131411017
2A (Kelompok 4)
I.
Tujuan
-
Menentukan komposisi yang tepat dalam pembuatan sabun padat dan bahan aditif
yang ditambahkan
II.
Dasar Teori
A. Definisi Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan
sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada
sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan
pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Sabun berfungsi untuk
mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun
dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan
gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati,
lilin, ataupun minyak ikan laut.
B. Bahan-bahan dalam Pembuatan Sabun Mandi
Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain
faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan
additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan
proses produksi aktual di lapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik
yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk tersebut adalah tetap
sama. Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak(nabati) atau asam lemak (fatty acid)
1|Laporan
yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble, biasanya
digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida) juga
alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan.
1. Minyak atau Lemak
-
Minyak kelapa: menghasilkan sabun yang keras dengan busa gelembung yang
banyak dan daya bersihnya sangat tinggi sehingga cenderung membuat kulit
terasa kering;
Minyak kastor: sangat melembabkan kulit dan busanya sangat banyak, tetapi
sabun cenderung menjadi sangat lunak.
C. Jenis Sabun
2|Laporan
D. Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Secara latin sapon
= sabun dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Saponifikasi adalah reaksi
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya NaOH). Sabun terutama
mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Saponifikasi antara trigliserida dan basa kuat menghasilkan produk berupa sabun
dan gliserol.
1. Reaksi pembuatan sabun
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
3|Laporan
pada
kondisi
tertentu
dimana
pembentukan
produk
sabun
[SV
3RCOONa + Gliserin
0,000713]
100/
NaOH
(%)
[SV
1000]
[MV(NaOH)/MV(KOH)]
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul.
Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk
memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,
yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.
Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur
campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke
separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali
yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci
dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang
digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa-sisa larutan alkali
dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum
spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM)
yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.
-
Pengeringan Sabun
4|Laporan
RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam
lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang
dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak. Operasi sistem ini meliputi
pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser
dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun murni.
Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke
5|Laporan
Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator).
Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah
campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata
pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak
melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan
sabun batangan merupakan tahap akhir.
6|Laporan
ALAT :
BAHAN :
Erlenmeyer 3 buah
Alkali (NaOH/KOH) 10 gr
Air mendidih 10 ml
Thermometer 2 buah
buah
Beaker glass volume 50 ml 2 buah
Indicator pp
Buret 1 buah
HCl 0,5 N
NaOH 0,1 N
III.
7|Laporan
V.
Prosedur Kerja
A. Proses Pembuatan Sabun
8|Laporan
D. Tabel Pengamatan
E. Pengolahan Data
9|Laporan
VI.
Tabel Data
6.1 Percobaan 1
A. Persiapan
No
Bahan
Berat / Volume
Massa Molekul
Rumus
Minyak nabati
20 ml
854 gram/mol
C55H98O6
NaOH
10 gram/10 ml
40 gram/mol
NaOH
NaCl
0,1 gram
58,5 gram/mol
NaCl
Amilum
0,5 gram
178 gram/mol
C12H22O11
Parfum
0,04 cc
Bahan
Tempat
Pengamatan
Keterangan
10 gran NaOH +
Gelas
10 ml Aquadest
kimia 50
bening
ml
2
Minyak + NaOH
Reaktor
(B)
berwarna kekuning-
kuningan
Larutan B + NaCl
Reaktor
(C)
kekuningan
Larutan C +
Reaktor
amilum (D)
Larutan D +
parfum
Reaktor
10 | L a p o r a n
berbau harum
Tempat
Pencampuran 1 gr
sampel + 20 ml
Labu erlenmeyer 50 ml
alkohol netral
Pendinginan
Penambahan
indikator PP
Titrasi dengan
HCl 0,5 N
Labu erlenmeyer 50 ml
Pengamatan
Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen.
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas.
Keterangan
Pemanasan
sampai larutan
homogen
-
pink keunguan.
