Anda di halaman 1dari 23

0

MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN KOPERASI DI DUNIA
Makalah ini dibuat untuk persyaratan kenaikan golongan
di Kementrian Agama Kota Jakarta Timur

Disusun Oleh:
Nama: Hj. Komariah, S.Pd
NIP: 197109052007102003

JAKARTA
2013 M/ 1434 H

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan
Koperasi di Dunia. Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan kita mengenai Sejarah
Perkembangan Koperasi di Dunia. Tidak lupa, penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat dan menjadikan sumber pengetahuan bagi para pembaca.

Jakarta, Januari 2013


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................3
1.2 Pokok Pembahasan..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Koperasi.......................................................................5
2.2 Pengertian, Asas, dan Prinsip.............................................................................9
2.3 Manfaat dan Penggolongan Koperasi...............................................................11
2.4 Pemodalan Koperasi.........................................................................................15
2.5 Ukuran Keberhasilan Koperasi.........................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................20
3.2 Saran..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama bahwa koperasi mulai tumbuh dan berkembang di Inggris
pada pertengahan abad 19, yaitu sekitar tahun 1844 yang dipelopori oleh Charles Howard di
Kampung Rochdale. Namun sebelum koperasi mulai tumbuh dan berkembang sebenarnya
inspirasi gerakan koperasi sudah mulai ada sejak abad ke-18 setelah terjadinya revolusi
industri dan penerapan sistem ekonomi kapitalis.
Setelah berkembang di Inggris koperasi menyebar ke berbagai Negara baik di daratan
Eropa, Amerika, dan Asia termasuk ke Indonesia. Pada dasarnya koperasi digunakan sebagai
salah satu alternatif untuk memecahkan persoalan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Koperasi sebenarnya sudak masuk ke Indonesia sejak akhir abad 19 yaitu
sekitar tahun 1896 yang dipelopori oleh R.A.Wiriadmaja. Namun secara resmi gerakan
koperasi Indonesia baru lahir pada tanggal 12 Juli 1947 pada kongres I di Tasikmalaya yang
diperingati sebagai Hari Koperasi Indonesia.
Pada umumnya orang menganggap koperasi adalah sebagai organisasi sosial, yaitu
melakukan kegiatan ekonomi dengan tidak mencari keuntungan. Ada juga yang mengatakan
bahwa koperasi itu hanya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya saja. Dan yang lebih
ekstrim mengatakan bahwa koperasi itu hanya kemakmuran pengurusnya saja. Kami kira ini
anggapan atau pemikiran yang keliru. Karena sebenarnya koperasi adalah bentuk kegiatan
usaha yang paling ideal di mana anggotanya, juga bertindak sebagai produsen, sebagai
konsumen, dan sekaligus sebagai pemilik. Dalam kontenks Indonesia, koperasi merupakan
bentuk usaha yang syah, yang keberadaannya diakui dalam UUD-1945.
Awalnya keberadaan koperasi itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok para
anggotanya, sehingga hanya ada koperasi konsumsi atau single purpose. Namun dalam
perkembangannya fungsi koperasi menjadi bermacam-macam antara lain sebagai tolak ukur
kegiatan usaha, sebagai bentuk usaha baru, dan sebagai alternatif kegiatan usaha.

1.2 Pokok Pembahasan


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimnana Sejarah Perkembangan Koperasi?
2. Apakah Pengertian, Asas, dan bagaimana Prinsip Ekonomi?

3. Apa saja Manfaat dan Penggolongan Koperasi?


4. Darimana Pemodalan Koperasi?
5. Apa yang menjadi Ukuran Keberhasilan Koperasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui Sejarah Perkembangan Koperasi


Mengetahui Pengertian, Asas, dan Prinsip Ekonomi
Memahami Manfaat dan Penggolongan Koperasi
Memahami prinsip Pemodalan Koperasi
Mengetahui Ukuran Keberhasilan Koperasi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Koperasi
Koperasi pertama kali muncul pada awal abad 19. Pada masa itu terutama di negaranegara Eropa yang menerapkan sistem perekonomian kapitalis, kaum buruh berada pada
puncak penderitaannya. Dengan latar belakang seperti itu maka tidak mengherankan apabila
keberadaan koperasi sangat erat kaitannya dengan perjuangan untuk mewujudkan keadilan
sosial. Pada mulanya pertumbuhan koperasi memang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ide-ide tentang pembaharuan masyarakat yang dipelopori oleh gerakan
sosialis. Hal ini yang menyebabkan kuatnya pengaruh pemikiran sosialis dalam
perkembangan koperasi.
Dua alasan yang mendasari pengaruh sosialisme itu adalah:
1. Terdapatnya kesamaan motif antara gerakan koperasi dengan gerakan sosialis. Sebagai
reaksi penderitaan kaum buruh dari hisapan kaum kapitalis.
2. Sebagai suatu bentuk organisasi ekonomi yang berbeda dengan bentuk organisasi
ekonomi kapitalis, koperasi menawarkan suatu bentuk dasar dari tatanan sosial yang
berbeda dengan tatanan sosial masyarakat kapitalis.
2.1.1

