Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OPERATOR
TANGGAL
JENIS KELAMIN
TEMPAT, TANGGAL LAHIR: sesuai dengan tempat dan tanggal lahir pasien
UMUR
PEKERJAAN
ALAMAT
NO. TELEPON
STATUS PERKAWINAN
PENDIDIKAN TERAKHIR
SUKU
AGAMA
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA :
Hal ini berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien datang ke
dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter gigi
dalam menentukan prioritas perawatan (rasa sakit ataupun ngilu, rasa tidak nyaman,
perdarahan, pembengkakan, halitosis, rasa malu dan alasan estetis).
Kapan terakhir kali anda ke dokter gigi dan perawatan apa yang dilakukan? (dapat
sedikit menunjukkan masalah yang dihadapi saat ini?)
Apakah anda menggunakan benang gigi atau dental floss? (motivasi, pengetahuaan
tentang pencegahan?)
Riwayat medis yang tidak lengkap dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan pasien,
dokter gigi, juga staf pendukung lainnya.
Pernahkah anda menderita penyakit berat atau dirawat di rumah sakit? (bila pernah
masuk rumah sakit menunjukkan pasien pernah mempunyai penyakit yang cukup
berat)
Pernahkah anda menjalani operasi? (bila pernah berarti ada penyakit yang cukup
berat, bisa juga didapat informasi tentang kepekaan pasien terhadap obat anastesi)
Bila pernah, apakah ada masalah? (seperti perdarahan berlebihan, reaksi alergi
terhadap obat dan sebagainya)
Apakah saat ini anda dalam perawatan seorang dokter? (Dapat menunjukkan adanya
suatu masalah yang cukup serius)
Apakah anda sedang mengonsumsi obat? (bila ya, kemungkinan ada masalah yang
sedang dihadapi. Obat yang diresepkan untuk mengatasi masalah gigi dapat bereaksi
dengan obat yang ada)
Pernakah anda ditolak menjadi pendonor darah? (Kemungkina ada virus yang
berkembang biak dalam darah).
Bila dicurigai akan adanya diagnosis yang melibatkan kondisi herediter, tambahkan
catatan rinci tentang kesehatan, usia, dan riwayat medis dari orang tua, kakek-nenek,
saudara kandung dan anak-anak.
Beberapa penyakit bersifat herediter seperti hemofilia, diabetes melitus yang tidak
bergantung pada insulin, hipertensi, epilepsi, penyakit jantung, kelainan psikiatri dll.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang gaya hidup pasien yang
kemungkinan berpengaruh besar terhadap kesehatan umum dan kesehatan gigi pasien.
KONDISI SISTEMIK
A. Gangguan Jantung
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi pencabutan gigi. Kontraindikasi
pencabutan gigi bukan berarti kita tidak dapat melakukan tindakan pencabutan gigi pada
pasien ini, namun dalam penanganannya perlu konsultasi pada para ahli dalam hal ini dokter
spesialis jantung. Pada penyakit ini denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:
1. Apakah anda memiliki gangguan jantung? (Resiko angina/ serangan jantung,
resiko untuk anastesi umum).
2. Pernahkah anda menderita bising jantung atau kelainan katup jantung? ( Resiko
untuk infeksi endokarditis setelah pencabutan gigi).
B. Hipertensi/Hipotensi
Pada penyakit darah tinggi denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan
terus-menerus. Ketika pasien memliki tekanan darah yang tidak terkontrol dengan baik, maka
sebaiknya merujuk ke dokter untuk memastikan kontrol yang memadai sebelum perawatan
gigi.
Contoh pertanyaanyang diajukan:
Apakah anda memiliki riwayat hipertensi?
C. Kelainan Darah
Kelainan darah merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang meliputi :
anemia, thalassemia, hemofilia dan leukemia.
Pertanyaan ini dimaksudkan agar operator dapat menghindari terjadinya suatu komplikasi
pada pasien, ketika pasien mendapatkan suatu perawatan. Misalnya dalam perawatan
ekstraksi gigi maupun perawatan gigi lainnya yang dapat menimbulkan terjadinya suatu
perdarahan.