Labu Erlenmeyer 50 ml
Duplo
V1 HCl = 10,1 ml
V2 HCl = 10,3 ml
Pengamatan
Keterangan
Tempat
Pencampuran 5 gr
sampel + 50 ml
Labu Erlenmeyer 50 ml
alkohol netral
Pendinginan
Penambahan
indicator PP
Labu Erlenmeyer 50 ml
Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas
Pemanasan
sampai larutan
homogen
-
11 | L a p o r a n
6.2 Percobaan 2
A. Persiapan
No
Bahan
Berat / Volume
Massa Molekul
Rumus
Minyak nabati
18 ml
854 gram/mol
C55H98O6
NaOH
10 gram/10 ml
40 gram/mol
NaOH
NaCl
0,1 gram
58,5 gram/mol
NaCl
Amilum
0,5 gram
178 gram/mol
C12H22O11
Parfum
0,04 cc
Bahan
Tempat
Pengamatan
Keterangan
10 gran NaOH +
Gelas
10 ml Aquadest
kimia 50
bening
ml
2
Minyak + NaOH
Reaktor
(B)
secara langsung
Larutan berubah wujud
berwarna putih
Larutan B + NaCl
Reaktor
(C)
Larutan C +
amilum (D)
Reaktor
berwarna putih
12 | L a p o r a n
Larutan D +
Reaktor
parfum
Tempat
Pencampuran 1 gr
sampel + 20 ml
Labu erlenmeyer 50 ml
alkohol netral
Pendinginan
Penambahan
indikator PP
Titrasi dengan
HCl 0,5 N
Labu erlenmeyer 50 ml
Pengamatan
Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen.
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas.
Keterangan
Pemanasan
sampai larutan
homogen
-
V HCl = 12,2 ml
Tempat
Pencampuran 5 gr
sampel + 50 ml
Labu Erlenmeyer 50 ml
alkohol netral
Pendinginan
Penambahan
indicator PP
Labu Erlenmeyer 50 ml
Pengamatan
Campuran dipanaskan
sampai larutan homogen
Didinginkan hingga larutan
tidak terlalu panas
Keterangan
Pemanasan
sampai larutan
homogen
-
pink keunguan.
13 | L a p o r a n
Titrasi dengan
NaOH 0,5 N
VII.
V NaOH = 16,5
ml
Pengolahan Data
7.1 Percobaan 1
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 30,32 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/ml
Volume minyak kelapa sawit
= 20 ml
1.
Asam laurat
200
2.
Asam oleat
282
3.
Asam stearate
284
4.
Asam palmitat
256
5.
Asam miristat
228
6.
Asam palmitoleat
254
7.
Asam linoleat
280
14 | L a p o r a n
8.
Asam linolenat
278
9.
Asam arakidonat
304
massa = x volume
Mol NaOH :
10
=
= 0,25
40
17,896
=
= 0,066
269,73
3Sodium Stearat +
Gliserol
m:
0,066 mol
0,250 mol
r :
0,066 mol
0,198 mol
0,198 mol
0,066 mol
s :
0,052 mol
0,066 mol
0,066 mol
15 | L a p o r a n
100%
= 30,32/55,044x 100%
= 55,08%
10,1+10,3
2
= 10,2 mL
=
=
0,04
100%
10,2 0,5 0,04
1 100%
= 0,00204 %
pOH
= -log(OH-)
= -log(2,04 x 10 )
= 3-log(2,04)
= 2,69
20,2+20,1
2
= 20,15 mL
=
=
0,200
100%
20,15 0,5 0,200
5 100%
= 0,00403%
17 | L a p o r a n
7.1 Percobaan 2
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan = 31,35 gram
Massa jenis minyak kelapa sawit = 0,8948 g/ml
Volume minyak kelapa sawit
= 18 ml
1.
Asam laurat
200
2.
Asam oleat
282
3.
Asam stearate
284
4.
Asam palmitat
256
5.
Asam miristat
228
6.
Asam palmitoleat
254
7.
Asam linoleat
280
8.
Asam linolenat
278
9.
