Disusun oleh:
Mashita Dyah Chaerani
160110130076
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
I.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang Komposit. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah ITMKG di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah ITMKG.Semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
i
II.
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I ...1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
ISI.................................................................................................................................................... 2
1. DEFINISI ........................................................................Error! Bookmark not defined.
2. KOMPOSISI ...................................................................Error! Bookmark not defined.
3.KLASIFIKASI .................................................................................................................. 6
4.REAKSI KIMIA AMALGAM ......................................................................................... 7
5.TAHAPAN MANIPULASI DAN FAKTO-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...... 8
6.SIFAT MEKANIS ...........................................................Error! Bookmark not defined.
7. SIFAT KLINIS ...............................................................Error! Bookmark not defined.
8.MANIPULASI KOMPOSIT .......................................................................................... 14
9.
MACAM-MACAM
LIGHT
CURING...14
10. FINISHING AND POLISHING..
11.BONDING AGENT..
12. SIFAT-SIFAT PENTING BONDING AGENT
13.PERKEMBANGAN BONDING AGENT
BAB III ......................................................................................................................................... 31
PENUTUP..................................................................................................................................... 31
1.
KESIMPULAN .............................................................................................................. 31
ii
2.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kegunaan resin composit sebagai sebuah bahan restoratative sudah meningkat untuk
beberapa tahun terakhir dan kepopulerannya meningkat setelah dperkenalkan perkembangan
bahan komposit yang lebih kuat. Dulu composit diutamakan untuk bagian anterior dimana
estetika adalah tujuan utama. Namun, sekarang sudah digunakan untuk merestorasi seluruh
bagian gigi dalam situasi yang bervariasi. Dengan pertimbangan ini, sangatlah penting jika
kehigienisan dental memperhatikan pemeliharaan yang baik dari bahan komposit untuk
memastikan kesehatan periodontal dan mencegah penyakit gigi geligi.
Komposit adalah produk yang terdiri dari setidaknya 2 komponen berbeda yang
biasanya di campur bersama dengan komponen yang memiliki struktur dan sifat yang
berbeda.
Tujuan mencampurkan beberapa macam komponen adalah mendapatkan sifat yang
tidak bisa didapat hanya oleh satu komponen saja.2 komponen utamanya adalah resin dan
reinforcing filler. Kedua komponen ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Sifat thermal,
modulus elastisitas juga tergantung dari bentuk, jenis, dan perbandingan resin dan filler.
BAB II
ISI
2.1
Definisi
Gambaran umum
Resin Komposit gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat unggul yang
digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang dan memodifikasi warna dan outline gigi,
sehingga dapat meningkatkan estetika wajah.
dimethacrylate resin, dan coupling agent organik silane untuk membentuk ikatan antara
partikel filler dan matriks resin.
2.2
Komposisi
1. Matriks Resin.
Resin Komposit tersusun atas campuran monomer dimethacrylate aromatik dan
bahan. Karena pentingnya partikel filler yang berikatan dengan baik, penggunaan coupling
agent yang efektif sangatlah penting bagi keberhasilan bahan komposit.
Keuntungan filler :
-
Metode yang tepat untuk mengklasifikasikan komposit adalah dengan ukuran partikel,
bentuk, dan distribusi filler. Saat ini komposit mengandung partikel bulat besar (20-30 m),
partikel besar dengan bentuk iregular, partikel microfine (0,04-0,2 m), dan campuran
(microhibryds) yang mengandung sebagian besar fine particles dan beberapa microfine
particles. Berdasarkan jenis partikel filler, komposit dapat diklasifikasikan menjadi :
-
Microhybrid Composites.
Mengandung glass iregular (borosilicate glass; lithium or barium aluminium
silicate; strontium or zinc glass). Distribusi fine particles dan microfine particles
membuat padatan yang lebih efisien karena partikel yang lebih kecil akan mengisi
ruangan antara partikel yang lebih besar. Berdasarkan volume, 60-70% komposit
microhybrid merupakan filler; sedangkan berdasarkan berat, kepadatan filler
mencapai 77-84% berat total komposit.
Microfilled Composites.
