Anda di halaman 1dari 39

Nenden Kurniasih Anggraeni

131411017
2A (Kelompok 4)

I.

Tujuan
-

Menjelaskan variable-variabel yang berpengaruh dalam proses saponifikasi

Menentukan komposisi yang tepat dalam pembuatan sabun padat dan bahan aditif
yang ditambahkan

II.

Menganalisis produk sabun padat yang didapat

Dasar Teori
A. Definisi Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan
sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada
sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan
pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Sabun berfungsi untuk
mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun
dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan
gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati,
lilin, ataupun minyak ikan laut.
B. Bahan-bahan dalam Pembuatan Sabun Mandi
Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain
faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan
additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan
proses produksi aktual di lapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik
yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk tersebut adalah tetap
sama. Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak(nabati) atau asam lemak (fatty acid)
1|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble, biasanya
digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida) juga
alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan.
1. Minyak atau Lemak
-

Minyak kelapa: menghasilkan sabun yang keras dengan busa gelembung yang
banyak dan daya bersihnya sangat tinggi sehingga cenderung membuat kulit
terasa kering;

Minyak Sawit: sabunnya juga keras dan busanya sedikit.

Minyak Zaitun: sabun yang dihasilkan cenderung empuk tetapi kemampuannya


melembabkan kulit sangat tinggi.

Minyak kastor: sangat melembabkan kulit dan busanya sangat banyak, tetapi
sabun cenderung menjadi sangat lunak.

2. NaOH atau KOH


Bila soda api atau NaOH yang dipakai terlalu banyak, sabun akan menjadi
keras dalam arti bisa berbahaya bagi kulit karena bersifat terlalu basa/alkali
sehingga kulit menjadi hitam (korosi kulit). Minimal kulit akan kering dan bisa
terasa gatal-gatal. Bila jumlah soda apiyang dipakai kurang, akan ada minyak
yang tidak tersaponifikasi, artinya sabunnya mengandung minyak sehingga busa
yang dihasilkan tidak ada. Sampai batas tertentu ini bagus dan banyak pembuat
sabun yang dengan sengaja membuatnya demikian karena minyak membuat kulit
menjadi lembab. Istilah persabunannya adalah super-fatting dan biasanya
super-fatting antara 5% sampai 8% malah dianjurkan.
3. Air : sebagai katalis atau pelarut
4. Essensial dan Fragrance Oils : sebagai pengharum
5. Pewarna
6. Zat aditif : rempah, herbal, talk, tepung kanji atau maizena dapat ditambahkan
pada saat trace.

C. Jenis Sabun

2|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan sabun. Salah satunya adalah


penggolongan berdasarkan bentuk fisik dan fungsi.
1. Sabun batang
Terbuat dari lemak netral yang padat dan dikeraskan melalui proses
hidrogenasi. Jenis alkali yang digunakan adalah natrium hidroksida dan sukar
larut dalam air.
2. Sabun cair
Sabun jenis ini dibuat dari minyak kelapa jernih dan penggunaan alkali yang
berbeda yaitu kalium hidroksida. Bentuknya cair dan tidak mengental pada
suhu kamar.
3. Shower gel
Sabun dengan kandungan emulsi berupa cocamide DEA, lauramide DEA,
linoleamide DEA, dan oleamide DEA ini berfungsi sebagai substansi
pengental untuk mendapatkan tekstur gel.
4. Sabun antiseptik
Mengandung bahan aktif antibacterial, seperti triclosan, triclocarban /
trichlorocarbamide, yang berguna untuk membantu membunuh bakteri dan
mikroba, namun tidak efektif untuk menonaktifkan virus.

D. Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Secara latin sapon
= sabun dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Saponifikasi adalah reaksi
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya NaOH). Sabun terutama
mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Saponifikasi antara trigliserida dan basa kuat menghasilkan produk berupa sabun
dan gliserol.
1. Reaksi pembuatan sabun
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
3|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

temperatur 273,15 K (0 C). Air sering disebut sebagai pelarut universal


karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air
ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarikmenarik listrik (gaya intermolekul dipoldipol) antara molekul-molekul air.
2. Pembuatan Sabun dalam Industri
-

Saponifikasi Lemak Netral


Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan
tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan
sendirinya

pada

kondisi

tertentu

dimana

pembentukan

produk

sabun

mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan


pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan
trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Trigliserida + 3NaOH
NaOH

[SV

3RCOONa + Gliserin
0,000713]

100/

NaOH

(%)

[SV

1000]

[MV(NaOH)/MV(KOH)]
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul.
Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk
memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,
yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.
Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur
campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke
separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali
yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci
dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang
digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa-sisa larutan alkali
dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum
spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM)
yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.
-

Pengeringan Sabun
4|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)


yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada
sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun
butiran atau lempengan. Jenis-jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga
multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun.
Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni
melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir
pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan
pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh
di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer
dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan
lebih efisien daripadadryer sistem tunggal.
-

Netralisasi Asam Lemak


Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH

RCOONa + H2O

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam
lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang
dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak. Operasi sistem ini meliputi
pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser
dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun murni.
Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke
5|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai.


Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial
elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan dengan vakum
spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi
sabun batangan.
-

Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator).
Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah
campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata
pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak
melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan
sabun batangan merupakan tahap akhir.

6|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

ALAT :

BAHAN :

Penangas air 1 buah

Minyak kelapa sawit 20 ml

Erlenmeyer 3 buah

Alkali (NaOH/KOH) 10 gr

Magnetic stirrer 1 buah

Air mendidih 10 ml

Thermometer 2 buah

NaCl 0,1 gram

Beaker glass volume 250 ml 2

Amylum 0,5 gram


Bahan pewangi tambahan

buah
Beaker glass volume 50 ml 2 buah

Indicator pp

Buret 1 buah

HCl 0,5 N
NaOH 0,1 N

III.

Alat dan Bahan

7|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

V.

Prosedur Kerja
A. Proses Pembuatan Sabun

8|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

B. Analisa Alkali Bebas

C. Analisa Asam Lemak Bebas

D. Tabel Pengamatan

E. Pengolahan Data

9|Laporan

Praktikum Satuan Proses 2

VI.

Tabel Data
6.1 Percobaan 1
A. Persiapan
No

Bahan

Berat / Volume

Massa Molekul

Rumus

Minyak nabati

20 ml

854 gram/mol

C55H98O6

NaOH

10 gram/10 ml

40 gram/mol

NaOH

NaCl

0,1 gram

58,5 gram/mol

NaCl

Amilum

0,5 gram

178 gram/mol

C12H22O11

Parfum

0,04 cc

B. Proses Pencampuran (Pemanasan secara tidak langsung)


No

Bahan

Tempat

Pengamatan

Keterangan

10 gran NaOH +

Gelas

Larutan NaOH berwarna

Pencampuran dilakukan dengan

10 ml Aquadest

kimia 50

bening

pengadukan dan pemanasan

ml
2

Minyak + NaOH

Reaktor

(B)

secara tidak langsung


Larutan berubah wujud

Penambahan NaOH setetes demi

menjadi kental dan

setetes disertai dengan

berwarna kekuning-

pengadukan selama 10 menit dan

kuningan

pemanasan secara tidak langsung


T = 55oC

Larutan B + NaCl

Reaktor

(C)

Larutan masih berwujud

Pencampuran dilakukan dengan

kental dan berwarna putih

pengadukan selama 10 menit dan

kekuningan

pemanasan secara tidak langsung


pada suhu konstan

Larutan C +

Reaktor

amilum (D)

Larutan semakin kental dan

Pencampuran dilakukan dengan

berwarna putih kekuningan

pengadukan selama 10 menit dan


pemanasan secara tidak langsung
pada suhu konstan

Larutan D +
parfum

Reaktor

Larutan semakin kental

Pencampuran dilakukan dengan

menyerupai pasta, berwarna

pengadukan selama 10 menit dan

10 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

putih kekuningan dan

pemanasan secara tidak langsung

berbau harum

pada suhu konstan

Tabel Hasil Analisis


A. Alkali Bebas
Proses

Tempat

Pencampuran 1 gr
sampel + 20 ml

Labu erlenmeyer 50 ml

alkohol netral
Pendinginan

Penambahan
indikator PP

Titrasi dengan
HCl 0,5 N

Labu erlenmeyer 50 ml

Pengamatan
Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen.
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas.

Keterangan
Pemanasan
sampai larutan
homogen
-

Terjadi perubahan warna


Labu erlenmeyer 50 ml

dari kuning menjadi warna

pink keunguan.

Labu Erlenmeyer 50 ml

Terjadi perubahan warna

Duplo

dari waran pink keunguan

V1 HCl = 10,1 ml

menjadi kuning kembali.

V2 HCl = 10,3 ml

Pengamatan

Keterangan

B. Asam Lemak Bebas


Proses

Tempat

Pencampuran 5 gr
sampel + 50 ml

Labu Erlenmeyer 50 ml

alkohol netral
Pendinginan

Penambahan
indicator PP

Labu Erlenmeyer 50 ml

Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas

Pemanasan
sampai larutan
homogen
-

Terjadi perubahan warna


Labu Erlenmeyer 50 ml dari kuning menjadi kuning

kuning kepink-pink keruh.

11 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

6.2 Percobaan 2
A. Persiapan
No

Bahan

Berat / Volume

Massa Molekul

Rumus

Minyak nabati

18 ml

854 gram/mol

C55H98O6

NaOH

10 gram/10 ml

40 gram/mol

NaOH

NaCl

0,1 gram

58,5 gram/mol

NaCl

Amilum

0,5 gram

178 gram/mol

C12H22O11

Parfum

0,04 cc

B. Proses Pencampuran (Pemanasan secara langsung)


No

Bahan

Tempat

Pengamatan

Keterangan

10 gran NaOH +

Gelas

Larutan NaOH berwarna

Pencampuran dilakukan dengan

10 ml Aquadest

kimia 50

bening

pengadukan dan pemanasan

ml
2

Minyak + NaOH

Reaktor

(B)

secara langsung
Larutan berubah wujud

Penambahan NaOH setetes demi

menjadi kental dan

setetes disertai dengan

berwarna putih

pengadukan selama 10 menit dan


pemanasan secara langsung T =
55oC

Larutan B + NaCl

Reaktor

(C)

