Anda di halaman 1dari 15

5

Lingkungan dan Fasies


Sifat alami material yang diendapkan
dimanapun akan ditentukan oleh proses fisika,
kimia dan biologi yang terjadi selama
pembentukan, transportasi dan pengendapan
sedimen. Proses-proses ini juga mengartikan
lingkungan pengendapan. Di bab selanjutnya,
dibahas proses-proses yang terjadi di dalam
tiap-tiap lingkungan pengendapan yang terdapat
di seluruh permukaan bumi dan karakter

sedimen yang diendapkan. Untuk mengenalkan


bab ini, konsep lingkungan pengendapan dan
fasies sedimen dibahas di bab ini. Metodologi
analisis batuan sedimen, perekaman data dan
menginterpretasikannya ke dalam proses dan
lingkungan dibahas di sini secara umum.
Contoh kutipan yang berhubungan dengan
proses dan hasil di dalam lingkungan dibahas
dengan lebih detail di bab berikutnya.

5.1 Menginterpretasi Lingkungan Pengendapan Masa Lampau


Setting dimana sedimen terakumulasi dikenal sebagai kesatuan geomorfologi seperti sungai, danau,
pantai, laut dangkal, dan lain-lain. Salah satu tujuan geologi sedimen adalah untuk menentukan
lingkungan dimana rangkaian batuan sedimen tertentu terendapkan. Agar objektif, sedimentolog mencoba
menentukan kondisi di permukaan bumi pada waktu yang berbeda dan dalam tempat yang berbeda, dan
dari sini membangun gambaran sejarah planet. Tahap pertama adalah penyelidikan batuan sedimen
dengan bantuan metodologi ilmiah yang dikenal sebagai analisis fasies (Walker 1992a; Reading & Levell
1996).

5.2 Konsep Fasies


Alat fundamental dalam deskripsi dan iterpretasi batuan sedimen adalah konsep fasies sedimen. Kata
fasies diartikan sedikit berbeda oleh penulis-penulis yang berbeda, tapi menurut konsensus adalah
bahwa fasies dimaksud sebagai penjumlahan atau gabungan karakteristik unit sedimen (Middleton 1973).
Karakteristik ini mencakup dimensi, struktur sedimen, ukuran butir dan tipenya, warna dan kandungan
biogenik batuan sedimen. Mengklasifikasikan batuan sedimen dengan cara yang adaptif dan tak terbatas.
Contoh, cross bedded medium sandstone: batuan yang terutama terdiri dari butir-butir pasir berukuran
sedang, menampilkan cross bedding sebagai struktur sedimen primer. Tidak semua aspek batuan perlu
ditunjukkan dalam nama fasies dan di lain hal mungkin penting untuk menegaskan karakteristik yang
berbeda. Fakta bahwa batuan berwarna merah mungkin lebih penting daripada batuan berwarna kelabu
karena kemungkinan keterdapatan pecahan mika dan membentuk bagian fasies. Di situasi lain nama
fasies batuan red micaceous sandstone digunakan jika warna dan tipe butir dianggap lebih penting dari
daripada ukuran butir dan sruktur sedimennya. Banyak karakteristik batuan yang bisa disampaikan dalam
deskripsi fasies yang akan membentuk bagian dari semua studi batuan sedimen.
Istilah-istilah berbeda digunakan, dimana beberapa aspek fasies adalah fokus perhatian: deskripsi
litofasies adalah satu batasan karakteristik batuan yang hanya merupakan hasil dari proses fisika dan
kimia; deskripsi biofasies adalah pengamatan yang tertuju pada kehadiran fauna dan flora; dan deskripsi
ichnofasies adalah terfokus pada fosil-fosil jejak (trace fossils) di dalam batuan. Sebagai contoh, unit
tunggal batuan dideskripsikan dalam istilah litofasies sebagai grey bioclastic packestone, memiliki
biofasies echinoida dan crinoida dan ichnofasies Cruziana: gabungan karakteristik ini dan karaktersitik
yang lainnya akan menyusun fasies sedimen.