Mengandung silika dengan luas permukaan yang sangat tinggi (100-300 m2/g)
yang memiliki diameter partikel 0,04-0,2 m. Karena luas permukaannya, hanya
25% volume atau 38% berat yang dapat ditambahkan ke oligomer untuk menjaga
agar konsistensi pasta cukup rendah.
3. Coupling Agents.
Agar komposit memiliki sifat yang baik, haruslah terbentuk ikatan yang baik antara
filler inorganik dengan oligomer organik saat setting. Ikatan ini didapatkan dengan cara
melapisi permukaan filler dengan coupling agents sebelum mencampurnya dengan
4
oligomer. Coupling agents yang paling umum adalah senyawa organik silikon, yang
disebut silanes.
Reaksinya akan mengikatkan filler dan oligomer, jadi ketika komposit terkena stress,
maka stress tersebut dapat dipindahkan dari satu partikel filler yang kuat ke partikel
lainnya melalui polimer berkekuatan rendah.
4. Initiators dan Accelerators.
Komposit terdiri atas light-cured (aktivasi dengan cahaya) dan self-cured. Aktivasi
dengan cahaya terjadi ketika cahaya biru dengan panjang maksimum gelombang 470 nm,
yang biasanya diabsorbsi oleh photo-activator, seperti camphoroquinone, yang ditambahkan
sekitar 0,2-1 %. Reaksi ini dipercepat oleh adanya amine organik yang mengandung sebuah
ikatan rangkap karbon.
Aktivasi dengan reaksi kimia didapatkan pada suhu kamar oleh amine organik (pasta
katalis) yang bereaksi dengan peroksida organik (pasta universal) untuk memproduksi radikal
bebas, yang sebaliknya akan menyerang ikatan rangkap karbon, dan menyebabkan
polimerisasi.
5. Pigmen dan komponen lain.
Oksida inorganik biasanya ditambahkan dalam jumlah kecil untuk menyediakan corak
warna yang sama dengan gigi lainnya. Banyak sekali corak warna yang tersedia, mulai dari
putih, kuning, sampai abu-abu. Penyerap ultraviolet juga biasanya ditambahkan untuk
meminimalisir perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi.
2.3
Klasifikasi
1. Berdasarkan proses curing.
Dibedakan menjadi :
o Light-cured composites
Reaksi polimerisasinya dimulai oleh cahaya tampak warna biru.
o Self-cured composites
Reaksi polimerisasinya dimulai secara kimiawi oleh peroxide initiator dan
amine accelerator.
o Dual-cured composites
Menggunakan kombinasi aktivasi kimiawi dan cahaya untuk memulai
proses polimerisasi.
2. Berdasarkan jenis partikel filler.
Dibedakan menjadi :
o Microhybrid composites
o Microfilled composites
3. Berdasarkan ukuran partikel, bentuk, dan distribusi filler.
Dibedakan menjadi :
o Partikel bulat besar (20-30 m)
o Partikel besar dengan bentuk iregular
o Partikel microfine (0,04-0,2 m)
o Campuran (microhibryds) yang mengandung sebagian besar fine particles
dan beberapa microfine particles
dikombinasikan dengan unit monomer untuk menciptakan bagian awal dari growing chain,
akan terjadi kombinasi radikal bebas dengan monomer untuk menciptakan rantai awal . Tahapan
selanjutnya adalah propagasi, dimana saat propagansi ni penambahan unit monomer terus
dilanjutkan. Penambahan monomer terus menerus yang mendorong terbentuknya rantai polimer.
Dan tahapan yang terakhir adalah terminasi. Terminasi merupakan penghentian dari growing
chain yang dihentikan oleh satu atau beberapa peristiwa, pada tahapan ini telah terbentuk
molekul yang stabil. Tahapan-tahapan tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar:
Polimerisasi resin komposit sinar saat ini dapat dilakukan dengan empat jenis sumber
sinar, antara lain: lampu Quartz Tungsten Halogen (QTH), Light Emiting Diode (LED),
lampu argon ion laser, dan lampu plasma. Sumber polimerisasi yang paling banyak
digunakan adalah halogen (QTH) dan LED dikarenakan biaya alat yang murah, mudah
didapatkan, dan spektrum emisi yang memungkinkan terjadi polimerisasi dikenal oleh hampir
semua resin komposit.
