PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Limfoma adalah salah satu jenis kanker darah yang terjadi ketika limfosit B atau T, yaitu sel
darah putih yang menjaga daya tahan tubuh, menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat
dari sel biasa atau hidup lebih lama dari biasanya. Limfoma dapat muncul di berbagai bagian
tubuh, seperti nodus limfa, limpa, sumsum tulang, darah, atau organ lainnya, yang pada
akhirnya akan membentuk tumor, yang tumbuh dan mengambil ruang jaringan dan organ di
sekitarnya, sehingga menghentikan asupan oksigen dan nutrien untuk jaringan atau organ
tersebut.
Pada Hodgkins dengan disease, juga disebut Hodgkin limfoma, limfosit abnormal yang
terkena adalah sel Reod Sternborf (limfosit B). Tipe limfosit ini tidak ditemukan di tipe
limfoma lain.
Secara klasifikasi spesifik perbedaan antara LH dan LNH adalah pada pemeriksaan
mikroskop bila ditemukan suatu sel spesifik (sel Reed-Sternberg) berarti LH, namun bila
tidak ditemukan berarti termasuk dalam LNH. Bila dilihat dari gejala klinis maka
perbedaannya adalah pada LNH perkembangan gejala lebih agresif. Lokasi kelenjar getah
bening yang terkena pada LNH adalah limpa, hati, dan sumsum tulang yang mengakibatkan
pasien mengalami anemia, trombositopenia dan leukopenia. Organ tubuh diluar kelenjar
getah bening yang terkena pada LNH adalah otak, paru, lambung, usus halus, tulang, dan
testis. Berbeda dengan LH, dimana tidak didapatkan gejala di organ tubuh diluar kelenjar
getah bening. Dan biasanya pada LNH, tumor dirasakan lebih keras dibandingkan pada LH.
BAB II
PEMBAHASAN
LIMFOMA HODKIN
A. DEFINISI
Penyakit Hodgkin adalah penyakit keganasan tanpa diketahui penyebabnya yang berasal dari
sistem limfatika dan terutama melibatkan sistem limfe. (Keperawatan Medikal Bedah 2, 2002
: hlm.957).
Penyakit Hodgkin adalah suatu penyakit klonal, yang berasal dari suatu sel yang abnormal.
Populasi sel abnormal tidak diketahui tetapi tampaknya berasal dari sel B atau T, atau suatu
monosit. Sel-sel neoplastik pada penyakit Hodgkin disebut sel Reed-Steinberg. Sel-sel ini
terselip diantara jaringan limfoid normal yang terdapat di organ-organ limfoid. (Elizabeth j.
Corwin:135)
Penyakit Hodgkin (Limfoma Hodgkin) adalah suatu jenis limfoma yang dibedakan
berdasarkan jenis sel kanker tertentu yang disebut sel Reed-Steinberg, yang memiliki
tampilan yang khas dibawah mikroskop. Sel Reed-Steinberg memiliki limfositosis besar yang
ganas yang lebih besar dari satu inti sel. Sel-sel tersebut dapat dilihat pada biopsi yang
diambil dari jaringan kelenjar getah bening, yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
(Medicastore, 2009)
Penyakit Hodgkin (Hodgkin Disease) atau Limfoma Hodgkin ialah limfoma maligna yang
khas ditandai oleh adanya sel Reed Steinberg dengan latar belakang sel radang pleomorf
(limfosit, eosinofil, sel plasma dan histiosit). (Hematologi Klinik Ringkas, 2007)
Limfoma Hodgkin adalah kanker jaringan limfoid, biasanya kelenjar limfe dan limfa.
Penyakit ini adalah salah satu kanker yang tersering dijumpai pada orang dewasa muda,
terutama pria muda.
