Anda di halaman 1dari 60

Serangan Klorida

Penetrasi

klorida kedalam beton bertulang


adalah penyebab utama korosi pada
struktur beton di lingkungan laut.
Serangan ion klorida ini unik
menimbulkan korosi pada tulangan, relatif
tidak menyebabkan kerusakan pada
material betonnya sendiri

Ion

klorida menyerang lapisan pasif dan


ketika konsentrasinya pada permukaan
tulangan sudah mencapai jumlah tertentu,
bahkan pada nilai pH yang tinggi, lapisan
pasif tulangan bisa hancur.

Mekanisme serangan klorida

Pada serangan karbonasi seluruh lapisan pasif


tulangan akan mengalami depasivasi setelah
terjadinya penurunan nilai pH beton dan
berakibat pada korosi merata (general).

Pada serangan klorida mekanisme serangannya


diawali dengan pembetukan lubang-lubang di
lokasi-lokasi dimana tulangannya telah di
devasipasi atau lapisan pasifnya sudah hancur.
Karenanya korosi ini disebut juga sebagai korosi
pitting (lubang) atau korosi sumuran.

Korosi

pitting merupakan serangan korosi


yang paling berbahaya untuk tulangan,
karena keberadaan daerah anoda yang
amat aktif dan terlokalisasi yang
dikombinasi dengan daerah katoda yang
luas serta proses korosinya yang self
catalysis, akan menyebabkan reduksi yang
cepat dari luas penampang tulangan.

Mekanisme penetrasi klorida


kedalam beton
Mekanisme

korosi yang terjadi pada


lingkungan yang kaya klorida dapat
dijelaskan sebagai berikut:
2 Fe 2 Fe2+ + 4e-

Ion

Fe positif akan bereaksi dengan ion


klorida membentuk komponen besi klorida
(FeCl2)
2Fe2+ + 4Cl- 2 FeCl2
2FeCl2 + 4H2O 2Fe(OH)2 + 4HCl

Komponen soluble besi klorida (FeCl2) yang


terlarut dalam air pori beton akan
meningkatkan keasaman lingkungan
lubang korosi karena akan menurunkan
nilai pH beton, dan ini akan mengakibatkan
oksidasi lebih jauh dari besi tulangan.
Klorida bebas yang di regenerasi dalam
proses ini akan meningkatkan laju korosi
pada lubang sumuran.

Mekanisme korosi pitting/sumuran


ClO2+2H2O+4e-4OHRed rust FeOOH

Fe3O4

Black rust Fe3O4

Steel

H2
Porous
crust

3FeOOH + e-Fe3O4.H2O + OH-

ClFeCl2
HCl

2H+ + 2e- H2
Fe2+ + H2O FeOH++H+

Fe2+

Fe Fe2+ + 2eSolid FeCl2

Masa/Umur Layan (Service Life)

Adalah perioda saat struktur dapat memenuhi


fungsi strukturalnya.
Kebutuhan untuk memprediksi umur layan yang
akurat didasarkan pada:
Struktur beton bertulang di lingkungan laut
umumnya hanya memiliki umur layan setengah
kali dari umur layan prediksinya
Biaya rehabilitasi struktur beton bertulang
akibat kerusakan korosi amat tinggi (di US dan
di Inggris masing-masing mecapai US$ 5 x 1010
dan 5 x 108 per tahun)

Untuk menaksir umur dan durabilitas dari


struktur beton di laut maka dibutuhkan
prediksi dari proses penetrasi ion klorida
kedalam beton.
Faktor utama

Koefisien difusi ion klorida


Jumlah konsentrasi klorida kritis pada
permukaan tulangan.

Mekanisme kerusakan struktur beton yang


diakibatkan oleh korosi baja tulangan (Tuuti, 1982)
Tulangan pasif pada
lingkungan beton yang basa

Penetrasi klorida

LAJU KOROSI BISA


DIABAIKAN

Karbonasi
Air pori beton
pH < 11.5

[Cl-] nilai ambang


(threshold value)

PERIODA
INISIASI

PERIODA
PROPAGASI

+ air
+ oksigen

KONSEKUENSI
KOROSI PITTING,
KEHILANGAN LUAS
PENAMPANG

Pembentukan
karat, spalling

Pemodelan kerusakan korosi dan umur layan


dari struktur beton bertulang (Tuutti)
3

2
1

Pemodelan Umur Layan didasarkan pada kerusakan yang


disebabkan oleh korosi tulangan:
1. MODEL BEBAS KOROSI
2. MODEL KERUSAKAN KOROSI YANG MASIH DITERIMA
3. MODEL KERUSAKAN AKHIR

