Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing
tutorial skenario D blok 25, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi
dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario D blok 25.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, 2 Juni 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................. 2
BAB I

Pendahuluan

BAB II

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 3


Pembahasan
2.1. Data Tutorial ........................................................................................ 4
2.2. Skenario Kasus ..................................................................................... 5
2.3. Paparan
I. Klarifikasi Istilah .............................................................................. 6
II. Identifikasi masalah ....................................................................... 7
III. Analisis Masalah ............................................................................ 8
IV. Learning Issues ..............................................................................
V. Kerangka Konsep ............................................................................

BAB III

Penutup
3.1. Kesimpulan ..........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan merupakan blok 25 pada semester
6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan
tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor

: dr. Yan Effendi

Moderator

: Roby Juniadha

Sekretaris

: Prabashnie Rahmanie

Hari, Tanggal

: Senin, 2 Juni 2014

Peraturan

: 1. Alat komunikasi dinonaktifkan


2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum

2.2

Skenario D blok 25 2014


Di Puskesmas Maju, dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. Bagus bersama timnya tidak
melakukan surveilance epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami
riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada
bulan Januari Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari
setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah, karena
perawatan darurat yang disiapkan di Puskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang
indikasi dirawat. Puskesmas Maju sebenarnya belum memiliki fasilitas untuk pasien
rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut, dr. Bagus melakukan evaluasi dan
menyadari bahwa stafnya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai
surveilance. Dr. Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilance bisa
dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami
keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang
terkait dengan surveilance dan penyelidikan wabah.

Tujuan pembelajaran:
1. Menjelaskan pentingnya surveilance dan pendekatan epiudemiologi
2. Menjelaskan investigasi/penyelidikan KLB/wabah
3. Menjelaskan desain epidemiologi
4. Menjelaskan teknik pencegahan dan penanggulangan KLB

2.3 Paparan
I. Klarifikasi istilah
1. Puskesmas

: UPTD kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung


jawab melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2. Surveilan

: Proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi


data secara sistematis dan terus menerus, serta penyebaran
informasi.

3. Epidemiologi

: Ilmu yang mempelajari distribusi (yang bersifat dinamis),


dan determinan dari masalah kesehatan dan penyakit dalam
suatu komunitas.

4. Surveilan epidemiologi : Kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus


terhadap penyakit atau masalah kesehatan agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data, dan
penyeberan data epidemiologi kepada penyelengara program
kesehatan.
5. KLB

: Kejadian Luar Biasa, timbulnya atau meningkatnya kejadian


kesakitan yang bermakna secara epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.

6. Wabah

: Kejadian berjangkitnya suatu penyakit dalam masyarakat


yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata dalam
waktu dan daerah tertentu.

6. Statistika

7. Evaluasi

: Penilaian secara sistemik untuk menentukan atau menilai


kegunaan dan keefektifan suatu program atau kegiatan.

8. Perawatan darurat

: Pelayanan kesehatan kepada pasien yang sifatnya urgensi


atau kritis

Ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan


mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi
dan
mempresentasikan data.

9. Riwayat Alamiah Penyakit

: perkembangan penyakit tanpa campur tangan atau


intervensi medis atau bentuk intervensi lainnya
sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural

II. Identifikasi masalah


1. Di Puskesmas Maju, dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. Bagus bersama timnya tidak
melakukan surveilance epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami
riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB.
2. Pada bulan Januari Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru
disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah,
6

karena perawatan darurat yang disiapkan di Puskesmas tidak bisa lagi menampung
pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas Maju sebenarnya belum memiliki fasilitas
untuk pasien rawat inap.
3. dr. Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa stafnya belum memiliki
pemahaman dan keterampilan mengenai surveilance.
4. Dr. Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilance bisa dilakukan
secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan
penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan
surveilance dan penyelidikan wabah.