Terdapat empat klasifikasi penyakit Hodgkin, berdasarkan sel yang terlibat dan apakah
bentuk neoplasmanya nodular atau tidak. Dari penentuan stadium penyakit Hodgkin sangat
perlu dilakukan, karena dapat memberi petunjuk mengenai pengobatan dan sangat
mempengaruhi hasil akhir. Stadium-stadium awal penyakit Hodgkin, stadium I dan II,
biasanya dapat disembuhkan. Angka kesembuhan untuk stadium III dan IV cenderung
masing-masing adalah 75% dan 60%.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti limfoma Hodgkin masih belum diketahui (idiopatik). Namun, orang yang
mengidap penyakit ini atau yang sudah mengalami remisi memperlihatkan mengalami
penurunan imunitas yang diperantarai oleh sel T. selain itu kelompok kelompok kasus
sporadic mengisyaratkan bahwa suatu virus, mungkin dari kelompok herpes, ikut berperan.
Mungkin terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini. Diperkirakan aktivasi
gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk
limfoma. , yaitu suatu sel tumor raksasa yang khas, dengan morfologi unik dua batas sel tidak
jelas. Sel ini merupakan tanda patologis dan merupakan kriteria diagnostik yang penting dari
penyakit Hogkin.
Sel ganas pada penyakit hodgkin adalah Reed Sternburg cellsPenyebabnya tidak diketahui,
walaupun beberapa ahli menduga bahwa penyebabnya adalah virus, seperti virus Epstein Barr
dan penyakit ini tampaknya tidak menular. Namun terdapat beberapa faktor risiko terkait
timbulnya penyakit limfoma, yaitu :
Orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau yang mendapat
terapi imunosupresan memiliki risiko tinggi untuk timbulnya limfoma.
Orang yang sering kontak dengan herbisida atau pestisida, misalnya petani
Infeksi virus Epstien-Barr atau human T-cell lymphocytotropic virus (HTVL).
HTVL menyebabkan limfoma sel T
Genetik
Jenis kelamin
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Limfoma Hodgkin
Menurut Brunner&Suddart, untuk memudahkan dan menentukan penanganan, beratnya
penyakit Hodgkin diklasifikasikan sebagai berikut:
Tahap I
Penyakit terbatas pada satu nodus dan struktur disekitarnya, atau suatu organ atau
tempat diluar sistem limfatik.
Tahap II
Penyakit melibatkan lebih dari satu nodus atau kelompok nodus, tetapi masih terbatas
pada satu sisi diagfragma saja.
Tahap III
Penyakit ada dikedua sisi diatas dan bawah diagrfagma dan bisa hanya melibatkan
limpa, satu tempat diluar sistem limfatik atau keaduanya.
Tahap IV
Penyakit telah menyebar merata ke satu atau ekstra limfatik dengan atau tanpa
keterlibatan nodus limfe yang bersangkutan.
Menurut Cotswolds (1990) yang merupakan modifikasi dan klasifikasi Ann Arbor (1971),
Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium menurut tingkat keparahannya :
Stadium I : Kanker hanya terbatas pada satu daerah kelenjar getah bening saja atau
pada satu organ
Stadium II : Pada stadium ini, sudah melibatkan dua kelenjar getah bening yang
berbeda, namun masih terbatas dalam satu wilayah atas atau bawah diafragma tubuh
Stadium III : Jika kanker telah bergerak ke kelenjar getah bening atas dan juga bawah
diafragma, namun belum menyebar dari kelenjar getah bening ke organ lainnya.
Stadium IV : Merupakan stadium yang paling lanjut. Pada stadium iniyang terkena
bukan hanya kelenjar getah bening, tapi juga bagian tubuh lainnya, seperti sumsum
tulang atau hati.
Menurut klasifikasi Ann Arbor, penentuan stadium didasarkan jenis patologi dan tingkat
keterlibatan. Jenis patologi (tingkat rendah, sedang, atau tinggi) didasarkan pada formulasi
kerja yang baru.
