PENDAHULUAN
ADMINISTRASI
PENENTUAN
LETAK PLTMH
RENCANA
SURVEY
LAPANGAN
STUDI AWAL
&
DATA SEKUNDER
LAPORAN
PENDAHULUAN
STUDI
KELAYAKAN
LAPORAN
ANTARA
SURVEY
TOPOGRAFI
PENYELIDIKAN
GEOLOGI
ANALISA
EKONOMI
PENGUKURAN
HIDROMETRI
ANALISA TEKNIK
Hidrologi, Geologi,
Topografi,
Pembangkitan
DATA :
SOSEKBUD,
KELISTRIKAN,
AKSESIBILITAS,
ANALISA
LINGKUNGAN
DESAIN AWAL
KELAYAKAN
LAPORAN
DRAFT AKHIR
DESAIN AWAL
Pekerjaan Sipil
Pekerjaan Elektro-Mekanik
LAPORAN
AKHIR &
GAMBAR
SELESAI
III-1
3. 1.
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pada tahap pendahuluan tentunya konsultan perlu melakukan segala persiapan dari sisi
administrasi, pengumpulan dan inventarisasi segala bentuk data penunjang, mempersiapkan
(koordinasi) tenaga ahli serta peralatan survey lapangan.
Tinjauan data-data sekunder maupun informasi yang ada baik dari pengguna jasa,
pemerintah daerah, pemuka adat maupun warga masyarakat sangat menunjang
keberhasilan konsultan dalam mempersempit wilayah potensi pengembangan yang
selanjutnya dilakukan pendalaman melalui survey lapangan.
Desk study dilakukan diatas peta dengan skala 1 : 50.000, untuk menentukan titik potensi
PLTMH di wilayah studi, catchment area yang luas, dan pencapaian yang paling mudah
dijangkau.
Tujuan tahap pekerjaan Pendahuluan ini adalah untuk memastikan bahwa titik-titik potensi
PLTMH yang diinginkan benar-benar prospektif dan secara ekonomis layak dan dapat
dikembangkan. Pengumpulan data sekunder serta Site Reconnaissance dilakukan untuk
mengetahui gambaran/informasi awal mengenai situasi titik potensial, yakni : 1). Apakah
titik potensi berada di lokasi hutan lindung, taman nasional, atau dekat dengan permukiman
penduduk, 2). Apakah titik potensi berada pada jalur gempa, atau dilewati oleh sesar, 3).
Apakah kondisi ekosistem catchment area terpelihara dengan baik, atau sudah rusak.
Analisa Hidrologi Regional dilakukan untuk menentukan debit andalan, yang dilakukan
melalui perhitungan debit sungai andalan, debit rata-rata, analisa data time series curah
hujan, serta fluktuasi debit saat musim kemarau terkering dan musim hujan terbasah.
Setelah hal tersebut diatas dilakukan, disusun rencana penyelidikan lapangan serta
alternative tapak PLTMH.
III-2
3. 2.
Pekerjaan pengukuran
2.
Orientasi medan
3.
4.
5.
6.
7.
Pemetaan wilayah, yang dipetakan dalam survey topografi ini meliputi wilayah dataran
dan perairan (sungai)
2.
Pemetaan situasi untuk layout PLTMH rencana skala 1:1000 sepanjang 1.5 kilometer
sungai dengan lebar 300 meter per bantaran sungai.
3.
Pengukuran cross section sungai pada lokasi calon PLTM terpilih, di lokasi bendung
(masing-masing 5 cross section) dan tailrace (masing-masing 5 cross section).
Diperkirakan akan terdapat 30 cross section dengan kerapatan disesuaikan kebutuhan.
III-3
4.
Pemetaan detil bangunan skala 1:200 pada lokasi PLTM terpilih (bendung, intake,
kolam pengendap pasir, saluran hantar, bak penenang, pelimpas, jalur pipa pesat,
gedung sentral, switchgear, rumah operator, pos jaga).
5.
6.
7.
III-4
2. Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan orientasi
medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya) dan pilar
beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol pengukuran.
b. Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya.
c. Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.
d. Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi.
e. Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan, perlengkapan,
material, serta logistik.
f.
meninjau lokasi
Pengawas Lapangan.