III. Analisis Masalah


1. Apa tujuan melakukan surveilans dan pendekatan epidemiologi?
Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit
dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan
dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai
tingkat administrasi (Depkes RI, 2004).
Tujuan Surveilans Epidemiologis ( menurut WHO, 2002 ) adalah sebagai berikut :
1. Memprediksi dan mendeteksi dini Epidemi ( Outbreak ).
2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan
pengendalian penyakit.
3. Sebagai sumber informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi, dan alokasi sumber daya kesehatan.
7

4. Monitoring kecenderungan penyakit Endemis dan mengestimasi dampak penyakit


di masa mendatang.
5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

2. Kapan sebaiknya surveilans epidemiologi dilakukan?


3. Bagaimana langkah langkah melakukan surveilance epidemiologi?
Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti
dibawah ini:
1) Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas,
tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari
pengumpulan data epidemiologi adalah untuk menentukan kelompok populasi yang
mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan reservoir
dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan karakteristiknya;
untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi
penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar
suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.
2) Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat berupa
teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi
yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana
menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru.
3) Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi
data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut
dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau
kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.
Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagai berikut
:
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
c. Analisis dan intreprestasi data
d. Studi epidemiologi
e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
g. Umpan balik.

4. Bagaimana keterkaitan pelaksanaan surveilan epidemiologi dengan terjadinya


KLB?

Ketidak pahaman akan riwayat alamiah penyakit dan jarang nya melakukan survey
mengakibat kan tidak terpantaunya dan terdeteksi nya penyakit menular.
5. Apa saja fase fase riwayat alamiah penyakit?

Riwayat Perjalanan Penyakit pada Manusia


Patogenesis dan Tahap Pasca Patogenesis: Sembuh, Kronik/ Karier, Cacat, Mati
1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit
(stge of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi
interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit . tetapi interaksi ini masih terjadi
di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana
para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada
tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu
masih kuat. Namun begitu penjamunya lengah ataupun memang bibit penyakit
menjadi lebih ganas, ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan penjamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
Secara ringkas, gambaran tahap prepatogenesis, yaitu:
Kondisi Host masih normal/sehat
Sudah ada interaksi antara Host dan Agent, tetapi Agent masih diluar Host
Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah maka Host jadi lebih
rentan atau Agent jadi lebih virulen jadi Agent masuk ke Host (memasuki tahap
patogenesis)

2. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini, Tahap Lanjut,
dan Tahap Akhir.
- Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyakit, sampai timnulnya gejala penyakit.
tahap ini ditandai dengan mulai masuknya Agent ke dalam Host, sampai
timbulnya gejala sakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan
penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat
penting, tidak sekedar sebgai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk
informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai mas inkubasi tersendiri, dan
pengetahuan mas inkubasi dapat dipakai untuk indentifikasi jenis penyakitnya.
- Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik
(stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
- Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada
tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas
sehingga diagnosis sudah realtif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakknan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari
akibat lanjut yang kurang baik.
- Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tumbuh menjadi pulih,
sehat kembali.
2. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak
ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang
permanen berupa cacat.
3. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih
tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5. Berakhir dengan kematian

6. Bagaimana kriteria untuk menegakan status KLB/wabah?


Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak diketahui.
10

Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu


berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50%
atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.
Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih dibandingkan periode yang sama dalam kurun waktu/tahun
sebelumnya.
Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya
daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
Beberapa penyakit yang dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan makanan
dan keracunan pestisida.
Dalam menentukan apakah ada wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu
atau bulan sebelumnya.
Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan

7. Bagaimana langkah langkah penyelidikan KLB?


Langkah-langkah penyelidikan KLB
-

Persiapan penelitian lapangan


Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
Memastikan diagnosis etiologis
Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
Mendeskripsikan kasus berdasarkan oraang, waktu dan tempat
Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
Merencanakan penelitian lain yang sistimatis
11

Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan


Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada
sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

a. Apa saja kriteria KLB?


Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a) Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak diketahui.
b) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst)
c) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
d) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
f) Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan
50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.
g) Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan
2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yang sama dalam kurun waktu/tahun
sebelumnya.
h) Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
i) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya
daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
j) Beberapa penyakit yang dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan makanan
dan keracunan pestisida.
k) Dalam menentukan apakah ada wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu
atau bulan sebelumnya.
l) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang
diharapkan.
12

8. Bagaimana teknik mencegah dan menanggulangi KLB?


9. Bagaimana standar fasilitas dan pelayanan pada puskesmas?
Fungsi Puskesmas Rawat Inap sebagai tempat rujukan pertama bagi kasus tertentu
yang perlu dirujuk, mempunyai beberapa fungsi pokok, antara lain :
1. Fungsi sesuai dengan tugasnya yaitu pelayanan,pembinaan dan pengembangan,
dengan penekanan pada fungsi pada kegiatan yang bersifat preventif, promotif,
dan fungsi rehabilitative
2. Fungsi yang berorientasi pada kegiatan teknis terkait instalasi perawatan pasien
sakit, instalasi oba, instalasi gizi, dan instalasi umum. Juga fungsi yang lebih
berorientasi pada kegiatan yang bersifat kuratif.
Beberapa kriteria Puskesmas Rawat Inap, sebagai sebuah Pusat Rujukan Antara
bagi penderita gawat darurat sebelum dibawa ke RS, antara lain sebagai nerikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari Rumah Sakit


Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor
Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai
Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari
Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah 3 Pus kesmas di
sekitarnya minimal 20.000 jiwa per Puskesmas
6. Pemerintah Daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.
Sementara kegiatan puskesmas rawat inap, antara lain meliputi :
1. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat, antara
lain: Kecelakaan lalu lintas, Persalinan denngan penyulit, dan Penyakit lain yang
mendadak dan gawat
2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam
rangka diagnostik dengan rata-rata 3-7 hari perawatan.
3. Melakukan pertolongan sementara untuk pengiriman penderita ke Rumah Sakit.
Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan denngan resiko tinggi dan
persalinan dengan penyulit
4. Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita ( MOP dan MOW )
untuk Keluarga Berencana.
Standar ketenagaan yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas Rawat Inap
menurut Pedoman Kerja Puskesmas (Depkes RI, 2002):
1. Dokter kedua di Puskesmas yang telah mendapatkan latihan klinis di Rumah sakit
selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri-gynekologi, pediatri dan interne.
13

2. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah,
kebidanan, pediatri dan penyakit dalam.
3. 3 orang perawat / bidan yang diberi tugas bergilir
4. 1 orang pekarya kesehatan (SMA atau lebih)
Sedangkan standar sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan
Puskesmas Rawat Inap
1. Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan terpisah antara anak,
wanita dan pria untuk menjaga privacy )
2. Ruangan operasi dan ruang post operasi
3. Ruangan persalinan (dan ruang menyusui sekaligus sebagai ruang recovery)
4. Kamar perawat jaga
5. Kamar linen dan cuci
Sementara standar peralatan Medis yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas
Rawat Inap, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Peralatan operasi terbatas


Peralatan obstetri patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi
Peralatan resusitasi
Minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan
Alat Komunikasi dan Transportasi
Telepon atau Radio Komunikasi jarak sedang
Satu buah ambulance (minimal)

Standar diatas merupakan syarat minimal, karena untuk menuju peningkatan kualitas
pelayanan, diperlukan inovasi seorang kepala Puskesmas, baik terkait obat-obatan,
penunjang medis, protap perawatan medis dengan referensi yang uptodate, juga adanya
medical review secara berkala maupun pengembangan kegiatan non medis dan lainnya.
Cakupan rawat inap
Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (Depkes RI,
2003), cakupan rawat inap merupakan cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana
pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Jumlah kunjungan rawat inap baru adalah jumlah kunjungan rawat inap baru
yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Poli Umum, baik dalam dan luar gedung di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dan penyebut adalah jumlah penduduk di
satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Sementara untuk mencapai tujuan
cakupan layanan, beberapa langkah kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Pendataan penduduk, sarana kesehatan, dan kunjungan ke sarana kesehatan
2. Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan
3. Analisa kebutuhan pelayanan
14

4. Penyuluhan
5. Pelatihan Sumber Daya manusaia
6. Pencatatan dan pelaporan
Refference, antara lain : Depkes RI. 2003. Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota; Depkes RI. 2002. Pedoman Kerja Puskesmas

10. Bagaimana macam macam teori mengenai desain epidemiologi?

11. Bagaimana desain epidemiologi yang baik untuk kasus ini?

15

Kerangka Konsep

5 pasien
terdiagnosis
DBD

Mengadakan penyuluhan
tanpa persiapan

Tempat
penyuluhan
tidak tepat

Peserta
terlalu sedikit

Pembagian
stiker

Materi yang
disampaikan
kurang tepat

Pesan dalam stiker


tidak jelas

Promosi kesehatan
tidak efektif
Penderita DBD

16

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di Puskesmas Maju, terjadi KLB berupa peningkatan kasus DBD akibat dr. Bagus
bersama timnya tidak melakukan surveilan epidemiologi secara rutin sehingga mereka
tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang
berpotensi KLB.

DAFTAR PUSTAKA

17

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai