PENDAHULUAN
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat
ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit
pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi
PUSKESMAS adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau
yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek
promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan
oleh PUSKESMAS harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic
health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan
(public health service).
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka PUSKESMAS dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan
mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi : kewenangan
merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan
menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan
masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.1
Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan (mengacu pada indikator
indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu :
1. Derajat kesehatan
2. Keadaan lingkungan
disebabkan
oleh
penyakit
lain.
Hipertensi primer meliputi kurang lebih 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari
golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.3
Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa pada tahun 2004 menunjukkan
prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi
36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1%
(36,2%-51,7%).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi
3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari
aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I1.1. Definisi.
Hipertensi adalah jika tekanan darah systole 140 mmHg dan tekanan darah diastole
90 mmHg (JNC VII, 2003). Sedangkan menurut WHO tahun 1999, hipertensi
adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama
atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti
hipertensi.6
I1.2. Etiologi.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu :7
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, atau
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat pada sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya antara lain faktor genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem rennin-angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na
dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat pada sekitar 5 % kasus.
Penyebabnya spesifik diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma cushing,
feokromositomia, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
dan lain-lain.
I1.3. Klasifikasi.
Klasifikasi tekanan darah pada usia 18 tahun menurut Joint National comitte (JNC
VII, 2003):
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Stadium I 140-159 90-99
Stadium II 160 100
Klasifikasi lain yang sering digunakan, dengan memasukkan tekanan arteri sistolik
dan diastolik yaitu klasifikasi menurut WHO.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi (menurut WHO):
Sistolik Diastolik
Normal
Borderline
Hipertensi definitif
Hipertensi ringan 140 mmHg
140-159 mmHg
160 mmHg
160-179 mmHg 90 mmHg
90-94 mmHg
95 mmHg
95-140 mmHg
Bentuk-bentuk hipertensi adalah:
1. Hipertensi diastol (diastol hypertension)
2. Hipertensi campuran (sistolik dan diastolik yang meninggi)
3. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Hipertensi diastolik sangat jarang dan hanya terlihat pada peninggian yang ringan dari
tekanan diastol, misalnya 120/100 mmHg. Ini biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda.8
II.4. Patofisiologi
Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Sekitar 95% kasus hipertensi adalah merupakan hipertensi esensial yang tidak
diketahui sebabnya. Pada beberapa individu, hipertensi dapat terjadi dengan adanya
satu faktor lingkungan ditambah faktor predisposisi genetik, sedang pada individu
yang lain membutuhkan akumulasi pengaruh beberapa faktor lingkungan. Tekanan
darah merupakan perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer, sehingga
semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer dapat
meningkatkan tekanan darah. Berbagai keadaan seperti asupan garam yang berlebih,
retensi sodium oleh ginjal, jumlah nefron yang kurang dan faktor yang berasal dari
endotel berperan terhadap terjadinya hipertensi begitu juga aktivitas saraf yang
berlebihan, sistem vaskuler serta sistem renin-angiotensin.9
II.5. Diagnosis dan Komplikasi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan : (1) mengidentifikasi penyebab
hipertensi; (2) menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadapa pengobatan; (3) mengidentifikasi adanya
faktor resiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan
prognosis dan menentukan panduan pengobatan.