Perioda Inisiasi:
Dimulai dari saat klorida melakukan penetrasi
melalui selimut beton sampai ketika
konsentrasinya di permukaan tulangan mencapai
nilai tertentu (treshold value) yang menyebabkan
terjadinya depasivasi tulangan
Perioda propagasi:
Dimulai ketika tulangan yang sudah mengalami
depasivasi mengalami kerusakan korosi lebih jauh
lagi sampai akhirnya beton mengalami retak-retak
dan spalling yang mengindikasikan kerusakan
korosi yang sudah parah

Jika

awal terjadinya korosi diambil sebagai


kondisi batas kerusakan struktur, maka akhir
perioda inisiasi merupakan kondisi batas
umur layan dari struktur (model 1).
Jika kondisi batas diambil pada garis
kerusakan yang masih bisa di toleransi pada
tahap propagasi, maka umur layan struktur
adalah jumlah dari perioda inisiasi ditambah
perioda propagasi sampai pada batas
kerusakan yang tidak bisa diterima lagi
(model 2)

Sampai

saat ini, penelitian lebih banyak


difokuskan pada pengembangan formula
di tahap inisiasi prediksi umur layan
struktur beton akibat penetrasi klorida
didasari pada perioda inisiasi korosi dari
tulangan.
Struktur beton yang berlokasi di zona
splash memiliki risiko korosi terbesar,
sekali korosi berlangsung, maka
penyebaranya akan berlangsung amat
cepat karena ketersediaan air dan oksigen
dalam jumlah yang banyak perioda
propagasi dapat diabaikan

Prediksi umur layan prediksi perioda inisiasi


pada tulangan beton prediksi laju penetrasi
ion klorida kedalam beton sampai
konsentrasinya pada permukaan tulangan
mencapai nilai ambang batas.
Prediksi umur layan merupakan masalah yang
kompleks karena banyak mekanisme
tranportasi yang terlibat dalam pemodelan laju
penetrasi klorida kedalam beton. Model
prediksi yang reliable harus memperhitungkan
kombinasi antara beberapa mekanisme
transportasi

MEKANISME PENETRASI KLORIDA


MELALUI SELIMUT BETON
Mekanisme yang terlibat:

Terutama dominan
pada:

DIFUSI

- Zona terendam

GAYA KAPILER

- Zona pasang surut

PERMEASI

- Zona splash

DAN DIFUSI

Rain reducing surface


salt concentration

Diffusion in response to
salt concentration
Water table

Air borne salt and


occasional salt
water inundation
Evaporation
giving salt
concentration

Capillary absorption into


partially saturated
concrete

Permeation by
pressure head
Wick
action

Splash/spray

Tidal range

Diffusion of salt
from seawater

Sampai saat ini, mekanisme tranport yang paling


sering digunakan untuk estimasi penetrasi
klorida kedalam tulangan beton adalah
mekanisme difusi.
Model yang paling sering digunakan untuk
mekanisme difusi klorida adalah model yang
diturunkan dari Hukum Fick kedua. Prediksi
umur layan berdasarkan Hukum Fick kedua
melibatkan perhitungan dari koefisien difusi
klorida.
Koefisien difusi klorida merupakan parameter
kunci yang digunakan untuk mengukur laju
penetrasi klorida kedalam beton melalui proses
difusi.

Langkah-langkah untuk estimasi penetrasi


klorida

Pengambilan sample beton yang mengandung


- concrete core
klorida
- drilling
Analisa kandungan klorida pada sample beton
titrasi
Hasil analisa konsentrasi ion klorida selanjutnya
di plot pada berbagai kedalaman yang berbeda
dari permukaan beton menghasilkan profil
klorida
Dari profil klorida yang diperoleh dan dengan
menggunakan persamaan difusi Fick kedua,
koefisien difusi dan konsentrasi klorida pada
permukaan beton dapat dihitung.

Algoritma untuk estimasi


penetrasi klorida
Pengambilan beberapa contoh data dari struktur beton
yang terkontaminasi klorida
Digunakan dan dimasukan
kedalam:

Persamaan difusi Fick


Akan diperoleh

Koefisien Difusi (D) dari Ion Klorida


dan Konsentrasi Klorida pada
Permukaan (Selimut) Beton

Chloride content

Profil Klorida Tipikal

Distance from the surface

Hukum Kedua Fick


Hukum kedua Fick (Persamaan Difusi)
2
C
C
Dc
x 2
t

C = C(x,t) adalah konsentrasi klorida pada


jarak x dari permukaan, pada waktu t
Dc adalah koefisien difusi (m2/detik).

