Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing
tutorial skenario D blok 25, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi
dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario D blok 25.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................. 2
BAB I
Pendahuluan
BAB II
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan merupakan blok 25 pada semester
6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan
tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Moderator
: Roby Juniadha
Sekretaris
: Prabashnie Rahmanie
Hari, Tanggal
Peraturan
2.2
Tujuan pembelajaran:
1. Menjelaskan pentingnya surveilance dan pendekatan epiudemiologi
2. Menjelaskan investigasi/penyelidikan KLB/wabah
3. Menjelaskan desain epidemiologi
4. Menjelaskan teknik pencegahan dan penanggulangan KLB
2.3 Paparan
I. Klarifikasi istilah
1. Puskesmas
2. Surveilan
3. Epidemiologi
6. Wabah
6. Statistika
7. Evaluasi
8. Perawatan darurat
karena perawatan darurat yang disiapkan di Puskesmas tidak bisa lagi menampung
pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas Maju sebenarnya belum memiliki fasilitas
untuk pasien rawat inap.
3. dr. Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa stafnya belum memiliki
pemahaman dan keterampilan mengenai surveilance.
4. Dr. Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilance bisa dilakukan
secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan
penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan
surveilance dan penyelidikan wabah.
Ketidak pahaman akan riwayat alamiah penyakit dan jarang nya melakukan survey
mengakibat kan tidak terpantaunya dan terdeteksi nya penyakit menular.
5. Apa saja fase fase riwayat alamiah penyakit?
2. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini, Tahap Lanjut,
dan Tahap Akhir.
- Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyakit, sampai timnulnya gejala penyakit.
tahap ini ditandai dengan mulai masuknya Agent ke dalam Host, sampai
timbulnya gejala sakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan
penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat
penting, tidak sekedar sebgai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk
informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai mas inkubasi tersendiri, dan
pengetahuan mas inkubasi dapat dipakai untuk indentifikasi jenis penyakitnya.
- Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik
(stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
- Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada
tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas
sehingga diagnosis sudah realtif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakknan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari
akibat lanjut yang kurang baik.
- Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tumbuh menjadi pulih,
sehat kembali.
2. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak
ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang
permanen berupa cacat.
3. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih
tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5. Berakhir dengan kematian
2. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah,
kebidanan, pediatri dan penyakit dalam.
3. 3 orang perawat / bidan yang diberi tugas bergilir
4. 1 orang pekarya kesehatan (SMA atau lebih)
Sedangkan standar sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan
Puskesmas Rawat Inap
1. Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan terpisah antara anak,
wanita dan pria untuk menjaga privacy )
2. Ruangan operasi dan ruang post operasi
3. Ruangan persalinan (dan ruang menyusui sekaligus sebagai ruang recovery)
4. Kamar perawat jaga
5. Kamar linen dan cuci
Sementara standar peralatan Medis yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas
Rawat Inap, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Standar diatas merupakan syarat minimal, karena untuk menuju peningkatan kualitas
pelayanan, diperlukan inovasi seorang kepala Puskesmas, baik terkait obat-obatan,
penunjang medis, protap perawatan medis dengan referensi yang uptodate, juga adanya
medical review secara berkala maupun pengembangan kegiatan non medis dan lainnya.
Cakupan rawat inap
Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (Depkes RI,
2003), cakupan rawat inap merupakan cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana
pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Jumlah kunjungan rawat inap baru adalah jumlah kunjungan rawat inap baru
yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Poli Umum, baik dalam dan luar gedung di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dan penyebut adalah jumlah penduduk di
satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Sementara untuk mencapai tujuan
cakupan layanan, beberapa langkah kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Pendataan penduduk, sarana kesehatan, dan kunjungan ke sarana kesehatan
2. Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan
3. Analisa kebutuhan pelayanan
14
4. Penyuluhan
5. Pelatihan Sumber Daya manusaia
6. Pencatatan dan pelaporan
Refference, antara lain : Depkes RI. 2003. Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota; Depkes RI. 2002. Pedoman Kerja Puskesmas
15
Kerangka Konsep
5 pasien
terdiagnosis
DBD
Mengadakan penyuluhan
tanpa persiapan
Tempat
penyuluhan
tidak tepat
Peserta
terlalu sedikit
Pembagian
stiker
Materi yang
disampaikan
kurang tepat
Promosi kesehatan
tidak efektif
Penderita DBD
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di Puskesmas Maju, terjadi KLB berupa peningkatan kasus DBD akibat dr. Bagus
bersama timnya tidak melakukan surveilan epidemiologi secara rutin sehingga mereka
tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang
berpotensi KLB.
DAFTAR PUSTAKA
17
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC
18