Formulasi kerja yang baru
Tingkat rendah: Tipe yang baik
1. Limfositik kecil.
2. Sel folikulas, kecil berbelah.
3. Sel folikulas dan campuran sel besar dan kecil berbelah
Tingkat sedang: Tipe yang tidak baik
1. Sel folikulis, besar.
2. Sel kecil berbelah, difus
3. Sel campuran besar dan kecil, difus.
4. Sel besar, difus
Tingkat tinggi: Tipe yang tidak menguntungkan
1. Sel besar imunoblastik.
2. Limfoblastik.
3. Sel kecil tak berbelah
X : bila ada bulky mass ( 1/3 lebar thorax dan 10 cm untuk ukuran kelenjar).
S : bila limpa (spleen) terkena.Untuk menentukan luasnya penyakit diperlukan
prosedur staging tertentu.
D. PATOFISIOLOGI
P e n ya k i t H o d g k i n b i a s a n ya b e r a w a l s e b a g a i p e m b e s a r a n n o d u s l i m f e
t a n p a n ye r i . D u l u d i ya k i n i
getah bening membesar karena sel-sel ini juga menarik sel-sel kekebalan tubuh lainnya yang
normal.
Sel B merupakan jenis sel getah bening yang menjadi bagian penting dari respon sistem
kekebalan terhadap benda asing. Untuk melawan infeksi, biasanya sel B bekerja dengan sel T
yang matang dalam timus.
Diagnosis penyakit Hodgkin tergantung pada ditemukannya sel Reed-sternberg di nodus
limfatikus yang diambil. Begitu diagnosis ditegakkan, perlu dilakukan pengkajian untuk
mengidentifikasi setiap lesi tumor didalam dan diluar sistem limfatik dan keterlibatan
keseluruhan tumor.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan limfoma Hodgkin, antara lain :
Pembesaran nodus limfe tanpa nyeri pada satu sisi leher dan kemudian menyebar.
Gangguan menelan akibat pembesaran nodus limfe.
Paralisis faringeal dan neural brakhial akibat penekanan pada saraf.
Edema ekstremitas akibat penekanan pada vena.
Obstruksi ikterik akibat penekanan pada kandung empedu.
Limpa teraba dan hepatomegali.
Anemia progresif.
Demam tinggi akibat peningkatan jumlah leukosit, dan jumlah PMN meningkat
secara abnormal.
Penurunan berat badan
Nyeri
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah dapat bervariasi dari secara lengkap normal sampai abnormal. Pada tahap
I sedikit klien mengalami abnormalitas hasil pemeriksaan darah.
SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin
ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
SDM dan Hb/Ht : menurun.
abdominal
mengevaluasi
luasnya
keterlibatan
nodus
limfa
retroperitoneal.
Scan tulang : dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
Skintigrafi Galliium-67 : berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit
nodul, khususnya diatas diagfragma.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah menghancurkan sel kanker sebanyak mungkin dan mencapai remisi.
Dengan penanganan yang optimal, sekitar 95% klien limfoma Hodgkin stadium I atau II
dapat bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih. Jika penyakit ini sudah meluas, maka angka
ketahanan hidup 5 tahun sebesar 60-70%. Pilihan terapinya adalah :
Radiasi.
Terapi radiasi diberikan jika penyakit ini hanya melibatkan area tubuh tertentu saja.
Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi tunggal, namun umumnya diberikan
bersamaan dengan kemoterapi. Jika setelah radiasi penyakit kembali kambuh, maka
diperlukan kemoterapi. Beberapa jenis terapi radiasi dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker yang lain, seperti kanker payudara atau kanker paru, terutama jika
klien berusia < 30 tahun. Umumnya klien anak diterpai dengan kemoterapi
kombinasi, tapi mungkin juga diperlukan terapi radiasi dosis rendah.
Kemoterapi.