Larutan masih berwujud

Pencampuran dilakukan dengan

kental dan berwarna putih

pengadukan selama 10 menit dan


pemanasan secara langsung pada
suhu konstan

Larutan C +
amilum (D)

Reaktor

Larutan semakin kental dan

Pencampuran dilakukan dengan

berwarna putih

pengadukan selama 10 menit dan


pemanasan secara langsung pada
suhu konstan

12 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

Larutan D +

Reaktor

parfum

Larutan semakin kental

Pencampuran dilakukan dengan

menyerupai pasta, berwarna

pengadukan selama 10 menit dan

putih dan berbau harum

pemanasan secara langsung pada


suhu konstan

Tabel Hasil Analisis


C. Alkali Bebas
Proses

Tempat

Pencampuran 1 gr
sampel + 20 ml

Labu erlenmeyer 50 ml

alkohol netral
Pendinginan

Penambahan
indikator PP

Titrasi dengan
HCl 0,5 N

Labu erlenmeyer 50 ml

Pengamatan
Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen.
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas.

Keterangan
Pemanasan
sampai larutan
homogen
-

Terjadi perubahan warna


Labu erlenmeyer 50 ml

dari putih keruh menjadi

warna pink keunguan.


Terjadi perubahan warna
Labu Erlenmeyer 50 ml

dari warana pink keunguan

V HCl = 12,2 ml

kembali ke warna awal.

D. Asam Lemak Bebas


Proses

Tempat

Pencampuran 5 gr
sampel + 50 ml

Labu Erlenmeyer 50 ml

alkohol netral
Pendinginan

Penambahan
indicator PP

Labu Erlenmeyer 50 ml

Pengamatan
Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas

Keterangan
Pemanasan
sampai larutan
homogen
-

Terjadi perubahan warna


Labu Erlenmeyer 50 ml

dari putih keruh menjadi

pink keunguan.

13 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

Titrasi dengan
NaOH 0,5 N
VII.

Terjadi perubahan warna


Labu Erlenmeyer 50 ml

dari pink keunguan keruh


menjadi pink bening

V NaOH = 16,5
ml

Pengolahan Data

7.1 Percobaan 1
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 30,32 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/ml
Volume minyak kelapa sawit

= 20 ml

Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa sawit :

Tabel data berat ekuivalen asam lemak


No.

Jenis Asam Lemak

Berat Ekuivalen (g/mol)

1.

Asam laurat

200

2.

Asam oleat

282

3.

Asam stearate

284

4.

Asam palmitat

256

5.

Asam miristat

228

6.

Asam palmitoleat

254

7.

Asam linoleat

280

14 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

8.

Asam linolenat

278

9.

Asam arakidonat

304

Berat molekul rata-rata minyak kelapa sawit :


BM = (0,002 x Mr Asam Laurat) + (0,011 x Mr Asam Miristat) + (0,44 x Mr Asam
Palmitat) + (0,001 x Mr Asam Palmitoleat) + (0,045 x Mr Asam Stearat) + (0,392
x Mr Asam Oleat) + (0,101 x Mr Asam Linoleat) + (0,004 x Mr Asam Linolenat)
+ (0,004 x Mr Asam Arakidonat)
= (0,002 x 200 g/mol) + (0,011 x 228 g/mol) + (0,44 x 256 g/mol) + (0,001 x 254
g/mol) + (0,045 x 284 g/mol) + (0,392 x 282 g/mol) + (0,101 x 280 g/mol) +
(0,004 x 278 g/mol) + (0,004 x 304 g/mol)
= 269,73 g/mol

Mol minyak kelapa sawit :

massa = x volume

Massa = 0,8948 g/mL x 20 mL


= 17,896 gram
=

Mol NaOH :

10
=
= 0,25

40

17,896
=
= 0,066

269,73

Mol sodium stearat (sabun) yang terbentuk secara teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH

3Sodium Stearat +

Gliserol

m:

0,066 mol

0,250 mol

r :

0,066 mol

0,198 mol

0,198 mol

0,066 mol

s :

0,052 mol

0,066 mol

0,066 mol

15 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

Berat sodium stearate (sabun) yang terbentuk secara teoritis :


=
Massa = 0,198 mol x 278 gr/mol
Massa = 55,044 gr

Yield sabun yang diperoleh :


Yield =

100%

= 30,32/55,044x 100%
= 55,08%

Perhitungan analisis alkali bebas


Titrasi HCl (duplo)
ke-1 : 10,1 ml
ke-2 : 10,3 ml
VHCl =

10,1+10,3
2

= 10,2 mL

Kadar alkali bebas

=
=

0,04
100%
10,2 0,5 0,04
1 100%

= 0,00204 %

pH sabun yang terbentuk :


Konsentrasi NaOH = 0,00204 % = 2,04 x 10-3

pOH

= -log(OH-)

pH = 14 2,69= 11,31 (basa)


-3

= -log(2,04 x 10 )
= 3-log(2,04)
= 2,69

Perhitungan analisis asam lemak bebas


16 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

Titrasi NaOH (duplo)


ke-1 : 20,2 ml
ke-2 : 20,1 ml
VNaOH =

20,2+20,1
2

Asam lemak bebas

= 20,15 mL

=
=

0,200
100%
20,15 0,5 0,200
5 100%

= 0,00403%

17 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

7.1 Percobaan 2
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 31,35 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/ml
Volume minyak kelapa sawit

= 18 ml

Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa sawit :

Tabel data berat ekuivalen asam lemak


No.