3. Pemasangan BM (Bench Mark) dan Patok Kayu
BM dipasang ditempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM akan
difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat (x, y, z) BM
dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada setiap
pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk memudahkan pemeriksaan. Tata cara
pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat. Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench
Mark besar berukuran (20x20x75)cm dengan jumlah BM sebanyak 2 buah. Bench Mark
besar dipasang seperti berikut :
a.
BM harus dipasang pada jarak tertentu sepanjang jalur poligon utama atau cabang.
Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50cm (yang
kelihatan di atas tanah kurang lebih 25cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman
dan mudah dicari. Pembuatan
tulangan
Baik patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda Bench Mark (BM) dan nomor
urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.
c.
Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok diberi
cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
III-5
d.
Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50)cm3
ditanam sedalam 30cm, dicat merah dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan
nomor yang teratur.
20
Pen kuningan
6 cm
25
Pelat marmer 12 x 12
Nomor titik
Tulangan tiang 10
Dicor beton
10
15
Beton 1:2:3
20
75
100
65
10
Dicor beton
Sengkang 5-15
20
20
Pasir dipadatkan
40
Benchmark
Control Point
Gambar 2. Contoh Konstruksi BM
(Global
Positioning
System)
dan
dengan
pengukuran
poligon.
Keuntungan
menggunakan metoda GPS untuk penentuan titik kerangka dasar horizontal yaitu:
a.
b.
c.
Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.
d.
Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu datum global yaitu
World Geodetic System 1984 yang menggunakan ellipsoid referensi Geodetic Reference
System 1980.
e.
Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca.
f.
III-6
Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola satelit. Pemakai
harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak, ia harus mentransformasikannya
ke datum yang digunakannya (transformasi datum).
b.
c.
Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif tidak mudah.
Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.
Spesifikasi pengamatan GPS untuk memperoleh titik kerangka utama ini adalah:
a.
Pengamatan dilakukan secara double difference dengan metode static atau rapid static.
b.
c.
d.
e.
GPS receiver yang digunakan adalah GPS single frekuensi baik L1 atau L2.
f.
RMS error dari setiap koordinat hasil perhitungan maksimum adalah 1mm.
Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus terikat pada
ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan
yaitu jarak dan sudut jurusan. Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan
dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon
ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan
dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga ratarata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan
dikoreksikan terhadap azimut magnetis.
5. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100m. Tingkat ketelitian hasil
pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara
pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak
pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti gmbar di bawah ini.
Jarak AB = d1 + d2 + d3
III-7
d1
d2
1
d3
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis
pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
AB
AC
A
C
III-8
b.
c.
Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang
bersifat lokal/koordinat lokal.
d.
Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar di bawah ini,
Azimuth Target (T) adalah:
U (Geografi)
Matahari
M T
Target
A
III-9
T = M + atau T = M + ( T - M )
Dimana:
T
= azimuth ke target
Slag 2
Slag 1
b1
m21
b2
m1
Bidang Referensi
D
D
III-10
b.
c.
Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi
rambu muka.
d.
e.
Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar. Sambungan rambu
ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.
f.
Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya.
Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
g.
h.
i.
Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah, benang atas
dan benang bawah.
j.
Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB),
yaitu: 2 BT = BA + BB.
= 10 D mm dimana:
tanah/batuan, daya dukung lapisan tanah, kemudahaan dalam penggalian serta kondisi
stabilitas disekitar lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan PLTMH.
Pekerjaan ini mencakup :
Pemetaan Geologi. Pembuatan peta yang dapat memberikan informasi kondisi geologi
untuk keperluan perencanaan pekerjaan sipil.
Sumur uji (Test pit). Dibuat pada lokasi tertentu dengan ukuran 1,0 m x 1,0 m, dengan
kedalaman maksimum 3 m.
Puritan uji (Trench). Dibuat pada lokasi tertentu dengan ukuran penampang tegak 1,0 m
x 1,0 m dan panjang maksimum 5 m
Pengambilan contoh tanah. Contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples) diambil
untuk keperluan pemeriksaan di laboratorium. Pengambilan contoh tanah denga
menggunakan hand boring
Standard Penetration Test (ASTM D-1586) pada 2 lokasi PLTM terpilih, masing-masing
sebanyak 75 test.
