Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Inti dome terdiri dari 3 gunung api Andesit tua yang pada
sekarang ini telah tererosi cukup dalam, dan mengakibatkan
beberapa bagian bekas dapur magmanya telah tersingkap. Bagian
tengah dari dome ini adalah Gunung Gajah yang merupakan gunung
api tertua yang menghasilkan kandungan Andesit hiperstein augit
basaltic. Gunung api Ijo adalah gunung api yang terbentuk
setelahnya yang berada dibagian selatan. Dari hasil aktivitasnya
Gunung Ijo menghasilkan Andesit piroksen basaltic, kemudian
Andesit augit hornblende, kemudian pada tahap akhir adalah
intrusi Dasit di bagian intinya. Setelah aktivitas gunung Gajah
berhenti dan mengalami denudasi, gunung Menoreh terbentuk
dibagian utara. Gunung Menoreh merupakan gunung terakhir yang
terbentuk di komplek pegunungan Kulon Progo. Hasil dari
aktivitas gunung Menoreh awalnya menghasilkan Andesit augit
hornblen, kemudian dihasilkan Dasit dan yang terakhir yaitu
Andesit. Dome Kulon Progo memiliki bagian puncak yang datar yang
dikenal dengan Jonggrangan Platoe. Bagian puncak dome tertutup
oleh batugamping koral dan napal dengan kenampakan topografi
kars. Topografi kars ini dapat dijumpai di sekitar desa
Jonggrangan, yang kemudian penamaan litologi pada daerah ini
dikenal dengan Formasi Jonggrangan. Sisi utara dari pegunungan
Kulon Progo telah teropotong oleh gawir-gawir sehingga pada
bagian ini banyak yang telah hancur dan tertimbun di bawah
alluvial Magelang (Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949,
hal 601)).
Stratigrafi Pegunungan Kulon Progo
Secara statigrafi daerah dataran Yogyakarta termasuk dalam
statigrafi Pegunungan Kulon Progo. Urutan statigrafi Kulon Progo
dari tua ke muda adalah Formasi nanggula, kemudian terendapkan
secara tidak selaras litologi Formasi Jonggaran dan Formasi
Sentolo.
Menurut
Van
Bemmmelen
(1949,
hal.598),
formasi
Jonggrangan dan Formasi Sentolo memiliki umur yang sama, namun
dengan fasies yang berbeda.
1. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan merupakan formasi tertua di daerah pegunungan
Kulon Progo. Singkapan batuan batuan penyusun dari Formasi
Naggulan dijumpai di sekitar desa Nanggulan, yang merupakan kaki
sebelah timur dari Pegunungan Kulon Progo. Litologi penyusun
formasi (Wartono Raharjo dkk, 1977) terdiri dari Batupasir
dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan
konkresi Limonit, sisipan Napa dan Batugamping, Batupasir dan
Tuf serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska. Ketebalan
Formasi ini diperkirakan mencapai 30 meter.
Berdasarkan studi terdahulu oleh Martin (1915), Douville (1912),
Oppernorth & Gerth (1928). Marks (1957) mengemukakan bahwa
Formasi
Nanggulan
dibagi
menjadi
3
statigrafi dari bawah ke atas adalah :
Anggota
yang
secara