Jenis Asam Lemak

Berat Ekuivalen (g/mol)

1.

Asam laurat

200

2.

Asam oleat

282

3.

Asam stearate

284

4.

Asam palmitat

256

5.

Asam miristat

228

6.

Asam palmitoleat

254

7.

Asam linoleat

280

8.

Asam linolenat

278

9.

Asam arakidonat

304

Berat molekul rata-rata minyak kelapa sawit :


BM = (0,002 x Mr Asam Laurat) + (0,011 x Mr Asam Miristat) + (0,44 x Mr Asam
Palmitat) + (0,001 x Mr Asam Palmitoleat) + (0,045 x Mr Asam Stearat) + (0,392
x Mr Asam Oleat) + (0,101 x Mr Asam Linoleat) + (0,004 x Mr Asam Linolenat)
+ (0,004 x Mr Asam Arakidonat)

18 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

= (0,002 x 200 g/mol) + (0,011 x 228 g/mol) + (0,44 x 256 g/mol) + (0,001 x 254
g/mol) + (0,045 x 284 g/mol) + (0,392 x 282 g/mol) + (0,101 x 280 g/mol) +
(0,004 x 278 g/mol) + (0,004 x 304 g/mol)
= 269,73 g/mol

Mol minyak kelapa sawit

= olume

Massa = 0,8948 g/mL x 18 mL


= 16,1064 gram

16,1064

= 0,059

269,73

10

= 0,25

40

Mol sodium stearat (sabun) yang terbentuk secara teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH

Mol NaOH :

3Sodium Stearat + Gliserol

m:

0,059 mol

0,250 mol

r :

0,059 mol

0,177 mol

0,177 mol

0,059 mol

s :

0,073 mol

0,177 mol

0,059 mol

Berat sodium stearate (sabun) yang terbentuk secara teoritis :

Massa = 0,177 mol x 278 gr/mol


Massa = 49,206 gr

19 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

Yield sabun yang diperoleh :


Yield =

100%

= 31,35/49,206x 100%
= 63,71%

Perhitungan analisis alkali bebas


Titrasi VHCl = 12,2 ml
Kadar alkali bebas

=
=

0,04
100%
12,2 0,5 0,04
1 100%

= 0,00244 %

pH sabun yang terbentuk :


Konsentrasi NaOH = 0,00244% = 2,4 x 10-3

pOH

= -log(OH-)

pH = 14 2,61 = 11,39 (basa)

= -log(2,44 x 10-3)
= 3-log(2,44)
= 2,61

Perhitungan analisis asam lemak bebas


Titrasi VNaOH = 16,5 ml

Asam lemak bebas

=
=

0,200
100%
16,5 0,5 0,200
5 100%

= 0,0033 %

20 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

VIII. Pembahasan
NENDEN KURNIASIH ANGGRAENI (131411017)
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi antara minyak atau lemak dan alkali yang
menghasilkan produk utama sabun dan hasil samping berupa gliserol. Dengan kata lain,
saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun. Disebut lemak jika pada suhu ruang dia
berbentuk padat dan disebut minyak jika pada suhu kamar berbentuk cair. Minyak atau lemak
biasanya disebut trigliserida. Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada
gugus gliserol . Pada praktikum kali ini trigliserida yang digunakan berasal dari minyak atau
lemak nabati yaitu minyak kelapa sawit yang memiliki komposisi asam lemak sebagai berikut.

Alkali yang biasa digunakan pada saponifikasi merupakan basa anorganik yang bersifat
water soluble (NaOH atau KOH). Penggunaan alkali dari NaOH akan dihasilkan sabun keras
sedangkan alkali dari KOH akan dihasilkan sabun cair. Jadi, penggunaan alkali pada saponifikasi
sesuai dengan produk sabun yang diinginkan. Pada praktikum ini, digunakan alkali dari NaOH
untuk mendapatkan produk sabun keras.
Reaksi saponifikasi merupakan reaksi yang menyerap kalor yaitu perubahan yang akan
mengalirkan kalor ke dalam sistem (endoterm). Proses pemanasan pada saponifikasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:

21 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

1. Proses Pemanasan Langsung


Pemanasan secara langsung (direct heating) merupakan metode di mana produk
yang akan dipanaskan mendapatkan sumber panas langsung dari gas panas hasil pembakaran
bahan bakar atau dengan menggunakan elemen listrik.
2. Proses Pemanasan Tidak Langsung
Pemanasan secara tidak langsung (indirect heating) adalah merupakan metode di mana
produk yang akan dipanaskan mendapatkan sumber panas dengan cara mensirkulasikan heat
transfer medium (disebut juga sebagai heat carrier) antara heater dengan produknya (heat
consumer).
Trigliserida + 3NaOH panas 3RCOONa + Gliserin
Berdasarkan persamaan stoikiometri, perbandingan komposisi minyak dan alkali NaOH
adalah 1:3. Persamaan reaksi penyabunan secara umum sebagai berikut.