2.
3.
4.
Pengambilan contoh tanah tak terganggu (UDS) pada lokasi PLTM sebanyak 4 buah
tiap titik bor.
5.
Uji laboratorium terhadap contoh tanah tak terganggu, pada lokasi PLTM, meliputi
index properties (unit weight, specific gravity, angka pori, kadar air, gradasi butir,
batas Atterberg); engineering properties (Triaxial UU untuk mendapatkan c dan
consolidation test), masing-masing lokasi sebanyak 2 buah.
6.
Uji laboratorium terhadap contoh tanah terganggu, pada lokasi PLTM meliputi index
properties, CBR laboratorium, standar proctor masing-masing sebanyak 2 buah untuk
tiap lokasi.
7.
III-12
III-13
maksud tersebut
semua data
hidrometeorologi yang ada untuk daerah lokasi proyek seperti data curah hujan, data iklim,
penguapan, data debit sungai dan sebagainya.
Pekerjaan ini akan mencakup :
Pengukuran debit sesaat dengan peralatan current meter untuk mendapatkan rating
III-14
3. 3.
3.3.1 Analisa Hidrologi, Hidro energi dan Hidrolika (Strukur Bangunan Air)
Dalam rangka untuk mendapatkan parameter-paremeter desain, dalam hal ini yang ada
kaitannya dengan hidrologi maka perlu dilakukan analisa hidrologi. Adapun dalam kegiatan
analisa hidrologi ini mengikuti bagan alir, seperti yang ada pada gambar di bawah ini.
M u la i
D a ta
C u r a h H u ja n H a ria n
M a k s im u m
A n a lis a F r e k u e n s i C u ra h H u ja n
M e to d e
G u m b e ll
M e to d e N o rm a l
M e to d e L o g N o rm a l
2 P a ra m e te r
M e to d e P e a rs o n III
M e to d e L o g N o rm a l
3 P a ra m e te r
M e to d e L o g P e rs o n III
C u ra h H u ja n R e n c a n a N P e rio d e
U ji K e c o c o k a n
( S m ir n o v - K o lm o g o r o v )
P e m ilih a n H u ja n R e n c a n a
I n te n s ita s H u ja n
N P e rio d e
P e m ilih a n I n te n s ita s R e n c a n a
H a s il
C u ra h H u ja n R e n c a n a
I n te n s ita s H u ja n
R encana
S e le s a i
III-15
RX
R1 R2 ........ Rn
n
Dimana:
RX = Curah hujan yang hilang
R1, R2, ......Rn =curah hujan pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)
n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama
RX
1 NX
N
N
R2 X R2 ..... X Rn
n N1
N2
Nn
Dimana:
RX = curah hujan yang hilang
R1, R2, .Rn =curah hujan pada stasiun 1, 2,...,n untuk tahun yang sama (datanya
lengkap)
NX = curah hujan tahunan rata-rata pada stasiun yang hilang datanya.
N1, N2, ......Nn = curah hujan rata-rata pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)
III-16
c. Reciprocal Method
Cara perhitungan yang dianggap lebih baik, adalah cara reciprocal method, yang
memanfaatkan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi. Hal ini dapat dimengerti
karena korelasi antara dua stasiun hujan menjadi makin kecil dengan besarnya jarak
antar stasiun tersebut. Metode ini dapat digunakan jika dalam DPS terdapat lebih dari
dua stasiun pencatat hujan. Umumnya, dianjurkan untuk menggunakan paling tidak tiga
stasiun acuan.
R
R1 R2
2 2 ...... 2n
d
d
d Xn
RX 2X 1 X22
2
1 / d X 1 1 / d X 2 ........ 1 / d Xn
Dimana:
RX
lengkap)
n
(arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar hujan di dalam areal tersebut:
R1 R2 R3 ........ Rn
n
III-17
Dimana:
R
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos penakarnya
ditempatkan secara merata di area tersebut, dan hasil penakaran masing-masing pos
penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal.