5.2.1 Analisis Fasies


Konsep fasies adalah tidak berarti hanya tepat dan sesuai dalam mendeskripsikan batuan dan
mengelompokkan batuan sedimen yang terlihat di lapangan, konsep ini juga membentuk dasar-dasar
interpretasi strata. Karaktersitik litofasies dihasilkan dari proses fisika dan kimia yang aktif pada waktu
pengendapan sedimen, dan biofasies serta ichnofasies menyediakan informasi tentang paleoecology
selama dan sesudah pengendapan. Dengan pengetahuan kondisi fisika, kimia, dan ekologi maka
memungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan pada waktu pengendapan. Proses analisis fasies ini,
interpretasi strata ke dalam istilah lingkungan pengendapan, dapat dianggap sebagai pusat objektif utama
dari sedimentologi dan stratigrafi yang merekonstruksi masa lampau (Gambar 5.1) (Anderton 1985;
Reading & Levell 1996).
Interpretasi lingkungan sedimen dari fasies dapat diperoleh dengan latihan yang sederhana atau
memerlukan pertimbangan yang kompleks dari banyak faktor sebelum dapat membuat kesimpulan
sementara. Di beberapa kasus ada karakteristik batuan yang unik untuk lingkungan tertentu. Sejauh yang
kita ketahui, hermatypic corals hanya tumbuh di dalam air laut yang dangkal, bersih dan hangat:
kehadiran fosil koral ini dengan posisi ketika masih hidup di dalam batuan sedimen dapat digunakan
untuk menunjukkan bahwa sedimen terendapkan di dalam air laut yang dangkal, bersih dan hangat.
Dimana ada petunjuk-petunjuk langsung suatu kondisi seperti itu, maka dengan langsung dapat
diinterpretasikan lingkungan masa lampau suatu batuan sedimen. Berbeda dengan hal berikut, cross
bedded sandstone dapat terbentuk selama pengendapan di gurun, sungai, delta, danau, pantai dan laut
dangkal: litofasies cross bedded sandstone tidak menyediakan petunjuk lingkungan khusus.
Interpretasi fasies harus objektif dan hanya berdasar pada pengenalan proses yang kemungkinan besar
membentuk lapisan-lapisan. Dari kehadiran struktur ripples simetris dalam batupasir halus dapat
disimpulkan bahwa lapisan terbentuk dibawah air dangkal, dengan angin yang melintas di atas permukaan
air yang menciptakan gelombang yang menggerakkan pasir untuk membentuk symmetrical wave ripples.
Interpretasi air dangkal dibuat karena wave ripples tidak terbentuk di laut dalam (4.4.1), tapi ripples itu
sendiri tidak dapat menunjukkan apakah terbentuk di danau, laguna atau lingkungan paparan terbuka.
Oleh karena itu seharusnya fasiesnya disebut sebagai symmetrically rippled sandstone atau mungkin
wave rippled sandstone, tapi bukan lacustrine sandstone karena diperlukan informasi yang lebih lanjut
sebelum membuat interpretasi.
Gambar 5.1 Diagram alir analisis fasies

Di kebanyakan kasus, kombinasi litofasies, biofasies dan ichnofasies yang berbeda menyediakan
informasi yang diperlukan untuk menyimpulkan lingkungan pengendapan dari strata sedimen.
Pengamatan pengendapan di dalam channel (a channel-fill facies) dengan mengamati endapan yang
menunjukkan bukti pengendapan oleh lembaran-lembaran air (sheets of water) yang mengering (an
overbank facies) akan memperkenankan interpretasi batuan sebagai endapan lingkungan channel sungai
dan floodplain (fluvial) (9.4.1). Oleh karena itu pengenalan asosiasi fasies adalah bagian penting dari
analisis fasies karena sangat umum bahwa asosiasi fasies menyediakan petunjuk-petunjuk lingkungan
pengendapan (Collinson 1969; Reading & Levell 1996).

5.2.2 Asosiasi Fasies


Setelah semua perlapisan di dalam suatu rangkaian ditentukan fasiesnya, selanjutnya pola distribusi
fasies-fasies ini dapat diselidiki. Contoh (Gambar 5.2), apakah perlapisan bioturbated mudstone lebih
umum terdapat bersamaan dengan (di atas maupun di bawahnya) shelly fine sandstone atau medium
sandstone with rootlets ? manakah dari tiga di atas yang terdapat dengan fasies batubara ? Ketika
berusaha menentukan asosiasi fasies, sangat berguna jika mengingat proses pembentukannya masingmasing. Dari empat contoh fasies yang dicontohkan, bioturbated mudstone dan shelly fine sandstone
keduanya mungkin mewakili pengendapan di lingkungan subaqueous, kemungkinan laut, sedangkan
medium sandstone with rootlets dan coal keduanya terbentuk di setting subaerial. Oleh karena itu dua
asosiasi fasies dapat ditentukan jika, diperkirakan pasangan fasies pengendapan subaqueous cenderung
terdapat bersamaan, begitu juga pasangan fasies subaerial.
Fasies yang jelas, dapat diinterpretasikan proses-proses yang mengawali pembentukan sedimennya.
Sebagaimana dicatat di atas, banyak dari proses-proses ini tidaklah unik pada lingkungan tertentu tapi
satu cara dalam melihat lingkungan pengendapan adalah dengan memikirkan kombinasi proses-proses
yang terjadi di dalam lingkungan pengendapan. Contoh, estuaria tidal (12.7), adalah setting fisiografi
yang jelas dimana ada channel yang menyuplai air tawar memasuki lingkungan laut, setting ini
dipengaruhi oleh arus tidal dan mudflats yang secara berkala dibanjiri oleh laut: hal ini mewakili
kombinasi yang sangat jelas mengenai proses fisika, kimia, dan biologi. Hasil dari proses ini terlihat
sebagai fasies sedimen yang diendapkan di dalam channel dan di atas mudflats. Oleh karena itu asosiasi
fasies mencerminkan kombinasi proses-proses yang terjadi di dalam lingkungan pengendapan.
Selanjutnya prosedur analisis fasies dapat dibagi dalam dua tahap proses: pengenalan fasies dapat
diinterpretasikan ke dalam proses-prosesnya; dan menentukan asosiasi fasies yang mencerminkan
kombinasi proses-proses dan selanjutnya lingkungan pengendapannya (Gambar 5.1). Hubungan waktu
dan ruang antara fasies pengendapan di saat ini dan di rekaman batuan sedimen telah diperkenalkan oleh
Walther (1894). Hukum Walther secara sederhana diringkas sebagai pernyataan bahwa jika satu fasies
ditemukan menindih (superimposed) fasies lain tanpa jeda dalam rangkaian stratigrafi maka dua fasies itu
telah diendapkan berdekatan satu sama lain pada satu waktu.
Tidak semua litofasies dikelompokkan ke dalam asosiasi. Suatu fasies tunggal mungkin telah dibentuk
oleh proses-proses yang jelas berbeda maka tidaklah tepat memasukkannya ke dalam asosiasi fasies lain.
Sebagai contoh, rangkaian endapan yang terbentuk di dalam daerah kering (arid region) (8.1) memiliki
fasies kerikilan yang berbeda yang mungkin dikelompokkan ke dalam asosiasi endapan kipas aluvial dan
asosiasi danau playa (dasar suatu cekungan pengaliran gurun pasir) yang terdiri dari fasies evaporit dan
batulumpur: fasies batupasir sedang terpilah baik, berstruktur cross bedding tidak sesuai ke dalam asosiasi
kipas aluvial dan danau playa dan oleh karena itu harus dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan yang
tersendiri (hasil dari pengendapan aeolian dune: 8.2.3).

