Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ETIKA BISNIS
Robert tetap menjajakan produk investasi Antaboga. Lewat Century, Antaboga menjual
reksadana terproteksi dan produk kontrak pengelolaan dana (discretionary fund) dengan
bunga yang tinggi. Dalam menjual produk investasi ini, Robert tetap menggunakan
pengaruhnya di Bank Century. Investasi ini kemudian macet karena Robert dan tiga
koleganya di Antaboga yang merupakan warga negara asing menggelapkan semua dana
nasabah tersebut. Polisi masih terus menyelidiki ke mana Robert menyembunyikan uang
nasabah itu. Polisi baru mengetahui bahwa sebagian uang nasabah mengalir ke Eropa.
Namun, polisi belum bisa mengambilnya.
Manajemen baru PT Bank Century Tbk menargetkan akan menyelesaikan 32
debitor utama terkait kasus aset-aset bermasalah. Untuk tahap pertama, PT Bank Century
Tbk akan memprioritaskan penyelesaian terhadap sepuluh debitor terbesar. Ke-32 debitor
ini merupakan warisan dari manajemen terdahulu, sebelum akhirnya Bank Century
ditutup pemerintah. Hal ini disampaikan Direktur Utama PT Bank Century Tbk Maryono,
Kamis (22/1) di Jakarta. Kami telah membentuk tim penyelamatan aset untuk
menyelesaikan masalah ini, ujar Maryono, yang didampingi oleh Direktur Tresuri dan
Pendanaan Ahmad Fajar, Direktur Operasional dan Teknologi Erwin Prasetio, dan Kepala
Divisi Corporate Secretary Deddy Triyana. Pembenahan aset ini juga termaktub dalam
program kerja perbaikan kondisi keuangan tahap awal, di samping pemulihan dan
stabilisasi likuiditas, due dilligence atas kondisi keuangan, serta restrukturisasi balance
sheet. Ketika ditanya mengungkapkan identitas ke-32 debitor beserta nilai nominalnya,
Maryono masih enggan menyampaikannya. Pasalnya, lanjut Maryono, pihaknya masih
menunggu hasil audit keuangan dan hukum.
ujar
Singgih
saat
ditemui
di
DPRD
Sukoharjo,
Senin
(10/9).
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal
1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember
2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada
unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT. Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal
mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu
manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik
Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan
(overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini
terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan poin 2 Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3. Kesalahan
Mendasar adalah sebagai berikut: Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan
perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi
atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan
melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan
sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai
suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila
dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi
penerapan standar akuntansi keuangan baru.
Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undangundang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor
45 tahun 1995 Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan
per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak
berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya
unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena
dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP
10
11
dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga
diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan
keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta
& Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan
revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan
kesalahan dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham
luar biasa sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun
nantinya laba bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan
tetap menilai bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang
bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam
laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa
keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah
dilakukan secara tidak sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun,
pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk
bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih
sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian
12
Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya
ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia
Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan
keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma
tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali
laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat
umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham
Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan
publik.
PEMBAHASAN
13
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh
KAP HTM selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia
Farma Tbk.) dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.
Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder
mana ditinjau dari segi kepentingan stakeholder adalah:
1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan
dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM
semata yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan
keuangan, tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi
manipulasi dengan penggelembungan nilai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya
suatu tugas audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan
besar akan ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat
KAP HTM adalah KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada
reputasi HTM dimata pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus
menghadapi konsekuensi risiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah
14
akan kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah
kemungkinan di tutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada
kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam
manipulasi laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat
dalam kasus manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat
diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko
etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
stakeholder.
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika
Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian
risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
A.) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM
HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder
yang berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para
stakeholder dan apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat
melakukan penilaian dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan
kepada para auditor senior dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.
B) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder,
dan menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.
15
16
Saya ambil contoh dari iklan produk HIT. Produk HIT dianggap merupakan anti
nyamuk yang efektif dan murah untuk menjauhkan nyamuk dari kita. Tetapi, ternyata
murahnya harga tersebut juga membawa dampak negatif bagi konsumen HIT. Telah
ditemukan zat kimia berbahaya di dalam kandungan kimia HIT
yang dapat
17
tersebut yaitu setelah suatu ruangan di semprot oleh produk itu semestinya di tunggu 30
menit terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki / digunakan ruangan tersebut.
Pelanggaran yang dilakukan PT. Megasari Makmur mengakibatkan dari 2 zat
kimia Propoxur dan Diklorvos yang berbahaya bagi manusia mengakibatkan keracunan
terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel tubuh,
kanker hati dan kanker lambung.
Kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak bersungguh-sungguh
berusaha melindungi masyarakat umum sebagai konsumen karena masih banyak
produsen menciptakan produk baru yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi
pemerintah.
Jika dilihat menurut UUD, PT. Megasari Makmur sudah melanggar beberapa
pasal, yaitu:
1. Pasal 4, Hak Konsumen
-
Ayat 3 : hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang / jasa
PT. Megasari Makmur tidak pernah member peringatan kepada konsumen tentang
adanya zat-zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibat nya kesehatan konsumen
dibahayakan dengan alas an mengurangi biaya produksi HIT.