2.5
setting time, polymerization shrinkage, thermal properties, water sorption and color stability.
Sifat mekanisnya antara lain flexural strength, elastic modulus, dan hardness.
Polymerization shrinkage.
Resin komposit mempunyai kelemahan yaitu adanya penyusutan pada saat
polimerisasi yang menyebabkan terbentuknya celah (gap) antara dinding kavitas dan resin
komposit yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran mikro
8
Thermal properties.
Selain itu, perbedaan koefisien ekspansi thermal antara struktur gigi dan resin
komposit juga dapat mempengaruhi kerapatan tepi restorasi antara resin komposit dan
dinding kavitas.
Tekanan kontraksi resin komposit selama polimerisasi akan menghasilkan kekuatan yang
bersaing dengan kekuatan perlekatan, sehingga dapat mengganggu perlekatan terhadap
dinding kavitas, hal ini merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan tepi.
Water sorption and solubity.
Kemampuan resin komposit dalam menyerap air tergantung pada matriks resin dan
komposisi filler. Sifat penyerapan air ini akan mempengaruhi sifat fisik dan sifat mekanis
resin komposit seperti hardness dan wear resistance. Polimerisasi yang adekuat menghasilkan
stabilitas dan kualitas antara silane dan coupling agent dan meminimalisasi lepasnya ikatan
matriks dan filler sehingga menurunkan resiko penyerapan air oleh resin komposit.
Color and color stability
Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain
seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. Untuk mendapatkan warna seperti
warna gigi geligi asli, pigmen warna ditambahkan seperti ferric oxide, cadmium black,
mercuric sulfide dan lain-lain. Bahan resin komposit ini biasanya digunakan untuk menumpat
gigi anterior, memperbaiki gigi patah, melapisi permukaan gigi yang rusak, atau menutup
warna gigi yang berubah karena obat-obatan antibiotik tertentu misalnya tetrasiklin.
Kegagalan estetik merupakan salah satu sebab kepada penggantian restorasi. Kombinasi yang
bagus antara warna gigi dan warna material restorasi sebelum dicuring adalah faktor klinikal
yang penting bagi mendapatkan hasil yang bagus. Walau begitu, kombinasi ini harus dapat
bertahan setelah material dicuring dan selama pemakaian. Jika warna komposit berubah
selama pemakaian, kelebihan utamanya yaitu estetik, hilang. Penyebab diskolorasi resin
komposit terbagi atas dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Sebagai faktor
intrinsik adalah reaksi polimerisasi dan ukuran partikel filler sedangkan faktor ekstrinsik
adalah minuman dan makanan, bahan kumur, rokok dan tembakau dan proses oksidasi.
2.7
SIFAT KLINIS
Persyaratan klinis untuk komposit yang dapat diterima dalam penggunaan tidak terbatas,
termasuk penggantian cusp gigi posterior, ialah sebagai berikut:
Sifat
Kriteria
Sensitivitas postoperatif
kontak
Tahan terhadap rasa panas, dingin, dan
stimuli gigitan yang negatif
10
yang direkomendasikan. Potong sedotan dan keluarkan bagian komposit yang tidak terkena
pancaran. Keluarkan dari bawah spesimen menggunakan pisau tajam. Hitung panjang
spesimen yang terkena pancaran dan bagi menjadi dua untuk memperkirakan kedalaman
efektif pancarannya.
Radiopacity
Komposit modern memiliki atom-atom dengan nomor atom yang tinggi seperti
barium, strontium, dan zirconium. Beberapa pengisi, seperti quartz, kaca lithium-alumunium,
dan silika, tidak bersifat radiopaque dan pada komposit jumlahnya lebih sedikit dibandingkan
pada bahan restoratif logam seperti amalgam. Komposit microhybrid mencapai suatu
tingkatan radiopacity dengan cara berikatan dengan partikel kaca logam berat berukuran
sangat kecil.
