Anda di halaman 1dari 29

TUGAS 1 KUANTUM

1. Mengapa teori kuantum ?


Teori kuantum muncul karena teori fisika klasik tidak mampu memecahkan
permasalahan pada saat itu dalam membahas benda-benda berukuran mikro, interaksi
materi dan energi, kapasitas panas zat padat dan lain-lain.
Masalah utama yang tidak terpecahkan oleh fisika klasik pada saat itu adalah
radiasi benda hitam. Masalah utama dari radiasi benda hitam tersebut adalah
menemukan teori yang cocok untuk menjelaskan lengkung kurva radiasi benda hitam.
Untuk mendapatkan teori yang sesuai pemikiran lama tentang kosep energi khususnya
energi radiasi harus di rubah. Keyakinan lama tentang energi bernilai malar (kontinu)
diubah menjadi keyakinan baru yang menyatakan bahwa energi bernilai diskret. Hal
tersebut yang menjadi tonggak dari konsep pengkuantuman energi.
Salah satu masalah yang sulit untuk dipecahkan oleh teori klasik adalah
mengenai radiasi benda hitam. Radiasi (sinaran gelombang elektromagnet) yang
dipancarkan oleh suatu benda akibat temperaturnya disebut radiasi termal. Setiap
benda akan selalu memancarkan radiasi termal ke lingkungannya dan bersamaan itu
juga menyerap radiasi termal dari lingkungannya. Laju pemancaran dan penyerapan
itu tida harus sama, namun jika sudah mencapai kesetimbangan, laju pemancarannya
akan sama dengan laju penyerapannya.
Benda hitam didefinisikan sebagai benda yang menyerap seluruh radiasi yang
mengenainya. Contoh terbaik benda hitam adalah lubang kecil di dinding benda
berongga. Radiasi yang masuk ke rongga melalui lubang tidak dapat ke luar lagi
dengan segera. Sebab, begitu masuk ke dalam rongga maka akan dipantulkan berkalikali oleh dinding rongga sebelum akhirnya menemukan lubang dan lepas ke luar. Hal
ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Semakin kecil ukuran lubang semakin kecil pula peluang radiasi tersebut dapat
keluar lagi. Jika lubang dibuat sedemikian kecil sehingga seluruh radiasi yang masuk
tidak dapat ke luar lagi maka lubang tersebut dikatakan menyerap seluruh radiasi yang
mengenainya. Dengan demikian, lubang tersebut berperilaku sebagai benda-hitam

sempurna. Jika terdapat radiasi yang melewatinya, asalnya selalu dari dalam rongga
itu sendiri, bukan dari pantulan.
Spektrum radiasi benda-hitam merupakan

spektrum kontinu dengan daya

pancar beragam bagi masing-masing komponen spektrum. Komponen spektrum yang


frekuensinya sangat rendah memiliki daya pancar sangat lemah. Seiring dengan
kenaikan frekuensi, daya pancar berangsur-angsur naik sampai batas tertentu dan
selalu terdapat satu komponen spektrum yang daya pancarnya paling kuat.
Para ilmuwan seperti Stefan Boltzman, Wien, Rayleigh dan Jeans menyatakan
energi itu bersifat kontinu. Hal ini tentunya sangat kontroversial dengan pernyataan
Planck yang menyatakan sifat cahaya adalah terkuantisasi atau diskret, artinya energi
radiasi hanya dapat ada dalam bentuk-bentuk paket energi tertentu dimana jumlah
energi dalam setiap paket berbanding lurus dengan frekuensi energi radiasi itu.
Hipotesis Planck yang bertentangan dengan teori klasik tentang gelombang
elektromagnetik ini merupakan titik awal dari lahirnya teori kuantum, yang menandai
terjadinya revolusi dalam bidang fisika
Adanya ketidak cocokan dari hukum-hukum atau teori-teori pada fisika klasik
jika diterapkan pada sistem mikroskopik memunculkan teori kuantum. Teori kuantum
ini muncul dari pelajaran fisika atom, sebagai konsekuensi kesukaran-kesukaran yang
dialami oleh fisika klasik. Pengembangan konsep ini didukung oleh eksperimeneksperimen brilian pada waktu itu, yang akhirnya membawa kepada perumusan teori
kuantum sebagai teori baru untuk lingkup mikroskopik.
2. Bagaimana teori Raylight-Jeans tentang Radiasi Benda Hitam ?

Pada teorinya, Rayleigh-Jeans mengasumsikan sebuah dinding rongga berupa


konduktor, yang jika dipanaskan elektron-elektron pada dinding rongga akan
tereksitasi secara thermal sehingga berosilasi. Berdasarkan teori Maxwell, osilasi
elektron ini menghasilkan radiasi elektromagnet. Radiasi ini akan terkurung di dalam
rongga dalam bentuk gelombang-gelombang tegak., maka di dinding rongga terjadi
simpul-simpul gelombang, karena dinding rongga berupa konduktor. banyaknya
ragam gelombang menjadi tak terhingga, hal tersebut ditandai dengan frekuensi atau
panjang gelombangnya di dalam rongga. Tetapi, cacah gelombang yang memiliki
frekuensi dalam rentang dv tentu jumlahnya terbatas. Adapun hasil cacah ragam
gelombang tegak yang memiliki frekuensi v sampai v + dv adalah:
N (v) dv

8V 2 .............................. (1)
v dv
c3

Di mana V menyatakan volume rongga. Energi rata-rata ragam

, yaitu

energi termal rata-rata bagi sekumpulan gelombang tegak yang seragam untuk
mendapatkan rapat energi spektral yang merupakan perkalian energi rata-rata tiap
ragam dengan cacah ragam yang berfrekuensi dalam rentang dv dibagi volume
rongga, yaitu:
T v dv

N v
E dv
V
..................................... (2)

Menurut

Rayleigh-Jeans

energi

rata-rata

tiap

ragam

gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda hitam adalah kontinu dan bergantung
pada temperatur. Energi rata-rata tiap ragam tersebut dihitung berdasarkan statistika
Boltzmann yang menyatakan bahwa sejumlah besar entitas fisis sejenis yang
terbedakan dan berada pada kesetimbangan termal pada temperatur T, fraksi entitas
fisis yang memiliki energi

sebanding dengan faktor Boltzmann exp (- /kBT).

Berdasarkan statistika Boltzmann, energi rata-rata tiap ragam sebesar


d
k T k 2 T 2
k B T dT B
B
k T
k BT
k B T B ............................... (3)
2

Perhitungan yang dilakukan Rayleigh-Jeans menghasilkan nilai

E k BT

dengan kB adalah tetapan Boltzmann, yang nilainya 1,38 x 10 -23 J/K. Dengan
mensubstitusikan persamaan (1) dan

E k BT

ke dalam persamaan (2) maka

diperoleh:

T v dv

8K BT 2
v dv
c3

Rumus ini diturunkan berdasarkan dua hal sebagai berikut.