Perkembangan Koperasi di Inggris


Koperasi yang pertama didirikan adalah di Inggris, sebagai akibat penderitaan yang

dialami kaum buruh di Eropa akibat revolusi industri pada abad awal 19. Pada tahun 1844 di
Rochdale, Inggris didirikan koperasi konsumsi yang dipelopori oleh Charles Howard.
Pada mulanya koperasi Rochdale hanya bergerak dalam usaha untuk pemenuhan
kebutuhan konsumsi. Namun kemudian Rochdale mulai mengembangkan sayapnya dengan
melakukan usaha-usaha produktif. Menyusul keberhasilan koperasi Rochdale ini, hingga
tahun 1852 telah berdiri sekitar 100 koperasi konsumsi di Inggris, yang pada umumnya
didirikan oleh para konsumen. Dalam rangka memperkuat gerakan koperasi, maka pada tahun
1862, koperasi-koperasi konsumsi di Inggris bergabung menjadi satu menjadi pusat koperasi
pembelian {Coperative Wholesale Society (CWS)}
2.1.2

Perkembangan Koperasi di Perancis


Pelopor-perlopor koperasi di Perancis antara lain Charles Fouriee, Louis Blanc, serta

Ferdinand Lasalle. Para pelopor ini menyadari bahwa setelah terjadinya revolusi Perancis dan
perkembangan industri yang menimbulkan kemiskinan, maka nasib rakyat perlu diperbaiki
dengan membangun koperasi-koperasi yang bergerak di bidang produksi bersama-sama
dengan para pengusaha kecil.

Di Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Perancis (Federation


Nationale Dess Cooperative de Consummtion), dengan jumlah koperasi yang bergabung
sebanyak 476 koperasi, anggota 3.460.000 orang, toko 9.900 buah dan perputaran modal
sebesar 3.600 miliar Franc/tahun.
2.1.3

Perkembangan Koperasi di Jerman


Pada tahun 1848 di Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan Industri, sedangkan

di Jerman perekonomiannya masih bercorak agraris. Barang-barang impor di Inggris dan


Perancis memberikan tekanan berat bagi perkembangan Industri di Jerman. Pada saat itu
muncul Pelopor Koperasi di Jerman, yaitu F.W Raiffeisen, Walikota Flammersfield. Ia
menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri dalam kumpulan simpan pinjam.
2.1.4

Perkembangan Koperasi di Denmark


Denmark adalah salah satu negara di Eropa yang dapat dijadikan contoh

pengembangan Koperasi Pertanian. Kegiatan yang dilakukan para petani yang tergabung
dalam koperasi pertanian perlu dipelajari sebagai pola yang cocok untuk membangun daerah
agrarian. Pada tahun 1952 anggota Koperasi mencapai satu juta orang atau sekitar 30% dari
jumlah penduduk Denmark. Selain itu hampir sepertiga penduduk pedesaan di Denmark
berusia 18 tahun sampai dengan 30 tahun pernah belajar di Perguruan tinggi, sehingga tidak
sulit bagi mereka untuk bergabung ke dalam koperasi.
2.1.5

Perkembangan Koperasi di Swedia


Usaha Koperasi di Swedia umumnya ditujukan untuk memerangi kekuatan monopoli.

Salah seorang pelopor koperasi di Swedia adalah Albin Johansen. Pada tahun 1911 gerakan
koperasi ini berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar milik kelompok orang yang
mulanya sangat berkuasa dalam penentuan harga penjualan margarin. Tahun 1962 Swedia
berhasil menghancurkan monopoli penjualan tepung terigu yang dimiliki perusahaan swasta.
Rahasia keberhasilan koperasi Swedia adalah berkat program pendidikan yang disusun secara
teratur dan pendidikan orang dewasa di Sekolah Tinggi araskyst (Folk High School), serta
lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Dan perhatian diberikan terhadap pendidikan
bagi masyarakat di lingkungan daerah kerja koperasi.
2.1.6

Perkembangan Koperasi di Amerika Serikat


Koperasi yang tumbuh di Amerika Serikat dikelola berdasarkan prinsip-prinsip

Rochdale, namun karena kurang berpengalaman maka banyak koperasi yang gulung tikar.
Koperasi yang tumbuh antara tahun 1863 sampai dengan 1869, berjumlah 2.600 koperasi.
Sekitar 57% koperasi ini mengalami kegagalan, karena prinsip-prinsip koperasi Rochdale
dikenal di Amerika Serikat sekitar tahun 1860, sehingga pertumbuhan koperasi secara pesat
baru sekitar 1880.

2.1.7

Perkembangan Koperasi di Jepang


Koperasi pertama kali berdiri di Jepang pada tahun 1990 (33 tahun setelah

pembaharuan oleh Kaisar Meiji), atau bersamaan dengan pelaksanaan Undang-Undang


Koperasi Industri Kerajinan. Cikal bakal kelahiran koperasi di Jepang mulai muncul ketika
perekonomian uang mulai dikenal oleh masyarakat pedalaman, khususnya kegiatan pembelian
dan pemasaran bersama hasil pertanian pada tahun 1906, koperasi terus tumbuh dan
berkembang. Pada tahun 1920 ketika Jepang sedang membangun dan mengembangkan
industrinya, koperasinya yang ada benar-benar berfungsi sebagai tulang punggung bagi
pembangunan pertanian yang menunjang industrialisasi.
2.1.8