Contoh pertayaan yang diajukan:
1. Apakah saudara memiliki kelainan pada sistem peredaran darah?
(Misalnya: anemia,thalassemia, hemofilia atau leukemia)
2. Sudah berapa lama anda mengalami gangguan pada sistem peredaran darah?
D. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan
terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol
menyebabkan penderita diabetes beresiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan
mulut.
Diabetes yang tidak terkontrol mengganggu sel darah putih dan sel-sel imun seperti
neutrofil, monosit dan makrofag yang berfungsi untuk pertahanan tubuh. Hal ini
menyebabkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri menjadi menurun, dan penderita
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Di tambah lagi dengan adanya peningkatan kadar sel
radang dalam cairan saku gusi,menyebabkan jaringan periodontal lebih mudah terinfeksi dan
mengakibatkan kerusakan tulang.
Penderita Diabetes Mellitus rentan terhadap masalah-masalah dalam rongga mulut seperti:
1. Mulut kering (xerostomia).
2. Radang gusi (gingivitis) dan radang jaringan periodontal (periodontitis).
3. Luka sukar sembuh.
4. Oral thrush (adanya jamur di rongga mulut)
Pertanyaan ini dimaksudkan agar operator dapat menghindari masalah yang tidak
diinginkan. Misalkan pasien hendak melakukan mencabut gigi, sebab luka pada penderita
diabetes sukar sembuh. Selain itu juga ada resiko terjadinya infeksi sekunder dan perdarahan
yang cukup banyak setelah tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi. Oleh karena itu dokter
gigi akan memberikan tindakan premedikasi bila dipandang perlu, sebelum melakukan
tindakan perawatan pada penderita diabetes.
Contoh pertanyaan yang diajukan:
1. Maaf sebelunya, apakah saudara mengidap penyakit diabetes mellitus?
2. Sudah berapa lama anda mengidap penyakit tersebut?
3. Apakah anda sering merasa haus, lapar pada malam hari dan sering buang air kecil
pada malam hari?
E. Gangguan Ginjal
Keadaan ini perlu ditanyakan kepada pasien, karena ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan perawatan, sebagai berikut:
1. Penderita penyakit ginjal mempunyai kecenderungan terhadap infeksi sehingga
perawatan antibiotik profilaksis perlu dilakukan sebelum tindakan yang melibatkan
pembedahan.
2. Pasien dengan penyakit ginjal juga rentan terjadi pendarahan, oleh karena itu tindakan
yang melibatkan pembedahan harus dilakukan pada saat pasien tidak menggunakan
dialysis.
3. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, perawatan endodontik gigi desidui dan
gigi dengan akar lebih dari satu harus dihindari karena dapat meningkatkan resiko
infeksi.
4. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan tindakan pembedahan
pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, yaitu konsultasi dengan dokter ahli, pada
kasus anemia berat, hematokrit pasien harus pada level yang memungkinkan untuk
dilakukan tindakan, dilakukan tindakan pencegahan untuk mencegah pendarahan
meluas, pencegahan local untuk mengontrol pendarahan dilakukan dengan
menempatkan spons gelatin
F. Hepatitis
Perlu ditanyakan apakah pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis untuk menghindari
resiko penularan virus, baik ke dokter gigi maupun ke pasien yang lainnya (infeksi silang).
Hal penting yang harus diperhatikan dokter gigi yaitu risiko penularan perkutan melalui
tusukan atau luka dengan instrumen yang terinfeksi dari pasien HBV-positif atau HCVpositif maupun absorbsi melalui permukaan mukosa (mata, rongga mulut).
I. Epilepsi
Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologic dengan gejala adanya serangan yang
timbul berulang yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik abnormal sel saraf otak.
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menghindari kejang yang dapat terjadi tiba-tiba. Halhal yang perlu diperhatikan dalam perawatan gigi pada pasien epilepsi adalah penyediasan
alat mouth props dan fingerstd untuk mencegah tergigitnya lidah.
