TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan
kehamilan
sehingga
maksud
dari
kontrasepsi
adalah
Pil KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill = POP) hanya berisi
progesteron, bekerja dengan mengentalkan cairan leher rahim dan membuat
kondisi rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.2
Kerugian
Harus minum pil secara
teratur,secara cermat dan
konsisten.
Dalam waktu panjang menekan
fungsi ovarium.
Meningkatkan berat
badan,rambut rontok,tumbuh
akne.
Mual, sakit kepala ringan,dan
nyeri payudara.
Mempengaruhi fungsi hati dan
ginjal.
Tidak ada perlindungan terhadap
penyakit menular seksual ( PMS )
dan HIV.
Meningkatkan resiko gangguan
sirkulasi,seperti hipertensi,
penyakit arteri dan
tromboembolisme vena.
Efek COC pada kanker payudara.
Tidak cocok untuk perokok
berusia di atas 35 tahun.
Perdarahan bercak dan
breakthrough bleeding.
Ada interaksi dengan beberapa
jenis obat (rifampisin, barbiturat,
fenitoin, fenilbutason dan
antibiotik tertentu).
Dapat mempengaruhi mood.
Keuntungan ( POP )
Kerugian (POP )
5. Bila kemasan 28 pil habis : sabaiknya mulai minum pil dari kemasan
yanng baru.
6. Bila kemasan 21 pil habis : tunggu 1 minggu kemudian mulai minum
pil dari kemasan yang baru.
7. Minum pil yang lain,apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam
setelah meminumnya.
8. Penggunaan
pil
kombinasi
dapat
diteruskan,apabila
tidak
b. Pil Skuensia.
Cara pemakainnnya dengan diberikan estrogen terlebih dahulu selama 14-16
hari pertama, selanjutnya kombinasi estrogen dan progesteron untuk 5-7 hari.
Khasiatnya untuk menghambat ovulasi.2
( tidak diedarkan di indonesia ).
mengeluh
perdarahan
bercak
disertai
nyeri
hebat
pada
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
2.1.2.5 Efek samping AKDR
Perdarahan
Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan
pertama pemakaian
Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan.
Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang
subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR. 6
Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi
pula kemudian. 6
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan
segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang
mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika
dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung
logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera. 6
Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi
oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka
keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan dengan
Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang melahirkan
sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga
bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan
sama sekali dengan partus atau abortus.
Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi
dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan
kontraindikasi. 6
Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine
AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong ke
dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.
Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum
juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 - 3 cm keluar dari
ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.
Perforasi usus
diberikan 7 hari pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah melahirkan bila
tidak menyusui. 8
Suntikan KB 3 Bulan atau DMPA
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate
(hormon progestin) 150 mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini deberikan setiap 3
bulan (12 minggu). Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari pertama periode
menstruasi, atau 6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulanan ada yang
dikemas dalam cairan 3 ml atau 1 ml. 8
2.1.3.3. Cara Penyuntikan Kontrasepsi Injeksi
a. Kontrasepsi suntikan Cyclofem 25 mg Modrokse Progesteron Asetat 5 mg Estrogen
Sipionat diberikan setiap bulan.
b. Memberikan kontrasesi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg sekali setiap 8
minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 kali suntikan
pertama), kemudian untu selanjutnya setiap 12 minggu.
c. Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg secara
intramuskuler dalam-dalam di daerah pantat (bila suntikan terlalu dangkal, maka
penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan
efektif). Suntikan diberikan setiap 90 hari, jangan melakukan massae pada tempat
suntikan.
d. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan alcohol yang telah dibasahi dengan
isopropyl alcohol 60%-90%. Tunggu dulu sampai kulit kering, Kemudian disuntik.
e. Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila terdapat endapan
putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara menghangatkannya. Kontrasepsi
suntikan ini tidak perlu didinginkan.
f. Semua obat harus diisip kedalam alat suntikannya. 8
2.1.3.4. Contoh Obat Injeksi beserta Dosisnya
Beberapa contoh obat Injeksi yang biasa digunakan antara lain:
1. Depo Provera (3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan (12
minggu)
2. Noristeran (200 mg) diberikan setiap 2 bulan (8 minggu)
2.