1. Hukum klasik ekipartisi energi menyatakan rata-rata energi per derajat kebebasan
untuk sistem dinamik yang berada dalam keadaan kesetimbangan dalam konteks
ini adalah kT.
2. Perhitungan

jumlah

modus

(yaitu

derajat

kebebasan)

untuk

radiasi

elektromagnetik dengan frekuensi dalam interval (, +d), yang dikungkung oleh


rongga.

Jadi, menurut Rayleigh dan Jeans energi spektral radiasi benda hitam T (v)
bernilai tak berhingga besar, sebagaimana yang ditunjukkan oleh grafik pada
gambar 4 berikut.

Gambar 4. Grafik yang dihasilkan dari teori Rayleigh-Jeans


Dapat dipertegas disini bahwa hukum Wien berlaku untuk frekuensi tinggi,
sedangkan rumus Rayleigh cocok untuk frekuensi rendah
3. Bagaimana teori Debey menjelaskan tentang panas jenis zat padat ?
Pemikiran Debye didasarkan pada adanya kenyataan bahwa ragam frekuensi
di dalam kristal sesuai dengan rambatan gelombang bunyi yang merupakan
gelombang elastik berfrekuensi rendah. Dalam hal ini, panjang gelombang bunyi
sangatlah besar bila dibandingkan dengan jarak antar atom ( >> a) sehingga
kedeskritan struktur atom kristal dapat diabaikan dan menggantinya menjadi medium
elastik yang homogen.
Debye mengasumsikan bahwa kisi kristal itu adalah suatu kontinum elastik dengan
volume V yang mana suatu kontinum elastik akan memiliki distribusi frekuensi yang
kontinu. Oleh karena itu, jumlah frekuensi yang dimiliki dalam rentang antara V
sampai V + dV bisa didapat seperti halnya radiasi elektromagnetik dalam rongga.
Menurut Einstein, peluang f bahwa osilator berfrekuensi diberikan oleh

f 1

h / kT

1 , sehingga energi rata untuk osilator berfrekuensi vibrasi

hf

h
e

h / kT

dan bukan kT.

adalah

Energi internal total satu kilo mole zat padat menjadi

E 3N 0 kT 3N 0

3 N 0 h
e h / kT 1

dan kalor jenis molarnya sebesar: cv


T

h
3R

kT

e h / kT
h / kT

Dari persamaan dapat dianalisis bahwa pada temperature tinggi, h kT , dan


e h / kT 1

h
x 2 x3
, di mana e x 1 x ... , sehingga energi rata-rata osilator
kT
2! 3!

berfrekuensi vibrasi

hf

adalah

h
e

h / kT

dan dapat diubah menjadi

h
kT yang mengakibatkan c 3R . Selain itu, pada temperature tinggi
h / kT

jarak h antara energi yang memungkinkan adalah relatif kecil terhadap kT dan

kontinu. Sedangkan pada temperatur rendah, jarak antara energi itu besar relatif
terhadap kT dan menghalangi pemilikan energi di atas energi titik-nol. Ini karena

1
2

energi yang diijinkan untuk osilator harmonic ialah n h , n 0,1,2,... . Menurut

persamaan
E

cv

kalor
h

kT

3R
v

jenis
2

molar,
e h / kT

h / kT

jika

temperaturnya

menurun

harga

cv

juga menurun. Hal itulah yang merupakan faktor

yang menyebabkan perubahan pada teori fisika klasik. Dari perumusan osilator
harmonik tersebut, dapat dianalisis keadaan dasar masing-masing osilator harmonic
dalam zat padat ialah 0

1
h , harga titik-nol, dan 0 tidak sama dengan nol. Akan
2

tetapi energi titik nol hanyalah menambah suatu konstanta, suku yang bebas dari
1
2

temperature sebesar E 0 3N 0 x h ditambahkan pada energi molar zat padat dan


E
dihitung untuk mendapatkan cv. Rumus
T

suku ini hilang ketika turunan parsial

Einstein yang meramalkan cv 0 ketika T 0 , kurang sesuai dengan data

eksperimen, di mana perumusan ini masih memiliki kelemahan pada rumus kalor
jenis pada temperature rendah. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Debye
menerapkan cara lain untuk meneliti permasalahan yang dialami Eintein tersebut.
Menurut Einstein, masing-masing atom dianggap bervibrasi bebas dari tetangganya,
kemudian Debye mengambil ekstrim yang berlawanan dan menganggap materi
sebagai suatu benda elastis yang kontinu seolah-olah energi internalnya tersimpan
dalam vibrasi atom secara individual. Menurut Debye jumlah total gelombang berdiri
yang berbeda dalam satu kilomole zat padat sama dengan

banyaknya derajat

kebebasan yaitu 3N0 yang memiliki energi terkuantisasi h . Menurut kuantum,


energi akustik dalam zat padat (fonon) menjalar dengan kelajuan bunyi karena bersifat
elastis. Sedangkan Debye menyatakan bahwa gas fonon mempunyai perilaku statistik
seperti gas foton atau seperti sistem asilator harmonic dalam kesetimbangan, sehingga
energi rata-ratanya

per gelombang berdiri sama dengan persamaan energi rata-rata

osilator dari Einstein hf

h
e

h / kT

. Menurut penyelidikan Debye tentang

panas jenis zat padat, diperoleh bahwa pada suhu rendah C

T3, dan pada suhu

tinggi C cenderung bernilai konstan dan kapasitas panas pada volume konstan
menjadi tak bergantung pada suhu menurut persamaan:
C 3Nk

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perumusan tersebut tidak sesuai dengan hasil
eksperimen. Selanjutnya dengan menerapkan postulat Planck yang menyatakan bahwa
energi eksitasi pada keseimbangan termal sebuah osilator memenuhi persamaan:

h
e

h / kT

untuk kT>>h

Berdasarkan pemikiran Debye tentang terjadinya energi termal, diperoleh rumus


kapasitas panas ( C v ) menurut model Debye:
T
U

9 Nk B
C v = T
D

3x
D

x 4 e x dx

e
0

Dalam hal N N 0 bilangan Avogadro, sehingga persamaan diatas menjadi:

3 xD x 4 e x dx
3
x
2
xD 0 ( e 1 )

Cv 3R

Kapasitas panas ini dapat ditinjau pada keadaan batas temperatur tinggi dan
temperatur rendah.

Untuk temperatur tinggi, T>> D atau x D <<1, maka fungsi integral dari
persamaan (4.2) menjadi

x4e x
x

x4
x4

.
e x 1 1 e x
x2 x4

....
2! 4!

Untuk daerah integrasi 0 x x D , dimana x D 1 maka persamaan diatas akan


mendekati x2, maka:

3 xD x 2
CV 3R 3 dx 3R
xD 0 1
Menurut Debye pada temperature tinggi kapasitas panas zat padat ( C v ) cenderung
bersifat konstan

Untuk temperatur rendah, T << D

dimana x D >> 1, dalam keadaan ini

3 xD x 4 e x dx
fungsi integral dari persamaan C v 3 R 3 x
menjadi:
2
xD 0 ( e 1 )

x 4 e x dx

e
0

4 4
15

Sehingga rumus kapasitas panas mempunyai bentuk:

Cv

12 4 R T

5 D

Pada temperatur rendah kapasitas panas zat padat ( C v ) sebanding dengan T3.