Solusi Persamaan
Difusi Fick

Cl-

Cl-

Cl

ClCl-

Struktur
Beton
Clbertulang
-

Cl-

Cl-

Air laut

Untuk struktur beton pada zona terendam dan zona


pasang surut (nilai konsentrasi ion klorida dianggap konstan).

C ( x, t ) Cs 1 erf (
)
2 Dt

Cs: konsentrasi klorida permukaan ; D: koefisien difusi ;


x : jarak kedalaman dari permukaan yang terekspos

Solusi Persamaan
Difusi Fick

Zona splash
ClCl-

Cl-

Cl-

Cl-

Struktur
Beton
bertulang

Cl-

ClCl-

Untuk struktur beton pada zona splash


(Nilai konsentrasi ion klorida merupakan fungsi waktu, tidak
konstan)

t
x
x2
x
exp(
)
)
C ( x, t ) 2 A
1 erf (
4 Dt 2 D
2 Dt
D

A : nilai laju pelekatan ion klorida pada permukaan beton

Alternatif lain
Untuk

zona splash, persamaan difusi yang


sama dengan zona terendam bisa
digunakan tetapi dengan nilai koefisien
difusi (D) yang telah dimodifikasi.

Asumsi-asumsi untuk Persamaam


Difusi Fick
Dalam pemakaian persamaan difusi, asumsiasumsi berikut ini harus diingat:
Proses difusinya dianggap non-steady state.
Ion klorida berdifusi hanya ke satu arah atau
proses difusinya adalah satu dimensi.
Koefisien difusi dan konsentrasi klorida
dipermukaan beton tidak berubah dengan waktu.
Koefisien difusinya tidak berubah dengan
perubahan kedalaman selimut beton
Koefisien difusinya tidak berubah dengan
perubahan konsentrasi klorida didalam beton

Koefisien Difusi (Dc)


Koefisien

difusi bukan suatu konstanta,


tetapi tergantung pada umur beton,
perbandingan air semen, jumlah dan
difusivitas agregat, kelembaban relatif,
temperatur dan mikro struktur dari pasta
semen dan agregat dan jenis dan lamanya
perawatan (curing)

Koefisien

difusi bukan suatu konstanta,


untuk suatu kondisi exposure tertentu
koefisien difusi adalah fungsi dari lamanya
exposure (t), jarak dari permukaan yang
terekspos (x), dan konsentrasi klorida
didalam beton.
Koefisien difusi terutama amat tergantung
pada waktu, dibanding pada jarak dan
konsentrasi
Koefisien difusi akan menurun dengan
waktu

Koefisien Difusi untuk OPC


102
(cm2/tahun)

Koefisien difusi

103

10
1
10-1
10-2

20

40

60

80

Perbandingan air semen (%)

Koefisien difusi akan meningkat dengan


meningkatnya perbandingan air semen

Koefisien Difusi untuk Blended Cement


102
(cm2/tahun)

Koefisien Difusi

103

10
1
10-1
10-2

20

40

60

80

Perbandingan air semen (%)

Koefisien difusi akan meningkat dengan


meningkatnya perbandingan air semen.

Perbandingan antara OPC and


Blended Cement
OPC

102
(cm2/tahun)

Koefisien Difusi

103

10
1

Blended cement

10-1
10-2
20

40

60

80

Perbandingan Air semen (%)

Membandingkan kedua jenis semen menggunakan kurva


pendekatan, nilai koefisien difusi untuk semen jenis blended
memiliki nilai yang lebih kecil.

Variasi D dengan kandungan semen

(cm2/tahun)

Koefisien Difusi

102
10

W/C 65%
W/C 55%

W/C 45%
10-1

200

250

300

350

400

450

Kandungan semen persatuan volume beton (kg/m3)

Pada kasus nilai perbandingan air semen = 0.45,


koefisien difusi akan menurun dengan meningkatnya
kandungan semen

Solusi Persamaan
Difusi Fick

2
C
C
Dc 2
x
t

solusi
Untuk struktur beton pada zona terendam
dan zona pasang surut

)
C( x, t ) Cs 1 erf (
2 Dt

Untuk struktur beton pada zona splash


t
x
x2
x
exp(
)
)
C ( x, t ) 2 A
1 erf (
4 Dt 2 D
2 Dt
D

Kandungan Klorida

Profil klorida dan kurva fitting terbaik


Konsentrai Klorida
pada permukaan
beton

Jarak dari permukaan beton

Profil klorida pada sebuah jembatan yang


berumur 20 tahun
Chloride content (% wt. of concrete)