2
A2
1
A4
A1
4
A3
A5
A7
A6
7
6
R1 A1 R2 A2 ....... R7 A2
A1 A2 .......... A7
Dimana:
R
R1, R2,........R7
A1
A2
A7
c. Cara isohyet
Dengan cara ini, kita harus menggambarkan dulu kontur tinggi hujan yang sama
(isohyet), seperti gambar di bawah:
R4
R6
R5
R7
R3
R2
R1
A
A
A
5
Kemudian luas bagian diantara isoyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai rataratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontur, sebagai berikut:
R R7
R1 R2
R R3
A6
A1 2
A2 ...... 6
2
2
R
A1 A2 ........... A6
Dimana:
R
R1, R2,........R7
III-19
Probabilitas Terlampaui
untuk probabilitas
m
N 1
Dimana:
p = probabilitas terlampaui.
m = posisi dalam rangking yang dibuat dari besar ke kecil.
N = jumlah titik data.
Penggunaan Formulasi Weibull terbatas pada interval data yang diketahui, sedangkan hujan
merupakan kejadian acak yang mungkin sekali terjadi diluar interval yang diketahui
tersebut. Untuk itu, dalam hal ini diperkenalkan konsep periode ulang yaitu jangka waktu
hipotetik dimana secara statistik berdasarkan data dimasa lalu, suatu besaran angka
tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut.
Secara impiris hubungan probabilitas terlampaui dan periode ulang dapat dinyatakan
sebagai berikut:
p Pr(X X T )
1
Tr
Dimana:
P
= probabilitas terlampaui.
XT
Pr(X XT)
Tr
= periode ulang.
Pr( X X T ) 1 F ( X T )
III-20
Maka
F ( XT )
Tr 1
Tr
a. Distribusi Normal
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi normal dirumuskan:
F ( x)
1 x 2
1
f ( x)dx
exp
dx
2
2
Dimana:
rata rata
deviasi s tan dar
Z 1 F ( x)
^
X .Z
Dalam distribusi ini harus mengubah parameter = 0 dan = 1
b. Distribusi Gumbel
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari ditribusi Gumbel dirumuskan:
F ( x) exp exp( y )
Dimana:
x 0.5772
III-21
Untuk x = xT maka
1
yT Ln Ln
F ( xT
Tr
yT Ln Ln
Tr 1
Menurut Gumbel persamaan peramalan dinyatakan sebagai berikut:
xT x KT S
Tr
6
0.5772 Ln Ln
Tr 1
KT
Dimana:
yN = reduced mean
SN = reduced standar deviasi
c. Pearson Type III
Parameter yang ada dalam perhitungan stastitik Pearson:
1)
2)
Standar deviasi
3)
koefisien
X
N
log X log X
N 1 * N 2 * S 3
III-22
c cx / 2
x
f ( x ) po 1 e
a
dx
log X
N
LogX Log X
N 1
LogXi LogXi
N 1 * N 2 * Slog 3
e. Log Normal
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi Log Normal dirumuskan:
F ( x)
1 x 2
1
n
dx
f ( x)dx
exp
2
Dimana:
III-23
5) Uji Kecocokan
Dalam menghitung curah hujan maksimum digunakan beberapa distribusi, dari beberapa
distribusi ini hanya satu yang akan dipakai. Untuk menentukan distribusi mana yang akan
dipakai dilakukan uji kecocokan dengan maksud untuk memberikan informasi apakah suatu
distribusi data sama atau mendekati dengan hasil pengamatan dan kelayakan suatu fungsi
distribusi. Ada empat metoda yang digunakan untuk pengujian tersebut:
Deviasi, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas dan fungsi kerapatan
komulatif.
Xi X
Rata-rata error =
* 100% i
Dimana:
^
X i = nilai analitis
Xi = nilai aktual
i
N = jumlah data
Jika nilai rata-rata prosentase error mendekati 100% atau lebih, maka suatu fungsi
distribusi memiliki nilai kepercayaan error besar, dengan kata lain fungsi distribusi
tidak cocok dengan data lapangan, dan sebaliknya.
b. Deviasi
Nilai deviasi sebanding dengan nilai simpangan data analisa terhadap data lapangan.