Perkembangan Koperasi di Korea


Koperasi di Korea di mulai pada awal abad 20 khususnya koperasi pedesaan. Koperasi

kredit pedesaan misalnya sudah mulai dikenal pada tahun 1907. Koperasi ini didirikan oleh
rakyat untuk membantu petani yang membutuhkan uang untuk membiayai usaha
pertaniannya. Sedangkan koperasi kerajinan dan koperasi pertanian baru mulai diorganisir
pada tahun 1936. Kedua koperasi ini mendapat perlindungan dari pemerintah. Pada tahun
1956 koperasi kredit pedesaan di organisir oleh pemerintah Korea menjadi Bank Pertanian
Korea. Namun pada tahun 1957 koperasi pertanian melebarkan sayapnya dalam kegiatan
simpan pinjam. Jadi Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani kebutuhan kredit
petani, yakni Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian.
2.1.9

Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia


Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran

pedagang-pedagang bangsa Eropa yang datang ke Indonesia. Namun dengan keserakahan


pedagang-pedagang Eropa untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, maka hubungan
dagang menjadi ingin menguasai mata rantai perdagangan. Akibatnya terjadi penindasan
(menjajah) oleh pedagang-pedagang bangsa

Eropa terhadap bangsa Indonesia. Dari

penderitaan inilah yang mengunggah pemuka-pemuka bangsa Indonesia berjuang untuk


memperbaiki kehidupan masyarakat, salah satunya dengan mendirikan koperasi.
2.1.9.1 Zaman Belanda
R. Aria wiraatmaja seorang patih di Purwekerto, mempelopori berdirinya sebuah bank yang
bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Usaha ini mendapat
dukungan residen Purwekerto E.Sieburg.badan usaha yang dipilih untuk bank yang diberi
nama Bank penolong dan tabunggan (Help en Spaar Bank), ialah koperasi. Pada tahun 1898,
atas bantuan E.Sieburg dan De Woolfvan Westerrode, jangkauan perlayanan bank diperluas ke
sektor pertanian (HulpSpaar en Lanbouwweredit Bank), yaitu meniru pola koperasi pertanian
yang dikembangkan di Jerman (Raiffeisen). Upaya yang ditempuh pemerintah kolonial
belanda ialah merintangi perkembangan yang dirintis oleh R. Aria Wiraatmaja.

Pada tahun 1908 Raden Soetomo melalui Budi Utomo berusaha mengembangkan koperasi
rumah tangga tetapi kurang berhasil karena dukungan dari masyarakat sangat rendah. Hal ini
disebabkan kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi sangat rendah. Tahun 1913, serikat
Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, memelopori berdirinya beberapa jenis
Industri Koperasi Kecil dan kerajinan. Hambatan formal dari pemerintahan belanda adalah
diterapkannya peraturan koperasi No.44431 tahun 1915, dimana persyaratan Administrasi,
yang menyangkut masalah perizinan, pembiayaan dan masalah-masalah teknis pendirian yang
kegiatan usaha koperasi dibuat sangat berat. Pada tahun1939, koperasi di Indosesia tumbuh
pesat, mencapai 1712 buah, dan terdaftar sebanyak 172 buah dengan anggota sekitar 144.134
orang.
2.1.9.2 Zaman Jepang
Pada masa ini usaha-usaha perkembangan koperasi di Indonesia disesuaikan dengan
asas-asas kemiliteran. Pada zaman Jepang ini dikembangkan model koperasi yang terkenal
dengan sebuatan kumiai. Dengan propaganda untuk meningkatkan kesejahteraan mereka,
sehingga mendapat simpatiyang luas dari masyarakat. Siasat pemerintah jepang melalui
pembentukan Kumiai sebenarnya untuk memenuhi kepentingan perang. Fungsi koperasi
dalam periode ini benar-benar hanya sebagai alat untuk mendistribusikan bahan-bahan
kebutuhan pokok untuk kepentingan perang Jepang, dan bukan untuk kepentingan rakyat.
2.1.9.3 Periode 1945-1967
Dikeluarkannya dekrit presiden pada tanggal 15 juli 1959. Keberadaan koperasi
disesuaikan dengan perkembangan kebijaksanaan politik pada saat itu. UU Koperasi
No.79/1958 misalnya, disyahkan berdasarkan ketentuan UUDS 1950. Pemerintah kemudian
memberlakukan PP Noo. 60/1959, sebagai pengganti UU No. 79/1958. Pada tahun 1965
pemerintah mencabut PP No. 60/1959, dan memberlakukan UU koperasi No. 14/1965.
Pengganti UU ini menyebabkan memburuknya perkembangan koperasi.
2.1.9.4 Periode 1967-1992
Pemerintah orde baru memberlakukan UU No. 12/1967 sebagai pengganti UU No.
14/1965, disusul dengan melalukan rehabilitas koperasi yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan UU No. 12/1967 terpaksa membubarakan diri.
Diberlakukan UU No. 12/1967 koperasi mulai berkembang kembali. Salah satu yang
menonjol ialah pembinaan dan pengembangan KUD (Inpres No.4/1984).Anggota koperasi
pada Pelita 1 berjumlah 2,5 juta dan pada Pelita V meningkat menjadi 19 juta, volume usaha
meningkat dari Rpp 88,5 miliar menjadi Rp 44,9 triliyun.