5.2.3 Sikuen Fasies


Sikuen fasies secara sederhana adalah asosiasi fasies dengan kejadian fasies dalam suatu urutan tertentu
(Reading & Levell 1996). Sikuen fasies terjadi ketika ada pengulangan rangkaian proses sebagai respon
atau tanggapan dari perubahan reguler suatu kondisi. Contoh, jika fasies bioclastic wackestone selalu
ditutupi oleh fasies bioclastic packestone dan selanjutnya fasies ini selalu ditutupi oleh bioclastic
grainstone (Gambar 5.2), tiga fasies ini dapat dianggap menjadi sikuen fasies. Pola-pola seperti itu

mungkin dihasilkan dari pendangkalan ke atas yang berulang-ulang (repeated shallowing upward)
berkaitan dengan pengendapan di atas kumpulan pasir dan lumpur bioklastik di dalam lingkungan laut
dangkal (14.6.2). Pengenalan sikuen fasies dapat didasarkan pada peninjauan visual grafik log sedimen
atau dengan menggunakan pendekatan statistik untuk menentukan urutan kejadian fasies dalam suatu
rangkaian, seperti analisis Markov (Till 1974; Swan & Sandilands 1995). Teknik ini memerlukan kisi-kisi
(grid) transisi untuk ditempatkan dengan semua fasies di sepanjang kedua sumbu tabel, vertikal dan
horizontal: tiap waktu terjadi transisi dari satu fasies ke fasies lain (contoh dari fasies bioclastic
wackestone ke bioclastic packestone) di dalam rangkaian vertikal, masukkanlah ke grid. Sikuen fasies
muncul ketika lebih tinggi dari transisi rata-rata dari satu fasies ke fasies lain.

Gambar 5.2 Asosiasi fasies, sikuen fasies dan kode fasies.

5.2.4 Nama Fasies dan Kode Fasies


Dalam proses menyelesaikan analisis fasies suatu rangkaian batuan sedimen muncul pertanyaan tentang
penamaan fasies dan asosiasi fasies. Salah satu pilihan sederhana adalah dengan memberi nomor atau
huruf sesuai urutan alfanumerik. Kekurangan pendekatan ini adalah bahwa fasies 1, fasies 2, asosiasi
fasies A dan sebagainya, tidak menyampaikan informasi deskriptif dan petunjuk-petunjuk karakter
sedimen. Cara yang lebih baik adalah dengan memberi nama deskriptif, singkat bagi setiap fasies-contoh,
laminated grey siltstone facies, foraminiferal wackestone facies atau cross bedded pebbly
conglomerate facies. Suatu kompromi harus dicapai sedemikian rupa sehingga nama yang ditentukan
cukup menguraikan fasies tetapi bukanlah yang terlalu susah. Diperlukan kata sifat (adjectives)
secukupnya untuk membedakan fasies satu dengan yang lain. Contoh, mudstone facies telah cukup
sempurna jika hanya terdapat satu fasies batulumpur di dalam rangkaian. Di lain hal, perbedaan antara
trough cross bedded coarse sandstone facies dan planar cross bedded medium sandstone facies
mungkin penting dalam analisis rangkaian batupasir laut dangkal.
Nama untuk fasies harus deskriptif dan sungguh bisa diterima serta mengacu pada asosiasi fasies dalam
kaitannya dengan interpretasi lingkungan pengendapan. Suatu asosiasi fasies seperti symmetrically
rippled fine sandstone, black laminated mudstone dan grey graded siltstone telah diinterpretasikan
sebagai endapan di dalam danau berdasarkan karaktersitk fasiesnya, dan mungkin beberapa informasi
biofasies menunjukkan fauna air tawar. Oleh karena itu asosiasi fasies ini dikenal sebagai lacustrine
association facies dan telah dibedakan dari asosiasi fasies kontinen yang lain yang terendapkan di dalam
channel sungai (fluvial channel association facies) dan endapan overbank (floodplain facies
association).
Untuk membuat nama fasies yang panjang menjadi lebih mudah, sistem singkatan kode sering digunakan
ketika meringkas sejumlah besar informasi fasies (Gambar 5.2). Hal ini membantu jika kode-kodenya
mudah diinterpretasi dan berhubungan dengan nama fasies. Satu ketentuan yang digunakan dalam
deskripsi fasies dalam sedimen klastik terrigenous adalah sistem yang berdasar ukuran butir ditunjukkan
oleh huruf pertama diikuti oleh akhiran atau sufiks yang mendeskripsikan struktur sedimen (Miall 1978).
Berdasarkan skema ini, konglomerat memiliki huruf utama G (untuk kerikil), S untuk pasir dan F
untuk batulumpur berbutir halus; sufiks atau akhiran mungkin menyediakan informasi lebih lanjut
mengenai ukuran butir (contoh, Sc menunjukkan pasir, kasar), struktur sedimen (Gx untuk cross
stratified conglomerates, huruf x adalah singkatan umum untuk cross), warna atau karakter-karakter
berbeda lainnya. Tidak ada aturan untuk huruf kode yang digunakan, dan ada banyak ragam pada tema ini
(contoh, beberapa pekerja menggunakan huruf Z untuk lanau) termasuk skema serupa untuk batuan
karbonat yang berdasarkan klasifikasi Dunham (3.1.4). Sebagai garis besar umum, sangat baik jika
mengembangkan sistem yang memiliki pola konsisten (contoh, semua fasies batupasir diawali dengan
huruf S) dan menggunakan singkatan yang mudah dipahami.