Pada anamnesis, didapatkan keluhan pasien yang dapat berupa: sakit kepala bagian
belakang (tengkuk) pada waktu bangun tidur pagi hari, mungkin adanya parestesi
ekstermitas, riwayat pasien sendiri jika pernah mendapatkan pengobatan hipertensi
oleh dokter maupun adanya riwayat keluarga. Dan gejala lain yang terkait dengan
komplikasi hipertensi yakni : tanda kerusakan organ sasaran, otak (HT encepalopati/
stroke0, mata (HT retinopati), jantung dan pembuluh darah (penyakit jantung
hipertensi), ginjal (HT nefropati). Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan :
tekanan darah yang meningkat, terdapat tanda-tanda komplikasi, maupun tanda-tanda
kelainan neurologik. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, yaitu :
pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan
untuk menentukan ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
foto Thorak dan EKG. Sebagai tambahan dilakukan pemeriksaan klirens kreatinin,
protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL dan ekokardiografi.10
I1.6. Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi terapi
farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain dengan
mengubah pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol, rokok,
menurunkan berat badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan stress,
emosi dan lebih tawakal. Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis hipertensi
berdasarkan faktor resiko.9
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko :
Tekanan Darah Kelompok Resiko A Kelompok Resiko B Kelompok Resiko C
130-139/85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat
140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat
>160/>100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat
Terapi farmakologi, sasaran terapinya adalah TD < 140/90 mmHg (jika tanpa DM
atau penyakit jantung, dan untuk pemilihan obat didasarkan pada gejala klinis
Petunjuk pemilihan obat anti hipertensi
No Golongan OAH Indikasi utama Indikasi lain Kontraindikasi Kontraindikasi aktif
1. Diuretik Gagal jantung Manula
Hipertensi sistolik Diabetes Gout Dislipidemia laki-laki seksual aktif
2. Beta-bloker Angina pektoris post infark miokard takikardi Gagal jantung hamil
diabetes Asterna dan PPON heart block (AV Block 2 atau 3) Dislipidemia atlet dan
orang yang aktif oleh raga.
3. ACE-Inhibitor Gagal jantung difungsi LV Post infark
miokard nefropati diabetik Hamil hiperkalemia stenosis
a. Renalis bilateral
4. Ca-antagonis Angina pektoris
Hipertensi sistolik Penyakit pembuluh darah tepi Heart Block (AV Block 2 atau 3
dengan verapami 1 atau diltiazem) Gagal jantung kongesti
5. Alfa Blocker Hipertropi prostat Hipotensiortostatik
6. Antegonis A II Batuk pada ACE Inhibitor Gagal jantung Hamil stenosis
a. renalis bilateral hiperkalemia.
ALGORITMA PENATALAKSANAAN PENDERITA HIPERTENSI
Mulai atau lanjutkan perubahan kebiasaan hidup
Pilihan obat
o Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta bloker
o Indikasi tertentu : Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa bloker,
beta bloker, antagonis Ca, diuretic
o Indikasi yang sesuai : (1)diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria : inhibitor
ACE (2) Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic (3) Hipertensi sistolik terisolasi :
diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama (4) Infark miokard : beta bloker
(non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).
Pengertian Pola Makan
Pola
makan
adalah
cara-cara
individu
dan kelompok
individu
memilih,
mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan faktorfaktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Pola makan tersebut akan dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain kebiasaan, kesenangan, agama, ekonomi, lingkungan
sesuatu yang kompak yag dapat disebut sebagai pola konsumsi.
Dari pengertian tentang pola diet tersebut memerlukan landasan pengetahuan tentang
makanan sehat bergizi dalam memenuhi konsumsi sehari-hari. khususnya bagi setiap
individu pendidikan gizi sulit berhasil bila tidak disertai peningkatan pengetahuan
mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai dari masyarakat. Disamping itu makanan
biasanya mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang. Rasa suka akan suatu
makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh pada saat makan
makanan tersebut sebelumnya. Hal ini kemudian akan membentuk kebiasaan makan
yaitu suatu pola perilaku konsumsi pangan yang terjadi berulang-ulang.
menggunakan garam dapur, baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung,
hindari makanan yang diawetkan yang diolah menggunakan garam, hindari bahan
makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan atau tambahan atau
penyedap rasa seperti saos, batasi penggunaan penyedap rasa untuk menambah
kelezatan makanan, hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang
mengandung sodium, batasi konsumsi bahan makanan hewani ataupun nabati yang
tinggi kadar natriumnya, batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite
dan minuman soda lainnya.
Serat dikenal ada 2 macam yaitu serat kasar dan serat makanan. Serat kasar terdapat
pada buah dan sayuran, serat makanan terdapat pada selain buah dan sayuran serta
umbi-umbian.
Serat kasar dapat mencegah tekanan darah tinggi, serat ini akan mengikat kolesterol
maupun asam empedu dan membuangnya melalui faeces, keadaan ini dapat dicapai
jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat cukup tinggi.