Alumunium digunakan sebagai standar referensi untuk radiopacity. Radiopacity
dentin setebal 2 mm setara dengan radiopacity 2.5 mm alumunium, dan enamel setara dengan
4 mm alumunium. Agar menjadi efektif, suatu komposit harus mencepai radiopacity enamel,
tetapi standar internasional menerima radiopacity setara 2 mm alumunium. Amalgam
memiliki radiopacity lebih besar dari 10 mm alumunium.
Wear Rate
Studi klinis telah menunjukkan bahwa komposit merupakan bahan superior untuk
restorasi anterior yang penting dari segi estetika dan memiliki gaya oklusi yang rendah. Satu
masalah dari komposit yaitu hilangnya kontur permukaan komposit di dalam mulut, yang
dihasilkan oleh kombinasi pemakaian abrasif saat mengunyah dan menyikat gigi serta
pemakaian erosif akibat degradasi komposit di dalam lingkungan oral.
Penggunaan restorasi komposit posterior ditemukan pada daerah kontak di mana
tegangan mencapai titik tertinggi. Penggunaan interproksimal juga telah ditemukan.
Terbentuknya parit pada tepian komposit ditemukan pada komposit posterior, kemungkinan
dihasilkan oleh lemahnya ikatan dan tegangan polimerisasi. Baru-baru ini diterima komposit
untuk pemakaian posterior yang memenuhi syarat klinis. Setelah lebih dari periode 5 tahun,
kontur permukaan yang hilang hanya kurang dari 250 pm atau rata-rata 50 pm per tahun.
Produk yang dikembangkan sebagai komposit laboratorium biasanya memiliki ketahanan
penggunaan yang lebih baik dibandingkan komposit microfilled atau flowable.
12
Biocompability
Hampir seluruh komponen komposit telah ditemukan bersifat cytotoxic in vitro jika
digunakan dalam bentuk alaminya, tetapi biokompabilitas komposit bergantung pada
pelepasan komponen-komponen tersebut dari komposit. Meskipun komposit melepas
beberapa level komponen selama berminggu-minggu setelah pengobatan, terdapat
kontroversi tentang efek biologis komponen-komponen ini. Jumlah pelepasan bergantung
pada tipe komposit serta metode dan efisiensi pengobatan oleh komposit. Pertahanan dentin
mengurangi kemampuan komponen untuk mencapai jaringan pulpa, tetapi komponenkomponen ini mampu menembus pertahanan dentin, meskipun pada konsentrasi rendah. Efek
dari paparan jangka panjang sel terhadap komponen resin berdosis rendah belum diketahui.
Di sisi lain, penggunaan bahan komposit sebagai penutup pulpa langsung (direct) beresiko
lebih tinggi karena tidak ada pertahanan dentin untuk membatasi paparan komponen yang
dilepaskan terhadap pulpa.
Efek dari pelepasan komponen komposit terhadap mulut atau jaringan lainnya belum
diketahui secara pasti, meskipun tidak ada penelitian telah mendokumentasikan efek biologis
yang negatif. Jaringan beresiko tertinggi terhadap pelepasan ini ialah gingiva. Komponen
komposit diketahui sebagai alergen, dan telah ada beberapa dokumentasi dari alergi akibat
kontak dengan komposit. Kebanyakan dari reaksi ini terjadi orang yang sering menangani
komposit sehingga sering terpapar dengan komposit.
Pada akhirnya, kemampuan komponen komposit untuk berperan sebagai xenoestrogen
masih berupa kontroversi.
2.8
MANIPULASI KOMPOSIT
Proteksi Pulpa
Jika sebuah kavitas yang dalam terbentuk setelah preparasi, lindungi pulpa
menggunakan kalsium hidroksida atau glass ionomer, hybrid ionomer, atau kompomer base.
Etching dan Bonding
Untuk membentuk ikatan antara komposit dengan gigi, etsa enamel dan dentin pada
preparasi kavitas menggunakan asam dan zat etsan selama 30 detik. Zat etsan biasanya
13
tersusun atas 34-37% asam fosforik. Selanjutnya bilas asam menggunakan air kemudian
keringkan secara perlahan dengan aliran angin. Enamel yang telah dietsa akan tampak kusam.
Agen-agen yang berikatan memasuki enamel yang telah dietsa dan permukaan dentin,
kemudian akan terjadi retensi mikromekanis.