Komposisi minyak kelapa sawit dan NaOH yang digunakan berdasarkan perbandingan
tersebut adalah 20 mL minyak kelapa sawit dengan 10 gram NaOH/10 mL air. Selain dilakukan
percobaan sesuai persamaan stoikiometri, juga dilakukan percobaan untuk variasi komposisi
minyak. Pada percobaan kedua, minyak dibuat kekurangan menjadi 18 mL. Pada proses
pemanasan saponifikasi juga dilakukan variasi, dimana pada percobaan pertama indirect heating
dan pada percobaan kedua direct heating.
Tahapan awal dilakukan dengan melarutkan NaOH ke dalam 10 mL air mendidih yang
kemudian ditambahkan kedalam reaktor berisi minyak yang dipanaskan pada suhu 550C dengan
22 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

indirect heating. Kelebihan menggunakan indirect heating, suhu akan lebih stabil dibanding
dengan direct heating. Kelemahannya, untuk meningkatkan suhu mencapai kondisi operasi yang
diinginkan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak efisien. Suhu untuk kondisi
proses saponifikasi dijaga konstan karena jika suhu terlalu tinggi, minyak akan teroksidasi yang
menyebabkan kerusakan pada minyak ditandai dengan adanya perubahan warna minyak menjadi
coklat. NaOH ditambahkan kedalam minyak tetes demi tetes untuk menghindari terjadinya
pengeresan sabun pada reaktor. Setelah semua NaOH sudah ditambahkan, campuran diaduk
untuk menghomogenisasi selama 10 menit. Pada kondisi ini diperoleh campuran berwarna putih
kekuningan keruh yang kental. Kemudian, ditambahkan bahan pendukung seperti 0,1 garam
halus (NaCl) dan 0,5 amilum kedalam reaktor. Penambahan 0,1 garam harus disertai pengadukan
selama 10 menit. Garam halus atau NaCl berfungsi untuk mengendapkan sabun dengan produk
sampingnya berupa gliserin. Selain itu, penambahan NaCl juga bertujuan agar sabun yang
dihasilkan keras. Namun, jika penambahan NaCl terlalu tinggi, maka produk sabun yang
dihasilkan akan terlalu keras. Campuran yang dihasilkan bewarna putih kekuningan dan kental.
Selanjutnya, penambahan 0,5 gr amilum bertujuan sebagai pemberi massa (jadi sabun itu lebih
berat), mengentalkan larutan, dan menambah daya cuci sabun serta mengurangi kelembaban
sabun. Kondisi ini pun dilakukan pengadukan selama 10 menit dan diperoleh campuran yang
semakin sulit diaduk (sangat viskos) dan bewarna kuning pucat. Untuk mendapatkan sabun yang
wangi, ditambahkan bahan pendukung lainnya berupa parfum sebanyak 0,04 cc yang
homogenkan selama 10 menit. Kemudian sabun dicetak dan dilakukan analisa terhadap alkali
bebas dan asam lemak bebas. Sabun yang diperoleh tidak langsung mengeras ketika proses
selesai. Sabun baru mengeras sekitar 3 hari kemudian.
Analisa terhadap alkali bebas dilakukan dengan melarutkan 1 gr sabun dengan 20 mL
etanol dengan pemanasan sampai sabun terlarut. Larutan yang dihasilkan berwarna kuning
(orange) kemudian didinginkan dan ditambahkan 2 tetes indikator pp sehingga warna menjadi
merah muda. Hal ini menandakan bahwa masih ada alkali bebas didalam sabun yang dihasilkan.
Selanjutnya, dilakukan titrasi asam basa dengan titran HCl 0,5 N. Diperoleh volume titran ratarata 10,2 mL (duplo) yaitu sampai larutan menjadi kuning kembali (orange) sehingga diperoleh
kadar alkali bebas sebesar 0,00204%. Berdasarkan literatur, baku mutu sabun yang aman itu
memiliki kadar alkali bebasnya maksimal 0,01%. Hal ini berarti menandakan bahwa kandungan
alkali bebas pada sabun yang dihasilkan aman. Namun, biar bagaimana pun sabun yang
23 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