Dalam masa haid: Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
Daerah bokong/pantat
2.
2.1.3.7. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain
a. Jika klien menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah
b. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin
menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau klien
dengan kontraindikasi pemakaian estrogen.
c. Klien yang sedang menyusui
d. Klien yang mendekati masa menapause, atau sedang menunggu proses sterilisasi
juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik. 8
2.1.3.8 Kontraindikasi
a.
Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 10000 kelahiran)
b.
c.
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. Sampai saat ini
terjadinya kanker payudara diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor
genetika, lingkungan dan hormonal yaitu kadar hormon estrogen yang berlebih
dalam tubuh. Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitive erhadap estrogen
pada wanita yang terpapar estrogen dalam jangka waktu yang lama akan
memiliki risiko yang besar terhadap kanker payudara. 8
2.
Rasa pusing, mual, sakit dibagian bawah perut juga sering dilaporkan pada awal
penggunaan.
3.
Kemungkinan kenaikan berat badan 1-2 kg. Namun hal ini dapat diatasi dengan
diet dan olahraga yang tepat.
4.
Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan, namun bisa lebih cepat).
Namun tidak semua wanita yang menggunakan metode ini terhenti haidnya.
5.
Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena tingkat hormon
yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga butuh waktu untuk dapat kembali
normal (biasanya sampai 4 bulan).
Sedangkan untuk Suntikan KB 1 bulan, efek samping yang terjadi mirip dengan
efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan pil KB. Berbeda dengan Suntikan KB
3 Bulan. Penggunaan suntikan KB 1 bulan dilaporkan tetap mendapatkan haidnya
secara teratur. Kesuburan pun lebih cepat kembali setelah penghentian metode ini
dibandingkan dengan suntikan KB 3 Bulan. 8
2.1.3.10. Kelebihan
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka
kegagalan kurang dari 0,1 % pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB tidak
mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem Suntikan KB dapat
melindungi ibu dari anemia (kurang darah). Memberi perlindungan terhadap panggul
dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memilik resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam todak diperlukan dalam
pemakaian awal, dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun
bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara
serius pada penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Oleh karena tindakan
dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat suntik,
tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntik
berikutnya. 8
2.1.3.11. Kelemahan
Gangguan haid: Siklus haid memendek atau memanjang , perdarahan yang
banyak atau sedikit, spooting, tidak haid sama sekali.
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang, kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala nervositas, dan
jerawat. 8
2.1.4. Tubektomi
2.1.4.1 Definisi
Tubektomi adalah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita yang
mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan
kehamilan lagi. Metode dengan cara operasi tersebut telah dikenal sejak zaman dahulu.
Hippocrates menyebutkan bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan
penyakit jiwa. Namun, pada saat ini tindakan tubektomi dilakukan secara sukarela atas
kesepakatan suami istri dalam rangka program keluarga berencana.9
Dahulu, tubektomi dilakukan dengan jalan laparotomi atau pembedahan vaginal.
Sekarang, tindakan ini dilakukan secara lebih ringan dengan alat-alat dan teknik baru
sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Meskipun,banyak prokontra
mengenai pelaksanaan tubektomi di Indonesia, misalnya dari segi norma agama dan
program ini secara resmi tidak termasuk dalam program nasional keluarga berencana di
Indonesia, tubektomi tetap menjadi salah satu bagian penting dalam program keluarga
berencana di Indonesia. Saat ini, telah berdiri Perkumpulan Kontrasepsi Mantap
Indonesia (PKMI) yang membina perkembangan metode dengan operasi (M.O) atau
kontrasepsi mantap secara sukarela. 9
Keuntungan tubektomi ialah motivasi hanya dilakukan sekali saja, tidak perlu
dilakukan motivasi berulang-ulang, efektivitas tubektomi hampir 100%, tidak
mempengaruhi libido seksualis, serta tidak ada kegagalan yang berasal dari pihak pasien
(patients failure). 9
Waktu pelaksanaan tubektomi metode dengan operasi (m.o) postpartum dan m.o
dalam interval. Tubektomi postpartum dilakukan satu hari setelah partus. Tindakan
yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba fallopii terdiri atas
pembedahan transabdominal seperti laparotomi, laparoskopi, dan pembedahan
transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi serta pembedahan transervikal
(transuterin), seperti penutupan lumen tuba histeroskopik. 9
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida, cara
Kroener, cara Aldrige. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Selain cara-cara diatas,
penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba
dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dan lain-lain. 9
2. Laparotomi pospartum
Laparotomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya adalah
waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi
dan karena uterus masih besar maka cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus
uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan
semilunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari pusat dengan panjang kurang
lebih 3cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara Pomeroy.
