Pada aktinomikosis abdominal, pasien datang dengan nyeri perut kronis, demam,
muntah diare atau konstipasi, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan darah
tidak menunjukkan proses inflamasi yang spesifik yang berhubungan dengan
keganasan, penyakit infeksi usus, maupun penyakit infeksi lain. CT-Scan abdomen
merupakan modalitas yang dianjurkan. Pemeriksaan tersebut memberikan gambaran
lesi massa yang padat. MRI juga merupakan modalitas lain yang memberikan
gambaran adanya fistula pada daerah perianal. Sama dengan pemeriksaan
histopatalogi aktinomikosis yang lain, memberikan gambaran adanya granul sulfur
dari aktinomises.18
Pada aktinomikosis pelvik umumnya disebabkan karena penggunaan IUD yang lama.
Gejalanya seperti nyeri abdomen atau nyeri pelvik, demam, penurunan berat badan,
keluar cairan maupun darah dari vagina. Pemeriksaan kultur dari aspirasi abses dan
apusan servikal memberikan karakteristik filamen gram positif dan adanya granul
sulfur dengan pemberian metilen blue 1%. Anemia dan leukositosis dapat ditemukan
pada pemeriksaan darah. Pada kasus yang berat, pemeriksaan radiologi (CT-Scan)
memberikan gambaran sebuah proses keganasan sehingga harus dilakukan
pembedahan kompleks.16
Aktinomikosis kutaneus memiliki gambaran nodul subkutaneus yang menyebar
secara perlahan membentuk sinus, dapat mengenai kelenjar limfe. Pemeriksaan
histopatologi dari biopsi jaringan menunjukkan leukosit polimorfonuklear dengan
keratosis epidermis dan infiltrasi dermis.16,17,18
1. IX. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding aktinomikosis tergantung dari tempat terjadinya. Aktinomikosis
memiliki gejala yang cukup khas. Tetapi sebagai penyakit yang jarang, diagnosis
tidak dapat ditegakkan dengan mudah. Aktinomikosis kadang sulit didiagnosis karena
menyerupai Tuberkulosis dan penyakit noninfeksi seperti tumor ganas pada regio
cervicofacial. Diagnosis ditegakkan dengan mengidentifikasi butiran-butiran di nanah
dan pada pemeriksaan histologis. Diagnosis harus dikonfirmasi dengan kultur.7,8,21
DAFTAR PUSTAKA
Volk, W.A dan M.F. Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Erlangga:
Jakarta, hal. 149-151.