dihasilkan tidak sepenuhnya aman karena disisi lain nilai pH dari sabun yang dihasilkan masih
tinggi yaitu 11,31.
Selain itu untuk analisa asam lemak bebas dilakuka dengan melarutkan 5 gr sabun
dengan 50 mL etanol yang dipanaskan hingga semua sabun terlarut. Kemudian didinginkan
sampai hangat kuku. Larutan berwarna kuning dan jika didinginkan terlalu lama larutan akan
membeku karena sifat dari pelarut etanol dia akan membuat sabun menjadi keras. Hal yang
dilakukan untuk menganalisa yaitu dengan titrasi menggunakan titran NaOH 0,5 N dan
tambahkan indikator pp 2 tetes ke dalam larutan sehingga berubah warna menjadi kuning kepikpink yang keruh. Hal ini masih menandakan adanya asam lemak bebas yang tidak bereaksi.
Diperoleh volume titran (duplo) 20, 15 mL yaitu sampai larutan berubah menjadi kuning kepinkpink yang bening sehingga diperoleh kadar asam lemak bebas sebesar 0,00403. Yield yang
diperoleh pada sabun pertama 55,08% sedangkan yield sabun kedua 63,71%.
Pada percobaan kedua, dimana komposisi minyak dibuat menjadi 18 mL dengan direct
heating pada suhu 570C terlihat perbedaan ketika sabun dianalisa baik untuk alkali bebas
maupun asam lemak. Warna larutan yang dihasilkan dari melarutkan sabun dengan etanol adalah
putih. Hal ini menunjukkan bahwa teori persamaan stoikiometri dimana salah satu reaktan dibuat
kekurangan (dalam hal ini minyak) akan dihasilkan warna yang lebih putih. Terkait dengan
pembuatan sabun transparan dimana minyak yang digunakan lebih sedikit dari perbandingan
komposisi sehingga dihasilkan warna yang bening. Sedangkan ditinjau dari metoda
pemanasannya, tidak ada perbedaan yang signifikan karena perbedaan suhu pemanasan pada
percobaan 1 dan 2 tidak terlalu jauh yaitu hanya 20C. Pada percobaan kedua, praktikum hanya
lebih cepat saja dalam mencapai kondisi operasinya karena pemanasannya langsung sehingga
reaksi berjalan lebih cepat. Ditinjau dari kadar alkali diperoleh 0,00244% dengan pH 11,39. Hal
ini menunjukan sabun kedua lebih banyak mengandung alkali bebas. Sedangkan kadar asam
lemak bebasnya 0,0033%. Dibandingkan dengan sabun pertama kadar asam lemak bebas sabun
kedua lebih kecil sesuai dengan komposisi bahan baku yang dikurangi menjadi 18 mL.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok lain (kelompok 3), dalam percobaannya sabun
kedua yang mereka dapatkan memadat didalam reactor setelah penambahan garam halus NaCl
dan suhu operasinya 900C. Hal ini disebabkan suhu operasi melebihi suhu opimumnya sehingga
menyebabkan sabunnya memadat pada saat itu juga yang akhirnya menurunkan hasil (kualitas
24 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

sabun). Hal ini juga berlaku pada percobaan sabun pertama pada suhu operasi 700C. Namun,
pada sabun pertama, pemadatan terjadi ketika penambahan amilum.
Berdasarkan hasil percobaan dan perbandingan haisl percobaan dapat disimpulkan
beberapa faktor yang mempengaruhi saponifikasi antara lain:
1. Komposisi bahan baku (minyak atau lemak dan alkali)
-

Penggunaan jumlah NaOH yang kurang dalam reaksi saponofikasi akan


menyebabkan terbentuknya residu /sisa asam lemak (minyak) setelah reaksi. Hal
ini akan menyebabkan sabun akan terkesan licin, lebih lembut, dan lembab.
Sebaliknya, penggunaan jumlah NaOH yang berlebih dalam reaksi saponifikasi
menyebabkan tidak adanya residu/asam lemak (minyak) setelah reaksi. Hal ini
menyebabkan sabun akan keras. Selain itu juga konsentrasi alkali mempengaruhi
reaksi saponifikasi. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen sedangkan jika
basanya encer, maka reaksinya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Penggunaan jumlah minyak atau lemak yang berlebih memberikan efek pada
sabun yang menjadi keruh dan sebaliknya.

2. Suhu (55-650C)
Pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya
menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah
melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil. Hal ini
terjadi karena saponifikasi merupakan reaksi yang eksotermis. Karena suhu yang
terlalu tinggi akan mengoksidasi minyak sehingga terjadi kerusakan minyak dimana
warna minyak menjadi kecoklatan. Selain itu juga suhu yang terlalu tinggi akan
mempercepat pengerasan dimana ketika alkali dicampurkan timbul reaksi pengerasan
sabun dalam reaktor.
3. Metoda pemanasan
Indirect heating akan lebih stabil untuk penjagaan suhu tetapi waktu yang dibutuhkan
lama sedangkan direct heating akan lebih cepat tetapi untuk penjagaan suhu tidak
stabil.
25 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

4. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul
reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka
kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan
Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin
sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A.

5. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah
mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah
minyak yang tersabunkan.

26 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Saponifikasi. http://id.wikipedia.org. [27 Oktober 2014].
Anonim. 2012. Komposisi dan Jenis Sabun. http://www.femina.co.id. [27
Oktober 2014].
Anonim. 2009. Saponifikasi http://chemicaluinbdg2006.blogspot.com. [27
Oktober 2014].
Pertiwi. 2013. Proses Pembuatan Sabun. http://wiwinprtw.blogspot.com. [27
Oktober 2014].