3. Minilaparotomi
Laparotomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis
tengah di atas simfisis sepanjang 3cm sampai menembus peritoneum. Untuk
mencapai tuba dimasukkan alat khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri.
Dengan bantuan alat ini, bila uterus dalam keadaan retrofleksi dijadikan letak
antefleksi dahulu dan kemudian didorong ke arah lubang sayatan. Kemudian,
dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.
4. Laparoskopi
Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan
maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada
waktu laparoskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di
bawah pusat sepanjang lebih 1cm. Kemudian, di tempat luka tersebut dilakukan
pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum Veres) dan
melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1
sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter per menit. Setelah
pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum veres dikeluarkan dan sebagai gantinya
dimasukkan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu, troikar diangkat dan
dimasukkan laparskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus
dan adneksa, penderita diletakkan dalam posisi Trendelenburg dan uterus
digerakkan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian,dengan cunam
yang masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskopi, tuba
dijepit kemudian dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi atau dengan
memasang pada tuba cincin Yoon, cincin Falope, atau cincin Hulka. Berhubungan
dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang
lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.
5. Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi genupektoral (menungging). Setelah
spekulum dimasukkan, bibir belakang serviks uteri dijepit, lalu uterus ditarik ke
luar dan agak ke atas, tampak cavum douglas mekar diantara ligamentum sakrouterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan
pungsi dengan jarum Touhy di belakang uterus dan melalui jarum tersebut udara
masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang
diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan
pengamatan adneksa dan dengan cunam khusus, tuba dijepit dan ditarik ke luar
untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi,
atau pemasangan cincin Falope.
Cara Penutupan Tuba
1. Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga
terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit
dengan cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang
tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang,
cara Madlener tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi,
yaitu 1% sampai 3%.
2. Cara Pomeroy
Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat
bagian tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya
terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.
3. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam miometrium sedangkan ujung
distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
4. Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
5. Cara Uchida
Pada cara ini, tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian, di daerah ampulla tuba
dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa
tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut menggembung. Lalu,
dibuat sayatan kecil di daerah kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba
sepanjang kira-kira 4-5cm, tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat,
lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di
bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar
serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara
ini adalah 0.
6. Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria.
Jahitan ini diikat dengan dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lainnya
mengelilingi tuba sebelah proksimaldari jahitan sebelumnya.Seluruh fimbriae
dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke
dalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara
lain adalah sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum
rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
1. Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan cara kontrasepsi
lain
2. Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja
3. Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan merupakan cara
kontrasepsiyang permanen
4. Lebih ekonomis, karena hanya memerlukan biaya satu kali tindakan saja
Secara khusus keuntungan kontap wanita adalah:
1. Sangat efektif dan permanen
2. Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
3. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
4. Tidak mempengaruhi proses menyusui
5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
6. Tidak mengganggu hubungan seksual
7.
2.2.
Gangguan Haid
2.2.1.
Siklus Haid
Rangkaian pengaturan fase yang bermanifestasi sebagai haid yang teratur
digunakan untuk memastikan hanya satu oosit berovulasi pada satu siklus dan
implantasi dari embrio dapat menghentikan proses pelepasan endometrium dan
memastikan kelangsungan hidupnya. Haid bulanan merupakan tanda yang nyata dari
berbagai tingkat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan uterus berfungsi.