Jadi, menurut Debye pada temperature tinggi kapasitas panas zat padat

( Cv )

cenderung bersifat konstan dan pada temperatur rendah kapasitas panas zat padat (
C v ) sebanding dengan T3 dan dapat dilukiskan dalam bentuk grafik

3R

2R
Cv
Cv sebanding T3
R

0,5

1,0

1,5

2,0 T/

Panas jenis Cv sebagai fungsi suhu. Kurve garis tebal menunjukkan funsi
Debye
4. Apakah ada kelemahan tentang teori Raylight-Jeans dan Debey ?
Kelemahan teori Raylight-Jeans
Kegagalan teori Rayleigh-Jeans adalah menganggap bahwa energi rata-rata
tiap ragam gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda hitam adalah
kontinu dan bergantung pada temperatur. Energi rata-rata tiap ragam tersebut dihitung
berdasarkan statistika Boltzmann yang menyatakan bahwa sejumlah besar entitas fisis
sejenis yang terbedakan dan berada pada kesetimbangan termal pada temperatur T,
fraksi entitas fisis yang memiliki energi

sebanding dengan faktor Boltzmann exp (-

/kBT). Berdasarkan statistika Boltzmann, energi rata-rata tiap ragam sebesar

k BT

Proses perhitungan tersebut tidak sesuai dengan data eksperimen, khususnya


pada frekuensi tinggi. Hasil tersebut tidak sesuai dengan data eksperimen karena
data eksperimen menunjukkan bahwa untuk frekuensi sangat tinggi, T v bernilai
nol, sedangkan menurut teori Rayleigh dan Jeans, T v bernilai tak berhingga.

Teori Rayleigh-Jeans

Eksperimen

Kesesuaian teori Rayleigh-Jeans dengan


data eksperimen hanya pada frekuensi
rendah

Pada frekuensi yang rendah, rapat energi menurut Rayleigh dan Jeans berimpit
dengan hasil eksperimen. Tetapi pada frekuensi tinggi simpangannya sangat besar.
Secara teori, jika v semakin besar, maka T(v) juga semakin membesar, mendekati
harga apabila v = , ini berarti bertentangan dengan thermodinamika. Karena
penyimpangan yang besar terjadi pada frekuensi tinggi, maka penyimpangan ini
dinamakan Bencana Ultraviolet.

Kelemahan teori debey


Kelemahan teori Debye tentang panas jenis zat padat dapat diterapkan dengan
derajat keberhasilan yang sama untuk logam dan non-logam. Tetapi tidak berlaku
untuk elektron. Pada logam masing-masing atom memberi kontribusi satu elektron
kepada Gas elektron bersama, sehingga 1 kmol logam mengandung No elektron
bebas. Jika elektron berprilaku seperti molekul gas ideal, setiap elektron akan
memiliki energi rata-rata dan logam itu akan mempunyai energi internal. menurut
Debye, panas jenis zat padat pada suhu tinggi adalah: h kT , dan e h / kT 1

di mana e x 1 x

h
,
kT

x 2 x3

... , berarti elektron bebas tidak berkontribusi pada


2! 3!

panas jenis dan ini adalah kelemahan teori Debye yaitu tidak berlaku untuk elektron.
E Teori Intensitas Radiasi benda hitam menurut Planck:

h
e

h / kT

untuk kT>>h

Untuk dapat mengungkapkan teori tentang radiasi benda hitam, Plack mengajukan
hipotesis bahwa energi tiap ragam tidaklah berupa sembarang nilai dari nol sampai tak
terhingga, melainkan harus merupakan salah satu dari sederetan nilai diskret yang
terpisah secara seragam dengan interval . Jadi energi tiap ragam haruslah berbanding

lurus terhadap v untuk menghasilkan energi rata-rata yang bergantung pada frekuensi.
Tetapan kesebandingan dimisalkan dengan h (yang selanjutnya disebut tetapan Plack),
5. Siapa yang mengajukan gagasan baru untuk memecahkan kelemahan teori
Raylight-Jeans dan Debey dan bagaimana teorinya ?
Yang memecahkan kelemahan teori Raylight-Jeans adalah Planck. Planck
memulai eksperimennya dengan membuat anggapan baru tentang sifat dasar dari
getaran molekul-molekul dalam dinding-dinding rongga benda hitam (pada saat itu
elektron belum ditemukan). Anggapan baru ini sangat radikal dan bertentangan
dengan teori fisika sebelumnya. Kelemahan ini dapat disempurnakan oleh Max
Planck dengan mengajukan teori bahwa energi osilator EM tidak kontinu tetapi
terkuantisasi atau deskrit, dan catu energi terkecil yang dibolehkan dinamakan
kuantum energi. Adapun penjelasan Planck tentang getaran-getaran molekul di
permukaan benda hitam, yaitu segabai berikut.
Radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul benda tidaklah kontinu tetapi
dalam paket-paket energi diskret yang disebut kuantum dan besarnya: En nhv .
Dengan n adalah bilangan asli (1,2,3,) yang disebut bilangan kuantum dan

adalah frekuensi getaran molekul-molekul/frekuensi osilator dan h adalah suatu


konstanta yang disebut konstanta Planck yang harganya

h =6,63 x 10-34 J.s =

4,14x10-15 eV.s. Energi dari molekul-molekul dikatakan terkuantisasi dan energi yang
diperkenankan

disebut

tingkat

energi.

Ini

berarti

tingkat

energi

bisa

hv, 2h , 3h , ........

Molekul-molekul menyerap atau memancarkan energi radiasi dalam satuan


diskret dari energi cahaya disebut kuantum atau foton. Energi satu foton adalah hv.
Jadi beda energi antara dua tingkat energi yang berdekatan adalah hv. Molekul akan
memancarkan atau menyerap energi hanya ketika molekul mengubah tingkat
energinya. Jika molekul tetap tinggal dalam satu tingkat energi tertentu, maka tidak
ada energi yang diserap maupun dipancar oleh molekul.
Berdasarkan anggapan di atas, Planck dapat menyatukan hukum pergeseran
Wien dan hukum Rayleigh-Jeans, dan menyatakan hukum radiasi benda hitam yang
akan berlaku untuk semua panjang gelomang. Adapun persamaannya adalah sebagai
berikut.