Penempatan
Komposit dapat ditempatkan pada preparasi kavitas dengan berbagai metode. Dapat
ditempatkan menggunakan instrumen plastik, sehingga tidak menempel dengan komposit
selama proses penempatan. Selain itu dapat juga ditempatkan menggunakan suntikan plastik.
Suntikan memungkinkan campuran berukuran kecil untuk ditempatkan pada kavitas,
mengurangi kemungkinan terjadinya rongga dan memfasilitasi penempatan bahan pada area
retensi.
2.9
Quartz-Tungsten-Halogen Light-Unit
Contoh dari unit quartz-tungsten-halogen (QTH) tampak pada gambar di bawah ini:
Panjang gelombang tertinggi tiap unit berbeda-beda, bervariasi antara 450-490 nm.
Secara umum, intensitas berkisar antara 400-800 mw/cm2, tetapi unit QTH berintensitas
tinggi juga tersedia. Beberapa unit menyediakan energi dengan dua sampai tiga intensitas
14
(pengobatan bertahap) atau intensitas yang terus meningkat. Kebanyakan resin komposit
memerlukan densitas energi sebesar 16J/cm2 (400 mw/cm2 x 40 s = 16,000 mW s/cm2) untuk
polimerisasi.
Secara umum, keluaran dari berbagai lampu menurun seiring dengan lamanya
pemakaian dan intensitas tidak seragam antara tengah dengan tepian, di tengah intensitas
lebih besar. Intensitas juga menurun jika jarak antara sumber cahaya dengan objek semakin
jauh. Bola lampu dapat bertahan antara 50-75 jam.
Meskipun ada potensi kerusakan minimal yang diakibatkan oleh radiasi terhadap
jaringan lunak yang terpapar cahaya tampak, alat pencegah kerusakan retina harus selalu
digunakan untuk melindungi mata. Karena intensitas cahaya sangat tinggi, jangan melihat
refleksi cahaya dari gigi secara langsung. Sejumlah alat tersedia di pasaran untuk menyaring
cahaya tampak, sehingga operator dapat secara langsung mengobservasi prosedur pengobatan
serta untuk melindungi pasien dan staf. Alat-alat tersebut ialah kacamata dan penghalang
yang melekat langsung ke sumber cahaya.
Beberapa lampu memproduksi panas pada bagian tepinya, hal ini dapat
mengakibatkan iritasi pulpa. Terlalu banyak panas akan dihasilkan jika seseorang tidak dapat
menempatkan jarinya 2-3 mm dari tepian selama 20 detik.
Plasma-Arc Light-Curing Unit
Cahaya plasma-arc (PAC) ialah unit pengobatan berintensitas cahaya tinggi. Cahaya
didapatkan secara elektrik dari gas konduktif (plasma) yang membentuk antara dua elektroda
tungsten di bawah tekanan. Keluaran cahayanya disaring hingga transmisi minimal dalam
bentuk energi inframerah dan ultraviolet. Energi yang ditransmisikan berkisar antara 380-500
nm, dengan keluaran tertinggi mendekati 480 nm. Karena tingginya intensitas cahaya
sementara panjang gelombangnya rendah, cahaya PAC digunakan terhadap komposit
fotoinisiator. Cahaya PAC menghemat waktu selama prosedur yang membutuhkan paparan
15
berlipat-ganda, seperti restorasi kuadran dan ikatan kawat orthodontik. Secara umum,
paparan selama 10 detik dengan cahaya PAC setara dengan paparan 40 detik cahaya QTH.
Secara umum, PAC memproduksi cahaya yang sama atau lebih rendah konversi kedalaman
pengobatannya, modulus flexuralnya, dan tegangan flexuralnya, dibandingkan dengan cahaya
QTH.
Light-Emitting Diodes
Light-emitting diodes (LED) menggunakan penghubung semikonduktor yang tersusun
atas galium nitrida untuk mengemisikan cahaya biru. Spektrum keluaran LED biru berkisar
antara 450-490 nm, sehingga unit ini efektif untuk mengobati material dengan fotoinisiator
camphoroquinone. Unit LED tidak membutuhkan penyaring, memiliki jangka waktu yang
panjang, dan tidak mengemisikan panas.