Contoh pertanyaan:
1. Apakah anda pernah mengalami kejang secara tiba-tiba?
2. Apakah anda mengidap penyakit seperti epilepsi?
3. Apakah sudah dilakukan penanganan untuk penyakit tersebut?
J. HIV/AIDS
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menghindari operator dari infeksi lewat kontak saliva
dan darah. Selain itu penularan infeksi silang antara pasien ke pasien melalui alat-alat yang
telah tercemar.
Contoh pertanyaan:
1. Maaf sebelumnya, apakah anda mengidap penyakitseperti HIV/AIDS?
2. Jika ya. Sejak kapan anda mengidap penyakit tersebut?
3. Apakah sudah pernah dilakukan penanganan penyakit tersebut?
Pertanyaan yang dapat membantu memprediksi penyakit HIV/AIDS:
1. Apakah saat ini anda sedang mengonsupsi obat-obatan? Jika ada, tanyakan obat apa
yang di konsumsi.
2. Perhatikan tanda-tanda dalam rongga mulu pasien misalnya.
K. Alergi Obat
Perlu ditanyakan kepada pasien untuk mencegah timbulnya reaksi alergi disaat pemberian
obat-obatan kepada pasien. Beberapa jenis obat-obatan dalam kedokteran gigi dapat memicu
timbulnya reaksi alergi mulai dari reaksi alergi yang ringan hingga reaksi alergi yang berat.
Beberapa contoh obat yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi yang berpotensi
menimbulkan reaksi alergi pada pasien yaitu :
1. Anastetik lokal
2. Antibiotik (penisilin)
3. Obat-obatan
NSAIDNon
Steroidal
Anti-Inflammatory
Drugs
(aspirin,
fenilbutason)
Beberapa contoh pertanyaan yang dapat diajukan pada pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya riwayat alergi obat, antara lain :
1. Pernahkah anda mencabut gigi sebelumnya ?
Bila pernah, apakah ada masalah ketika anda mencabut gigi ? (untuk mengetahui
kepekaan terhadap obat anastesi dan ada/tidaknya reaksi alergi obat anastesi)
2. Pernahkah anda mempunyai masalah dengan anastesi gigi/anastesi umum ?
3. Pernahkah anda mempunyai masalah ketika mengonsumsi obat antibiotik ?
4. Pernahkah anda mempunyai masalah ketika mengonsumsi obat, misalnya aspirin ?
L. Alergi Makanan
Perlu ditanyakan kepada pasien untuk mencegah timbulnya reaksi alergi ketika dilakukan
perawatan. Beberapa bahan maupun produk kedokteran gigi memiliki kandungan yang sama
atau serupa dengan kandungan pada beberapa jenis makanan. Walaupun biasanya hanya
mengandung sebagian kecil, namun tetap perlu diperhatikan guna mencegah timbulnya reaksi
alergi pada pasien.
Beberapa contoh bahan maupun produk kedokteran gigi yang memiliki kandungan yang
sama atau serupa dengan kandungan pada makanan yaitu:
1. Polishing paste ( biasanya mengandung gluten, pinenuts dan nut oils)
2. Anastetik topikal (biasanya mengandung bahan perasa buah, misalnya : strawberry,
jeruk, pina colada, dll)
3. Propofol (biasanya mengandung protein dalam telur)
4. Temporary cement (memiliki kandungan eugenol yang berasal dari minyak cengkeh)
5. Fluoride treatment (dapat memiliki kandungan kacang-kacangan dan susu)
6. Pasta gigi (dapat mengandung protein susu)
7. Handskun (latex, kandungan pada latex serupa dengan kandungan protein pada
pisang, melon, alpukat, kiwi, wortel, tomat, kentang, dan chestnut)
8. Nitrous oxide (memiliki zat yang struktur molekulnya seperti yang ada pada telur)
Beberapa contoh pertanyaan yang dapat diajukan pada pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya riwayat alergi makanan, antara lain :
1. Apakah anda memiliki alergi makanan ?
2. Apakah anda alergi minum susu ?
3. Apakah anda memiliki alergi pada buah-buahan?
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
3. Pernapasan normal untuk usia 2 tahun 25x/menit; usia 4-12 tahun 19-23 x/menit; usia
14-18 tahun 16-18 x/menit; dewasa 12-20 x/menit; lansia 14-16 x/menit.