Gangguan dari aksis ini pada titik tertentu dapat mengakibatkan gangguan haid.10
Meskipun istilah siklus haid, sejak haid merupakan kejadian bulanan yang nyata
selama fase reproduksi, siklus haid normal paling banyak menggambarkan fase
ovarium. Pemilihan dan pertumbuhan folikel dominan mengakibatkan peningkatan
konsentrasi dari estrogen di darah, stimulasi pertumbuhan endometrium. Kemudian,
melalui LH surge, estrogen ovarium dan progesteron dari korpus luteum menginduksi
perubahan sekretori endometrium dan penurunan pada produksi steroid luteal karena
tidak adanya kehamilan akibat onset dari haid. Karena itu, penggambaran dari hubungan
klinis dari siklus menstruasi harusnya fokus pada fisiologi haid, sementara tidak
mengabaikan peran di hipotalamus dan hipofisis dan pada tingkat uterus. 10
Siklus haid diatur oleh keduanya antara endokrin dan parakrin. Secara
endokrinologi, ada jalur feedback yang memodulasi pelepasan dari hormon
gonadotropin dari hipofisis dengan steroid ovarium sebagai jalur afferen. Beberapa
penelitian telah memulai untuk menguraikan rangkaian kompleks dari proses parakrin
yang berlangsung dalam jaringan ovarium dan uterus untuk menentukan pengaturan
lokal. 10
Siklus haid terdiri dari dua siklus, yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium.
Siklus ovarium terdiri dari beberapa fase, yaitu : 10
a.
dari folikel yang dominan dan peningkatan jumlah dari sel granulosa. Sel granulosa
tempat ekslusif dari reseptor FSH. Peningkatan sirkulasi FSH selama fase luteal dari
siklus sebelumnya merangsang peingkatan dari reseptor FSH dan kemampuan untuk
b. Fase Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran
FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. 10
Fase Menstruasi
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan
progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari
lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai. Pada fase ini, endometrium terlepas
dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya
stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada
awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun
atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating
Hormon) baru mulai meningkat. 10
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari,
hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara
lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam
fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari
semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi
estrogen yang berasal dari folikel ovarium. 10
c.
Fase Sekresi
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang
dengan sempurna mencapai ketebalan tertentu dan halus. Endometrium menjadi kaya
dengan darah dan sekresi kelenjar.
Gangguan haid atau perdarahan uterus abnormal merupakan keluhan yang sering
menyebabkan seorang perempuan datang berobat kedokter atau tempat pertolongan
pertama. Data di beberapa Negara industry menyebutkan bahwa seperempat penduduk
penrempuan dilaporkan pernah menagalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid
memendek, 17% megalami perdarahan anatr haid dan 6% mengeluh perdarahan
Hipermenorea (menoragia)
Hipomenorea
Polimenorea
Oligomenorea
Amenorea
Menometroragia
Dismenorea
Sindroma prahaid
: interval normal teratur tapi jumlah darah dan durasi lebih dari normal
Metroragia
: interval tidak teratur dengan jumlah darah dan durasi lebih dari normal
Polip endometrium
Hyperplasia endometrium
Trauma
Lesi dalam
Endometriosis
utereus disfungsi pada siklus ovulasi adalah korpus luteum persisten dan insufisiensi
korpus luteum. 11
Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan (unopposed estrogen)
pada endometrium. Endometrium mengalami proliferasi berlebih tetapi tidak diikuti
dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesterone rendah.
Endometrium menjadi tebal tapi rapuh, jaringan endometrium lepas tidak bersamaan
dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak teratur. Penyebab
anovulasi bermacam-macam mulai dari belum matangnya aksis hipotalamus-hipofisisovarium sampai suatu keadaan yang mengganggu aksis tersebut. Sindroma ovarium
polikistik merupakan contoh salah satu keadaan yang mengganggu aksis hipotalamushipofisis-ovarium sehingga terjadi perdarahan uterus disfungsi anovulasi. Adapun
gambaran klinis PUD menggambarkan spectrum pola perdarahan uterus abnormal yang
dapat terjadi setiap saat dan tidak diduga, yaitu dapat berupa perdarahan akut dan
banyak, perdarahan irregular, metroragia, menometroragia, oligomenore dan menoragia.