Komposit yang diobati dengan unit LED memiliki sifat flexural yang mirip dengan
komposit yang diobati dengan unit QTH, hanya saja kedalaman unit LED lebih tinggi.
2.10
pendingin
direkomendasikan
untuk
menghindari
peningkatan
panas
dan
transmisinya.
Kesimpulannya, penanganan harus dilakukan agar tidak membahayakan gigi, jaringan lunak,
dan sudut kering untuk mencegah luka iatrogenic yang mengelilingi jaringan.
19
20
1. Kebersihan : Permukaan yang akan dilekati harus bebas dari kotoran dan kontaminasi
2. Penetrasi dari permukaan : Cairan adhesif harus mempenetrasi kedalam celah yang dibuat
oleh asam penggoresan enamel dan dentin
3. Reaksi kimia : Pembentukan dari ikatan kimia yang kuat melewati sebuah sebuah
permukaan akan meningkatkan jumlah dari bagian pelekatan. Ini dipercaya terjadi antara
enamel porselin dan oxide dari timah, indium, dan besi dibentuk pada permukaan alloy yang
mengandung proposisi yang tinggi dari logam mulia.
4. Mengkerutnya adhesi : cairan adhesi memadat dengan proses sebagai evaporasi zat padat
dan polimerisasi dan menghasilkan pengkerutan. Adhesi lalu menarik keluar dari zat atau
tekanan yang mungkin timbul yang melemahkan ikatan.
5. Tekanan panas : Jika adhesi dan zat mempunyai koefisien ekspansi panas yang berbeda,
perubahan temperatur akan meghasilkan tekanan pada ikatan
6. Lingkungan korosif : Adanya arir atau cairan korosif atau uap akan sering menyebabkan
kerusakan dari ikatan adesif
Kriteria adhesi
1. Wettability substrat oleh adhesif
2. Visikositas adhesif (flow meningkat)
3. Morfologi dan kekerasan permukaan substrat
Komposisi
1. Etchant
- Mengandung asam fosfor 37%
- Asam etchant disebut juga conditioners karena merupakan asam yang relatif kuat
(pH1.0)
- Etching solution berupa cairan yang dapat mengalir dengan bebas sehingga sulit
untuk dikontrol pada saat penempatan.
2. Primers
22
Enamel
1. Tehnik asam etching digunakan untuk mengikat material ke enamel, tidak ke dentin.
Tehnik ini simpel dan micromechanical, dan hal itu tidak berubah selama beberapa tahun ini
2. Akan lebih efektif untuk mengikat resin polymer ke ujung rod enamel daripada ke axis
panjang di jalan
3. Tehnik asam etching mempunyai built in pengecekan kontrol kualitas. Jika enamel
teretching dengan bagus, menghasilkan putih pucat
4. Bertahun tahun data klinis mendemonstrasikan keuntungan penggunaan teknik asam
etching untuk mengikat enamel. Pit dan fissure kunci pencegah karies dan margin dari
restorasi komposit memberi frekuensi warna yang kurang
Dentin
Sistem dental bonding sekarang ini, difungsikan dengan cara ikatan micromechanical
dan ikatatan atomik sekunder. Agak meragukan jika sistem ini berikatan dengan struktur gigi
dengan ikatan atomik primer. Kenyataannya sistem ikatan dentin adalah sebuah
pengembangan dari tehnik asam etch.
23
24
udara atau cured atau keduanya, tergantung dari sistem. Resin adhesi di cured
sebelum bahan material ditempatkan.
Hari ini, variasi dari simpel ikatan dentin sangat banyak. Sistem three step, tidak
jauh berbeda dari tehnik two step asam etching. Sistem teo step sudah menjadi lebih
populer. Baru baru ini, sistem one step yang menggunakan self etching primer sudah
diperkenalkan.
25
26
2. Generasi Kedua
Kesuksesan dari bahan komposit membawa perkenalan dentin bonding agents
pada akhir 19602an dan awal 1970an. Ada sebuah keyakinan berkembang bahwa
dentin bonding dapat membawa perubahan untuk praktik dari restorasi kedokteran
gigi dengan meminimalisasi perbesaran dari lubang preparasi. Khususnya, telah
dikenal bahwa jika dentin bonding yang cukup dapat tercapai, komposit mungkin
digunakan untuk memperbaiki abrasi daerah cervical tanpa tooth retention. Generasi
kedua dari bonding agents ini termasuk NPG GMA (N-phenylglycine dan glycidyl
methacrylate) dan phenyl-P, asam 2-methacryloxy phenyl phosphoric.
