Anda di halaman 1dari 4

Rangkuman Mata Kuliah

Auditing II Kelas C
Bab 14 Audit Siklus Penjualan dan Penagihan: Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Pertemuan 2
untuk
Drs. Wartono, Msi., Akt., CPA, CA

Oleh
Dany Adi Saputra

F0312038

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Sebelas Maret
Semester Ganjil 2014/2015

Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan serta Penagihan


Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah
saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip prinsip akuntansi yang diterima umum.
Terdapat lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan:
1.
2.
3.
4.
5.

Penjualan (penjualan tunai dan kredit)


Penerimaan kas
Retur dan pengurangan penjualan
Penghapusan piutang tak tertagih
Estimasi beban piutang tak tertagih

Setiap transaksi (kecuali penjualan tunai) dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan
dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan
untuk pitang tak tertagih.
Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait
Siklus penjualan dan penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk
dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan
konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.
Delapan fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan penagihan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pemrosesan pesanan pelanggan


Pemberian kredit
Pengiriman barang
Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas
Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan penjualan
Penghapusan piutang usaha tak tertagih
Penyediaan piutang tak tertagih

Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas


Transaksi Penjualan
1. Memahami pengendalian internal penjualan
2. Menilai resiko pengendalian yang direncanakan penjualan, meliputi: pemisahan
tugas yang memadai, otorisasi yang tepat, dokumen dan catatan yang memadai,
dokumen yang telah dipranomori, laporan tagihan bulanan, dan prosedur verifikasi
internal.
3. Menentukan luas pengujian pengendalian. Luas pengujian pengendalian dalam audit
perusahaan non public tergantung padak eefektifan pengendalian dan sejauh mana

auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk mengurangi resiko
pengendalian.
4. Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan. Untuk setiap pengendalian
kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian harus dirancang untuk memverifikasi
keefektifannya.
5. Merancang pengujian substantif pengendalian untuk penjualan. Menentukan prosedur
pengujian substantif atas transaksi penjualan yang tepat relatif sulit karena sangat
bervariasi tergantung pada situasinya. Untuk mencatat penjualan yang terjadi, auditor
harus memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin terjadi :
a. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah
dilakukan.
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
c. Pengiriman dilakukan pada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.
Retur dan Pengurangan Penjualan
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang telah
digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah
materialitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material
sehingga auditor dapat mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan keterjadian. Untuk retur dan
pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi yang
tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang
ditutupi oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian danPengujian Substantif atas
Transaksi Penerimaan Kas
Prosedur audit untuk pengujian pengendalian, pengujian substansif atas transaksi penerimaan
kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk
penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini :
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian.
3. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi
setiap tujuan.
Lapping piutang usaha (lapping of account receivable) adalah penundaan ayat jurnal
penagihan piutang usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan ini bisa
dicegah dengan cara pemisahan tugas dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang
menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas ke dalam sistem.

Pengujian Audit Untuk menghapus Piutang tak Tertagih


Kekhawatiran utama auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak
tertagih adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus
piutang usaha yang sudah ditagih. Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan
ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak tertagih harus diberikan oleh
tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh mengenai
alasan pelanggan tidak mampu membayar.
Pengendalian Internal Tambahan terhadap Saldo Akun serta Penyajian Pengungkapan
Pengendalian internal berkaitan langsung dengan saldo akun dan penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian
dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi.
Hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan hampir bukan merupakan masalah
yang signifikan bagi piutang usaha. Karena itu, personil akuntansi yang kompeten biasanya
sudah merupakan pengendalian yang cukup bagi tujuan audit tersebut.
Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif atas Transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substansif atas rincian saldo.
Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan pengujian
substansif atas transaksi dalam dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang
usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Lebih lanjut, jika pengujian tidak memuaskan, auditor harus melakukan pengujian substantif
tambahan atas penjualan, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang tak tertagih,
dan pemrosesan penerimaan kas.

Anda mungkin juga menyukai