PUD dapat terjadi pada setiap umur antara menarke dan menopause, tetapi paling sering
dijumpai pada masa perimenarke dan perimenopause. 11
Penanganan PUD dilakukan untuk mencapai dua tujuam yang saling berkaitan,
yaitu yang pertama mengembalikan pertumbuhan dan perkembangan endometrium
abnormal yang menghasilkan keadaan anovulasi dan kedua membuat haid secara
teratur, siklik dengan volume dan jumlah yang normal. Kedua tujua tersebut dapat
dicapai dengan cara: menghentikan perdaraha dan mengatur haid supaya normal
kembali. Mengatur haid supaya normal kembali tergantung pada dua hal yaitu usia dan
paritas. 11
Usia remaja, dapat diberikan obat:
-
Progestin siklik, misalnya MPA dosis 10 mg per hari selam 14 hari, 14 hari
berikutnya tanpa diberikan obat. Kedua pengobatan diatas diulang selama 3
bulan.
Usia reproduksi
-
Usia perimenopause
-
Selain ketiga faktor penyebab tersebut bila perdarahan uterus abnormal terjadi
pada perempuan usia reproduksi harus dipikirkan gangguan kehamilan sebagai
penyebab. Abortus, kehamilan ektopik, solusio plasenta perlu dipikirkan karena juga
memberikan keluhan perdarahan. Penyebab iatrogenik seperti penggunaan pil
kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, obat anti koagulansia, antipsikotik, dan
preparat hormon bisa juga menyebabkan perdarahan sehingga harus dipikirkan pula saat
evaluasi perdarahan uterus abnormal. 11
2.2.4. Penanganan Perdarahan Uterus Abnormal4
-
Penanganan pertama
Penanganan pertama ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan
hemodinamik tidak stabil segera masuk rumah sakit untuk perawatan
perbaikan keadaan umum. Bila keadaan hemodinamik stabil, segera
dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan seperti tertera di
bawah ini. 11
diobati
dengan
kombinasi
estrogen
dan
pil
kontrasepsi
kombinasi
akan
terjadinya
kondisi
anovulasi
akan
24
dilanjutkan
jam.
dengan
Setelah
perdarahan
pemberian
pil
berhenti
kontrasepsi
anti estrogen
yang akan
dan
sulfotransferase
sehingga
Perdarahan ireguler
Perdarahan ireguler dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia,
oligomenore, perdarahan memanjang yang sudah terjadi dalam
hitungan minggu atau bulan dan beberapa bentuk pola perdarahan
lainnya. Sebelum memulai dengan terapi hormone sebaiknya
penyebab sistemik dievaluasi lebih dulu, seperti yang dilakukan di
bawah ini.
o Periksa TSH: evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid
o Periksa prolaktin: bila ada oligomenore atau hipomenore
o Lakukan
PAP
smear:
bila
didapatkan
perdarahan
pascasanggama
o Bila curiga atau terdapat risiko keganasan endometrium:
lakukan biopsy endometrium dan pertimbangan untuk
melakukan pemeriksaan dengan USG transvagina. Bila
terdapat keterbatasan untuk melakukan evaluasi seperti
tersebut diatas dapat segera melakukan pengobatan seperti di
bawah ini, yaitu :
Kombinasi estrogen progestin
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis 1x1 tablet
sehari, diberikan secara siklik selama 3 bulan.
progestin
Menoragia
Pengobatan medikamentosa untuk menoragia dapat dilakukan seperti
dibawah ini yaitu:
o Kombinasi estrogen progestin
o Progestin
o NSAID (obat antiinflamsi non steroid)
o Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi levonorgestrel
DAFTAR PUSTAKA