5.3 Distribusi Paleoenvironment dalam Waktu dan Ruang


Setelah paleoenvironment sederetan batuan sedimen telah ditentukan oleh analisis fasies, hubungan
batuan yang terendapkan pada waktu yang sama di tempat yang berbeda dapat dipikirkan seperti halnya
perubahan dalam paleoenvironment seiring waktu di tiap tempat. Hal ini hanya dapat diselesaikan setelah
kerangka kerja waktu telah ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi stratigrafi yang diuraikan di
bab 18-21. Selanjutnya analisis paleoenvironment dikombinasikan dengan stratigrafi ke dalam bidang
studi yang dikenal sebagai analisis cekungan, yang dibahas singkat di bab 23.
Satu unsur studi paleoenvironment yang penting dalam analisis cekungan adalah menentukan arah aliran
sungai, terbentuknya delta, garis pantai, sebaran kipas bawah laut, dan sebagainya. Untuk beberapa
macam informasi yang bersifat langsung ini adalah sangat berguna dan hal ini dapat diperoleh dari batuan
sedimen dengan menggunakan petunjuk arus purba (paleocurrent).

5.4 Arus Purba (Paleocurrent)


Petunjuk paleocurrent adalah bukti arah aliran pada waktu sedimen diendapkan. Keuntungan dari
mengetahui arah aliran ini adalah bahwa petunjuk ini membuat kemungkinan untuk memulai
merekonstruksi paleogeographic. Fasies dan asosiasi fasies yang diendapkan di dalam lingkungan
pengendapan yang berbeda dapat dihubungkan berdasarkan hubungan yang ditunjukkan oleh data
paleocurrent (Potter & Pettijohn 1977). Sebagai contoh, pengetahuan tentang arah aliran di dalam
channel endapan fluvial membuat kemungkinan untuk menghubungkan endapan ini dengan sedimen delta
atau estuaria, dengan mengetahui arah hilirnya. Interpretasi seperti ini sungguh sangat berguna dalam
membuat prediksi tentang karakteristik batuan yang tidak dapat terlihat karena tertutup oeh strata yang
lebih muda. Oleh karena itu analisis paleocurrent merupakan bagian penyelesaian analisis fasies untuk
mempelajari lebih banyak tentang paleoenvironment.

