terminal transpotasi laut dan zona ekonomi ekslusif untuk investasi. Seperti
halnya Batam yang memanfaatkan kedekatannya dengan Singapura, Madura juga
harus memanfaatkan kedekatannya dengan Surabaya.
Dengan terbangunnya jembatan Suramadu, Jalur transportasi dan distribusi
semakin lancar dan tidak akan mengalami kemacetan lalu lintas seperti tahun-
tahun sebelumnya, ketika terjadi arus mudik atau arus balik lebaran (hari raya Idul
Fitri). Ditinjau dari segi Ekonomi dan teknologi Industri , pembangunan pabrik-
pabrik Industri atau proses industrilisasi di pulau Madura semakin berkembang
dan meningkat. Setiap orang asing atau orang dari luar pulau Madura akan lebih
mudah berlalu lalang memasuki pulau Garam tersebut.
“Pembekalan” itu memang mutlak harus dilakukan, dan salah satu cara adalah
dengan menomorsatukan bidang pendidikan formal. Lembaga pendidikan
(sekolah) harus berani menerapkan program-program kerja yang terbalut dalam
kurikulum yang sifatnya “terobosan”. Upaya peningkatan pola pikir melalui
pendidikan kadang harus diambil, mengingat adanya urgensi terhadap tuntutan
perkembangan IPTEK di segala bidang pasca pembangunan jembatan Suramadu
ini. Maka perihal pemerataan tingkat intelektualitas anak didik yang notabene
adalah calon pelaksana amanat di daerah lokal madura, sanggup untuk membuat
kemajuan dan kesejahteraan yang signifikan di pulau Madura kelak. Hal ini perlu
didukung oleh tersedianya segala sarana dan prasarana di sekolah yang
menyangkut pengenalan dan pengembangan IPTEK. Sehingga sekolah merupakan
tempat dimulainya realisasi proses inisiatif, imajinatif, dan kreatif, dari peserta
didiknya (murid). Dorongan semacam ini perlu dilakukan, mengingat citra
sekolah saat ini hanya sebatas memberi pengetahuan yang sifatnya mendikte, dan
cenderung membatasi ruang gerak untuk pencapaian proses kreatif para muridnya.
DAFTAR RUJUKAN
Abdillah, M. Masykur. 2009. Meraba Kelestarian Madura Pasca Suramadu.
(Online, http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.meraba-kelestarian-
madura-pasca-suramadu, diakses tanggal 11 Juni 2009)
Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs, 1974. Principles of Instructional Design.
New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.
Degeng, I Nyoman S., Prof. Dr, MPd. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran.
Malang : LP3-UM.
Scharg, Adele F dan Robert P. Poland, 1987. A System for Teaching Business
Education. New York : McGraw-Hill Book Company.