Asam arakidonat
304
18 | L a p o r a n
= (0,002 x 200 g/mol) + (0,011 x 228 g/mol) + (0,44 x 256 g/mol) + (0,001 x 254
g/mol) + (0,045 x 284 g/mol) + (0,392 x 282 g/mol) + (0,101 x 280 g/mol) +
(0,004 x 278 g/mol) + (0,004 x 304 g/mol)
= 269,73 g/mol
= olume
16,1064
= 0,059
269,73
10
= 0,25
40
Mol NaOH :
m:
0,059 mol
0,250 mol
r :
0,059 mol
0,177 mol
0,177 mol
0,059 mol
s :
0,073 mol
0,177 mol
0,059 mol
19 | L a p o r a n
100%
= 31,35/49,206x 100%
= 63,71%
=
=
0,04
100%
12,2 0,5 0,04
1 100%
= 0,00244 %
pOH
= -log(OH-)
= -log(2,44 x 10-3)
= 3-log(2,44)
= 2,61
=
=
0,200
100%
16,5 0,5 0,200
5 100%
= 0,0033 %
20 | L a p o r a n
VIII. Pembahasan
NENDEN KURNIASIH ANGGRAENI (131411017)
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi antara minyak atau lemak dan alkali yang
menghasilkan produk utama sabun dan hasil samping berupa gliserol. Dengan kata lain,
saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun. Disebut lemak jika pada suhu ruang dia
berbentuk padat dan disebut minyak jika pada suhu kamar berbentuk cair. Minyak atau lemak
biasanya disebut trigliserida. Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada
gugus gliserol . Pada praktikum kali ini trigliserida yang digunakan berasal dari minyak atau
lemak nabati yaitu minyak kelapa sawit yang memiliki komposisi asam lemak sebagai berikut.
Alkali yang biasa digunakan pada saponifikasi merupakan basa anorganik yang bersifat
water soluble (NaOH atau KOH). Penggunaan alkali dari NaOH akan dihasilkan sabun keras
sedangkan alkali dari KOH akan dihasilkan sabun cair. Jadi, penggunaan alkali pada saponifikasi
sesuai dengan produk sabun yang diinginkan. Pada praktikum ini, digunakan alkali dari NaOH
untuk mendapatkan produk sabun keras.
Reaksi saponifikasi merupakan reaksi yang menyerap kalor yaitu perubahan yang akan
mengalirkan kalor ke dalam sistem (endoterm). Proses pemanasan pada saponifikasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
21 | L a p o r a n
Komposisi minyak kelapa sawit dan NaOH yang digunakan berdasarkan perbandingan
tersebut adalah 20 mL minyak kelapa sawit dengan 10 gram NaOH/10 mL air. Selain dilakukan
percobaan sesuai persamaan stoikiometri, juga dilakukan percobaan untuk variasi komposisi
minyak. Pada percobaan kedua, minyak dibuat kekurangan menjadi 18 mL. Pada proses
pemanasan saponifikasi juga dilakukan variasi, dimana pada percobaan pertama indirect heating
dan pada percobaan kedua direct heating.
Tahapan awal dilakukan dengan melarutkan NaOH ke dalam 10 mL air mendidih yang
kemudian ditambahkan kedalam reaktor berisi minyak yang dipanaskan pada suhu 550C dengan
22 | L a p o r a n
indirect heating. Kelebihan menggunakan indirect heating, suhu akan lebih stabil dibanding
dengan direct heating. Kelemahannya, untuk meningkatkan suhu mencapai kondisi operasi yang
diinginkan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak efisien. Suhu untuk kondisi
proses saponifikasi dijaga konstan karena jika suhu terlalu tinggi, minyak akan teroksidasi yang
menyebabkan kerusakan pada minyak ditandai dengan adanya perubahan warna minyak menjadi
coklat. NaOH ditambahkan kedalam minyak tetes demi tetes untuk menghindari terjadinya
pengeresan sabun pada reaktor. Setelah semua NaOH sudah ditambahkan, campuran diaduk
untuk menghomogenisasi selama 10 menit. Pada kondisi ini diperoleh campuran berwarna putih
kekuningan keruh yang kental. Kemudian, ditambahkan bahan pendukung seperti 0,1 garam
halus (NaCl) dan 0,5 amilum kedalam reaktor. Penambahan 0,1 garam harus disertai pengadukan
selama 10 menit. Garam halus atau NaCl berfungsi untuk mengendapkan sabun dengan produk
sampingnya berupa gliserin. Selain itu, penambahan NaCl juga bertujuan agar sabun yang
dihasilkan keras. Namun, jika penambahan NaCl terlalu tinggi, maka produk sabun yang
dihasilkan akan terlalu keras. Campuran yang dihasilkan bewarna putih kekuningan dan kental.