Semakin kecil nilai deviasi maka sebaran nilai fungsi akan mendekati, dengan data
III-24
pengamatan dan sebaliknya jika nilai deviasi besar maka sebaran fungsi tersebut
akan menjahui data. Nilai deviasi dinyatakan dengan:
X i X1
i 1
N 1
N
Fungsi distribusi dikatakan cocok dengan data lapangan jika memiliki nilai deviasi
kecil jika dibandingkan terhadap fungsi yang lain maka yang dipilih adalah yang
tekecil.
c. Chi-Kuadrat
Pengujian
Chi-kuadrat
yaitu
dengan
membandingkan
frekuensi-frekuensi
pengamatan n1, n2, n3, .....nk sejumlah nilai-nilai variat (atau dalam k selang)
terhadap frekuensi-frekuensi pengamatan e1, e2, e3, .....ek yang bersangkutan dari
suatu fungsi distribusi. Dasar untuk memeriksa kebenaran perbandingan ini
digunakan distribusi dari besaran:
k
i 1
ni ei C
ei
1 f
Dimana C1-f adalah nilai distribusi komulatif (1- ) dari Xf2 distribusi teoritis yang
diasumsikan merupakan model yang dapat diterima pada taraf nyata . Biasanya
nilai yang digunakan adalah 5%. Jumlah drajat kebebasan untuk fungsi distribusi
dengan jumlah c buah parameter dilakukan dengan (k c - 1) drajat kebebasan.
Untuk memberikan hasil yang memuaskan digunakan k5 dan ei5.
d. Kolmogorof-Smirnov
Prinsip dari metoda ini yaitu membandingkan probabilitas kumulatif lapangan dengan
distribusi komulatif fungsi yang ditinjau. Data yang ditinjau berukuran N, diatur
dengan urutan semakin meningkat. Dari data yang diatur ini akan membentuk suatu
fungsi frekuensi kumulatif tangga sebagai berikut:
G ( x)
k
N
1
x x1
xk x xk 1
x xN
III-25
Dimana:
xi
= nilai data ke i
G (x)
G(x)
Selisih maksimum antara G (x) dan G(x) untuk seluruh rentang x merupakan ukuran
penyimpangan dari model teoritis terhadap data aktual. Selisih maksimum
dinyatakan dalam:
DN G( x) G( x)
Secara teoritis, DN merupakan suatu variabel acak yang ditribusinya tergantung pada
N. Untuk taraf nyata yang tertentu, pengujian K-S membandingkan selisih
maksimum pengamatan dengan nilai kritis
P( DN
) 1
III-26
IT
54RT 0,707RT2
tc 0,31RT
Dimana:
IT
RT
IT
RT 24
42 t
2/3
(mm / jam)
L
( jam)
v
H
t 72
(km / jam)
L
0, 6
Dimana:
IT
= kecepatan aliran
c. Formula Talbot
Formula Talbot dirumuskan sebagai berikut :
a
t b
Dimana:
I
= waktu konsentrasi
a, b
= konstanta
I .t . I I .t I
N I I
2
III-27
I .t . I N I .t
b
N I I
2
= jumlah data.
d. Formula Sherman
Formula sherman adalah:
a
tn
Dimana:
I
= waktu konsentrasi
a,n
= konstanta
n
N
= banyaknya data
e. Formula Ishiguro
Formula Ishiguro dapat dirumuskan sebagai berikut :
a
t b
Dimana:
I
= waktu konsentrasi
a, b
= konstanta
I . t . I I . t I
a
N I I
2
III-28
I . t I N I
b
N I I
. t
= jumlah data.
tc t0 f t df
t df
Ld
vd
Dimana:
Ld
= panjang saluran dari awal sampai akhir titik yang ditinjau (m)
Vd
Untuk menghitung tof (overland flow time) dapat dilakukan beberapa pendekatan empiris,
antara lain:
a. Jepang
1/ 6
2
n.d
tof 3,28 Lo
so
3
(menit)
Dimana:
Lo
n.d
= koefisien hambat.