B. Pemeriksaan Ekstraoral
1. Deformitas adalah suatu kondisi kelainan bentuk secara anatomi dimana struktur tulang
berubah dari bentuk yang seharusnya.
2. Nyeri adalah rasa tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
3. Bengkak adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan bentuk suatu jaringan menjadi
lebih besar dari bentuk yang seharusnya.
4. Gangguan fungsi adalah keadaan dimana suatu organ tidak dapat melakukan fungsinya
secara normal.
Kepala
1. Pemeriksaan visual kepala dilihat dari depan. Perhatikan apakah bentuk kepala pasien
simetris/asimetris yang berlebihan. Jika terlihat asimetris diberi centang () pada
kolom deformitas.
2. Untuk memeriksa daerah leher, mintalah pasien mengangkat dagunya ke atas sehingga
daerah leher akan terlihat. Perhatikan saat pasien menelan; pembengkakan pada kelenjar
tiroid akan bergerak pada saat menelan.
Dengan posisi sama, pasien memutar kepala ke kiri, lalu ke kanan untuk memeriksa
regio submandibula sisi kiri dan kanan. Bila pasien tidak terlalu gemuk, biasanya
pembengkakan kelenjar sublingual, nodus limfatik, dan kelenjar submandibula akan
terlihat.
Fasial
1. Pemeriksaan visual dilakukan pada daerah wajah yaitu mata, pipi, dan bibir
2. Mata Perhatikan kedipan mata(Frekuensi rendah menunjukkan adanya masalah
psikologis/mungkin penyakit Parkinson. Frekuensi tinggi menunjukkan
ansietas atau kekeringan mata, mis: sindrom Sjrgen); Konjungtifva pucat
(anemia);
3. Pipi
4. Bibir Pemeriksaan visual : Perhatikan tonus otot (misalnya, sudut mulut yang
Otot pengunyahan
1. Periksa bila ada nyeri tekan
2. Otot masseter : Berasal dari
luar sudut mandibula. Lakukan palpasi pada asal perlekatan otot dan insersinya dengan
menggunakan satu jari dari satu tangan intraoral dan jari telunjuk serta jari tengah dari
tangan yang lain pada pipi pasien.
3. Temporalis : Berasal dari garis superior dan inferior temporalis di atas telinga dan
masuk ke dalam prosesus koronoideus serta tepi anterior ramus asendens. Lakukan
palpasi ekstraoral pada awal otot dan intraoral pada insersinya.
Kelenjar ludah
1. Parotis
a. Kelenjar terletak di distal ramus asendens mandibula.
b. Pemeriksaan dilakukan dari arah depan. Bagian bawah daun telinga akan terdorong
ke luar bila kelenjar membengkak. Lakukan palpasi pada kelenjar untuk melihat
adanya pembengkakan atau perabaan yang lunak.
2. Submandibula
a. Lakukan palpasi pada kelenjar saliva submandibula di atas dan di
bawah otot milohioideus.
b. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah dari satu tangan untuk
pemeriksaan intraoral, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan
yang lain dari luar mulut.
Kelenjar limfe
1. Pemeriksaan
dilakukan
dari
arah
belakang
Tulang Rahang
Palpasi pada tulang rahang dilakukan secara ekstraoral pada RA dan RB.
3. Mukosa Bukal
Pemeriksaan dilakukan dengan mulut terbuka lebar, tarik pipi ke samping dan periksa
mukosa pipi. Kemudian dengan mulut setengah terbuka, periksa sulkus maksila dan
mandibula. Ulangi pemeriksaan yang sama untuk sisi sebelahnya.
Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan lesi pada mukosa bukal:
a. Erosi
Hilangnya sebagian permukaan epitel yang tidak melibatkan jaringan ikat di
bawahnya.
b. Ulkus
Hilangnya seluruh permukaan epitel disertai terbukanya jaringan ikat di bawahnya.
c. Vesikel
Akumulasi cairan yang terbatas di antara epitel atau di bawah epitelium, dengan
diameter kurang dari 5 mm.
d. Bula
Akumulasi cairan yang terbatas di antara epitel atau di bawah epitelium, dengan
diameter lebih dari 5 mm.
(Catatan : Vesikel dan bula sering kali ditemukan sudah dalam keadaan pecah dan
terbuka, berbentuk ulserasi)
e. Plak
Daerah luas, berbatas tegas dan lebih tinggi dari region sekitarnya.
f. Papula
Tonjolan kecil, berbatas tegas dan lebih tinggi dari region sekitarnya.
g. Makula
Perubahan warna pada suatu daerah tertentu, sama tinggi dengan sekitarnya dan
berbatas tegas.
h. Pustula
4. Mukosa Palatinal
Pemeriksaan dilakukan dengan menekan lidah menggunakan spatel lidah. Palatum
durum diperiksa secara visual disertai palpasi. Palatum molle diperiksa secara visual,
termasuk mobilitasnya.
Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan lesi pada mukosa palatinal :
a. Sinus :
Saluran satu arah (buntu), yang dilapisi epitel. Perlu dilakukan suatu usaha untuk
mengeluarkan pus dari suatu sinus. Pemeriksaan untuk sinus ini dapat digunakan
dengan menggunakan sonde atau gutta percha cone.
b. Fistula :
Saluran dilapisi epitel yang menghubungkan dua rongga, misalnya rongga mulut
dengan sinus maksilaris (fistula oro-antral).
c. Erosi, ulkus, vesikel, bula, plak, papula, makula, dan pustula juga sering ditemukan
pada mukosa palatinal.
5. Gingiva
Pemeriksaan pada gingiva yaitu diperiksa secara visual dan palpasi : dilihat
warna/bentuk/ukuran/texture. Gingiva dapat diperiksa paling mudah dengan cara
menutup mulut sebagian dan bibir diretraksi dengan jari-jari, tongue blade, atau lip
retractor.
Gingiva normal :
a. Warna gingiva, warna attached gingiva dan marginal gingiva pada umumnya
berwarna pink yang dipengaruhi oleh suplai darah.
b. Contour
gingiva
sangat
bervariasi
dan
bergantung
pada
bentuk
maupun
kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak proksimal, serta
luas embrasure gingiva sebelah fasial dan lingual. Marginal gingiva mengelilingi gigi
menyerupai kerah baju.
c. Konsistensi gingiva padat, keras, kenyal dan melekat erat pada tulang alveolar.
d. Tekstur permukaan gingiva memiliki tekstur seperti kulit jeruk yang lembut dan
tampak tidak beraturan, yang disebut stippling.
e. Posisi, posisi menunjukkan tingkatan dimana marginal gingiva menyentuh gigi.
f. Ukuran, ukuran gingiva menunjukkan jumlah total elemen seluler dan intraseluler,
serta vaskularisasinya.