T (v)dv

8 2
hv
v hv / k T
dv
3
c
e B 1

Persamaan tersebut dikenal sebagai Hukum radiasi Planck

Persamaan tersebut juga dapat ditulis dalam bentuk adalah:

8 hc 5
e hc / k BT 1

dengan h 6,63 x 10 34 J .s adalah tetapan Planck, c 3,0 x 10 8 m / s adalah cepat


rambat cahaya, k 1,38 x 10 23 J / K adalah tetapan Boltzmann, dan T adalah suhu
mutlak benda hitam.
Ramalan ini sangat cocok dengan hasil eksperimen yang secara grafik dapat
digambarkan seperti pada gambar (4).
Menuju bencana ultraviolet

Intensitas

Hukum Rayleigh-Jeans

Wien
Panjang gelombang

Partikel
Gelomb

Gambar ang
(4)

Dugaan Planck yang menyatakan bahwa energi radiasi benda hitam adalah
Louis de
terkuantisasi (diskret) sangat memadai untuk
menjelaskan radiasi benda hitam
Broglie

dibandingkan

dengan

ramalan

klasik (dihipot
bahwa energi radiasi gelombang
esiskandari Planck inilah yang menandai
elektromagnetik adalah kontinu. Pernyataan radikal
berperila
ku)

lahirnya teori kuantum.

Max

Kelemahan Teori Debye juga dipecahkan Oleh


Planck. Pengamatan lain yang tidak
Planck
bisa

dijelaskan dengan fisika klasik adalah kapasitas panas zat padat. Dengan
Secara

menerapkan postulat planck yang menyatakan


bahwa bahwa energi eksitasi pada
eksperi
men persamaan
kesetimbangan termal sebuah osilator memenuhi

hv

berperila
ku

e hv kT 1

Partikel

Untuk kT>>hv persamaan di atas memberikan nilai mendekati limit klasik E kT ,


dengan persamaan:

Gelomb
ang
Partikel
Hukum
Eksponensi

Wien

hv
e

hv kT

untuk menghitung kapasitas panas zat padat akan memberikan hasil yang cocok
dengan hasil eksperimen.

6. Apakah dengan diajukannya gagasan baru itu teori Raylight-Jeans dan Debey
sama sekali salah ? mengapa demikian ?
Munculnya Teori Planck yang meruntuhkan Teori dari Raylight-Jeans dan
Debye namun Teori dari Raylight-Jeans dan Debye tidaklah salah sepenuhnya. Hal ini
dikarenakan terdapat kesepadanan pada Teori Planck dengan Teori dari RaylightJeans dan Debye. Dimana perumusan yang diperoleh Planck dan Rayleigh-Jeans
identik pada suhu rendah (sesuai dengan data eksperimen untuk suhu rendah).
Sedangkan pada frekuensi tinggi, hv k B T dan e hv / k BT , persamaan energi
radiasi Planck akan sesuai dengan nilai eksperimen.
Kesepadanan yang lain dilihat pula dari teori panas jenis zat padat menurut
Debye dibandingkan dengan teori Planck. Debye mengembangkan teori panas jenis
dengan mempertimbangkan efek coupling antar osilator (lubang kecil berongga) dari
atom-atom tetangga terdekatnya. Energi dalam dari padatan dihasilkan oleh energi
gelombang elastic berdiri, seperti sistem gelombang elektromagnet dalam sebuah
kotak hitam yang mengandung energi terkuantisasi. Ini artinya Debye sudah
menganggap bahwa energi bersifat diskret. Hal ini sesuai dengan teori yang diajukan
oleh Planck yang menyatakan energi bersifat diskrit.
7. Apakah ada keterkaitan antara teori Raylight-Jeans dan teori Debye dengan
teori yang baru?
a. Keterkaitan antara teori Raylight-Jeans dengan teori yang baru (Planck).
Kegagalan Reyleigh-Jeans mengantarkan Planck untuk merumuskan teori
yang benar. Planck meninjau kembali teori Rayleigh-Jeans (teori klasik) dan
menyimpulkan bahwa perumusannya terdapat kesalahan yaitu teori klasik tidak dapat
menjelaskan kurva radiasi benda hitam tersebut untuk frekuensi yang tinggi, sehingga
Planck memandang ketidaksesuaian ini terletak pada teori klasik itu sendiri. Bertolak
dari ketidaksesuaian tersebut, Planck mengajukan teori bahwa energi osilator
elektromagnetik tidak kontinu tetapi terkuantisasi. Menurut Planck, energi yang
terkuantisasi tersebut sebesar:

En = nh (n=1,2,3, .....)
dimana adalah frekuensi osilator dan h adalah suatu konstanta Planck yang harganya
h = 6.63 x 10-34J.s
Energi rata-rata per osilator diperoleh sebesar :
E

h
e

h / kT

atau E

hc
(e

hC / kT

1)

Berdasarkan persamaan tersebut, rapat energi radiasi untuk daerah panjang


gelombang antara dan + d menjadi:
E() d =

8hc
d
x hc / kT
5

e
1

persamaan tersebut cocok dengan data eksperimen. Persamaan tersebut juga dapat
ditulis dalam bentuk frekuensi gelombang:
E ()d

8h
3 d

c 3 e h / kT 1

Sehingga intensitas radiasi benda hitam dinyatakan: I( )

22
h
2
hv / kT
c e
1

Untuk rendah dapat dihitung dengan menggunakan rumus: x

ex 1

kT

h
(h) 2 (h) 3

......
1! kT 2!kT
3!kT

1
e

h / kT

h
kT

h
kT

1
1

h
, di mana h / kT
...... 1
e
kT

1
sebanding dengan h
1
kT

Selanjutnya substitusi ke persamaan Planck sehingga diperoleh:


I()

2 2 h 2 2

kT
c 2 h
c2
kT

Persamaan tersebut membuktikan bahwa terdapat kesepadanan antara teori RayleighJeans dan teori Planck tentang radiasi benda hitam.
b. Keterkaitan antara teori Debye dengan teori yang baru (Planck)
Debye mengembangkan teori panas jenis dengan mempertimbangkan efek
coupling antara osilator dari atom-atom terdekatnya. Debye memandang padatan sebagai
suatu zat yang kontinum elastik. Energi dalam padatan dihasilkan oleh energi gelombang
elastik berdiri seperti sistem gelombang elektromagnetik dalam sebuah kotak hitam yang
mengandung energi terkuantitasi. Pada suhu rendah, kapasitas panas jenis zat padat
memenuhi persamaan C T 3 , tetapi pada suhu tinggi C cenderung bernilai konstan.
Penerapan termodinamika statistik klasik menganggap masing-masing atom dalam suatu
kristal sebagai suatu osilator dengan energi eksitasi termal rata-rata 3KT per derajat
kebebasan. Energi total per satuan volume adalah E

3NKT
.
V

Kapasitas panas pada volume konstan menjadi tidak bergantung pada suhu menurut
persamaan C 3NK . Hal ini ternyata tidak cocok dengan hasil eksperimen.
Adapun penjelasan Planck mengenai intensitas radiasi benda hitam dengan membuat
hipotesa osilator yang menjadi sumber energi pancaran termal, yaitu:
a.

pancaran termal oleh benda hitam sempurna bersumber pada osilator-osilator


yang bermukim di permukaan benda yang dimaksud. Energi yang dimiliki
osilator bukanlah kontinu tetapi diskrit yakni kelipatan dari h yang dapat
dirumuskan sebagai nh dimana n = bilangan bulat, h = konstanta Planck,
dan = frekuensi osilasi.

b.