Beton (aspal) : n.d = 0,013
Rerumputan : n.d = 0,200
So
b. Kerby
r.L1,5
tof 3,03
0 , 467
( jam)
c. Izzard
tof
0,024 i
0,33
878k
CH
0, 67 0, 67
Berlaku untuk:
i.L 3,8
i = intensitas hujan (mm/jam)
k = koefisien permukaan terdiri dari
K = 0,07 (aspal halus)
K = 0,012 (beton)
L = panjang permukaan (km)
C = koefisien limpasan
H = beda tinggi permukaan (m)
d. Brasby-William
0,96 L1, 2
tof 0,33 0,1 ( jam )
H A
Dimana:
L = panjang permukaan
H = beda tinggi permukaan (m)
III-30
e. Aviation agency
tof
Dimana:
C = koefisien limpasan
L = panjang permukaan (km)
H = beda tinggi permukaan (km)
Rumus lain tof
3,64(1,1 C ) L0,5
S
(menit)
Dimana :
C = koefisien limpasan
L = panjang permukaan (km)
S = kemiringan lahan (%)
Atau tof
0,784(1,1 C ) L0,5
S
(menit)
Dimana:
C = koefisien limpasan
L = panjang permukaan (km)
S = kemiringan lahan (m/m)
8. Debit Perencanaan
Dalam kegiatan desain bangunan air perlu dilakukan terlebih dahulu perhitungan berbagi
debit desain dengan kriteria-kriteria desain. Untuk menentukan debit desain tersebut perlu
dihitung atau diketahui debit saluran di tempat lokasi studi dengan berbagai frekuensi
kejadiannya. Debit desain yang diambil ini harus ada kaitannya dengan keamanan dan
resiko terhadap masalah/hambatan/dampak yang akan timbul. Debit desain ini diantaranya
meliputi:
III-31
1. Debit desain kriteria bahaya/resiko pelimpahan dan tekanan aliran harus diambil debit
besar.
2. Debit desain kriteria bahaya/resiko penggerusan setempat.
3. Debit desain kriteria bahaya/resiko agradasi, degradasi.
4. Debit desain kriteria bahaya/resiko muatan sedimen.
5. Debit desain kriteria bahaya/resiko daerah genangan berhubungan dengan pembebasan
tanah, dan sebagainya.
Dalam penentuan debit dengan menggunakan data hujan dapat dilakukan dengan
menggunakan metoda rasional dan hidrograf.
a. Metode Rasional
Dengan meggunakan metoda rasional, debit sungai dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q C p .RT . A
Dimana:
Q = debit
Cp = koefisien pengaliran run off
RT = curah hujan dengan periode ulang tertentu
A = luas daerah tangkapan hujan
b. Metode Hidrograf
Penentuan debit banjir rencana dengan Metode Unit Hidrograf (Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu), dipergunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
Qp
C A Ro
3,6 ( 0,3Tp T0,3 )
Dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3 / detik)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3
= waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
t
Qa Qp 2, 4
T
p
Dimana:
Qa
t
: Qd Qp* 0.3
Qd > 0,3 Qp
T0 , 3
t Tp 0, 5 T0 , 3
1, 5T0 , 3
t Tp 1, 5 T0 , 3
2
: Qd Qp * 0.3
0,3 Qp > Qd
2 T0 , 3
Sedangkan waktu sampai ke puncak banjir, Tp = tg + 0,8 tr, dengan parameter untuk
L < 15 km
tg = 0,21 L0,7
L > 15 km
tg = 0,4 + 0,058 L
Dimana:
L = panjang alur sungai (km)
tg = waktu konsentrasi (jam)
tr = 0,5 tg sampai tg (jam)
Dengan besarnya :
-
bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 15
bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3
(survey dan pengolahan data) topografi adalah peta dasar, peta situasi termasuk potongan
memanjang, potongan melintang baik daerah dataran maupun peraian. Peta dasar dan
detail ini seluruhnya menjadi dasar dalam penentuan desain awal maupun penentuan
kelayakan pembangunan selanjutnya.
Kegiatan ini harus dilakukan oleh geodetic engineer (Ahli Geodesi) untuk memastikan
akurasi pengukuran dan pengolahan data. Sebagaimana diketahui dalam perencanaan dan
pembangunan PLTMH elevasi merupakan parameter yang sangat penting, oleh karena itu
ketepatan pengukuran dan pengolahan data juga menjadi signifikan.