18
Ayat 2 : memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang / jasa serta member penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan
PT. Megasari Makmur tidak pernah menberi indikasi penggunaan pada produk
mereka, dimana seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pertisida, harus
dibiarkan selama setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
3. Pasal 8
-
PT. Megasari Makmur tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT
tersebut tidak memenuhi standard an ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut.
Seharusnya, produk HIT tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi halhal yang tidak di inginkan, tetapi mereka tetap menjual walaupun sudah ada korban
dari produknya.
4. Pasal 19
-
Ayat 1 : "pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang / jasa yang
dihasilkan atau di perdagangkan
Ayat 2 : ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang/jasa yang sejenis atau setara
19
nilainya, atau perawatan kesehatan dan pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
-
Ayat 3 : pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 hari setelah
tanggal transaksi
Menurut pasal tersebut PT. Megasari Makmur harusmembarikan ganti rugi kepada
konsumen karena telah merugikan para konsumen.
Kesimpulan
Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industry di pasar
internasional. Ini bias terjadi sikap para pengusaha kita. Lebih extreme bila pengusaha
Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara umum dan tidak mengikat
itu. Kencendrungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat ke prihatinan
banyak pihak. Pengabdian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat
masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para
pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka
sendiri dan Negara.
Seperti pada kasus PT Megarsari Makmur (produk HIT) masalah yang terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai kandungan-kandungan apa
saja yang terkandung dalam produk tersebut.
20
21
22
data
tersebut
angka
ketepatan
waktu
penerbangan
(on
time
performance/OTP) yang diraih XXX Air rata-rata sebesar 66,78 persen. Peringkat kedua
maskapai yang sering terlambat adalah ABC Airlines dengan angka 68,43 persen diikuti
FGH Air (69,87 persen), KLM (71,09 persen) dan MNO Air (72,08 persen).
Adapun, maskapai yang dinilai paling tepat waktu adalah JKL dengan angka
ketepatan waktu rata-rata 84,36%. Selain itu, Direktorat Angkutan Udara Ditjen
Perhubungan Udara juga mengeluarkan data maskapai yang paling sering melakukan
pembatalan penerbangan.
Peringkat teratas diduduki ABC Airlines dengan angka rata-rata 9,21 persen
penerbangannya dibatalkan. Kemudian diikuti FGH Air (4,11 persen), JKL (0,82 persen),
XXX (0,73 persen), MNO Air (0,54 persen) dan KLM (0,16 persen).
Seperti diketahui, untuk mengurangi delay atau keterlambatan penerbangan,
Kementerian Perhubungan telah memberlakukan Peraturan Menteri Perhubungan
(Permenhub) No.77/2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut, di antaranya soal
kompensasi tunai bagi maskapai yang delay lebih dari empat jam kepada setiap
penumpangnya.
23
24
Apalagi kalau itu dilakukan demi mencapai efesiensi perusahaan untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya, ungkapnya.
FW mengatakan, dalam banyak kasus, XXX Air tidak proaktif memberikan
informasi mengenai jadwal yang tertunda. Padahal, informasi jadwal penerbangan adalah
moment of truth bagi pelanggan. Meskipun banyak yang sudah menanyakan pada saat
check in, namun menurutnya tetap saja tidak ada informasi yang jelas. Hanya pada saat
orang-orang mulai gerah dan ingin marah, akhirnya XXX Air memberikan informasi
yang tetap saja direvisi karena tidak sesuai jadwal, sebutnya.
FW menambahkan, belajar dari kasus itu, tindakan tegas harusnya dilakukan oleh
pemerintah kepada maskapai XXX Air akibat terus menurunnya layanannya akhir-akhir
ini. XXX Air diharuskan melakukan perbaikan dalam upaya meningkatkan keselamatan
dan ketepatan jadwal penerbangan. Untuk itu, komitmen perusahaan XXX Air harus
lebih berpihak kepada penumpangnya. Kalau tidak, maka upaya mengurangi produksi
dengan mengistirahatkan (stand by) pesawatnya perlu ditempuh kembali, bebernya.
Hal itu dikatakan FW, karena jika merujuk data, XXX Air sangat sering delay
sampai-sampai sempat dinobatkan sebagai Juara Delay pada 2011. Pada Agustus
2011, Dinas Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan telah mengumumkan bahwa
persentasi ketepatan waktu terbang (ontime departures) XXX Air hanya mencapai 67
persen. Akibat XXX Air ketagihan delay, maskapai itu pun telah dijatuhi sanksi dari oleh
Kementerian Perhubungan dengan wajib mengistirahatkan 13 pesawatnya, pada Juli
2011. Maksud hukuman tersebut antara lain adalah agar jumlah pilot dengan jumlah
armada pesawat yang ada bisa lebih proporsional, tandasnya.
