PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha
asuransi
merupakan
suatu
mekanisme
yang
memberikan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asuransi?
2. Apa saja manfaat asuransi?
3. Apa yang dimaksud dengan risiko dan ketidakpastian?
4. Apa saja prinsip dalam asuransi?
5. Apa yang dimaksud dengan polis dan premi asuransi?
6. Bagaimana penggolongan asuransi?
7. Bagaimana pengaturan perasuransian di Indonesia?
8. Bagaimana mengurus perizinan pendirian perusahaan asuransi?
9. Apa yang dimaksud dengan asuransi kredit?
10. Apa pengertian dari asuransi syariah?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui pengertian dan manfaat asuransi.
2. Mengetahui tentang risiko dan ketidakpastian.
3. Mengetahui prinsip-prinsip asuransi.
4. Mengetahui tentang polis dan premi asuransi.
5. Mengetahui pengaturan perasuransian di Indonesia.
6. Mengetahui cara mengurus perizinan pendirian perusahaan asuransi.
7. Mengetahui tentang asuransi kredit.
8. Mengetahui tentang asuransi syariah beserta keuntungan/ kelebihannya.
9. Mengetahui perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada para pembaca berupa :
1. Pengetahuan mengenai seluk beluk asuransi.
2. Pemahaman mengenai asuransi syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau
perlindungan dari risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada
pihak lain. Berikut adalah beberapa definisi asuransi menurut beberapa sumber :
1. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana sesorang
penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu.
2. Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992 tentang Usaha Perasuransian
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
3. Menurut Paham Ekonomi
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat
dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan,
disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis
asuransi, serta asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi
atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa
yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious event).
B. Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara
lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari
risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut
benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian
sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan
penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukannilai
pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara
periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh
besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak
penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak.
Semakin besar nilai pertangguangan, semakin besar pula premi periodik yang
harus dibayar oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan
tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang
dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada
penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai
pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risikokerugian yang
bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan,
dan lain-lain).
D. Prinsip Asuransi
1. Insurable interest (kepentingan yang dipertanggungkan)
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan
suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum
antara tertanggung dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Syarat yang perlu
dipenuhi agar memenuhi kriteria insurable interest:
a. Kerugiaan tidak dapat diperkirakan. Risiko yang bisa diasuransikan berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya kerugian. Kemungkian tersebut tidak dapat
diperkirakan terjadinya.
b. Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau
harta yang memiliki nilai material baik bagi tertanggung maupun bagi
penanggung.
c. Catastrophic. Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan
suaatu kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar
E. Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian
antara edua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Polis asuransi
memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor
polisi, nomor rangka, dan nomor mesin kendaraan.
F. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak
penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik.
Jumlah premi tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya
tingkaat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Jangka waktu pembayaran premi
sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan dalam polis asuransi.
G. Penggolongan Asuransi
1. Menurut Sifat Pelaksanaannya
a. Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan sematamata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko
kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan.
b. Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait
yang pelakasanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian
Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha
perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis :
a. Usaha Asuransi
1) Asuransi kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat dn tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang timbul dari peristiwa yag tidak pasti. Usaha asuransi kerugian
ini dapat dipilah sebagai berikut:
a) Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.
b) Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung
akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan saat pelayaran.
c) Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat
digolongkan kedala kedua asuransi diatas, missal : asuransi kendaraan
bermotor, asuransi kecelakaan diri, dan lain sebagainya.
2) Asuransi jiwa (life insurance)
Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya
seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa memberikan:
a) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
b) Santunan bagi tertanggung yang meninggal
c) Bantuan
untuk
menghindari
kerugian
yang
disebabkan
oleh
Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi
umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis
kepada agen yang disebut debit agent.
3) Reasuransi (reinsurance)
Adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan
atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu system penyebaran
risiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari
pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. Penyebaran
risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi
dan reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan secara
bersama atas suatu objek asuransi. Sedangkan reasuransi adalah proses
untuk untuk mengasuransikan kembali pertanggung jawaban pada pihak
tertanggung. Fungsi reasuransi adalah :
a) Meningkatkan kapasitas akseptasi.
b) Alat penyebaran risiko.
c) Meningkatkan stabilitas usaha.
d) Meningkatkan kepercayaan.
Mekanisme untuk reasuransi antara lain:
a) Treaty dan facultative reinsurance
Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan yang
diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima
jumlah yang ditawarkan.
b) Reasuransi proporsional
Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur dilakukan
secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan.
Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung
oleh ceding company.
c) Reasuransi nonproporsional
Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak
membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada di
treaty. Treaty dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang
dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
10
11
I.
12
J.
Asuransi Kredit
Asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan terutama di
bidang perkreditan yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang
bergerak dan tidak bergerak yang sewaktu-waktu dapat tertimpa risiko yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang dan bank sebagai pemberi kredit.
Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kepada
nasabahnya. Untuk melindungi diri dari kemungkinan nasabah yang tidak dapat
mengembalikan kredit, pemberi kredit menutup asuransi atas kredit tersebut. Dalam
asuransi kredit, yang menjadi pihak tertanggung adalah pemberi kredit (bank
dan/atau lembaga keuangan) dan yang ditanggung oleh penanggung adalah risiko
kredit di mana tidak diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya (yang
umumnya terdiri atas para pengusaha). Asuransi kredit bertujuan :
1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali kredit
yang diberikan kepada para nasabahnya.
2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit
perbankan maupun kredit lainnya diluar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit ini bank terdorong untuk lebih giat
membantu para nasabahnya dalam menyediakan modal untuk mengembangkan
usahanya. Pengelolaan asuransi kredit di Indonesia dipercayakan oleh pemerintah
kepada PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) yang berkantor pusat di
Jakarta, di mana yang menjadi tertanggung adalah bank-bank pemerintah, bankbank swasta, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Sebagai imbalan atas
jaminan yang diberikan oleh PT Askrindo, bank membayar premi atas kredit yang
ditanggung. Premi tersebut menjadi beban bank, tetapi dalam praktik, ada juga bank
yang membebankan premi tersebut kepada nasabahnya yang memperoleh kredit.
Walaupun begitu, yang menjadi tertanggung bukan nasabahnya, tetapi bank
pemberi kredit.
13
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/
peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan
digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian
partisipan/ anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan
operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang
diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi
ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama
manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami
peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2,
yang artinya : "Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan
jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"
14
3. Sumbangan (tabarru) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka diselesaikan menurut
syariat.
4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan
harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah.
5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan
supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan
tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut ijin yang
diberikan oleh jamaah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan
syari.
perjanjian
harus
transaksi
jelas
secara
bisnis
hukum
di
antara
ataupun
pihak-pihak
yang
non-hukum
untuk
mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa mendatang.
Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang menentukan sah atau
tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi sangat
menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan
peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong
(takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau
perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas
adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan. Sementara
15
itu
terjadi
pada
asuransi
konvensional,
dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas
16
usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan
Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi
ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung
merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya,
perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan
kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing
pihak menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran
dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad,
yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual
beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum.
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu
suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan
mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat,
karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik muamalah yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan
asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang
terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah
(mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi milik perusahaan.
3. Tabarru dan Tabungan
Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya
sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri
(dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan secara
ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi
syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana
tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah,
dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan
oleh sesama peserta untuk saling menolong.
Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah
sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat
besar di hadapan Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi
SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi
hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).
17
18
19
peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka
dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali
sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal
yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa
kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian
dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan
si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih
dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat
tergantung dari hasil investasinya.
7. Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah
Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan
sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein dalam
makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at taawun atau at takaful
(asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola oleh suatu badan, dan terjadi
kesepakatan dari anggota untuk bersama -sama memikul suatu kerugian atau
penderitaan yang mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu
masing-masing anggota membayar iuran berkala (premi). Dana yang terkumpul
akan terus dikembangkan, sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk
kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan badan pengelola (asuransi
syariah). Dengan demikian badan tersebut tidak dengan sengaja mengeruk
keuntungan untuk dirinya sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah
tolong-menolong seperti yang diajarkan Islam.
8. Dewan Pengawas Syariah
Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional
(DSN), baik dari segi operasional perusahaan, investasi maupun SDM.
Kedudukan DPS dalam struktur organisasi perusahaan setara dengan dewan
komisaris.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung,
antara lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian
biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk
memperoleh kredit, sebagai tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat
penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan kegiatan usaha.
Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga keuangan,
dalam usaha perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah. Asuransi syariah
merupakan sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/ peserta mendonasikan/
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/
anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional
perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/
dilimpahkan kepada perusahaan.
B. Saran
1. Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena program ini memiliki
banyak manfaat bagi pihak tertanggung, seperti yang telah kami uraikan dalam
materi makalah ini.
2. Bagi masyarakat muslim, asuransi syariah dapat dijadikan alternatif pilihan
proteksi yang menawarkan program asuransi sesuai syariat Islam.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1626
http://asuransisyariah.net/
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta : Salemba Empat.
Setelah digegerkan oleh kasus Bank Century beberapa waktu lalu, kali ini Indonesia
kembali digegerkan dengan pembobolan dana nasabah Citibank. Direktorat Tindak
Pidana Ekonomi danKhusus Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri menahan
tersangka Inong Malinda Dee berusia 47 tahun yang menjabat sebagai Senior
Relationship Manager di Citibank, karena diduga melakukan tindak pidana perbankan
dan pencucian uang dari uang nasabah yang dipegangnya. Dana nasabah itu lalu
dialirkan ke berbagai rekening milik Malinda maupun perusahaan.