Selanjutnya, penambahan 0,5 gr amilum bertujuan sebagai pemberi massa (jadi sabun itu lebih
berat), mengentalkan larutan, dan menambah daya cuci sabun serta mengurangi kelembaban
sabun. Kondisi ini pun dilakukan pengadukan selama 10 menit dan diperoleh campuran yang
semakin sulit diaduk (sangat viskos) dan bewarna kuning pucat. Untuk mendapatkan sabun yang
wangi, ditambahkan bahan pendukung lainnya berupa parfum sebanyak 0,04 cc yang
homogenkan selama 10 menit. Kemudian sabun dicetak dan dilakukan analisa terhadap alkali
bebas dan asam lemak bebas. Sabun yang diperoleh tidak langsung mengeras ketika proses
selesai. Sabun baru mengeras sekitar 3 hari kemudian.
Analisa terhadap alkali bebas dilakukan dengan melarutkan 1 gr sabun dengan 20 mL
etanol dengan pemanasan sampai sabun terlarut. Larutan yang dihasilkan berwarna kuning
(orange) kemudian didinginkan dan ditambahkan 2 tetes indikator pp sehingga warna menjadi
merah muda. Hal ini menandakan bahwa masih ada alkali bebas didalam sabun yang dihasilkan.
Selanjutnya, dilakukan titrasi asam basa dengan titran HCl 0,5 N. Diperoleh volume titran ratarata 10,2 mL (duplo) yaitu sampai larutan menjadi kuning kembali (orange) sehingga diperoleh
kadar alkali bebas sebesar 0,00204%. Berdasarkan literatur, baku mutu sabun yang aman itu
memiliki kadar alkali bebasnya maksimal 0,01%. Hal ini berarti menandakan bahwa kandungan
alkali bebas pada sabun yang dihasilkan aman. Namun, biar bagaimana pun sabun yang
23 | L a p o r a n
dihasilkan tidak sepenuhnya aman karena disisi lain nilai pH dari sabun yang dihasilkan masih
tinggi yaitu 11,31.
Selain itu untuk analisa asam lemak bebas dilakuka dengan melarutkan 5 gr sabun
dengan 50 mL etanol yang dipanaskan hingga semua sabun terlarut. Kemudian didinginkan
sampai hangat kuku. Larutan berwarna kuning dan jika didinginkan terlalu lama larutan akan
membeku karena sifat dari pelarut etanol dia akan membuat sabun menjadi keras. Hal yang
dilakukan untuk menganalisa yaitu dengan titrasi menggunakan titran NaOH 0,5 N dan
tambahkan indikator pp 2 tetes ke dalam larutan sehingga berubah warna menjadi kuning kepikpink yang keruh. Hal ini masih menandakan adanya asam lemak bebas yang tidak bereaksi.
Diperoleh volume titran (duplo) 20, 15 mL yaitu sampai larutan berubah menjadi kuning kepinkpink yang bening sehingga diperoleh kadar asam lemak bebas sebesar 0,00403. Yield yang
diperoleh pada sabun pertama 55,08% sedangkan yield sabun kedua 63,71%.