3.3.3 Analisa Geologi (Geo teknik)
Terdapat dua hal penting dalam kegiatan analisa geologi teknik, yaitu :
1. Pemeriksanaan hasil sampel tanah di laboratorium
2. Perhitungan daya dukung tanah di lokasi rencana seluruh tapak PLTMH termasuk
antisipasi kemungkinan terjadinya settlement akibat konsolidasi dan atau dari kondisi
geologis di lapangan yang memungkinkan terjadinya kegagalan struktur seperti
kemungkinan land slide atau retakan dan lain-lain.
Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk diuji guna
mendapatkan
besaran-besaran
sifat
karakteristik
fisik
dan
mekanika
tanah.
Test
b.
c.
d.
e.
f.
b.
III-34
b.
Berat jenis
c.
Atterberg limit
d.
Gradasi butiran
e.
f.
b.
Berat jenis
c.
Atterberg limit
d.
Gradasi butiran
e.
UnconfinedCompression Test
f.
Triaxial Test
g.
Consolidation Test
3.4
DESAIN AWAL
Desain awal (preliminary design) ini terbatas pada konsep awal perencanaan teknis
menindaklanjuti hasil kelayakan yang dilakukan pada tahap sebelumnya, meliputi garis
besar rencana bangunan sipil yang terdiri dari bendung dan bangunan pelengkap, bangunan
penyadap, saluran penghantar, bak penenang, pipa pesat, pintu air dan saringan, gedung
sentral, saluran pembuang, rumah operator, jalan masuk, pagar lokasi, dan water resistance
dan garis besar rencana peralatan elektro mekanik yang terdiri dari turbin, governor, valve,
generator, trafo, panel-panel, overhead crane, battery, instalasi tenaga dan penerangan.
Beberapa hal yang dapat dituangkan dalam desain awal antara lain :
Rancang dasar adalah rancangan yang memuat tata letak (lay out) dari bangunan sipil
utama dan penyusunan spesifikasi bagi peralatan elektromagnetik.
Bangunan sipil meliputi bangunan utama termasuk pintu air dan katup-katup yang
diperlukan, rumah operator, kantor, jalan masuk dan sebagainya.
Rancang dasar peralatan Elektro Mekanik lebih diarahkan kepada penentuan jenis
turbin, kapasitas pembangkit dan jumlah unit yang disesuaikan dengan pola operasi
III-35
PLTMH apakah islated atau terinterkoneksi dengan jaringan yang sudah ada, kondisi
beban dan segi ekonomisnya.
Rancang dasar Peralatan Elektro Mekanik bersifat pembuatan kriteria untuk menyusun
spesifikasi teknik yang diarahkan kepada standarisasi.
Bak Penenang (Head Tank) dan Pengambilan Pipa Pesat (Penstock Intake) lengkap
dengan saluran penguras dan bangunan pelimpasnya.
Gedung sentral
Jalan Masuk
Pagar lokasi
Turbin
Governor
Valve
Generator
Transformer
Panel-panel
Overhead Crane
Battery
Peralatan komunikasi
Membuat disain awal jaringan distribusi20 KV atau feeder dari gedung sentral PLTMH
ke jaringan 20 KV terdekat ke Gardu induk 150 KV serta rencana up grade jaringan 20
KV.
Beberapa hasil yang diperoleh dari studi kelayakan dan desain awal pada pekerjaan ini
adalah diantaranya sebagai berikut :
1. Wilayah Administratif
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi
Koordinat
2. Hidrologi
Sungai
Luas Daerah Tangkapan Air
Hujan Tahunan rata-rata
Debit aliran rata-rata
3. Topografi
Lembar Peta
Elevasi tapak proyek
4. Akses ke Lokasi
Jalan masuk
panjang
5. Bendung (Intake/Weir)
Tipe
Elevasi Mercu Bendung Pintu Pengambilan (Intake)
6. Saluran Penghantar (Waterway)
Tipe
Jumlah
Panjang
7. Pipa Pesat (Penstock)
Tipe
Jumlah
Panjang
III-37
III-38