Sebaran energi osilator menganut distribusi Boltzman yaitu kebolehjadian suatu


osilator

memiliki


P( )d e

k BT

energi

antara

dan

( )

adalah


d d dimana KB = konstanta Boltzman, T = suhu
K B T

mutlak benda hitam sempurna.


c.

Bila osilator pindah dari tingkat energi 1 ke tingkat energi yang lebih rendah 2
, maka dalam proses ini osilator akan memancarkan energi sebesar
1 2 h .

Dengan hipotesa di atas, Planck menurunkan rumus untuk rapat energi benda
hitam sempurna dan diperoleh hubungan sebagi berikut.
T dV

8 2
c3

h
h

exp
1
K BT

dV

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa pada temperatur tertentu rapat energi sama
dengan nol jika frekuensinya sama dengan tak berhingga. Ini sesuai dengan data
eksperimen. Pencocokan dengan seluruh data dilakukan dengan memilih nilai h. hasil
terbaik dari nilai tersebut adalah h = 6,34 x 10 -34 Js. Nilai ini disebut dengan konstanta
Planck.
Teori panas jenis zat padat menurut Planck dijelaskan dengan menggunakan teori
kuantum yaitu bahwa energi eksitasi pada kesetimbangan termal sebuah osilator
memenuhi persamaan E

. Untuk nilai KT >> h memberikan nilai


1
mendekati limit kalsik E KT . Dengan persamaan tersebut, dalam menghitung panas
jenis zat akan memberikan nilai yang cocok dengan hasil eksperimen.
e

h KT

8. Siapa yang mendukung gagasan baru itu? Eksperimen apa yang membuktikan
dukungannya?
Pendukungan Teori Planck mengenai kuantitas energi ke dalam hv adalah Albert
Einstein. Salah satu bukti eksperimen penting tentang keberadaan kuantum cahaya atau
foton adalah percobaan efek fotolistrik. Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari
suatu

permukaan

(biasanya

logam)

ketika

dikenai,

dan

menyerap,

radiasi

elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas
frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan.
Einstein berhasil menjelaskan hal ini. Penjelasan sederhana mengenai gejala efek
fotolistrik adalah sebagai berikut. Cahaya yang mengenai permukaan logam akan
memberikan energinya pada logam tersebut. Jika energi yang diberikan lebih dari energi
ikat elektron dari logam tersebut maka elektron akan terlepas dari logam.
Set percobaan untuk menjelaskan efek fotolistrik dapat dilihat sebagai berikut

V
Potensiometer
+

Gambar rangkaian eksperimen untuk mengukur energi kinetik


maksimum elektron foto.

Cahaya monokromatis ditembakkan ke pelat K (katoda) yang potensialnya dibuat lebih


positif terhadap pelat A. Pelat A adalah anoda yang menangkap elektron yang didesak
keluar dari katoda oleh sinar cahaya. Galvanometer G digunakan untuk mendeteksi
adanya arus listrik yang sangat kecil. Elektron yang didesak keluar dinamakan dengan
elektron-foto (photo elektron). Potensiometer (hambatan geser) diperlukan untuk
mengatur beda potensial antara pelat A dan pelat K. Berkas cahaya memberikan
energinya kepada elektron. Jika energi yang diberikan cahaya sama atau lebih besar
daripada energi ikat elektron maka elektron akan lepas dari logam. Untuk
menghentikan gerakan elektron-foto, diperlukan potensial penghalang tertentu yang
disebut dengan potensial penghenti (stopping potensial). Energi kinetik elektron foto
tercepat dapat diketahui dari nilai potensial penghenti ( V s ) dan berdasarkan prinsip
kekekalan energi dapat disimpulkan bahwa energi kinetik elektron foto tercepat adalah
sama dengan eV s , dengan e menyatakan muatan elektron sebesar 1,6 10 19 C . Jadi
dapat dirumuskan: K maks eVs .
Beberapa hasil eksperimen dari percobaan efek foto listrik adalah sebagai berikut.

a. Diperlukan Frekuensi Ambang untuk Menghasilkan Efek Fotolistrik


Vs
K

Cs

Cu

0 K 0 C s 0 Cu

Gambar kebergantungan potensial penghenti terhadap


frekwensi cahaya untuk logam kalium, cesium, dan tembaga.
Pada gambar diatas menunjukan bahwa logam yang berbeda memiliki frekuensi
ambang yang berbeda, dan untuk frekuensi di bawah frekuensi ambang tidak
diperlukan adanya potensial pemberhenti yang artinya tidak ada elektron yang terlepas.
Jadi, untuk memperoleh elektron-foto dari suatu logam diperlukan cahaya yang lebih
besar dari frekuensi ambang logam tersebut. Dari gambar tersebut dapat dirumuskan
persamaan sebagai berikut.
eV s h h 0

Di mana nilai h sama dengan tetapan Planck yang besarnya 6,63 10 34 Js . Hasil
percobaan ini tidak dapat dijelaskan dengan teori fisika klasik, di mana dalam fisika
klasik menganggap bahwa elektron akan terlepas dari logam jika diberikan energi yang
cukup dimana energi akan semakin besar jika intensitasnya semakin besar, tetapi
kenyataannya untuk frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang berapapun besar
intensitas yang digunakan elektron tidak akan terlepas. Tetapi hal ini dapat dijelaskan
bila menggunakan teori pengkuantuman cahaya, Einstein mempostulatkan bahwa
energi yang dibawa oleh cahaya terdistribusi secara diskret dalam bentuk paket-paket
energi, bukan terdistribusi secara kontinu sebagaimana dinyatakan oleh teori
gelombang. Paket-paket energi ini disebut foton, karena foton bergerak dengan
kecepatan c maka menurut teori relativitas massa foton haruslah nol. Energi tiap foton
tergantung dari frekuensinya yang dinyatakan dengan persamaan
h

Dalam peristiwa efek foto-listrik setiap foton hanya berinteraksi dengan satu elektron,
dan tiap foton akan memberikan seluruh energinya pada tiap elektron atau tidak sama
sekali. Jika energi foton melebihi energi untuk melepaskan elektron dari ikatannya
maka sisa energi itu akan diubah menjadi energi kinetik elektron. Sebaliknya, jika
energi tidak cukup untuk melepaskan elektron maka foton tidak akan memberikan
energinya kepada elektron yang bersangkutan. Dengan pemahaman ini maka mudah
dipahami bahwa untuk melepaskan elektron dari suatu logam diperlukan foton dengan
energi tertentu dimana energi ini akan sebanding dengan frekuensi, sehingga agar
terjadi efek fotolistrik diperlukan frekuensi di atas frekuensi ambang.
h K maks h 0

Jadi frekuensi ambang diperlukan untuk untuk menghasilkan efek fotolistrik.