27 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

LAMPIRAN FOTO
No
1.

Gambar

Keterangan
Penimbangan 0,1 gram NaCl

2.

Penimbangan 10 gram NaOH

3.

Pemanasan minyak kelapa sawit 20 ml pada


penangas air

4.

Penambahan NaOH 10 gram yang telah


dilarutkan ke dalam air mendidih

28 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

5.

Penambahan 0,1 gram NaCl yang telah


ditimbang disertai pengadukan

6.

Penambahan amilum 0,5 gram yang telah


ditimbang. Pengadukan berjalan dengan
menggunakan magnetic stirrer.

7.

Penambahan bahan pewangi tambahan


disertai pengadukan

8.

Menimbang sabun yang terbentuk

29 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

9.

Pemanasan ethanol 20 ml dengan 1 gram


sabun untuk analisa alkali bebas

10.

Titrasi menggunakan HCl 0,5 N setelah


dtambahkan indikator pp

11.

Sabun 5 gram dipanaskan dengan 50 ml


ethanol untuk analisa asam emak bebas dan
ditambah indikator pp untuk titrasi

12.

Hasil titrasi menggunakan NaOH 0,5 N

30 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

LAMPIRAN
(Hasil Percobaan Kelompok 3)
Data Persiapan
Bahan

Berat/Volume

Massa Molekul

Rumus

Larutan Natrium Hidroksida

100 mL

40 gr/mol

NaOH

25 ml

854 gr/mol

C55H98O6

Natrium Klorida

0,1 gram

58,5 gr/mol

NaCl

Amylum

0,5 gram

178 gr/mol

C12H22O11

Parfum

Minyak Kelapa/ Asam


Stearat

Proses Pencampuran
Bahan

Tempat

Pengamatan

Keterangan

Saat pelarutan
10 gr NaOH + 10
mL aquadest

Beaker Glass

(Larutan NaOH)

menghasilkan panas

Aquadest yang

(Reaksi bersifat

ditambahkan pada

eksotermis) dan NaOH

kondisi suhu 70oC

larut

Lar. NaOH + 25
mL Minyak

Beaker Glass

Kelapa

Campuran mula-mula

Pengadukan kontinyu

membentuk 2 layer

selama 10 menit.

kemudian dengan

Kondisi pencampuran

pengadukkan cukup lama

dalam keadaan panas

berubah menjadi seperti

(70oC) melalui

susu kental

pemanasan langsung
Pengadukkan kontinyu

+ NaCl

Beaker Glass

Campuran menjadi

selama 10 menit,

menggumpal/memadat

kondisi pencampuran
dalam keadaan panas

31 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

(75oC)
Pengadukkan kontinyu
selama 10 menit,
+ Amilum

Beaker Glass

Campuran memadat

kondisi pencampuran
dalam keadaan panas
(70oC)

Untuk percobaan kedua, dilakukan dengan komposisi sesuai dengan prosedur. Dan
percobaan kedua ini tidak dilakukan penambahan amylum, karena kondisi campuran
yang terlalu memadat.

Proses Analisa Alkali Bebas


Proses

Tempat

Pengamatan

1.03 gram irisan sabun + 20 mL alkohol

Erlenmeyer

Sabun melarut setelah


dipanaskan dan dibantu

Dilakukan pemanasan larutan


Larutan dititrasi dengan HCl 0.5 N (+
Ind.PP)

Erlenmeyer

dengan pengadukan.
Setelah dititrasi warna berubah

Erlenmeyer

dari orange pucat menjadi


bening.

Data Titrasi Analisa Alkali Bebas (Duplo)


Data keData Titrasi

Volume HCl 0.5 N (mL)

8.9

9.3

9.7

8.9

Volume Rata-rata HCl 0.5 N (mL)

1.03

Massa Irisan Sabun (Gram)


Massa Rata-rata Irisan Sabun
(Gram)

9.5
-

1.03

1.00

1.01

1.005

Proses Analisa Asam Lemak Bebas

32 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

Proses

Tempat

Pengamatan

5 gram irisan sabun + 20 mL alkohol

Erlenmeyer

Sabun melarut setelah


dipanaskan dan dibantu

Dilakukan pemanasan larutan

Erlenmeyer

Larutan dititrasi dengan NaOH 0.5 N


(+ Ind.PP)

dengan pengadukan.
Setelah dititrasi warna berubah

Erlenmeyer

dari pink pucat ke warna awal


larutan.

Data Titrasi Analisa Asam Lemak Bebas (Duplo)


Data keData Titrasi

20.7 21.00

Volume NaOH 0.5 N (mL)

20.85

Volume Rata-rata NaOH 0.5 N (mL)

5.00

Massa Irisan Sabun (Gram)

5.00

14.10

13.8

13.95
5.00

5.05

Massa Rata-rata Irisan Sabun


(Gram)

33 | L a p o r a n

Praktikum Satuan Proses 2

Laporan Praktikum Saponifikasi

A.Pengolahan Data
Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Kelapa Sawit :

Tabel Data Berat Ekuivalen Asam Lemak


No.