Berdasarkan hal diatas penderita hipertensi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi
makanan tinggi serat antara lain golongan buah-buahan, golongan sayuran segar.
Karena pemberian makan yang masih segar seperti buah dan sayuran segar dapat
menganti kalium yang banyak keluar akibat pemberian diuretik . Selain itu dapat juga
diberikan golongan protein nabati, susu tanpa lemak dan makanan lain seperti agaragar dan rumput.
Diet Kalori
Untuk penderita hipertensi yang mempunyai berat 60 dan berat badan diatas normal
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya dengan pembatasan kalori dan perlu
diperhatikan masukan kalori dikurangi 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 500 gram / kg berat badan perminggu, menu makanan harus
seimbang dan memenuhi zat gizi seperti protein, vitamin dan mineral, selain itu perlu
melakukan aktivitas olah raga ringan.
BAB III
METODE STUDI KASUS
3.4.2
3.4.3
Pola makan adalah kebiasaan makan pada penderita hipertensi baik jenis,
jumlah, frekwensi, isi, kesukaan dan jarak.
BAB IV
LAPORAN KASUS
Data Riwayat Keluarga
1.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. Wakinem
Umur
: 80 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
2.
3.
4.
: Tamat SD
: Jalan Latumenta VI no 8 21/16 Jakarta Barat
Kebersihan Perorangan
: Baik
: Tidak ada
Penyakit Keturunan
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Pola makan
: Baik
: 6 orang
Psikologis Keluarga
Kebiasaan Buruk
: Tidak ada
Pengambilan keputusan
: Ibu
Ketergantungan obat
: ada (captopril)
: Puskesmas Jelambar 2
Pola Rekreasi
: baik
: Permanen
Lantai Rumah
: keramik
Penerangan
: baik
Kebersihan
: sedang
Ventilasi
: baik
Dapur
: ada
Jamban keluarga
: ada
: ledeng
6.
7.
: sedang
Spiritual keluarga
Ketaatan beribadah
: baik
: baik
: rendah
: baik
: baik
: sedang
Keadaan ekonomi
: baik
Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh
8.
9.
Keluhan Utama
: Adat Jawa
Lampiran 1
: Sakit kepala disertai nyeri tengkuk
Biasanya pasien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala yang sudah
tidak dapat ditahan oleh pasien. Hal ini berkaitan dengan tekanan darah
tingginya. Namun, setelah di periksa tekanan darahnya, tekanan darah pasien
dapat
mencapai
10.
11.
170/85
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Generalis:
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : mesocephal, simetris
- Rambut : warna putih lebih dominan dari pada warna hitam
mmHg.
13.
Diagnosis Penyakit
Hipertensi grade 2 (JNC tipe VII)
14.
Diagnosis Keluarga
Seluruh anggota keluarga pasien dalam kondisi sehat . Keluarga pasien sangat
mendukung tentang kesehatan pasien. Keluarga mengetahui jenis makanan
apa yang boleh diberikan pada pasien yaitu dengan memasak makanan yang
tidak mengandung kolesterol dan tidak tinggi garam.
15.
kondisi psikis nya yaitu dengan menikmati hidupnya, tidak stress, dan
olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan oleh pasien adalah jalan pagi atau
bisa dengan membersihkan rumah. Selain hidup sehat dengan olahraga,pasien
tidak
akan
merasa
stress.
16.
Prognosis
Pasien mengkonsumsi captopril teratur 1x1 setiap hari dan mengatur pola
makan dengan diet rendah garam, maka prognosisnya baik. Untuk
menentukan prognosis baik atau tidaknya kami juga melihat dari kondisi
fisiknya yang sehat dan tidak ditemukan adanya kelainan.
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis penderita didapatkan keluhan sakit kepala serta rasa kaku
pada tengkuk yang kumat-kumatan, dan dari pemeriksaan fisik didapat
tekanan darah penderita 170/85 mmHg, berdasarkan klasifikasi hipertensi,
masuk dalam kategori hipertensi stage II.Saya sempat memeriksa frekuensi
denyut nadi dan didapatkan bahwa frekuensi denyut nadi pasien adalah 72x/
menit.