25
Komentar:
Menurut saya XXX Air sudah melanggar hak para penumpangnya untuk
mendapatkan pelayanan yang baik. Karena akibat keterlambatan penerbangan tidak
terbayangkan berapa kerugian yang diterima oleh ratusan penumpang, baik secara materil
maupun imateril. Oleh karena itu pantas jika XXX Air harus mengstirahatkan pesawatpesawatnya untuk mendapatkan perawatan yang baik sehingga dapet memenuhi
kewajibannya pada para penumpang, karena alasan utama keterlambatan penerbangan
karena masalah teknis pada pesawat. Saran yang bisa saya berikan adalah agar XXX Air
lebih memperhatikan fasilitas penunjang penerbangan dan segera menginformasikan
kepada penumpang berapa lama pesawat akan mengalami keterlambatan sehingga
penumpang bisa memilih keputusan apa yang harus dilakukan karena keterlambatan
tersebut sehingga tidak membiarkan penumpang menunggu tanpa kepastian pesawat akan
berangkat.
26
27
28
Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus
Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang
juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang
ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut
Kustantinah. Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi
yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam
makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa
mengakibatkan muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius
Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang
regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan
anggota Codec. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi
di Indonesia. Dan karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus
Indomie ini.
30
31
bukan hanya pada ekonomi tetapi juga bagaimana pendapat masyarakat yang melihat dan
menilai kedua provider ini secara moral dan melanggar hukum dengan saling bersaing
dengan cara yang tidak sehat. Kedua kompetitor ini harusnya professional dalam
menjalankan bisnis, bukan hanya untuk mencari keuntungan dari segi ekonomi, tetapi
harus juga menjaga etika dan moralnya dimasyarakat yang menjadi konsumen kedua
perusahaan tersebut serta harus mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat.
32
dimulainya
proyek
Mataram-Kupang
Cable
System
semula
dijadwalkan pada 12 Oktober 2009 oleh President Susilo Bambang Yudhoyono. Namun
karena jadwal Presiden yang begitu padat, rencana peresmian sedang dijadwal ulang.
Seperti disampaikan Sekjen Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar, Minggu (11/10),
sejatinya peresmian akan dilakukan pada Senin (12/10). Namun karena ada beberapa hal
teknis yang belum selesai, maka diundur.
Diungkapkan Basuki, berdasarkan informasi yang diterimanya proses tender
untuk vendor yang dimiliki Telkom belum selesai. Saya dengar tinggal tiga vendor.
Tetapi ini tidak bisa main tunjuk langsung. Saya setuju jika mengikuti peraturan saja.
Lebih baik ditunda ketimbang mencari terobosan dalam tender tetapi bermasalah nanti di
mata hukum, jelas Basuki Yusuf Iskandar.
Ditegaskan Eddy Kurnia, penundaan peresmian proyek yang juga dikenal sebagai
bagian dari Proyek Palapa Ring tersebut sama sekali tidak akan mengganggu jadwal
proyek secara keseluruhan yang ditargetkan selesai pada tahun 2010. Telkom akan terus
33
fokus
menyiapkan
sebaik
mungkin
segala
sesuatunya,
baik
proses
maupun
penggelarannya, ujarnya.
Palapa Ring merupakan megaproyek pembangunan tulang punggung (backbone)
serat optik yang diinisiasi oleh Pemerintah (Cq. Menkominfo), terdiri dari 35.280
kilometer serat optik bawah laut (submarine cable) dan 21.708 kilometer serat optik
bawah tanah (inland cable). Kabel backbone yang terdiri dari 7 cincin (ring) melingkupi
33 provinsi dan 460 kabupaten di Kawasan Timur Indonesia.
Telkom memandang penundaan peresmian dimulainya proyek Palapa Ring
sebagai peluang untuk lebih menyempurnakan dan mereview kembali keseluruhan
pelaksanaan proyek tersebut sehingga seluruh proses tidak ada yang tertinggal. Mengenai
waktu peresmian proyek Mataram Kupang Cable System tersebut, Telkom akan
mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam hal event ini, Telkom dalam
posisi ikut saja, artinya kapan saja Pemerintah berkeinginan memulai, kami siap, tegas
Eddy Kurnia.
Mataram-Kupang Cable System merupakan bagian dari proyek pembangunan
backbone di KTI yang mencakup Mataram-Kupang, Manado-Sorong, dan FakfakMakassar. Proyek Mataram Kupang Cable System merupakan inisiatif Telkom untuk
mendukung percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang
diharapkan selesai akhir September 2010.
Backbone serat optik Mataram Kupang (Mataram Kupang Cable System),
memiliki 6 Landing Point di kota Mataram, Sumbawa Besar, Raba, Waingapu dan
Kupang, serta 810 Km darat dengan 15 node di kota Mataram, Pringgabaya, Newmont,
34
Taliwang, Sumbawa Besar, Ampang, Dompu, Raba, Labuhan Bajo, Ruteng, Bajawa,
Ende, Maumere, Waingapu, dan Kupang.
Percepatan pembangunan backbone Mataram Kupang didorong oleh perubahan
mendasar pada layanan Telkom. Bila pada masa lalu layanan Telkom lebih banyak
berbasis voice, maka dewasa ini telah berubah menjadi TIME (Telecommunication,
Information, Media dan Edutainment), jelas Edy Kurnia. Ia meyakini KTI sebagaimana
wilayah lain di Indonesia sangat memerlukan layanan TIME untuk lebih memajukan
wilayahnya.
35