Predicted-Fick's

0.8

Measured

0.6

0.4

0.2

10

20

30
Depth (mm)

40

50

60

Informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi dari


kerusakan yang disebabkan oleh serangan klorida
Penetrasi ion klorida melalui selimut beton
Tulangan baja mengalami korosi
Terjadi retak-retak akibat korosi
Cskandungan Cl- di permukaan
beton
x Tebal selimut beton
DcKoefisien difusi

Metode prediksi sederhana

C ( x, t ) Cs 1 erf

2
D

t
c

Tergantung dari kondisi lingkungan


(standar spesifikasi dari JSCE)
Bisa dihitung dari W/C
(standar spesifikasi dari JSCE)

Nilai Ambang untuk Konsentrasi


Klorida (Ccr)
Ada jumlah konsentrasi klorida tertentu
yang harus di penuhi untuk terjadinya
depasivasi tulangan yang kemudian akan
memulai proses korosi nilai ambang
batas klorida jumlah konsentrasi klorida
kritis yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses korosi.

Banyak parameter yang mempengaruhi nilai


konsentrasi klorida kritis, karenanya ada
sejumlah variasi nilai yang bisa digunakan
sebagai nilai ambang batas konsentrasi klorida.
Parameter-parameter yang mempengaruhi nilai
ambang batas, a.l.
Kualitas beton (jenis semen, perbandingan
air semen, transport zat cair dalam beton)
Kondisi lingkungan dan pembebanan,
misalnya apakah struktur terletak pada zona
splash atau terletak pada lokasi yang selalu
terendam dan temperatur.

Nilai

ambang batas klorida bervariasi


antara 0,17% dan 2,5% berat semen
CEB menetapkan konsentrasi klorida kritis
sebesar 0,4% berat semen atau 0.1%
berat beton untuk estimasi penetrasi
klorida pada struktur beton bertulang
yang memiliki kualitas baik.
Nilai ambang batas klorida
0,2% berat semen lingkungan laut
(splash)
0,4% berat semen lingkungan yang
tidak terlalu agresif

Nilai ambang batas klorida yang tercantum di


berbagai Standar Peraturan

Codes

Total Chloride
Content
(% wt. of cement)

BS 8110 (1985)
ACI 222 (1994)
AS 3600 (1994)
CEB-FIP

0.4
0.2
0.8 (kg/m3)
0.4

Sumber Klorida
Pada

proses pencampuran, ditambahkan


kedalam beton, yang menggunakan:

Air laut sebagai air campuran


Akselerator yang mengandung klorida
Agregat yang terkontaminasi klorida

Pada

beton yang sudah mengeras,


mekanismenya melalui difusi, disebabkan:
Penggunaan garam pengencer
Pembasahan dan pengeringan air laut
Penggunaan bahan kimia yang mengandung

klorida

Klorida

terdapat pada beton dalam bentukbentuk berikut:


Ion klorida bebas dalam larutan air pori
Terikat secara kimiawi dengan produk hidrasi

semen
Terserap secara fisik kedalam gel semen
sebagai klorida terikat
Hanya

klorida bebas yang dapat


menyebabkan terjadinya korosi. Klorida
yang terikat tidak akan menimbulkan korosi
sampai klorida tsb larut dalam air pori dan
menjadi klorida bebas.

Konsentrasi klorida permukaan (Cs)

Faktor-faktor yang menentukan tingkat konsentrasi


klorida permukaan (Cs) dipermukaan struktur
beton, antara lain:
Lokasi atau jarak dari struktur tsb terhadap sumber
klorida amat menentukan; semakin dekat
jaraknya dari sumber klorida, nilai Cs akan semakin
tinggi.
Kondisi lingkungan
seperti: hujan dan arah angin
Material
Kondisi permukaan beton tingkat kekasaran
beton

Nilai konsentrasi klorida permukaan tipikal


Investigator

Bamforth (1996)

Habuchi et. al. (2001)


Helland (1999)

Exposure classes
Splash zone

Portland
Blended

0.75%
0.9%

Spray zone

Portland
Blended

0.5%
0.6%

Marine atmosphere zone

Portland
Blended

0.25%
0.3%

> 4.5 m above sea level

0.565%

< 3 m above sea level

1% - 1.1%

Splash zone

0.9%

Maage et. al (1997)


Yokozeki (1997)

Recommended Cs value
(wt. of concrete)

0.9%
fc 50 N/mm2

0.71%

fc > 50 N/mm2

0.92%

Profil Klorida Bebas


Profil klorida bebas pada beton OPC, tebal selimut beton
= 5 cm, w/c 0.4, setelah 5 tahun