Berdasarkan postulatnya, lepas tidaknya elektron hanya bergantung pada besarnya
energi foton yang membenturnya. Jika energi foton melebihi energi ikat elektron maka
elektron kemungkinan terlepas. Karena energi foton hanya tergantung pada
frekuensinya, yaitu semakin tinggi frekuensinya semakin besar energinya, maka
jelaslah bahwa untuk menghasilkan efek fotolistrik diperlukan cahaya dengan frekuensi
di atas frekuensi ambang.

b. Ketidak bergantungan Potensial Penghenti terhadap Intensitas Cahaya


Kuat arus fotoelektrik

I3
I2 V s

Potensial Penghalang (V)

I1

Gambar kebergantungan kuat arus fotoelektrik (I) terhadap


potensial penghalang (V) untuk tiga nilai itensitas cahaya

Pada gambar ini dapat dilihat walaupun intentensitasnya diperbesar yaitu I1< I2< I3
tetapi untuk frekuensi cahaya yang sama potensial pemberhentinya sama ini artinya
potensial penghenti tidak bergantung pada intensitas cahaya. Potensial penghenti
(stopping potential) Vo adalah potensial selisih yang diperlukan untuk menghentikan
fotoelektron yang paling cepat, yang memiliki energi kinetik terbesar. Setiap foton
berinteraksi hanya dengan satu elektron tunggal, sehingga besarnya energi kinetik
elektron hanya tergantung pada besarnya energi foton yang membenturnya dan tidak
bergantung pada intensitas cahaya. Sehingga potensial penghenti tidak bertanggung
pada intensitas cahaya.
Hasil percobaan ini tidak dapat dijelaskan dengan teori fisika klasik, di mana fisika
klasik menganggap bahwa potensial penghenti sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya, artinya untuk nilai intensitas yang semakin besar diperlukan potensial
penghenti yang semakin besar. Hal ini sangat tidak sesuai dengan hasil eksperimen.
Berdasarkan teori pengkuantuman cahaya intensitas cahaya diartikan sebagai energi
tiap foton dikalikan cacah foton yang menembus satu satuan luas permukaan secara
tegak lurus dalam tiap satu-satuan waktu. Dengan demikian intensitas cahaya
menyatakan jumlah foton, artinya energi foton yang diberikan pada tiap-tiap elektron
tetap sehingga potensial penghentinya juga tetap.

c. Tidak Adanya Waktu Tunda antara Penyinaran sampai Terjadinya Arus


Fotoelektrik
Kuat arus
fotoelektrik (i)

9
Waktu (t)
10
s
Gambar grafik kuat arus fotoelektrik terhadap waktu dihitung
0

sejak penyinaran pertama.


Gambar ini

menyatakan bahwa arus fotoelektrik muncul secara spontan begitu

cahaya menyinari permukaan logam. Lepas tidaknya elektron ditentukan oleh

seberapa besar energi yang dimiliki foton untuk menumbuk elektron tersebut. Proses
transfer energi dari foton ke elektron menyerupai tumbukan sehingga tidak
memerlukan waktu yang berarti.

d. Kuat Arus Fotoelektrik Berbanding Lurus terhadap Intensitas Cahaya


Kuat arus fotoelektrik (I)

Intensitas cahaya
Gambar grafik kuat arus fotoelektrik terhadap intensitas
cahaya
Hasil eksperimen ini sesuai dengan teori fisika klasik, yaitu semakin besar intensitas
cahaya yang digunakan maka semakin banyak elektron yang lepas sehingga
mengakibatkan arus fotoelektriknya semakain besar, hasil ini juga sesuai dengan teori
pengkuantuman cahaya yaitu dengan bertambahnya intensitas maka cacah foton juga
bertambah sehingga semakin banyak foton yang memberikan energinya pada elektron
sehingga semakin banyak elektron yang terlepas. Jadi untuk dapat menjelaskan gejala
efek fotolistrik secara memuaskan digunakan teori pengkuantuman cahaya.
Penjelasan fakta eksperimen menurut fisika kuantum didasarkan pada postulat
Einstein yang berbunyi energi yang dibawa oleh cahaya terdistribusi secara diskret
dalam bentuk paket-paket energi, bukan terdistribusi secara kontinu sebagaimana
dinyatakan oleh teori gelombang.Berdasarkan perbandingan tersebut terlihat bahwa
teori klasik gagal menjelaskan

tentang adanya frekuensi ambang dan waktu

tunda. Sehingga frekuensi ambang dan waktu tunda merupakan kunci untuk
memecahkan persoalan kegagalan fisika klasik. Di sinilah letak perbedaan antara
teori klasik dan teori kuantum. Kesepadanannya terletak pada keberhasilan kedua
teori dalam menjelaskan bahwa kuat arus fotoelektrik berbanding lurus terhadap
intensitas cahaya.

9. Sesungguhnya teori baru itu adalah persoalan hakekat foton memiliki energi
kuantum. Sebagai pasangan compaitebel sesungguhnya adalah momentum.
Bagaimana analisis relativitasnya dapat diajukan untuk memformulasikan bahwa
foton memiliki momentum? Eksperimen apa yang membuktikan bahwa foton
memiliki momentum?
Efek Foto Listrik
Salah satu bukti eksperimen penting tentang keberadaan kuantum cahaya atau foton
adalah percobaan efek fotolistrik. Pada efek fotolistrik yang diuangkapkan oleh Hertz
suatu cahaya bila dikenakan pada permukaan logam tertentu maka dapat terjadi lucutan
elektron dari permukaan logam tersebut. Einstein kemudian memberikan masukan untuk
fenomena ini berdasarkan rumusan Planck, telah menguatkan gagasan kuantisasi energi
Planck untuk bisa diterima secara luas.
Kontribusi Einstein untuk efek fotolistrik berangkat dari teorinya bahwa terjadi
tumbukan antara foton datang dengan elektron di dalam logam.
Dari hal tersebut Einstein mengkonfirmasi adanya dualitas sifat gelombang-partikel.
Hal ini dapat dilihat dari persamaan untuk efek fotolistrik yaitu:
E h
h
p n n

Dari persamaan dapat dilihat untuk ruas kiri merupakan besaran-besaran fisis
karakteristik partikel yang salah satunya menghasilkan momentum, sedangkan ruas
kanan merupakan besaran-bearan fisis yang menggambarkan gelombang.
Efek Compton
Salah satu eksperimen yang memberikan bukti nyata tentang keberadaan sifat partikel
dari radiasi, yaitu adanya foton atau cahaya yang memiliki sifat sebagai materi, adalah
eksperimen yang dilakukan oleh Arthur Holly Compton. Compton melakukan
eksperimen penembakan bahan dengan menggunakan sinar-x. Di dalam eksperimen
ini dideteksi bahwa sinar-x (gelombang) dan elektron (materi) terhambur setelah
dilakukan penembakan. Dengan mengambil gagasan dari Einstein tentang kuantisasi
cahaya berupa foton, kemudian Compton memperluas gagasan tersebut bahwa foton
bisa berperilaku sebagai materi dalam kasus tumbukan dengan elektron. Momentum

linier dari foton tersebut dinyatakan oleh p E

c dengan E menyatakan energi dari

foton dan c menyatakan cepat rambat cahaya.


Teori tersebutlah yang mendukung bahwa foton memiliki momentum.
Eksperimen Compton
Eksperimen yang dilakukan oleh Compton adalah dengan menembakkan seberkas
sinar-x yang memiliki panjang gelombang pada target berupa grafit (karbon). Suatu
kolimator digunakan untuk mendeteksi hamburan sinar-x pada arah tertentu saja.
Sinar yang dihamburkan pada sudut lain diserap oleh kolimator timbal. Bagan
eksperimen Compton ditunjukkan oleh gambar berikut.
spektrometer
Sinar-x terhambur

x-ray box
Sinar-x tak terhambur
Sumber sinar-x
monokromatik

kolimator

Gambar 9. Bagan Eksperimen efek Compton


(Dikutip dari Agus Purwanto, 2006)

Gagasan Compton merupakan salah satu bentuk penyebab munculnya konsep


dualisme cahaya, yaitu cahaya dapat bersifat sebagai gelombang (misalnya dalam
kasus interferensi dan difraksi), dan cahaya juga dapat bersifat sebagai partikel yang
memiliki energi diskrit dan momentum linier seperti dalam efek Compton. Secara
fisika klasik, gambaran tentang gelombang adalah jika seberkas gelombang dengan
frekuensi bertumbukan dengan suatu bahan, maka elektron dalam bahan tersebut
akan mengalami osilasi dengan frekuansi yang sama dengan frekuensi gelombang
yang menumbuknya. Akibat dari osilasi elektron tersebut, maka akan timbul radiasi
yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi osilasi elektron yang tentunya
juga sama dengan frekuensi gelombang datang yang menumbuk bahan. Namun dari
eksperimen yang dilakukan oleh Compton diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan
teori klasik ini. Hasil yang diperoleh adalah sinar terhambur memiliki puncak- puncak
intensitas pada dua panjang gelombang. Satu puncak berkaitan dengan panjang

gelombang datang () sedangkan yang lain memiliki panjang gelombang yang lebih
besar dari padahal berkas datang hanya memiliki satu panjang gelombang (sebesar
). Hal ini tidaklah dapat dimengerti jika dianggap berkas sinar-x datang sebagai
gelombang.
Compton berasumsi bahwa berkas sinar (dalam hal ini sinar-x) yang digunakan
menembak bahan merupakan arus foton. Energi foton tersebut sebesar E = h. Foton
ini bertumbukan lenting dengan elektron yang ada pada target. Jika elektron
mengambil sebagian energi yang dimiliki oleh foton, maka foton yang terhambur akan
memiliki energi yang lebih kecil dibandingkan dengan energi foton yang datang. Hal
ini menyebabkan foton yang terhambur akan memiliki frekuensi yang lebih kecil atau
panjang gelombang yang lebih besar daripada foton yang datang. Selisih panjang
gelombang ini disebut dengan pergeseran Compton (Compton Shift).
Hasil eksperimen yang dilakukan oleh Compton dapat diilustrasikan seperti gambar
berikut.

Y
elektron diam

Foton datang

E = hv ; p = hv/c
Foton terhambur

Y
Foton datang

E = moc2

P = hv/c

P=0
E = hv ; p = hv/c

Gambar 10. Ilustrasi Hasil Eksperimen Compton


(Dikutip dari Arthur Beiser, 1990)

E = hv

E = (mo2c4 + p2c2)1/2
p=p

Intensitas Relatif

Intensitas Relatif

= 00

= 450

= 900

Panjang Gelombang

Intensitas Relatif

Intensitas Relatif

Panjang Gelombang

= 1350

Panjang Gelombang

Panjang Gelombang

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa foton dengan panjang gelombang

Gambar 11. Intensitas relative dan panjang gelombang untuk beberapa

menumbuk target mengakibatkan terhamburnya foton dengan panjang gelombang


(Dikutip dari Agus Purwanto, 2006)

dan sudut hamburan sebesar terhadap arah datangnya foton. Selain itu, tumbukan
antara foton dengan elektron menyebabkan terjadinya hambuaran elektron dengan
sudut hamburan terhadap arah datangnya foton. Pada kasus ini berlaku hukum
kekekalan energi dan hukum kekekalan momentum.
Dengan menganalisis hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan
momentum, maka dapat ditentukan pergeseran Compton.
Kehilangan energi foton energi yang diterima elektron
h h ' K ................................................ (3.1)

Momentum partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya memenuhi persamaan:

E pc
p E

................................... (3.2)

Momentum merupakan kuantitas vektor (memiliki besar dan arah) dan dalam kasus
tumbukan, momentum adalah kekal dalam masing-masing sumbu dari kedua sumbu
yang saling tegak lurus. Momentum foton hambur dan elektron hambur digambarkan
seperti berikut.

h '
c

h ' sin
c

h ' cos
c

h
c

p cos

p sin

Gambar 12. Diagram momentum elektron dan foton yang terhambur.


(Dikutip dari Arthur Beiser, 1990)

Momentum semula dari foton adalah

h
h '
dan momentum hamburnya adalah
.
c
c

Momentum awal elektron adalah nol dan momentum setelah terhambur adalah p.
Pada arah mendatar:
momentum awal momentum akhir
h
h '
0
cos p cos
c
c
h h '
p cos

cos , dengan mengalikan kedua ruas dengan c diperoleh


c
c
pc cos h h ' cos , kemudian dikuadratkan
p 2 c 2 cos 2 h 2h 2 ' cos h ' cos 2 ...................................... (3.3)
2

Pada arah tegak:


momentum awal momentum akhir
h '
0
sin p sin
c
h '
p sin
sin , jika kedua ruas dikalikan dengan c maka diperoleh
c
pc sin h ' sin , kemudian dikuadratkan

p 2 c 2 sin 2 h ' sin 2 ...........................................................................(3.4)


2

Kemudian dilakukan penjumlahan persamaan (3.3) dan persamaan (3.4):


p 2 c 2 cos 2 h

2h 2 ' cos h ' cos 2

p 2 c 2 sin 2 h ' sin 2


2

p 2 c 2 (1)
2

p c

2h 2 ' cos h ' (1)


2

2( h ) ( h ' ) cos h '

yang dapat juga dituliskan


2

.............................................. (3.5)

Energi total dari suatu partikel yang bergerak mendekati kecepatan cahaya dapat dirumuskan:

E K m0 c 2 ......................................................................... (3.6)
E

2
0

c 4 p 2 c 2 ............................................................. (3.7)

Dari persamaan (3.6) dan (3.7) didapatkan:

