Anda di halaman 1dari 2

Islam di Antara Kebodohan Guru dan Fanatisme Murid

By : Ahmad Sarwat, Lc., MA - [ baca semua tulisan ]


4 August 2014, 06:45:08 | dibaca 2055 kali

Salah satu penyakit yang paling sering menyerang pemahaman para juru dakwah dan aktifis
Islam adalah mengidentikkan antara pendapat pribadi mereka dengan agama Islam.
Dalam pandangan mereka, semua pendapat dan pandangan subjektif yang lahir dari otak mereka
adalah Islam. Kemudian, luas agama Islam itu dipenjara sedemikan rupa hanya sebatas apa yang
mereka pahami saja. Di luar itu dianggap bukan Islam dan harus diperangi.
Kalau baru sampai disitu barangkali masih belum terlalu jadi masalah. Sebab kenyataannya
memang banyak sekali umat Islam yang sangat awam dan punya pemikiran seperti itu.
Tetapi pemikiran semacam ini menjadi gawat kalau bersemayam di dalam kepala para juru
dakwah dan aktifisnya. Sebab mereka punya banyak murid yang biasanya merupakan pengikut
fanatik, karakter yang selalu ditumbuhkan adalah mengamini semua yang keluar dari mulut
gurunya serta setia selalu membela sang guru.
Buat mereka, sama sekali tidak penting lagi apakah gurunya itu benar atau keliru. Dan mereka
pun tidak terlalu peduli apakah wawasan dan ruang lingkup keilmuan guru mereka itu
bermasalah atau tidak. Yang mereka tahu hanya bagaimana menjadi pembela sang guru. Dan
membela sang guru berarti membela agama Islam. Titik.
Sayangnya sang guru pun kurang bijaksana. Mereka mendapat dukungan fanatik dari para murid,
jadinya malah bersikap besar kepala, sombong dan merasa besar. Ujung-ujungnya seringkali
main vonis sendiri seenaknya.
Maka tidak sedikit para guru yang sejatinya merupakan juru dakwah dan aktifis yang terlalu
mudah bersikap antipati pada pendapat siapa pun yang tidak sejalan dengan pendapatnya.
Bahkan pendapat yang tidak disukainya itu dengan mudah dijatuhi vonis sebagai bukan Islam.
Lebih jauh lagi, karena punya kekuatan masa, secara masif diajaknya para pendukung fanafik itu
untuk memerangi pendapat lain yang tidak disukainya itu. Dan semua diberi legitimasi sebagai
bagian dari perjuangan dan dakwah Islam.
Padahal duduk masalah yang diributkan sebenarnya bukan perbedaan antara Islam dan bukan
Islam. Yang diributkan ternyata sekedar perbedaan pendapat di kalangan ulama yang sudah ada
sejak masa lalu. Bahkan ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits nabi pun memberi peluang atas
perbedaan itu.
Kalau saja mereka sedikit belajar dan memandang lebih luas, maka apa yang selama ini
dijadikan komoditas materi dakwah ternyata sekedar ribut-ribut tanpa ilmu yang sama sekali
tidak produktif dan hanya menyakiti hati sesama muslim saja.

Sayangnya, karena wawasan dan ilmu yang sangat terbatas, yang dia kenal hanya satu versi saja.
Versi-versi lain yang tidak dikenalnya selama ini, langsung dicap sebagai bukan Islam.
Kalau sudah begini, seringkali aktifitas dakwah dan gerakan-gerakan di dalamnya akan menjadi
kurang efektif dan buang-buang energi. Kita jadi sibuk perang pada wilayah yang sebenarnya
kurang penting dan tidak prinsipil. Menang tidak menambah pahala dan kalah pun cuma bikin
dendam saja.
Inilah fenomena paling menyakitkan yang melanda umat Islam saat ini. Kalau dulu Rasulullah
SAW dan para shahabat berjihad melawan orang kafir harbi, sekarang kita justru sibuk
memerangi umat dan pengikut Nabi Muhammad SAW sendiri. Wal 'Iyadzu billah.
Hari ini di hampir semua lini, kita tidak lagi berperang melawan orang kafir yang sesungguhnya,
tetapi kita justru sibuk membunuh dan memerangi sesama muslim. Di level dakwah, kita makin
asyik menjadikan saudara muslim kita sendiri sebagai musuh. Lalu kita sibuk bertengkar,
mencaci, menghujat, memaki, melecehkan, menuduh saudara kita sendiri, yang nota bene samasama mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
Konten dakwah kita berubah dari mengajak kepada Islam menjadi senjata untuk menghabisi
kehormatan sesama muslim. Materi dakwah bukan lagi mengajak kita mendalami Islam, tetapi
sekedar menjadi bumbu-bumbu penyedap untuk mengunyah daging saudara kita sendiri dengan
lahap.
Nun di kejauhan sana, orang-orang kafir lagi asyik menonton kita, umat Rasulullah SAW, yang
lagi sibuk saling memukul, saling menggebuk, saling balas dendam dan mewariskan dendam
kesumat untuk saling berperang dengan sesamanya.
Orang-orang kafir itu sekarang bisa duduk santai, tidak perlu kerja keras lagi. Toh, lawanlawannya sedang sibuk perang sendiri-sendiri.
Islam di antara kebodohan guru dan fanatisme murid.
Ahmad Sarwat, Lc., MA

Anda mungkin juga menyukai