Kebijakan Moneter
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan Moneter Kontraktif
Kebiakan Moneter Konstraktif Reaksional
1. Kebijakan Moneter
a. Kredit selektif
Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
memperketat pemberian kredit
b. Politik sanering
Ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13
Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Kebijakan Fiskal di Indonesia
a. Dalam rangka mengembangkan rasio ketenagalistrikan nasional, apabiladalam tahun
2009 sebesar 64,8 persen meliputi jumlah pelanggan sebesar 41,0 juta,diharapkan dalam
tahun 2014 dapat mencapai target sebesar 80,3 persen. Oleh karena itu,besarnya
pendanaan/investasi yang diperlukan sampai dengan tahun 2014 mencapai sekitarRp506
triliun. Jumlah tersebut diharapkan dapat dipenuhi oleh PT. PLN (Persero) dengansharing
Pemerintah sebesar Rp322 triliun, dan dari IPP/PPP Rp184 triliun.Mengingat
kemampuan pendanaan Pemerintah Pusat melalui APBN, maupun PT. PLN(Persero)
dalam rangka mengembangkan sektor ketenagalistrikan nasional sangat terbatas,sehingga
peran dari berbagai pihak diharapkan dapat membantu mengatasi masalahpendanaan
ketenagalistrikan nasional tersebut.
b. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kamenkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan,
anggaran Rp 170 Triliun masuk dalam belanja modal yang sebagian besarnya
dialokasikan untuk infrastruktur. Pemerintah sudah menganggarkan untuk tahun 2012 itu
sebesar Rp 170 Triliun dalam bentuk belanja modal dan tidak semuanya di buat
infrastruktur .
3. Kebijakan Fiskal Ekspansif
a. Proporsi belanja pemerintah yang tidak diserap kembali ke kas negara adalah subsidi.
Subsidi yang bertujuan untuk meringankan beban masyarakat pra sejahtera pada
hakikatnya bukan merupakan pembelanjaan pemerintah yang bertujuan untuk
peningkatan penerimaan kas negara. Seperti pemerintah menaikan subsidi terhadap
minya tanah .
b. Peningkatan belanja terutama belanja modal untuk mempercepat pengembangan
infrastruktur di Indonesia yang dapat menjadi daya tarik investasi dan pendorong