Dalam menghadapi hal-hal tersebut pemerintah mengambil langkah-langkah strategis


yang dengan memacu perkembangan koperasi secara kualitatif dengan mengganti UU
No.12/1967 dengan UU Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian.
2.1.9.5 Periode 1992-2005
Dengan diberlakukannya UU nomor 25/1992 tentang perkoperasian maka terjadi
perubahan yang cukup signifikan dalam pergerakan koperasi di Indonesia. Dengan
diberlakukannya UU No.12/1992 maka gerak langkah koperasi menjadi lebih leluasa karena
perkumpulan koperasi dianggap sama dengan bentuk badan usaha lain. Sehingga dalam halhal tertentu kegiatan usaha koperasi mampu bersaing dengan kegiatan usaha badan badan
usaha lainnya.
2.2 Pengertian, Asas, dan Prinsip Ekonomi
2.2.1 Pengertian Koperasi
Pengertian koperasi berasal dari bahasa inggris co-operation yang berarti usaha bersama.
Dengan kata lain berarti segala pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama sebenarnya
dapat disebut sebagai koperasi. Namun demikian yang dimaksud dengan Koperasi di sini
adalah suatu bentuk peraturan dan tujuan tertentu pula, perusahaan yang didirikan oleh orangorang tertentu, untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, berdasarkan para ahli Definisi
Koperasi:
a. Muhammad Hatta (1994): Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah untuk
membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang
semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama
bukan keuntungan.
b. ILO (dikutip oleh Edilius & Sudarsono, 1993): Koperasi ialah suatu kumpulan orang,
biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk
organisasi perusahaan yang di awasi secara demokratis.
c. Dr. G. Mladenata, didalam bukunya

Histoire Desdactrines Cooperative

mengemukakan bahwa koperasi terdiri atas produsen-produsen yang bergabung secara


sukarelauntuk mencapai tujuan bersama, dengan saling bertukar jasa secara kolektif
dan menanggung resiko bersama, dengan mengerjakan sumber-sumber yang
disumbangkan oleh anggota.
d. H.E. Erdman, dalam bukunya Passing Monopoly as an aim of Cooperatif ialah
pemilik dan yang menggunakan jasanya dan mengembalikan semua penerimaan di
atas biayanya kepada anggota sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan dengan
koperasi.

10

Pengertian Koperasi di Indonesia. Dasar hukum keberadaan koperasi di Indonesia adalah


pasal 33 UUD 1945 dan UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam penjelasan
pasal 33 ayat (1) UUD 1945 antara lain dikemukakan bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan ayat (4) dikemukakan bahwa
perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan, sedangkan menurut pasal 1 UU No.25/1992, yang
dimaksud dengan koperasi di Indonesia adalah: Badan usaha yang beranggotakan orangseseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Dalam tujuan tersebut dapat dimengerti bahwa koperasi adalah sebagai satu-satunya
bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan susunan
perekonomian yang hendak dibangun di Indonesia. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal
33 ayat (4) UUD 1945.
2.2.2

Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi

Landasan dan asas koperasi umumnya terdiri dari tiga hal sebagai berikut:
a. Pandangan hidup dan cita-cita moral yang ingin dicapai suatu bangsa. Unsur ini
lazimnya disebut sebagai landasan cita-cita atau landasan idiil yang menentukan arah
perjalanan usaha koperasi.
b. Semua ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur agar falsafah bangsa, sebagai
cita-cita moral bangsa benar-benar dihayati dan diamalkan. Unsur landasan koperasi
yang kedua ini disebut sebagai landasan struktural.
c. Adanya rasa karsa untuk hidup dangan mengutamakan tindakan saling tolong
menolong diantara sesama manusia berdasarkan ketinggian budi dan harga diri, serta
dengan kesadaran sebagai makhluk pribadi yang harus bergaul dan bekerjasama
dengan orang lain. Sikap dasar yang demikian ini dikenal sebagai asas koperasi.
Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No. 25/1992, yang berbunyi: koperasi
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
1)
2)
3)
4)
2.2.3

Berdasarkan pasal tersebut, tujuan koperasi pada garis besarnya meliputi 3 hal yaitu:
Memajukan kesejahteraan anggotanya;
Memajukan kesejahteraan masyarakat;
Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.
Prinsip-prinsip Koperasi

11

Perbedaan koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya, tidak hanya terletak


pada landasan dan asasnya, tetapi juga pada prinsip-prinsip pengelolaan organisasi dan usaha
yang dilakukan. Prinsip pengelolaan organisasi dan usaha koperasi merupakan penjabaran
dari asas kekeluargaan yang dianut oleh koperasi. Prinsip koperasi atau juga disebut sebagai
sendi-sendi dasar koperasi ialah pedoman pokok yang menjiwai setiap gerak langkah
pengelolaan dan usaha koperasi. Penyusunan prinsip koperasi di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah perkembangan koperasi secara internasional. Dalam mempelajari prinsip koperasi
internasional, disadari bahwa penyusunan prinsip koperasi Indonesia harus sesuai dengan
kondisi dan tingkat perkembangan koperasi di Indonesia.
Sebagai dinyatakan dalam pasal 15 ayat 1 UU No. 25/1992, Koperasi Indonesia
melaksanakan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut.
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan sacara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota;
4) Pembagian balas jasa yang terbatas pada modal;
5) Kamandirian.

2.3 Manfaat dan Penggolongan Koperasi


2.3.2 Manfaat Koperasi
Manfaat Koperasi dijelaskan dalam tata perekonomian Indonesia, Pasal 4 tentang
Perkoperasian, yakni:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya
d. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
Pendiri koperasi pada mulanya di maksudkan untuk menolong para petani dari
permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak. Hal ini terjadi pada awal Revolusi Industri

12

Eropa, dimana harga barang-barang hasil pertanian di permainkan oleh para tengkulak, di
samping itu juga kaum buruh yang diabaikan oleh kaum kapitalis.
Ketergantungan ini terutama disebabkan oleh keadaaan ekonomi petani dan kaum
buruh yang masih bersifat sub sistem (tidak menentu). Untuk mengatasikeadaan ini petani
meminjam kepada tengkulak dengan menjamin hasil pertaniannya, sedangkan kaum buruh
mendapat tekanan kuat dari kaum kapitalis, dalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk itu
saya akan menjelaskan bagaimana manfaat koperasi dari berbagai pandangan beberapa aliran
pemikiran dalam masyarakat.
Ada beberapa pandang mengenai manfaat koperasi yang dikemukakan oleh Casselman
pada tahun 1989 ada 3 aliran mengenai manfaat koperasi :
1. Aliran Yardstick
Menurut pandangan aliran ini hanya berfungsi sebagai tolak ukur dalam arti sebagai
penetralisir keburukan yang timbul oleh sistem perekonomian kapitalis. Sasaran gerakan
koperasi hanya terbatasi pada segi menghilangkan praktek-praktek persaingan yang tidak
sehat pada sistem perekonomian kapitalis.
2. Aliran Sosialis
Menurut pandangan, aliran ini fungsi dan peranan koperasi berbeda dengan pandangan
aliran Yardstick .Aliran ini memandang sistem perekonomian kapitalis sebagai asal mula
penindasan terhadap rakyat banyak. Maka kehadiran koperasi di dalam masyarakat kapitalis
harus difungsikan sebagai kekuatan untuk mengganti sistem perekonomian kapitalis tersebut.
3. Aliran Persemakmuran
Aliran ini dapat dikategorikan aliran tengah. Di satu pihak sebagaimana aliran
yardstick, aliran ini memandang sistem perekonomian kapitalis sebagai suatu

sistem

perekonomian yang harus di hancurkan, tetapi sebagaimana aliran sosialis, sepakat harus
sistem perekonomian kapitalis pernah dikoreksi, namun tidak di seradikal aliran sosial.
Menurut aliran ini fungsi dan peran koperasi didalam masyarakat kapitalis tidak sekedar
sebagai tolak ukur alat penawar, tetapi sebagai alternatif dari bentuk kerusakan kapitalis.
Sebagai bentuk perusahaan alternatif, maka peranan koperasi harus terus ditingkatkan dan
dikembangkan sebagai suatu gerakan masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat
koperasi.
Apabila di lihat dari bidang ekonomi manfaat koperasi adalah :
1. Menumbuhkan motif berusaha yang lebih berkeprimanusiaan
2. Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih adil
3. Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk permodalan lainnya

13

4. Menawarkan barang-barang dan jasa dengan harga yang lebih murah


5. Meningkatkan penghasilan anggota
6. Menyederhanakan dan mengefisienkan tata niaga
7. Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan
8. Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara kebutuhan dan
pemenuhan kebutuhan
9. Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara aktif
Akan tetapi di bidang sosialnya manfaat berkoperasi adalah :
1. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat bekerjasama, baik dalam
menyelesaikan mereka, maupun dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang
lebih baik
2. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat berkorban, sesuai dengan
kemampuannya masing-masing, demi terwujudnya tatanan sosial dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan beradab
3. Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis, menjamin dan
melindungi hak dan kewajiban setiap orang
4. Mendorong terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang tentram dan damai
Jadi, manfaat berkoperasi itu sendiri adalah untuk :
a. Memperoleh harga pelayanan misalnya dalam berbelanja kepada usaha koperasi kita
memperoleh harga pelayanan yang lebih murah oleh koperasi.
b. Dukungan pada usaha yang dijalankan misalkan didalam koperasi mendirikan sebuah
usaha maka kita sebagai anggota harus mendukung usaha tersebut dengan selalu
berbelanja kepada usaha koperasi.
c. Memperoleh keuntungan untuk anggota berupa SH
2.3.3 Penggolongan Koperasi
Penggolongan koperasi ialah pengelompokan koperasi kedalam kelompok-kelompok
tertentu berdasarkan kriteria dan karakteristik yang tertentu pula. Dalam perkembangannya,
jenis koperasi yang berkembang cenderung bervariasi. Keragaman ini tentu sangat
dipengaruhi oleh latar belakang pembentukan dan tujuan yang ingin dicapai oleh masingmasing koperasi. Koperasi kemudian dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok besar
berdasarkan pendekatan. Dan dalam masing-masing kelompok besar dapat digolonggolongkan kedalam kelompok-kelompok yang kecil lebih khusus.
Koperasi berdasarkan bidang usaha, dapat digolongkan sebagai berikut:

14

1. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyedian barangbarang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya.
2. Koperasi produksi adalah yang kegiatan utamanya memproses bahan baku menjadi
bahan jadi/setengah jadi.
3. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para
anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkannya.
4. Koperasi kredit/simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam penumpukan
simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada anggotanya yang
membutuhkan bantuan modal untuk usahanya.
Koperasi berdasarkan jenis komoditi, dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Koperasi ekstraktif adalah koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau
memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit
mengubah bentuk dan sifat seumber alam itu.
2. Koperasi pertanian dan peternakan koperasi-koperasi pertanian adalah koperasi yang
melakukan usaha berhubungan dengan komoditi pertanian tertentu. Kegiatan koperasi
pertanian biasanya meliputi:
1. Pengusaha bibit, semprotan dan peralatan pertanian lainnya.
2. Mengolah hasil pertanian.
3. Memasarkan hasil-hasil olahan komoditi pertanian.
4. Menyediakan modal bagi para petani.
5. Mengembangkan keterampilan koperasi.
6. Koperasi peternakan adalah koperasi yang usahanya berhubungan dengan
peternakan tertentu.
7. Koperasi industri dan kerajinan adalah koperasi yang melakukan usaha di
bidang industry dan kerajinan tertentu.
8. Koperasi jasa-jasa hampir sama dengan koperasi industri lainnya, yang
membedakan ialah bahwa koperasi jasa mengkhususkan usahanya dalam
memproduksi dan memasukkan kegiatan-kegiatan tertentu.
Koperasi berdasarkan profesi anggotanya, dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Koperasi karyawan
2. Koperasi Pegawai Negeri Sipil
3.

Koperasi Angkatan Darat, Laut, Udara, dan Polri

15

4.

Koperasi mahasiswa

5.

Koperasi pedagang pasar

6.

Koperasi veteran RI

7.

Koperasi nelayan

8.

Koperasi kerajinan dan sebagainya

Koperasi berdasarkan daerah kerjanya, dapat digolongkan sebagai berikut:


1. Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orang yang biasanya didirikan
dalam lingkup wilayah terkecil tertentu.
2. Koperasi pusat adalah koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi primer
biasanya didirikan sebagai pemusatan dari berbagai koperasi primer dalam lingkup
wilayah tertentu.
3. Koperasi gabungan koperasi gabungan hampir sama dengan koperasi pusat, koperasi
gabungan tidak beranggotakan orang-orang, melainkan beranggotakan koperasikoperasi pusat yang berasal dari wilayah tertentu.
4. Koperasi induk ialah koperasi yang beranggotakan berbagai koperasi pusat atau
koperasi-koperasi gabungan yang berkedudukan di ibukota negara.
2.4 Pemodalan Koperasi
2.4.1 Pengertian Modal
Modal merupakan sejumlah dana yang akan digunakan untuk melaksanakan usahausaha koperasi. Oleh karena itu kehadiran modal dalam koperasi ibarat pembuluh darah yang
mensuplai darah (modal) bagi kegiatan-kegiatan lainnya dalam koperasi. Ada tiga alasan
dasar mengapa koperasi membutuhkan modal, yaitu:
1. Untuk membiayai proses pendirian koperasi, lazimnya disebut sebagai biaya pra
organisasi
2. Untuk membeli barang-barang modal yang dalam perhitungan perusahaan
digolongkan menjadi harta tetap/ fixed assets
3. Untuk modal kerja/ working capital, biasanya digunakan untuk membiayai biayabiaya rutin dalam menjalankan usahanya.
Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh koperasi dalam kaitannya dengan
permodalan ini,yaitu sebagai berikut:

16

a) Pengendalian dan pengelolaan koperasi harus tetap berada di tangan anggota dan tidak
perlu dikaitkan dengan jumlah modal yang dapat ditanamkan oleh seseorang anggota
dalam koperasi dan berlaku ketentuan satu anggota satu suara.
b) Modal harus dimanfaatkan untuk usaha usaha yang bermanfaat dan meningkatkan
kesejahteraan bagi anggota.
c) Kepada modal hanya diberikan balas jasa yang terbatas.
d) Koperasi pada dasarnya memerlukan modal yang cukup untuk membiayai usahanya
secara efesien
e) Usaha-usaha dari koperasi harus dapat membantu pembentukan modal baru. Hal ini
bisa dilakukan dengan menahan sebagian dari keuntungan/sisa hasil usaha (SHU) dan
tidak membagikan semua kepada anggota.
Sumber sumber permodalan bagi koperasi. Menurut UU NO. 25 tentang perkoperasian
pasal 41 bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
a) Modal Sendiri, yang dimaksud modal sendiri dalam penjelasan pasal 1 ayat (2) UU
25/1992 adalah modal yang menanggung resiko atau di sebut modal ekuiti.
b) Simpanan Pokok sejumlah uang yang sama banyaknya yang dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.
c) Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib
di bayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.
d) Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil
usaha,yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian
koperasi bila di perlukan.
e) Hibah suatu pemberian atau hadiah dari seseorang semasa hidupnya.
Modal Pinjaman adalah modal yang koperasi pinjam dari pihak lain. Modal pinjaman
dapat berasal dari:
a) Anggota,yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota
yang memenuhi syarat.
b) Koperasi lain/atau anggotanya, pinjaman dari koperasi dari atau anggotanya didasari
dengan perjanjian kerjasama antar koperasi
c) Bank dan lembaga keuangan lainnya, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan
lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, dalam rangka mencari tambahan modal,
koperasi dapat mengeluarkan obligasi(surat pernyataan hutang) yang dapat dijual ke
masyarakat.