6. Frenulum
Pemeriksaan frenulum dilakukan dengan cara menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
kedua kedua tangan
a. Frenulum normal : Perlekatan sampai batas mukogingival junction
b. Frenulum sedang : perlekatan sampai attached gingiva
c. Frenulum tinggi : perlekatan sampai free gingival, interdental papilla,
B. Peta Mukosa
1. Labial commisure right; merupakan daerah yang terletak pada sudut bibir sebelah
kanan
2. Buccal mucosa right; merupakan mukosa bukal bagian kanan
3. Labial commisure left; merupakan daerah yang terletak pada sudut bibir sebelah kiri
4. Buccal mucosa left; merupakan mukosa bukal sebelah kiri
5. Labial mucosa upper; merupakan mukosa labial bagian atas
6. Labial mucosa lower; merupakan mukosa labial bagian bawah
7. Buccal sulcus right maxillary; merupakan sulkus bukal bagian kanan rahang atas
8. Labial sulcus maxillary; merupakan sulkus bukal rahang atas
9. Buccal sulcus left maxillary; merupakan sulkus bukal bagia kiri rahang atas
10. Buccal sulkus mandibular; merupakan sulkus bukal rahang bawah
11. Labial sulcus mandibular; merupakan sulkus labial rahang bawah
12. Buccal sulkus left mandibular; merupakan sulkus bukal kiri rahang bawah
13. Alveolar ridge buccally right maxillary; merupakan linggir alveolar bucal kanan
rahang atas
14. Alveolar ridge labially maxillary; merupakan linggir alveolaris labial rahang atas
15. Alveolar ridge buccally left maxillary; merupakan linggir alveolaris bukal kiri rahang
atas
16. Alveolar ridge buccally right mandibulla; merupakan linggir alveolar bukal kanan
rahang bawah
17. Alveolar ridge labially mandibular;merupakan linggir alveolar labial rahang bawah
18. Alveolar ridge buccally left mandibular; merupakan linggir alveolar bukal kiri rahang
bawah
19. Alveolar ridge palatally right; merupakan; linggir alveolar palatal bagian kanan
20. Alveolar ridge palatally anterior; merupakan linggir alveolar palatal bagian anterior
21. Alveolar ridge palatally left; merupakn linggir alveolar palatal bagian kiri
22. Alveolar ridge lingully right; merupakan linggir alveolar lingual bagian kanan
23. Alveolar ridge lingully anterior; merupakan linggir alveolar lingual bagian anterior
24. Alveolar ridge lingully left; merupakan merupakan linggir alveolar lingual bagian
kanan
25. Floor of mouth lateral right; merupakan dasar mulut lateral bagian kanan
26. Floor of mouth triangular area; merupakan dasar mulut bagian triangular
27. Floor of mouth lateral left:dasar mulut bagian lateral kiri
28. Vebtral surface og thr tongue right merupakan ventral lidah bagian kanan
29. Vebtral surface og thr tongue left; merupakan ventral lidah bagin kakan
30. Margin of the tongue right; merupakan bagian kanan
31. Margin of the tongue leftmerupakan tepi lidah bagian kiri
32. Tip of the tongue: merupak ujung lidah bagian depan
33. Dorsum of the tongue right; merupkan pangkal lidah bagian kanan
34. Dorsum of the tongue left; merupakan pangkal lidah bagian kiri
35. Base of the tongue; merupakan dasar lidah
36. Hrd palate right; merupakan palate keras nagian kanan
37. Hard palate left; merupakan palatum keras bagian kiri
38. Soft palate right; merupakan palatum lunak bgian kanan
39. Soft palate left; merupakan palatum lunak bagian kiri
40. Anterior tonsilar pillar right; merupakan dinding tonsil bagian depan kanan
41. Anterior tonsilar pillar left; merupakan dinding tonsil bagian depan kiri
42. Vermillian border upper; merupakan bibir bagian atas
43. Vermillian border lower; merupakan bibir bagian bawah
Jika ditemukan lesi pada mukosa rongga mulut, tulis jenis lesi yang ada, cirri-cirinya, letak
dari lesi tersebut, dan memberi tanda lesi dan letaknya pada peta mukosa rongga mulut di atas
serta diagnosa pembanding dari lesi tersebut.
C. Jaringan Keras
1. Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan untuk melihat posisi normal apabila adanya hubungan
statis antara gigi rahang atas dan rahang bawah selama interkuspasi (pertemuan tonjol gigi
atas dan bawah secara maksimal), sedangkan posisi tidak normal apabila hubungan antara
gigi rahang atas dan bawah tidak sesuai. Contohnya
a. Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat
kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi geligi
mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok gigi, atau
satu gigi saja. Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:
1) Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi
anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior
mandibula.
2) Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior
mandibula.
b. Deep bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus
maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada
kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus
madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.
c. Open bite
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang
atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik.
d. Scissors bite
Scissors bite adalah keadaan dimana gigi-gigi maksila bagian posterior beroklusi
sepenuhnya pada aspek bukal gigi-gigi mandibula bagian posterior.