Jika penyakit ini sudah meluas dan sudah melibatkan kelenjar getah bening yang lebih
banyak atau organ lainnya, maka kemoterapi menjadi pilihan utama. Regimen
kemoterapi yang umum diberikan adalah ABVD, BEACOPP, COPP, Stanford V, dan
MOPP. Regimen MOPP (terdiri dari mechlorethamine, Oncovin, procarazine, dan
prednisone) merupakan regimen standar, namun bersifat sangat toksik, sedangkan
regimen ABVD (terdiri dari doxorubicin/Adriamycin, bleomycin, vinblastine, dan
dacarbazine) merupakan regimen yang lebih baru dengan efek samping yang lebih
sedikit dan merupakan regimen pilihan saat ini. Kemoterapi diberikan dalam beberapa
siklus, umumnya sela beberapa minggu. Lamanya kemoterapi diberikan sekitar 6-10
bulan.
Transplantasi sumsum tulang.
Jika penyakit kembali kambuh setelah remisi dicapai dengan kemoterapi inisial, maka
kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer
autologus (dari diri sendiri) dapat membantu memperpanjang masa remisi penyakit.
Karena kemoterapi dosis tinggi akan merusak sumsum tulang, maka sebelumnya
dikumpulkan dulu sel induk darah perifer atau sumsum tulang.
PenyakitTahap Awal
Terapi
Prognosis Jinak ( stage 1 dan II tanpa faktor Radiasi atau 4-6 siklus ABVD atau EBVD
resiko)
plus radiasi
Prognosis Ganas (stage 1 dan II dengan faktor 4-6 siklus ABVD/MOPP plus radiasi
resiko)
Penyakit tahap lanjut
Penyakit Kambuh
Kambuh setelah Radiasi
I. KOMPLIKASI
Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan (infertilitas)
Gagal fungsi hati
Gangguan pada paru-paru
Penyakit-penyakit kanker
Efek samping dari radiasi (seperti nausea, disfagia, esofagitis, dan hipotiroid) dan
kemoterapi (seperti penurunan jumlah sel darah, dapat menyebabkan meningkatnya
risiko pendarahan, infeksi, dan anemia).
J. ASUHAN KEPERAWATAN
B. ETIOLOGI
C. KLASIFIKASI
1.
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh
cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini
tumbuh dengan cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya sangat menakutkan,
limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun
pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama,
sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya,
limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada
limfoma non Hodgkin indolen.
2. Limfoma non Hodgkin indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala,
dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering
ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab
lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening
pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah,
atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian
diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang
paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin
mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam
stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.
D. PATOFISIOLOGI
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala
Penyebab
Kemungkinan
timbulnya gejala
Gangguan
pernafasan
bening di dada
Pembengkakan
wajah
nafsu Pembesaran kelenjar getah 30-40%
Hilang
bening di perut
makan
Sembelit
Nyeri
berat
perut
perut kembung
atau
Pembengkakan
tungkai
Penurunan
halus
badan
Diare
Malabsorbsi
Pengumpulan
cairan
di
paru-paru
(efusi pleura)
Daerah
10-20%
Penurunan
limfoma
ke 50-60%
seluruh tubuh
badan
Demam
Keringat di malam
hari
Anemia
pada
(berkurangnya
pencernaan
bisa
jumlah
merah)
sel
akhirnya
darah Penghancuran
sel
merah
limpa
oleh
sel
darah
hemolitik)
sumsum
obat
atau
terapi
penyinaran
Mudah
terinfeksi Penyebaran
oleh bakteri
ke
sumsum 20-30%
menyebabkan
berkurangnya
pembentukan
antibody
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
H. PENATALAKSANAAN
I. KOMPLIKASI
Akibat langsung penyakitnya
Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
Akibat efek samping pengobatan
Aplasia sumsum tulang.
Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
Neuritis oleh obat vinkristin6
J. ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC.
Brunner&Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Vol: 2. Jakarta: EGC.
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Noer HMS, Waspadji S, Rachman A M, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi
3. BagianIlmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1996.