17

e) Sumber lain yang sah, adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak
melalui penawaran secara hukum.
2.5 Ukuran Keberhasilan Koperasi
Menurut tokoh koperasi Ibnoe Soedjono, untuk memahami apa yang disebut
kemampuan koperasi, kita perlu menggunakan tolak ukur keberhasilan koperasi secara mikro.
Keberhasilan koperasi dapat didekati dari dua sudut, yaitu sudut perusahaan dan sudut efek
koperasi.
Pendekatan dari sudut perusahaan:
1. Peningkatan Anggota Perorangan
Pada dasarnya lebih penting jumlah anggota perorangan daripada jumlah koperasi,
karena sebagai kumpulan orang kekuatan ekonomi bersumber dari anggota perorangan. Ada
dua faktor keanggotaan yang perlu diperhatikan, yaitu kemampuan ekonomi dan tingkat
kecerdasan anggota.
2. Peningkatan Modal
Peningkatan modal terutama yang berasal dari koperasi sendiri. Jumlah modal dari
dalam dapat digunakan sebagai salah satu indikator utama dari kemandirian koperasi.
Semakin besar modal dari dalam berarti kemandirian koperasi tersebut semakin tinggi.
Indikator kemandirian yang lain adalah keberanian manajemen untuk mengambil keputusan
sendiri.
3. Peningkatan Volume Usaha.
Volume usaha berkaitan dengan skala ekonomi, semakin besar volume usaha suatu
koperasi berarti semakin besar potensinya sebagai perusahaan, sehingga dapat memberikan
pelayanan dan jasa yang lebih baik kepada para anggota.
4. Peningkatan Pelayanan Kepada Anggota dan Masyarakat.
Berbeda dengan unsur yang lain, pelayanan ini sukar dihitung secara kuantitatif.
Anggota dapat merasakan efeknya dengan membandingkan sebelum dan sesudah ada
koperasi. Bentuk pelayanan dapat bermacam-macam, misalnya: pendidikan, kesehatan,
beasiswa, sumbangan, pelayanan usaha yang cepat dan efisien, dan sebagainya.
Pendekatan dari sudut efek koperasi:
a) Produktivitas: Artinya koperasi dengan seluruh hasil kegiatannya dapat memenuhi

seluruh kewajiban yang harus dibayarnya, seperti: biaya perusahaan, kewajiban kepada
anggota, dan sebagainya.

18

b) Efektivitas: Dalam arti mampu memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap anggota-

anggotanya.
c) Adil: Dalam melayani anggota-anggota, tanpa melakukan diskriminasi.
d) Mantap: Dalam arti bahwa koperasi begitu efektif sehingga anggota-anggota tidak ada
alasan untuk meninggalkan koperasi guna mencari alternatif pelayanan di tempat lain
yang dianggap lebih baik.
Ibnoe Soedjono juga menambahkan bahwa di Indonesia ada ukuran keberhasilan lain
yang perlu digunakan secara makro, sebagai akibat dari peranan koperasi dalam melayani
masyarakat dan sebagai alat kebijaksanaan pembangunan pemerintah. Ukuran keberhasilan
ini seringkali didasarkan pada penilaian pemerintah terhadap pencapaian target yang sudah
ditetapkan.
Dalam hal dimana koperasi melaksanakan program-program pemerintah, maka
seharusnya pemerintah menetapkan target-target yang ingin dicapai yang seharusnya sama
atau tidak bertentangan dengan target yang diinginkan koperasi, sehingga keduanya dapat
dipadukan. Dengan demikian kepuasan anggota sebagai tolok ukur keberhasilan koperasi
tetap bisa digunakan sebab apa pun yang telah dicapai koperasi, keberhasilan koperasi harus
diukur dari pendapat anggota-anggotanya, apakah mereka puas atau tidak atas kinerja
koperasinya. Dengan berpedoman pada manajemen koperasi dimana rapat anggota
mempunyai kekuasaan tertinggi, maka pengurus koperasi harus berhasil dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya sehingga anggota bisa merasa puas atas kinerja koperasinya.
Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dihasilkan koperasi sebagai sistem terbuka
pada hakikatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor ekstern sebagai berikut:

Iklim yang baik di bidang ekonomi, politik, dan hukum yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan koperasi, seperti: kebijakan ekonomi yang membantu dan melindungi
kegiatan rakyat kecil, kemampuan politik untuk membantu dan mengembangkan
koperasi, dan peraturan perundang-undangan yang melindungi dan memantapkan
peranan koperasi.

Kebijakan pemerintah yang jelas dan efektif untuk mendukung koperasi, seperti:
kebijakan di bidang produksi, perdagangan, perkreditan, perpajakan, dan sebagainya.

Sistem prasarana yang dapat melancarkan perkembangan koperasi, seperti: pelayanan


birokrasi,

pendidikan,

penyuluhan,

sarana

perhubungan

dan

pengangkutan,

perkreditan, dan sebagainya.

Kondisi lingkungan setempat yang memungkinkan untuk perkembangan koperasi,


seperti: semangat gotong-royong, tidak ada kekuatan monopolis, dan tidak ada
persaingan yang tidak seimbang.
Menurut M.G. Suwarni Dosen FE Universitas Janabadra Yogyakarta, keberhasilan

koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai tiang perekonomian bangsa , dengan hirarki