Jenis Asam Lemak

Berat Ekuivalen

1.

Asam laurat

200 g/mol

2.

Asam oleat

282 g/mol

3.

Asam stearate

284 g/mol

4.

Asam palmitat

256 g/mol

5.

Asam miristat

228 g/mol

6.

Asam palmitoleat

254 g/mol

7.

Asam linoleat

280 g/mol

8.

Asam linolenat

278 g/mol

9.

Asam arakidonat

304 g/mol

Berat Molekul Rata-Rata Minyak Kelapa Sawit :


BM = (0,002 x Mr Asam Laurat) + (0,011 x Mr Asam Miristat) + (0,44 x Mr Asam
Palmitat) + (0,001 x Mr Asam Palmitoleat) + (0,045 x Mr Asam Stearat) + (0,392
x Mr Asam Oleat) + (0,101 x Mr Asam Linoleat) + (0,004 x Mr Asam Linolenat)
+ (0,004 x Mr Asam Arakidonat)
= (0,002 x 200 g/mol) + (0,011 x 228 g/mol) + (0,44 x 256 g/mol) + (0,001 x 254
g/mol) + (0,045 x 284 g/mol) + (0,392 x 282 g/mol) + (0,101 x 280 g/mol) +
(0,004 x 278 g/mol) + (0,004 x 304 g/mol)

Politeknik Negeri Bandung

34

Laporan Praktikum Saponifikasi

= 269,73 g/mol

Percobaan I
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan

= 39.37 gram

Massa jenis minyak kelapa sawit

= 0,8948 g/mL

Volume minyak kelapa sawit

= 25 mL

Mol Minyak Kelapa Sawit :

= olume

= 0,8948 g/mL x 25 mL
= 22.37 gram

22.37

269,73

= 0,0829

Mol NaOH :

10

40

= 0,25

Mol Sodium Stearat (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH

3Sodium Stearat +

Gliserol

m:

0,0829 mol

0,2500 mol

r:

0,0829 mol

0,2487 mol

0,2487 mol

0,0829 mol

s:

0,0013 mol

0,2487 mol

0,0829 mol

Berat Sodium Stearate (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :

Politeknik Negeri Bandung

35

Laporan Praktikum Saponifikasi

= 0,2487 mol x 278 gr/mol

= 69,1386 gr

Yield Sabun Yang Diperoleh :


Yield

100%

= 39.37/55,044 x 100%
= 56.9436 %

Perhitungan Analisis Alkali Bebas


Kadar Alkali Bebas

=
=

0.04


8.9 0.5 0.04
1.03

100 %

100 %

= 17.28 %

pH Sabun Yang Terbentuk :


Konsentrasi NaOH = 17.28 % = 1.728 x 10-2

pOH

= -log(OH-)

pH = 14 1.7265 = 12.2375

= -log(1.728 x 10-2)
= 2-log(1.728)
= 1.7625

Perhitungan Analisis Asam Lemak Bebas


Asam Lemak Bebas

=
=

0.2


20.85 0.5 0.2

= 41.7 %

Politeknik Negeri Bandung

100 %

100 %

36

Laporan Praktikum Saponifikasi

Percobaan II
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan

= 34.09 gram

Massa jenis minyak kelapa sawit

= 0,8948 g/mL

Volume minyak kelapa sawit

= 20 mL

Mol Minyak Kelapa Sawit :

= olume

= 0,8948 g/mL x 20 mL
= 17,896 gram

17,896

= 0,066

269,73

Mol NaOH :

10

= 0,25

40

Mol Sodium Stearat (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :


Minyak kelapa sawit + 3NaOH

3Sodium Stearat +

Gliserol

m:

0,066 mol

0,250 mol

r:

0,066 mol

0,198 mol

0,198 mol

0,066 mol

s:

0,052 mol

0,066 mol

0,066 mol

Berat Sodium Stearate (Sabun) Yang Terbentuk Secara Teoritis :

= 0,198 mol x 278 gr/mol

= 55,044 gr

Politeknik Negeri Bandung

37

Laporan Praktikum Saponifikasi

Yield Sabun Yang Diperoleh :


Yield

100%

= 34,09/55,044 x 100%
= 61,9322 %

Perhitungan Analisis Alkali Bebas


Kadar alkali bebas

=
=

0.04


9.5 0.5 0.04
1.005

100 %

100 %

= 18.9054 %

pH Sabun Yang Terbentuk :


Konsentrasi NaOH = 18.91 % = 1.891 x 10-2

pOH

= -log(OH-)

pH = 14 1.7233 = 12.27867

= -log(1.891 x 10-2)
= 2-log(1.891)
= 1.7233

Perhitungan Analisis Asam Lemak Bebas


Asam Lemak Bebas

=
=

0.2


13.95 0.5 0.2

= 27.7612 %

Politeknik Negeri Bandung

5.025

100 %

100 %

38

Laporan Praktikum Saponifikasi

Politeknik Negeri Bandung

39

Anda mungkin juga menyukai