5.4.1 Petunjuk-Petunjuk Paleocurrent


Struktur sedimen tertentu yang terbentuk oleh aliran air atau udara dapat digunakan sebagai petunjuk
paleocurrent atau aliran purba (paleoflow). Dua kelompok petunjuk paleocurrent dapat dibedakan
sebagai berikut.
Petunjuk satu arah (unidirectional indicators) adalah fitur yang memberikan arah aliran.
1 Cross lamination (4.3.1) dihasilkan oleh ripples yang bermigrasi ke arah aliran arus. Arah kemiringan
(dip direction) cross laminae pada batuan sedimen diukur.
2 Cross bedding (4.3.2) terbentuk oleh migrasi aeolian dan subaqueous dunes, dan arah kemiringan lee
slope adalah kira-kira arah aliran. Dalam batuan sedimen, arah kemiringan cross strata di dalam cross
bedding diukur.
3 Cross bedding dan cross stratification berskala besar terbentuk oleh bar besar di dalam channel sungai
(9.2.1) dan setting laut dangkal (14.4), atau progradasi foreset delta tipe Gilbert (12.3), adalah petunjuk
arah aliran. Arah kemiringan cross strata diukur. Suatu perkecualian adalah epsilon cross stratification
yang dihasilkan oleh akumulasi point bar yang berada tegak lurus terhadap arah aliran (9.2.2).
4 Imbrikasi klastik terbentuk ketika klastik kerikil berbentuk cakram (discoid) terorientasi oleh aliran
yang kuat ke dalam posisi yang stabil, dengan satu dari dua sumbu yang lebih panjang miring ke arah
hulu ketika dilihat dari samping. Catat bahwa ini berlawanan dengan pengukuran arah dalam cross
stratification.
5 Flute casts (4.8.1) adalah gerusan lokal di dalam substrata yang dihasilkan oleh pusaran arus di dalam
aliran. Setelah pusaran turbulen terbentuk, pusaran ini dibawa oleh aliran dan terangkat ke atas menjauh
dari permukaan dasar, meninggalkan tanda asimetris di atas lantai aliran dengan tepi curam di sisi hulu.
Ukurlah arah sepanjang sumbu gerusan yang menjauh dari sisi yang curam.
Petunjuk sumbu aliran (flow axis indicators) adalah struktur yang menyediakan informasi tentang sumbu
arus tapi tidak membedakan antara arah hulu dan hilir. Meskipun begitu struktur ini berguna jika
dikombinasikan dengan petunjuk satu arah-contoh, grooves dan flutes mungkin berasosiasi dengan
turbidit (4.6.2).
1 Primary current lineation (4.3.4) pada bidang perlapisan diukur dengan menentukan orientasi bentuk
atau barisan butir.
2 Groove casts (4.8.1) adalah gerusan memanjang disebabkan oleh takikan (indentation) partikel yang
terbawa di dalam aliran yang memberikan sumbu aliran.
3 Orientasi klastik berbentuk memanjang dapat menyediakan informasi jika mineral seperti jarum
(needle-like), fosil memanjang seperti belemnite, atau potongan-potongan kayu menunjukkan barisan
sejajar atau penjajaran dalam aliran.
4 Batas gerusan dan channel dapat digunakan sebagai petunjuk karena bagian tepi channel berada sejajar
dengan arah aliran.

5.4.2 Mengukur Paleocurrent dari Cross Stratification


Pengukuran arah kemiringan (dip) permukaan berlereng (inclined surface) tidak selalu langsung,
khususnya jika permukaannya berbentuk kurva dalam tiga dimensi, seperti kasus trough cross
stratification. Normalnya, diperlukan suatu penyingkapan cross bedding yang memiliki dua wajah yang
menyiku (Gambar 5.3). Dimana permukaan horizontal memotong melewati trough cross bedding,
menentukan arah paleoflow lebih mudah dan hanya memerlukan permukaan horizontal (Gambar 5.4).
Menentukan arah paleoflow dari planar cross stratification dapat dilakukan langsung karena bidangnya
hanya miring ke satu arah. Di semua kasus suatu potongan vertikal tunggal yang melewati cross
stratification, tidak memberikan hasil yang memuaskan karena hanya memberikan kemiringan semu
(apparent dip) yang tidak menunjukkan arah aliran sebenarnya.

Gambar 5.3 Arah dip bidang (contoh planar cross beds)


tidak dapat ditentukan dari wajah vertikal tunggal (muka
A atau B): dip sebenarnya dapat dihitung dari pengukuran
dua apparent dip yang berbeda atau diukur langsung dari
permukaan horizontal (T)

Gambar 5.4 Trough cross bedding tersingkap di permukaan


lapisan batupasir, berumur Kambrium, Sinai Peninsula,
Mesir. Jejak lekukan atau cekungan lembah di atas
permukaan lapisan menunjukkan arah aliran yang menjauh
dari pandangan.

5.4.3 Menampilkan dan Menganalisis Data yang Berhubungan dengan Arah


Data arah umumnya dikumpulkan dan digunakan dalam geologi. Paleocurrent adalah data yang tersering
ditemui dalam sedimentologi tetapi data yang serupa juga dikumpulkan dalam analisis struktur dan studi
paleoecological. Setelah data dikumpulkan akan berguna untuk menentukan parameter seperti arah ratarata dan penyimpangan rata-rata (standard deviation). Dalam menghitung rata-rata kumpulan data arah
tidak bisa dilakukan secara langsung, contoh, menentukan rata-rata pengukuran ketebalan kumpulan
perlapisan. Paleocurrent yang diukur dimasukkan ke dalam lingkaran 360 derajat. Menentukan rata-rata
suatu set dengan menambahkan bersama dan kemudian membaginya, tidak memberikan hasil yang berarti
: untuk mengilustrasikan mengapa begitu, dua posisi (bearing) 010 dan 350 jelas sekali memiliki arti
000/360, tapi dengan menambahkan dan kemudian membaginya akan diperoleh jawaban 180, arah
yang berlawanan. Penghitungan rata-rata sirkuler dan perbedaan atau varian sirkuler suatu set data