19

kedudukan koperasi sebagai badan usaha, sebagai gerakan ekonomi, maupun sebagai sistem
ekonomi memerlukan tolok ukur minimal (Nugroho SBM, 1996).
2.5.1 Tolak Ukur Keberhasilan Koperasi Sebagai Badan Usaha
1. Jenis anggota, jumlah anggota, dan jumlah anggota yang aktif serta benar-benar ikut
memiliki koperasi (jumlah anggota yang berkualitas)
2. Jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela, serta kesadaran
anggota untuk membayarnya. Simpanan-simpanan tersebut merupakan komponen
modal sendiri bagi koperasi.
3. Besarnya SHU dan distribusi SHU kepada anggota. Semakin adil pendistribusian SHU
kepada anggota berarti koperasi tersebut semakin berhasil.
4. Besarnya modal, asal modal, dan jenis pemilik modal. Koperasi yang memiliki modal
besar tetapi jumlah anggotanya sedikit bisa dibilang bukan koperasi.
2.5.2 Tolak Ukur Keberhasilan Koperasi Sebagai Gerakan Ekonomi
1. Jasa pelayanan yang diberikan koperasi, sehingga usaha koperasi lebih maju.
2. Peningkatan kondisi sosial ekonomi anggota koperasi.
2.5.3 Tolak Ukur Keberhasilan Koperasi Sebagai Sistem Ekonomi
1. Kerja sama yang baik dengan organisasi-organisasi lain, tanpa persaingan dalam
melaksanakan usahanya.
2. Koperasi semakin dapat dipercaya, tanpa harus dikendalikan secara ketat oleh
pemerintah.
3. Peningkatan peran serta koperasi sejajar dengan BUMN dan perusahaan-perusahaan
swasta dalam kebijakan-kebijakan, termasuk kepemilikan saham BUMN dan
perusahaan swasta oleh koperasi.
Selanjutnya M.G. Suwarni menyatakan bahwa koperasi bisa berkembang apabila
koperasi tersebut baik dan sehat. Koperasi dikatakan baik apabila di dalam koperasi tersebut
tidak terjadi penyimpangan yang fatal, tidak ada monopoli kekuasaan lain selain rapat
anggota, dan semua unsur organisasi koperasi memberi dukungan terhadap pelaksanaan
program kerja/keputusan yang telah disepakati. Sedangkan tingkat kesehatan koperasi diukur
dari kesehatan organisasinya, kesehatan mentalnya, dan kesehatan usahanya.
Organisasi koperasi dikatakan sehat apabila kesadaran anggota koperasi tinggi,
AD/ART dilaksanakan, rapat anggota/pengurus/badan pengawas dapat berfungsi secara
optimal. Kesehatan mental koperasi dapat dilihat dari besarnya tanggung jawab rapat
anggota/pengurus/badan
kemanusiaan/kekeluargaan,

pengawas,
keterbukaan,

pengelolaan
kejujuran,

dan

koperasi
keadilan,

berdasarkan
program-program

pendidikan koperasi dilaksanakan secara rutin, konflik-konflik disfungsional dapat diatasi,


serta koperasi dapat hidup mandiri. Usaha koperasi sehat apabila pengelolaanya didasarkan
atas azas dan sendi dasar koperasi, berjalan secara rutin, RAT dilaksanakan secara rutin, setiap

20

RAT dibagikan SHU secara adil, memberikan pelayan yang baik, dan usaha yang semakin
meningkat.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Koperasi yaitu suatu perkumpulan yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi
yang berjuang untuk memperjuangkan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan
kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Masing-masing anggota koperasi berkewajiban
untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya koperasi.
Koperasi sebagai bentuk usaha merupakan organisasi ekonomi rakyatyang bersifat
sosial. Koperasi berfungsi sebagai alat ekonomi yang dapatmensejahterakan rakyat. Koperasi
pun memiliki peranan yang besar dalampembangunan nasional. Sebagai usaha bersama yang
berasaskan kekeluargaan, koperasi haruslah dikelola dengan prinsip-prinsip manajemensecara
tepat.
3.2 Saran
Pada pembahasan ini menjelaskan pengertian koperasi dari berbagai pandangan para
ahli dan dari undang-undang koperasi itu sendiri, termasuk juga prinsip-prinsip dan asas

21

koperasi. Dengan demikian diharapkan mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya
menjadi paham tentang bagaimana melakukan kegiatan usaha dengan berkoperasi, dan dapat
membandingkan dengan kegiatan usaha yang bukan koperasi.
Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga apa yang disajikan memberikan ilmu
dan informasi. Selanjutnya kesempurnaan makalah ini penulis mohon saran dan kritik guna
memperbaiki kesalahan dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus,

2012.

Permodalan

Koperasi.

(http://pendioioi.blogspot.com/2012/01/permodalan-koperasi.html diakses tanggal 16


Januari 2013, pkl.14.45 WIB)
Anonimus,

2011.

Istilah

Simpanan

dan

Permasalahan

Permodalan

Koperasi.

(http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/Edisi%2022/modal_kop.html

diakses

pada tanggal 16 Januari 2013, pkl.14.58 WIB)


Gintha.

2011.

Manfaat

Koperasi.

(http://ginthapx.blogspot.com/2011/11/manfaat-

koperasi.html diakses pada tanggal 17 Januari 2012 , pkl 20.35wib)


Indrawan Rully. 2004. Ekonomi Koperasi. Bandung:Lemlit Unpas.
Prasetyooetomo.

2011.

Permodalan

(http://prasetyooetomo.wordpress.com/2011/11/15/permodalan-koperasi/
tanggal 16 Januari 2013, pkl.14.50 WIB)
Subandi,M.M.DRS, 2011. Ekonomi Koperasi. Bandung:Alfabeta, CV.

Koperasi.
diakses

22

Warta

Warga.

2009,

Kriteria

Keberhasilan

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/kriteria-keberhasilan-koperasi/
tanggal 16 Januari 2013, pkl.14.38 WIB)

Koperasi.
diakses

Anda mungkin juga menyukai