27
28
3. Generasi Ketiga
Generasi ketiga dari adhesive dentin juga berdasarkan penggunaan yang
berkelanjutan dari unfilled resin yang diaplikasikan sebelum penempatan dari bahan
restorasi komposit. Generasi kedua dari adhesive juga termasuk untuk berhubungan
dengan lapisan smear. Ketika dentin dipotong, sebuah lapisan smear yang tidak
terstruktur dibentuk yang mengandung partikel dentin, bakteri, dan terkadang saliva.
Lapisan ini terikat pada dentin.
Generasi satu dan generasi kedua dari adhesive ini memiliki kekuatan untuk
terikat yang rendah karena kegagalan dengan lapisan smear atau antara lapisan smear
dan dentin. Generasi ketiga dari adhesive memelihara dentin dengan cara :
memodifikasi lapisan smear
conditioning
agents
ini
mengandung
larutan
dan mungkin kematian dari jaringan pulpa melalui komponen-komponen dari etchant,
bonding agents, dan bahan filling.
Hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai penyederhanaan dalam teknik
klinis dengan mengetahui bahwa asam fosfor dapat digunakan untuk etch dentin dan
enamel. Generasi-generasi sebelumnya etch
Teknik ini disebut juga total-etch technique. Teknik ini kompleks karena melibatkan
beberapa tahapan. Yang unik dari generasi keempat ini adalah adanya wet bonding
process yang sebelum-sebelumnya dilakukan pengeringan yang ekstensif sebelum
diaplikasikan bonding agents.
5. Generasi kelima
Generasi kelima dari dentin bonding agents dikembangkan karena
keberhasilan klinis akan lebih konsisten jika langkah-langkah yang dilakukan lebih
sederhana. Langkah-langkah prosedurnya dapat dikurangi dengan mengkombinasikan
conditioner dan primer (self etching primer) atau primer dan adhesive (self-priming
adhesive atau one bottle system). Penyederhanaan ini telah meningkatkan konsistensi
dari hasilnya. Meskipun hasil laboratorium membuktikan efektivitas yang sama untuk
kedua pendekatan ini, namun secara klinis, self-etching primer menghasilkan hasil
yang sangat baik. Satu jenis produk telah dihasilkan untuk menggabungkan ketiga
komponen sekaligus, namun para ahli klinis mengasumsikan bahwa penyederhanaan
ini tidak akan menghasilkan hasil yang optimal. Single-step bonding ini terkadang
disebut sebagai sistem generasi keenam.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komposit adalahgabungan daari dua atau lebih bahan yang digunakan untuk
restorasi gigi.
Sifat fisik komposit antara lain working and setting time, polymerization
shrinkage, thermal properties, water sorption and color stability.
Komposit menggunakan bonding agent agar bisa menempel pada email dan
dentin, bonding agent tersebut menggunakan sifat adhesif agar bisa melekat
dengan baik.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, J.K. 2003 :Phillipss Science of Dental Materials, 12th Ed, Philadelphia,
WB Saunders
2. Combe, E.C. 1992 : Sari Dental Material, 1st Edition, Jakarta : Balai Pustaka.
3. Craig, R.G. & Powers, J.M. 2002 : Restorative Dental Materials, 11th Ed, St.Louis,
Mosby.
4. Gladwin, Marcia & Michael Bagby. 2009 : Clinical Aspects of Dental Materials
Theory, Practice, and Cases, 3th Ed, Philadelphia, Lippincott Wiliams & Wilkins.
5. Mc Cabe, J.F. & Walls A.W.G 2008 : applied Dental Materials, 10th edition, Oxford
Uk, Blackwell Pub
6. OBrien W.J. 2008 : Dental Materials and
Quintessence Pub.
7. Van Noort, 2007 : Introduction to Dental Materials, 4th edition , Edinburg, Elsevier
32