paleocurrent dapat diselesaikan dengan kalkulator atau program komputer. Dasar-dasar matematika untuk
perhitungan (Till 1974; Swan & Sandilands 1995) ini ditulis di bawah.
Untuk menangani data arah secara matematika, terlebih dahulu menerjemahkan posisi (bearing) ini ke
dalam koordinat empat persegi panjang (rectangular) dan menampilkan semua nilai ke dalam sumbu x
dan y. Untuk tiap posisi , tentukan nilai x dan y dengan cara :
x = cos
y = sin
Kemudian tambahkan semua nilai x dan tentukan rata-ratanya x, kemudian tambahkan semua nilai y dan
tentukan nilai rata-ratanya y. Hasilnya akan berarti nilai arah rata-rata yang ditampilkan dalam koordinat
segiempat, dengan nilai x dan y di antara -1 dan +1. Untuk menentukan posisi itu, hitung :
= tan-1 (y/x)
Nilai akan berada di antara +90 dan -90. Untuk mengoreksi nilai ini menjadi nilai sebenarnya, perlu
menentukan di kuadran mana nilai rata-rata ini berada. Dapat ditentukan dengan mengambil sinus dan
cosinus : jika keduanya positif, posisinya adalah 000-090, cosinus negatif maka posisinya 090-180,
keduanya negatif maka posisinya adalah 180-270 dan jika sinusnya negatif adalah 270-360.
Sebaran data disekitar nilai rata-rata sebanding dengan panjang garis, R. Jika nilai akhirnya berada sangat
dekat dengan garis keliling lingkaran, dan ketika semua data berada sangat berdekatan, R akan memiliki
nilai mendekati 1. jika garis R sangat pendek karena data memiliki sebaran yang luas: contoh ekstrimnya,
rata-rata 000, 090, 180, dan 270 akan menghasilkan suatu garis dengan panjang 0 karena nilai ratarata x da y untuk kelompok ini berada di pusat lingkaran. Panjang dari garis R dihitung dengan
menggunakan teorema Pythagoras:
R = (x 2+ y 2)
Data paleocurrent biasanya diletakkan pada diagram rose (Gambar 5.5). Ini adalah histogram sirkuler
dimana data arah diplot. Hitungan rata-rata dapat juga ditambahkan. Dasar penggunaannya adalah
membagi lingkaran menjadi interval 10 atau 20 dan mengandung rangkaian lingkaran konsentris.
Terlebih dahulu data-data dikelompokkan ke dalam blok-blok 10 atau 20 (000-019, 020-039, dan lainlain). dan jumlah yang jatuh di dalam tiap-tiap rentang ditandai oleh gradasi semakin ke luar dari pusat
histogram lingkaran. Di contoh ini (Gambar 5.5) tiga pembacaan adalah di antara 260 dan 269, lima di
antara 250 dan 259, dan selanjutnya. Skala dari pusat ke garis tepi lingkaran harus ditunjukkan, dan
jumlah total, N, ditunjukkan dalam set data.
Gambar 5.5 Diagram rose yang digunakan sebagai satu
cara menampilkan data paleocurrent (N=33, skala dari
pusat adalah satu divisi untuk tiap pembacaan).

Data paleocurrent yang dikumpulkan dari strata yang telah terdeformasi secara tektonik dan miring harus
diorientasikan kembali ke horizon pengendapan. Manipulasi data arah memerlukan teknik stereonet yang
umum digunakan dalam geologi struktur.

5.5 Asal-Usul (Provenance)


Data paleocurrent menyediakan petunjuk arah transportasi sedimen, yang akhirnya memberikan petunjuk
darimana detritus klastik berasal. Informasi lanjut tentang sumber sedimen, atau provenance material,
dapat diperoleh dari pengujian tipe klastik yang ada (Pettijohn 1975). Jika klastik yang hadir dalam
sedimen dapat dikenali sebagai karakteristik daerah sumber tertentu melalui petrologi atau kimianya,
maka asal-usulnya dapat ditentukan. Dalam beberapa keadaan, hal ini membuat kemungkinan untuk
menentukan lokasi paleogeografi daerah sumber dan menyediakan informasi tentang waktu dan proses
erosi dalam daerah yang terangkat (uplifted areas) (Dickinson & Suczex 1979).
Studi provenance umumnya relatif mudah untuk diselesaikan pada sedimen klastik lebih kasar (coarser)
karena kerakal dan berangkal mungkin dapat langsung dikenali sebagai hasil erosi dari litologi batuan
(bedrock) tertentu. Banyak tipe batuan yang memiliki karakteristik tekstur dan komposisi yang
memperkenankan batuan tersebut dikenali dengan yakin. Lebih sulit untuk menentukan provenance jika
semua klastiknya berukuran pasir karena banyak butir-butir yang mungkin mineral-mineral individu yang
dapat berasal dari sumber-sumber yang beragam. Butir-butir kuarsa dalam batupasir mungkin berasal dari
bedrock granit, sejumlah batuan metamorf yang berbeda atau sedimentasi kembali (rework) dari litologi
batupasir yang lebih tua, jadi meskipun sangat umum, kuarsa sering hanya bernilai kecil dalam
menentukan provenance. Mineral-mineral berat tertentu (2.4.2) adalah petunjuk yang sangat baik
mengenai asal pasir (Tabel 5.1). Oleh karena itu studi provenance dalam batupasir sering diselesaikan
oleh pemisahan material dari sampel besar (bulk) butir-butir dan mengenalinya secara individual (Mange
& Maurer 1992). Prosedur ini disebut analisis mineral berat, dan dapat menjadi cara efektif untuk
menentukan sumber sedimen. Analisis mineral lempung juga terkadang digunakan dalam studi
provenance karena mineral-mineral lempung tertentu terbentuk dari pelapukan tipe bedrock tertentu (Blatt
1985): contoh, pelapukan batuan basaltis menghasilkan mineral lempung dalam kelompok smectite
(2.5.3).