K m0 c 2

K m c

2 2

2
0

c 4 p 2c 2

m0 c 4 p 2 c 2
2

p 2 c 2 K 2 2 Km0 c 2 m0 c 4 m0 c 4
p 2 c 2 K 2 2m0 c 2 K ....................................................................... (3.8)
Dengan memasukkan K pada persamaan (3.1) pada persamaan (3.8), maka diperoleh:
p 2 c 2 h h ' 2m0 c 2 h h '
2

p 2 c 2 h 2 h h ' h ' 2m0 c 2 h h ' .............................. (3.9)


2

Kemudian dilakukan substitusi persamaan (3.5) pada persamaan (3.9), sehingga diperoleh:

h 2

2(h ) (h ' ) cos h ' h 2 h h ' h ' 2m0 c 2 h h '


2

2m0 c 2 h h ' 2(h ) (h ' ) cos 2 h h '

m0 c 2 h h ' h h '1 cos ..................................... (3.10)

Kemudian persamaan (3.10) dibagi dengan h2c2, maka diperoleh:


m0 c ' '

1 cos
h c c c c

Dengan mengganti nilai

dengan

, serta nilai ' dengan

'

, didapatkan persamaan

berikut ini.
m0 c 1 1 1 1

1 cos
h ' '
m0 c '
1 cos

h '
'
h
'
1 cos ......................................................... (3.11)
m0 c

Persamaan (3.11) ini menunjukkan perubahan panjang gelombang yang dialami oleh
foton yang terhambur dengan sudut oleh partikel yang bermassa diam m 0. Dari
persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai perubahan panjang gelombang hanya
dipengaruhi oleh sudut hamburan foton ( ). Dengan menganalisis persamaan (3.11)
dapat dilihat bahwa perubahan panjang gelombang terbesar terjadi ketika = 1800 (cos
h

1800= -1). Perubahan panjang gelombang maksimum adalah sesesar 2 m c . Nilai


0

h
disebut sebagai panjang gelombang Compton dari partikel penghambur yang
m0 c

disimbolkan dengan C . Panjang gelombang Compton dari suatu partikel penghambur


ditentukan oleh massa partikel tersebut. Untuk partikel yang berupa elektron, panjang
gelombang Comptonnya adalah 2,426 pm atau sebesar 2,426 x 10 -12m. Dengan hasil ini
maka dapat ditentukan bahwa pergeseran maksimum panjang gelombang yang terjadi
pada efek Compton adalah 4,852 pm.
Dari eksperimen yang dilakukan oleh Compton didapatkan bahwa pada masingmasing sudut sinar-x hamburan, didapatkan juga sinar-x dengan panjang gelombang
awal. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada persamaan (3.11) yang digunakan sebagai m0
adalah massa sebuah elektron yang mampu bergerak bebas karena terikat lemah pada
atom induknya. Dalam hal ini elektron yang terhambur adalah eletron bebas yang ada di
kulit luar. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa foton akan bertumbukan dengan
elektron yang ada di kulit dalam atom, sehingga memiliki daya ikat yang kuat. Jika
tumbukan ini terjadi maka ada kemungkinan yang terpental bukan hanya elektron,
melainkan juga atom tempat elektron tersebut. Akibatnya, m0 yang dikaji adalah massa
sebuah atom yang tentunya besarnya ribuan kali daripada massa elektron. Hal ini
menyebabkan nilai pergeseran Compton sedemikian kecil, sehingga tidak terdeteksi dan
panjang gelombangnya sama dengan panjang gelombang foton yang datang.
10. Pikiran kritis kemudian muncul bahwa foton berprilaku sebagai partikel (karena
memiliki momentum). Apakah ada partikel lain selain foton, misalnya proton atau
electron yang dapat berprilaku sebagai gelombang ? atas pertanyaan ini siapakah
yang mengajukan hipotesis bahwa electron misalnya dapat berprilaku sebagai
gelombang ? bagaimana formulasi hipotesis tersebut ? siapa yang mengajukan ?
siapa yang membuktikan kebenaran hipotesis tersebut ? bagaimana analisis
eksperimennya ?
Konsep dualisme gelombang-partikel diperluas oleh Louis de Broglie (1892-1987)
pada 1923. Louis de Broglie menyatakan bahwa jika cahaya dapat bersifat sebagai
gelombang dan partikel, partikel pun mungkin dapat bersifat sebagai gelombang.
Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hipotesis de Broglie. Menurut de Broglie, selain
berlaku untuk foton, berlaku pula untuk partikelyang memiliki momentum.

Artinya, partikel material juga dapat menunjukan watak gelombang sebagaimana


ditunjukkan oleh foton. Hipotesis de Broglie sering dikenal dengan prinsip dualitas.
Menurut de Broglie, terhadap setiap partikel yang berenergi E dan bergerak dangan
momentum linear p terdapat gelombang yang diasosiasikan dengannya. Gelombang yang
diasosiasikan dengan gerak partikel tersebut disebut gelombang materi, atau gelombang
de Broglie.
Frekuensi anguler 2v dan vektor gelombang k bagi gelombang de
Broglie bergantung pada energi dan momentum partikel yang bersangkutan. Hubungan
antara , k, E, dan p, mengikuti rumusan Planck-Einstein:
E hv h
dan
p

h
k
h
k

dengan h ( 2 )
dengan kata lain, gelombang de Broglie memiliki panjang gelombang sebesar
h p

dan frekuensi sebesar

v E h.

Partikel bermassa m dan bergerak dengan laju

v mempunyai panjang gelombang menurut:

h
h

mv
p

Persamaan di atas merupakan sifat gelombang dari suatu partikel bermomentum p.


Secara matematis kaitan antara partikel dan gelombang dapat dinyatakan sebagai
berikut;
Gelombang

Partikel

Secara eksperimen berperilaku


Max Planck
(dihipotesiskan berperilaku)

Partikel

Gelombang

Louis de Broglie

Sehingga terjadi hubungan yang simetris antara partikel dan gelombang.


Partikel

Gelombang

Artinya, gelombang dapat bersifat sebagai partikel dan sebaliknya paritkel dapat
bersifat gelombang. Panjang gelombang pada Persamaan datas disebut juga panjang
gelombang de Broglie. Hipotesis de Broglie akhirnya mendapat dukungan bukti
eksperimen yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan. Pada 1927, C. J. Davisson dan L.
H. Germer melakukan eksperimen dengan menghamburkan elektron. Mereka
menjatuhkan berkas elektron yang memiliki energi kinetik tertentu ke atas kristal
tunggal nikel. Mereka mengamati bahwa pada sudut tertentu terjadi titik maksimum
yang berhubungan dengan pola interferensi. Berdasarkan data yang diperoleh, panjang
gelombang yang didapatkan ternyata ada kesesuaian antara hasil yang mereka
peroleh dengan panjang gelombang yang didapat menurut hipotesis de Broglie.

Anda mungkin juga menyukai