Pada percobaan kedua, dimana komposisi minyak dibuat menjadi 18 mL dengan direct
heating pada suhu 570C terlihat perbedaan ketika sabun dianalisa baik untuk alkali bebas
maupun asam lemak. Warna larutan yang dihasilkan dari melarutkan sabun dengan etanol adalah
putih. Hal ini menunjukkan bahwa teori persamaan stoikiometri dimana salah satu reaktan dibuat
kekurangan (dalam hal ini minyak) akan dihasilkan warna yang lebih putih. Terkait dengan
pembuatan sabun transparan dimana minyak yang digunakan lebih sedikit dari perbandingan
komposisi sehingga dihasilkan warna yang bening. Sedangkan ditinjau dari metoda
pemanasannya, tidak ada perbedaan yang signifikan karena perbedaan suhu pemanasan pada
percobaan 1 dan 2 tidak terlalu jauh yaitu hanya 20C. Pada percobaan kedua, praktikum hanya
lebih cepat saja dalam mencapai kondisi operasinya karena pemanasannya langsung sehingga
reaksi berjalan lebih cepat. Ditinjau dari kadar alkali diperoleh 0,00244% dengan pH 11,39. Hal
ini menunjukan sabun kedua lebih banyak mengandung alkali bebas. Sedangkan kadar asam
lemak bebasnya 0,0033%. Dibandingkan dengan sabun pertama kadar asam lemak bebas sabun
kedua lebih kecil sesuai dengan komposisi bahan baku yang dikurangi menjadi 18 mL.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok lain (kelompok 3), dalam percobaannya sabun
kedua yang mereka dapatkan memadat didalam reactor setelah penambahan garam halus NaCl
dan suhu operasinya 900C. Hal ini disebabkan suhu operasi melebihi suhu opimumnya sehingga
menyebabkan sabunnya memadat pada saat itu juga yang akhirnya menurunkan hasil (kualitas
24 | L a p o r a n
sabun). Hal ini juga berlaku pada percobaan sabun pertama pada suhu operasi 700C. Namun,
pada sabun pertama, pemadatan terjadi ketika penambahan amilum.
Berdasarkan hasil percobaan dan perbandingan haisl percobaan dapat disimpulkan
beberapa faktor yang mempengaruhi saponifikasi antara lain:
1. Komposisi bahan baku (minyak atau lemak dan alkali)
-
Penggunaan jumlah minyak atau lemak yang berlebih memberikan efek pada
sabun yang menjadi keruh dan sebaliknya.
2. Suhu (55-650C)
Pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya
menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah
melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil. Hal ini
terjadi karena saponifikasi merupakan reaksi yang eksotermis. Karena suhu yang
terlalu tinggi akan mengoksidasi minyak sehingga terjadi kerusakan minyak dimana
warna minyak menjadi kecoklatan. Selain itu juga suhu yang terlalu tinggi akan
mempercepat pengerasan dimana ketika alkali dicampurkan timbul reaksi pengerasan
sabun dalam reaktor.
3. Metoda pemanasan
Indirect heating akan lebih stabil untuk penjagaan suhu tetapi waktu yang dibutuhkan
lama sedangkan direct heating akan lebih cepat tetapi untuk penjagaan suhu tidak
stabil.
25 | L a p o r a n
4. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul
reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka
kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan
Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin
sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A.
5. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah
mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah
minyak yang tersabunkan.
26 | L a p o r a n
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Saponifikasi. http://id.wikipedia.org. [27 Oktober 2014].
Anonim. 2012. Komposisi dan Jenis Sabun. http://www.femina.co.id. [27
Oktober 2014].
Anonim. 2009. Saponifikasi http://chemicaluinbdg2006.blogspot.com. [27
Oktober 2014].
Pertiwi. 2013. Proses Pembuatan Sabun. http://wiwinprtw.blogspot.com. [27
Oktober 2014].
27 | L a p o r a n
LAMPIRAN FOTO
No
1.
Gambar
Keterangan
Penimbangan 0,1 gram NaCl
2.
3.
4.
28 | L a p o r a n
5.
6.
7.
8.
29 | L a p o r a n
9.
10.
11.
12.