Tabel 5.1 Mineral-mineral berat yang digunakan


sebagai petunjuk sumber (provenance) detrital
sedimen.

5.6 Grafik Log Sedimen


Log sedimen adalah metode grafik untuk menampilkan rangkaian perlapisan sedimen atau batuan
sedimen. Log ini juga merupakan metode efektif mengumpulkan data secara sistematis. Ada banyak
skema berbeda yang digunakan, tetapi masih satu tema. Format yang ditampilkan di sini (Gambar 5.6)
dekat sekali dengan skema Tucker (1982, 1996); format lain yang sering digunakan diilustrasikan dalam
Collinson dan Thompson (1982). Tujuan dari semua grafik log sedimen harus menampilkan data
sedemikian rupa hingga mudah dikenali dan diinterpretasikan dengan menggunakan simbol-simbol
sederhana dan singkatan yang dapat dimengerti tanpa kata kunci (meskipun kata kunci harus selalu
dimasukkan untuk menghindari ambigu). Analisis fasies dan analisis paleoenvironment dapat dibuat
berdasarkan informasi yang ditampilkan dalam grafik log sedimen.
5.6.1 Menggambar Grafik Log Sedimen
Skala vertikal yang digunakan ditentukan oleh kedetailan atau ketelitian yang diperlukan. Jika informasi
pada perlapisan hanya memerlukan beberapa centimeter ketebalan maka skala 1 : 10 menjadi pilihan.
Suatu log yang ditarik melewati puluhan atau ratusan meter dapat digambar pada skala 1 : 100 jika
lapisan-lapisan dengan tebal kurang dari 10 cm tidak perlu direkam secara individu. Log ringkasan yang
hanya menyediakan garis besar rangkaian strata dapat digambarkan dengan skala 1 : 1000. Skala
menengah juga digunakan, dengan menggunakan kelipatan 2 atau 5 agar konversi skalanya lebih mudah.
Kebanyakan simbol-simbol litologi yang umum digunakan adalah kurang lebih standar: titik-titik (dots)
digunakan untuk pasir dan batupasir, susunan kotak-kotak batubata (bricks) untuk batugamping, dan
sebagainya. Skemanya dapat dimodifikasi agar cocok atau sesuai dengan rangkaian yang dideskripsikan,
contoh, dengan menumpangtindihkan (superimposition) huruf G untuk menunjukkan batupasir
glaukonit, penambahan titik-titik pada susunan kotak-kotak batubata mewakili batugamping pasiran, dan
sebagainya. Dalam kebanyakan skema, litologi ditampilkan dalam kolom tunggal. Di sepanjang sisi
kolom litologi (kanannya) ada ruang untuk informasi tambahan tentang tipe sedimen dan untuk merekam
struktur sedimen (lihat di bawah). Skala horizontal digunakan untuk menunjukkan ukuran butir dalam
sedimen klastik. Klasifikasi Dunham untuk batugamping (3.1 4) juga dapat ditampilkan dengan
menggunakan tipe skala ini. Skema ini memberikan kesan visual yang cepat mengenai semua
kecenderungan dalam ukuran butir, lapisan bergradasi normal atau terbalik, rangkaian perlapisan yang
mengasar ke atas atau menghalus ke atas.
Dengan konvensi, simbol-simbol yang digunakan untuk menampilkan struktur sedimen mirip sekali
dengan kenampakan fitur itu di lapangan atau di dalam inti bor (core) (Gambar 5.7). Penampilan ini agak
disesuaikan demi kepentingan kesederhanaan dan untuk menjelaskan interpretasi struktur. Sekali lagi,
simbol-simbol ini dapat diadaptasi untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi tertentu. Jika ruangnya
mengizinkan, simbol-simbol diletakkan di dalam lapisan tapi juga dapat digambar di sisinya. Batas-batas
perlapisan mungkin tajam, erosional, atau transisi/gradasi, perubahan secara gradasi antara satu litologi ke
litologi lain.
Detail-detail lain tentang rangkaian perlapisan dapat juga direkam pada grafik log (Gambar 5.8). Data
paleocurrent mungkin ditampilkan sebagai rangkaian panah berorientasi ke arah paleoflow yang diukur
atau dapat diringkas menjadi satu unit sebagai diagram rose (5.4.3) di sisi log. Warna biasanya direkam
dalam kata-kata atau singkatan, dan keterangan atau pengamatan lanjut dapat ditulis di sisi log ditempat
yang telah tersedia.
Interpretasi informasi berkenaan dengan proses-proses dan lingkungan biasanya diselesaikan kembali di
dalam laboratorium. Jika semua analisis fasies telah dilakukan, fasies harus diidentifikasi dan semua
interval atau selingan-selingan pada grafik log ditempatkan pada satu dari fasies-fasies ini. Hubungan
antara fasies dapat lebih mudah terlihat pada grafik log daripada bentuk tampilan data yang lain.
Tampilan grafik log dengan bantuan komputer telah menjadi terkenal pada tahun-tahun terakhir ini.
Penggunaan yang luas dari paket menggambar komputer telah menghasilkan kecenderungan untuk
simbol-simbol pada log menjadi lebih standar dan sesuai. Menggambar log dengan cara biasa juga masih
digunakan. Kekurangan dari menggambar dengan komputer adalah menghasilkan grafik log yang tidak
mengandung informasi sebanyak grafik log yang digambar dengan tangan. Variasi yang hampir tak
kentara dalam bentuk struktur sedimen dapat dimasukkan dalam log yang digambar dengan tangan tapi

akan hilang jika mengunakan simbol standar (Anderton 1985). Masih ada tempat untuk menggambar
dengan pena atau pensil pada grafik log, dan log yang digambar di lapangan masih harus dianggap
sebagai data pokok mentah.
Gambar 5.6 Suatu contoh bentuk grafik log sedimen.