2. Maloklusi
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari oklusi normal
yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang spatial atau
anomali dalam posisi giginya. Klasifikasi Angle :
a. Klas I Angle
Klas I Angle disebut juga neutro oklusi ditandai dengan tonjol mesiobukal dari molar
pertama permanen maksila terletak pada bukal groove dari molar pertama permanen
mandibula. Kaninus maksila terletak pada ruangan antara tepi distal dari kaninus
mandibula dan tepi mesial dari premolar pertama.
b. Klas II Angle
Klas II Angle disebut juga disto oklusi yaitu tonjol mesio bukal dari molar pertama
permanen maksila beroklusi pada ruangan antara tonjol mesio bukal dari molar pertama
permanen mandibula dan tepi distal dari tonjol bukal premolar kedua mandibula.
Divisi I
3. Torus palatinus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya penonjolan tulang yang umum terjadi
di daerah palatum durum
4. Torus mandibula
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya penonjolan tulang yang terjadi di
rahang bawah bagian lingual. Biasanya terdapat di satu sisi (sisi kanan atau kiri) dan juga
kedua sisi.
5. Palatum
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan pasien dengan pertumbuhan rahang atas
ke lateral kurang (kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang
pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar.
6. Supernumerary teeth
Pemeriksaan dilakukan pada gigi geligi apabila didapati adanya gigi yang berlebih dari
jumlah gigi normal.
7. Diastema
Pemeriksaan dilakukan pada gigi untuk melihat adanya ruang diantara gigi yang
bersebelahan.
8. Gigi Anomali
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat adanya kelainan pada gigi geligi.
9. Gigi Tiruan
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apabila terdapat gigi tiruan pada rongga mulut.
6. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan
rahang bawah.
7. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakuakn
penilaian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan dalam penatalaksanaan pasien dengan riwayat
penyakit maupun kondisi sistemik seperti penyakit jantung, hiper/hipotensi, kelainan
darah, hemofilia, diabetes mellitus, penyakit ginjal, hepatitis, gangguan pernafasan,
kelainan pencernaan, epilepsi, HIV/AIDS, serta alergi obat ataupun makanan.
2.
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi dilakukan sebagai informasi tambahan dalam penentuan
diagnosis dan rencana perawatan. Dua jenis pemeriksaan radiografi yang sering
dilakukan adalah radiografi intra oral dan radiografi ekstraoral.
a.
Radiografi Intraoral
1) Oklusal
Memperlihatkan gambar radiografi dari bagian oklusal mandibula atapun
maksila. Dilakukan untuk memeriksa erupsi gigi, fraktur rahang, adanya gigi
supernumerary, serta abnormalitas dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi
dan mulut.
2) Periapikal
Memperlihatkan gambar radiografi seluruh bagian gigi (mahkota sampi pada
bagian akar serta jaringan pendukung gigi). Seringkali terdapat dua sampai
empat gigi dalam satu foto periapikal. Foto periapikal dapat menunjukkan
adanya infeksi pada apikal gigi, morfologi akar, panjang saluran akar gigi, posttrauma, kista apikal, dan gambaran evaluasi impant pada gigi, lesi serta status
jaringan periodontal gigi.
3) Bite-wing
Memperlihatkan gambar radiografi mahkota dari premolar dan molar pada sisi
kanan ataupun kiri.
Radiografi Ekstraoral
1) Panoramik/OPG (Orthopantomograph)
Memperlihatkan gambar radiografi keseluruhan gigi maksila dan mandibula
serta jaringan pendukung gigi. Digunakan untuk melihat jaringan periodonsium,
tinggi tulang alveolar, keadaan patologis, TMJ, sinus, gigi impaksi, saraf, pola
erupsi gigi, orientasi gigi M3, keadaan akar, fraktur, kista dan restorasi.
2) Sefalometri
Pemeriksaan radiografi sefalometri digunakan dalam perawatan ortodonti dan
untuk kepentingan bedah mulut sebagai bahan pertimbangan penentuan
diagnosis dan terapi. Foto sefalometri juga digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan perawatan dan mendeteksi fraktur rahang.