30 | L a p o r a n
LAMPIRAN
(Hasil Percobaan Kelompok 3)
Data Persiapan
Bahan
Berat/Volume
Massa Molekul
Rumus
100 mL
40 gr/mol
NaOH
25 ml
854 gr/mol
C55H98O6
Natrium Klorida
0,1 gram
58,5 gr/mol
NaCl
Amylum
0,5 gram
178 gr/mol
C12H22O11
Parfum
Proses Pencampuran
Bahan
Tempat
Pengamatan
Keterangan
Saat pelarutan
10 gr NaOH + 10
mL aquadest
Beaker Glass
(Larutan NaOH)
menghasilkan panas
Aquadest yang
(Reaksi bersifat
ditambahkan pada
larut
Lar. NaOH + 25
mL Minyak
Beaker Glass
Kelapa
Campuran mula-mula
Pengadukan kontinyu
membentuk 2 layer
selama 10 menit.
kemudian dengan
Kondisi pencampuran
(70oC) melalui
susu kental
pemanasan langsung
Pengadukkan kontinyu
+ NaCl
Beaker Glass
Campuran menjadi
selama 10 menit,
menggumpal/memadat
kondisi pencampuran
dalam keadaan panas
31 | L a p o r a n
(75oC)
Pengadukkan kontinyu
selama 10 menit,
+ Amilum
Beaker Glass
Campuran memadat
kondisi pencampuran
dalam keadaan panas
(70oC)
Untuk percobaan kedua, dilakukan dengan komposisi sesuai dengan prosedur. Dan
percobaan kedua ini tidak dilakukan penambahan amylum, karena kondisi campuran
yang terlalu memadat.
Tempat
Pengamatan
Erlenmeyer
Erlenmeyer
dengan pengadukan.
Setelah dititrasi warna berubah
Erlenmeyer
8.9
9.3
9.7
8.9
1.03
9.5
-
1.03
1.00
1.01
1.005
32 | L a p o r a n
Proses
Tempat
Pengamatan
Erlenmeyer
Erlenmeyer
dengan pengadukan.
Setelah dititrasi warna berubah
Erlenmeyer
20.7 21.00
20.85
5.00
5.00
14.10
13.8
13.95
5.00
5.05
33 | L a p o r a n
A.Pengolahan Data
Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Kelapa Sawit :
Berat Ekuivalen
1.
Asam laurat
200 g/mol
2.
Asam oleat
282 g/mol
3.
Asam stearate
284 g/mol
4.
Asam palmitat
256 g/mol
5.
Asam miristat
228 g/mol
6.
Asam palmitoleat
254 g/mol
7.
Asam linoleat
280 g/mol
8.
Asam linolenat
278 g/mol
9.
Asam arakidonat
304 g/mol
34
= 269,73 g/mol
Percobaan I
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan
= 39.37 gram
= 0,8948 g/mL
= 25 mL
= olume
= 0,8948 g/mL x 25 mL
= 22.37 gram
22.37
269,73
= 0,0829
Mol NaOH :
10
40
= 0,25
3Sodium Stearat +
Gliserol
m:
0,0829 mol
0,2500 mol
r:
0,0829 mol
0,2487 mol
0,2487 mol
0,0829 mol
s:
0,0013 mol
0,2487 mol
0,0829 mol
35
= 69,1386 gr
100%
= 39.37/55,044 x 100%
= 56.9436 %
=
=
0.04
8.9 0.5 0.04
1.03
100 %
100 %
= 17.28 %
pOH
= -log(OH-)
pH = 14 1.7265 = 12.2375
= -log(1.728 x 10-2)
= 2-log(1.728)
= 1.7625
=
=
0.2
20.85 0.5 0.2
= 41.7 %
100 %
100 %
36
Percobaan II
Massa sabun yang diperoleh dari percobaan
= 34.09 gram
= 0,8948 g/mL
= 20 mL
= olume
= 0,8948 g/mL x 20 mL
= 17,896 gram
17,896
= 0,066
269,73
Mol NaOH :
10
= 0,25
40
3Sodium Stearat +
Gliserol
m:
0,066 mol
0,250 mol
r:
0,066 mol
0,198 mol
0,198 mol
0,066 mol
s:
0,052 mol
0,066 mol
0,066 mol
= 55,044 gr
37
100%
= 34,09/55,044 x 100%
= 61,9322 %
=
=
0.04
9.5 0.5 0.04
1.005
100 %
100 %
= 18.9054 %
pOH
= -log(OH-)
pH = 14 1.7233 = 12.27867
= -log(1.891 x 10-2)
= 2-log(1.891)
= 1.7233
=
=
0.2
13.95 0.5 0.2
= 27.7612 %
5.025
100 %
100 %
38
39