Gambar 5.7 Simbol-simbol yang umum digunakan pada grafik log sedimen

Gambar 5.8 Contoh grafik log sedimen

5.6.2 Tampilan Grafik yang Lain : Sketsa dan Foto


Grafik log adaah tampilan satu-dimensi perlapisan batuan sedimen yang hanya mungkin menampilkan
inti bor (drill-core) dan cukup sempurna untuk strata kue lapis (layer-cake) (perlapisan yang tidak
memiliki ketebalan atau karakter lateral). Jika suatu singkapan perlapisan memiliki variasi lateral yang
penting-contoh, endapan channel sungai dan overbank dalam lingkungan fluvial-suatu log vertikal
tunggal tidak cukup mewakili kondisi alami endapan. Tampilan dua-dimensi diperlukan dalam bentuk
gambar penampang singkapan alami atau buatan di tebing (Gambar 5.9).
Gambar sketsa menampilkan semua fitur sedimen utama (perlapisan, cross stratification, dan lain-lain)
yang biasanya ditambah dengan foto. Dalam kasus ideal, foto yang diambil dapat digunakan sebagai
acuan sketsa lapangan. Foto tidak seharusnya menjadi pengganti sketsa lapangan: fitur-fitur sedimen tidak
pernah terlihat jelas dalam foto sebagaimana di lapangan dan banyak informasi dapat hilang jika fitur
yang penting dan hubungannya tidak digambar waktu itu. Sketsa geologi yang bagus tidak harus berseni.
Fitur geologi harus jelas ditonjolkan sedangkan objek lain yang kebetulan ada seperti pepohonan dan
semak-semak dapat diabaikan. Semua sketsa dan foto harus memasukkan skala beberapa bentuk dan
orientasi pandangan harus direkam.
Informasi lebih lanjut mengenai deskripsi lapangan batuan sedimen dapat dilihat di buku Tucker (1996).

Gambar 5.9 Contoh sketsa lapangan. Variasi lateral yang kompleks hadir dalam beberapa fasies, seperti
endapan fluvial yang disketsakan di sini (bab 9), tidak cukup hanya ditampilkan dengan grafik vertikal
tunggal.

5.7 Ringkasan : Fasies dan Lingkungan


Pendekatan ilmiah dan objektif adalah dasar dari keberhasilan analisis fasies. Suatu rangkaian strata
sedimen harus dideskripsikan dahulu berkenaan dengan litofasies (dan terkadang biofasies dan
ichnofasies) yang ada, dimana tahap interpretasi proses-proses pengendapan dapat dibuat. Selanjutnya
fasies dapat dikelompokkan ke dalam asosiasi litofasies yang dapat diinterpretasikan lingkungan
pengendapannya berdasarkan kombinasi proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dikenali melalui
analisis fasies. Terdapat asosiasi fasies dan sikuen yang umum terjadi di dalam lingkungan tertentu, dan
ini diilustrasikan di bab berikutnya sebagai tipikal lingkungan tertentu. Namun bagaimanapun, masih
mungkin terdapat kesalahan berbahaya yaitu pigeon-holing, maksudnya adalah mencoba mencocokkan
rangkaian batuan ke model fasies tertentu. Sedangkan karakteristik umum biasanya memberikan
petunjuk yang baik kepada lingkungan pengendapan, detail-detail kecil dapat menjadi hal vital dan jangan
diabaikan. Analisis data paleocurrent adalah keterangan tambahan yang sangat berguna untuk interpretasi
fasies, dan membentuk dasar-dasar dalam menentukan lingkungan pengendapan masa lampau. Untuk
memperoleh semua analisis ini, diperlukan metode efektif dalam menampilkan data dari batuan sedimen :
hal ini disediakan oleh grafik log sedimen.
Analisis fasies harus objektif untuk menentukan lingkungan pengendapan suatu rangkaian batuan dalam
rekaman sedimen. Suatu kesimpulan umum yang telah dibuat adalah bahwa lingkungan sedimen yang ada
saat ini (Gambar 5.10) telah ada juga di masa lampau. Secara garis besarnya seperti itu, tapi ada bukti dari
rekaman stratigrafi mengenai kondisi yang ada selama periode sejarah bumi yang tidak terdapat pada
lingkungan modern. Aspek stratigrafi nonuniformitarian ini dipertimbangkan sebagai konteks
perubahan dalam pola vegetasi dan iklim global di bab 24. karakteristik lingkungan pengendapan
kontinen dibahas di bab 6-10, lingkungan laut di bab 11-15, dan setting volkanik di bab 16.

Gambar 5.10 Lingkungan pengendapan sedimen.

Anda mungkin juga menyukai