Free chloride concentration


(kg/m3 pore solution)

25

submerged
high tidal

20

splash

15
10
Cl- concentration threshold

5
0
0

10
20
30
40
50
Distance from concrete surface (mm)

60

Profil klorida bebas pada beton OPC, tebal selimut beton


= 5 cm, pada zona pasang surut tinggi setelah 5 tahun

Free chloride concentration


(kg/m3 pore solution)

25
w/c 0.5
w/c 0.4

20

w/c 0.35

15
10
Cl- concentration threshold

5
0
0

10

20

30

40

50

Distance from concrete surface (mm)

60

Contoh Soal
Soal no 1:
Struktur beton bertulang di lingkungan laut di
disain untuk dapat digunakan selama 50 tahun.
Diketahui data-data berikut:
Nilai ambang batas klorida (Ccr): 0.1% dari
berat beton dan konsentrasi klorida
permukaan (Cs) adalah 0.5%
Koefisien difusi klorida (Dc): 0,9 x 10-12 m2/dtk
Hitung ketebalan selimut beton yang
dibutuhkan agar struktur beton tsb dapat
memenuhi masa layannya.

Untuk perhitungan fungsi error, dapat


digunakan persamaan pendekatan berikut:
Y = 0,0699 x4 - 0,2107 x3 0,2024 x2 +
1,1875 x - 0,0017

Solusi
x

C ( x, t ) Cs 1 erf (
)
2 Dt

0.1% 0.5% 1 erf


2 D t

x
2 Dc t

0.1% 0.5%1 erf k

erf (k ) 0.8
k

x
2 0.9 10 12 50 365 24 60 60

x
k
0.075

k 0.907
x
0.907
0.75
x 0.068m

Soal no.2:
Diketahui ketebalan selimut beton suatu struktur
bangunan laut = 75 mm. Bilamana diinginkan
bangunan tersebut mempunyai umur layan minimal
50 tahun, tentukan nilai koefisien diffusivitas klorida
maximum yang harus dimiliki oleh bahan beton
yang digunakan? (Cs = 0,35 %; nilai ambang
klorida = 0,1 %).
Gunakan persamaan pendekatan berikut untuk
perhitungan fungsi error:
Y = 0,0699 x4 - 0,2107 x3 0,2024 x2 + 1,1875 x 0,0017

TEST METHODS

INTRODUCTION
For concrete structures in marine environment

Chloride Attack : Main Cause of deterioration


Chloride diffusion property
of concrete

Chloride Diffusion
Coefficient

Estimation of Chloride Diffusion Coefficient


Directly measurement method
Estimating from distribution of chloride concentration
in coring sample, taking from actual concrete structures

Indoor test method


Immersion Test
Electro-migration Test
Other test methods

Long period ( at least 6 months )


Short period
( less than one month )
See the respective presentation

New JSCE Standard (2003.9)


Directly measurement method
Measurement method for distribution of total
chloride ion in concrete structure (JSCE-G573-2003)

Indoor test method


Test method for apparent diffusion coefficient of chloride ion
in concrete by submergence in salt water (JSCE-G572-2003)

Test method for effective diffusion coefficient of chloride ion


in concrete by migration (JSCE-G571-2003)

Calculation in Migration Method


Jc RTL
Dce =
ZFCl DE

X 100

Dce:

chloride diffusion coefficient by migration method, cm2/year

T:
L:
E:
C1:
Jc:

measurement
absolute temperature, K
Thickness of the specimen, cm
the potential difference both sides of specimen, V
chloride concentration in the upstream cell, mol/l
chloride flux, mol/cm2/years

R:
F:
Z:

constant
gas constant, R=8.314 J/mol/K
Faraday constant, F=9.648 104 J/V/mol
absolute value of ion valance, for chloride, Z=1

Calculation in Other Methods


Immersion method

100X150mm

Chloride content

Diffusion
coefficient

Epoxy coating

0.5N NaCl solution

Cut and ground


Depth

Calculation in Other Methods


Diffusion Cell method
The procedure is same with electro-migration test,
but without electrical current

Volume 0.22 L

Volume 0.44 L
0.5mol/l NaCl

Distilled water

Specimen

(100 X 50 mm)

Electro-migration Method
Supply constant voltage ( 15V )
Anode

Cathode

Volume 0.5 L

Volume 0.5 L
0.5mol/l NaCl

0.3mol/l NaOH

Specimen

(100 X 50 mm)

Anda mungkin juga menyukai