Dari beberapa masalah yang ada factor usia dan factor psikis dapat menjadi
Keadaan Sosiologis
Kehidupan social bermasyarakat pasien sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan
bahwa pasien rajin mengikuti kegiatan keagamaan bahkan pasien pun sering
mengadakan pengajian di rumahnya.
Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi pasien tergolong cukup. Untuk menghidupi kehidupan
sehari-hari, pasien menggunakan uang pensiunnya. Sedangkan untuk anakanaknya menghidupi kebutuhannya masing-masing tanpa melibatkan pasien.
Pasien tidak memiliki tanggungan. Jadi dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya tidak ada kendala.
Keadaan Budaya
Pasien berasal dari Jogjakarta. Dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlalu
menggunakan adat jawa.
ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH
Kondisi pasien
Kunjungan rumah pasien pertama dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010. Pada
saat kunjungan pasien baru mandi dan beristirahat sejenak. Pasien bercerita
tentang penyakitnya yaitu hipertensi yang sudah dialami selama 4 tahun.
Pasien mengkonsumsi captopril 1x1 sehari dan menjaga pola makan diet
rendah garam sehingga tekanan darahnya stabil.
Faktor emosional pun juga mempengaruhi tekanan darah pasien. Apabila
pasien sedang mengalami stress psikis maka tekanan darahnya bisa naik.
Pekerjaan
Pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga
Keadaan Rumah
a. Letak / lokasi: rumah terletak di Jalan Latumenten VI no 8 RT/RW 21/16
Jakarta Barat.
b. Bentuk rumah: bentuk bangunan rumah bertingkat, bangunan bersifat
permanen, dinding tembok dari semen, lantai rumah dari keramik, atap rumah
dari genteng, status kepemilikan rumah atas nama pasien sendiri.
c. Luas rumah: Rumah pasien dalam bentuk tipe 36 dengan ukuran 8mx8m
dan memiliki luas bangunan 64 m2 .
d. Lantai rumah: lantai rumah dari keramik dan tidak lembab.
e. Ventilasi : Cahaya yang masuk ke rumah dirasakan cukup.
f. Sanitasi dasar:
- Sumber air: Pasien menggunakan air ledeng sebagi sumber air.
- Jamban: Terdapat 1 kamar mandi dengan WC jongkok. Kesan WC bersih
dan terawat. .
- Tempat sampah: terdapat tempat sampah di dapur yang ditutup dan tidak
bocor sehingga sampah tidak berceceran.
g. Pemanfaatan halaman: Pasien tidak memiliki halaman.
h. Kandang: di rumah pasien tidak terdapat kandang binatang.
Keadaan Lingkungan
Setelah saya mengamati keadaan rumah pasien, saya dapat menyimpulkan bahwa
keadaan rumah pasien tergolong kedalam kebersihan yang sedang. Di kamar masingmasing anggota keluarga masih banyak pakaian yang digantung tidak rapih. Dari segi
penerangan pun sudah cukup baik, dalam arti tidak gelap dan kondisi rumah pasien pun
tidak lembab. Saya pun menyarankan pada pasien agar tidak menggantungkan pakaian
karena dapat menimbulkan demam berdarah. Selain itu saya menyarankan agar seminggu
sekali menguras bak dan tidak membiarkan air tergenang.
KESIMPULAN
Berdasarkan wawancara dan anamnesis, saya mengambil kesimpulan bahwa pasien
mengalami hipertensi derajat 2 karena tekanan darah pasien adalah 175/85 mmHg. Hal
yang mendasari penyebab hipertensi pada pasien ini adalah faktor usia yang sudah lanjut
dan faktor psikis yang menjadi pemicu utama hipertensi. Tekanan darah pasien dapat
meningkat apabila mengalami stress psikis dan dapat turun menjadi normal apabila stress
psikisnya sudah di obati.
SARAN
Saran kepada puskesmas
Menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat. Dalam
hal ini pasien mengalami hipertensi sehingga harus mengkonsumsi makanan yang
rendah garam.