Salah satu perusahaan yang menerima aliran dana itu yakni PT Sarwahita Global
Management. Pejabat Citibank yang diduga turut terlibat mendirikan PT Sarwahita
Global Management (SGM) bersama Malinda Dee telah diberhentikan sementara waktu
oleh pihak Citibank. Pejabat tersebut adalah Reniwaty Hamid. Sementara itu, dua orang
lainnya yang juga diduga turut mendirikan PTSarwahita Global Management yakni
Gesang Situmorang dan Dennis Roy Sangkilawang sudah tidak lagi menjadi pejabat
Citibank. Gesang telah pensiun sementara Dennis telah mengundurkan diri. Polri
menetapkan status saksi pada Reniwati Hamid dalam kasus pencucian uang dengan
tersangka Malinda Dee. Polri mengaku masih fokus kepada Malinda dan belum
membidik direksi PT Sarwahita lainnya. Malinda dilaporkan oleh Citibank karena
adanya pengaduan atau keluhan tiga nasabah bank tersebut yang kehilangan uang,
sehingga total kerugian sementara yang dialami tiga nasabahsebesar Rp16,6 miliar.
Wanita yang lahir di Pangkal Pinang pada 5 Juli 1965, sudah 20 tahun bekerja di bank
milik Amerika Serikat dan telah tiga tahun melakukan aksi kejahatan perbankan
tersebut. Citibank mengakui terbongkarnya dugaan kejahatan pembobolan dana nasabah
oleh Malinda Dee bukan temuan audit internal perusahaan tapi laporan nasabah.
Direktur Kepatuhan Citibank Yesica Effendi menceritakan kronologi terbongkarnya
kasus ini bermula pada 9 februari 2001 di mana seorang nasabah menanyakan kepada
Malinda Dee tentang berkurangnya dana pada rekening oleh transaksi yang tidak
dikenali.
22
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat(Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Anton Bachrul
Alam mengatakan modus yang dilakukan Malinda dengan sengaja telah melakukan
pengaburan transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap beberapa slip transfer.
Seorang teller Citibank yang berinisial D telah ditetapkan sebagai tersangka dan dua
kepala teller Citibank Landmark yang berinisial W dan N sudah dimintai keterangan,
sementara pihak-pihak yang diduga terlibat kasus ini juga terus dikejar.
Sedangkansaksi-saksi yang telah diperiksa hingga kemarin ada 25 orang. Anton merinci
saksi-saksi itu tigaorang nasabah Citibank yang melaporkan aksi Malinda ke bank, 18
karyawan Citibank, dan sisanya berasal dari PT Sarwahita Global Management.
Malinda mengatakan, Citibank telah menampung dana pencucian uang nasabah Malinda
selama10 tahun. Dan selama itu pula para atasan Malinda di Citibank cabang Landmark
sangat mengetahui apa yang dilakukan Malinda terhadap uang nasabahnya. Pasalnya
Malinda menjadi perpanjangan tangan nasabah untuk mencuci uang tabungan tersebut.
Malinda akan menawarkan jasa lain dengan memindahkan rekening nasabah ke bisnis
lain seperti asuransi dan produk Citibank lainnya. Dari pencucian uang nasabah ke
bisnis lain, nasabah akan mendapatkan keuntungan. Kartu identitas (KTP) lebih dari
satu jadi sarana Malinda Dee melancarkan aksi penggelapan dana nasabah dan
pencucian uang yang dipraktikkan di delapan bank dan dua perusahaan asuransi. Kepala
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein mengatakan,
pihaknya menemukan 28 transaksi mencurigakan dengan rekening atas nama Malinda
Dee, tersangka penggelapan uang Citibank dan pencucian uang.Yunus Husein
sebelumnya membenarkan ada eks pejabat yang dikerjai Malinda. Namun, sang eks
pejabat yang kini telah pensiun itu tidak melapor ke polisi. Sementara itu, Kapolri
Jenderal Pol Timur Pradopo memilih merahasiakan identitas sang eks pejabat itu.
Berdasarkan keteranganPolri, ada 3 nasabah Malinda yang menjadi korban. Mereka
sudah menjalani pemeriksaan. Polri juga pernah menyampaikan total uang yang dikuras,
untuk sementara mencapai Rp 17 miliar. Polri juga sudah menyita 4 mobil mewah dan
rekening milik Malinda senilai Rp 11 miliar. Malinda dijerat pasal pencucian uang dan
penggelapan. Mobil mewah masing-masing mobil, Ferrari merah seri F430 Scuderria,
Mercedez Benz warna putih dengan seri E350 dua pintu dan Ferrari merah bernopol B
125 Dee seri California dan telah dititipkan di Rumah Penitipan Barang Sitaan
(Rupbasan). Mobil disita dari apartemen Pacific Place dan di Capital Residence,
mungkin ada satu mobil yang dikejar yakni Alphard. Selain itu, diduga Malinda juga
memiliki tiga unit apartemen salah satunya di SCBD. Baik mobil mewah dan apartemen
milik Malinda dibeli secara kredit
Penyelesaian :
Bank Indonesia (BI) menyatakan telah menghentikan untuk sementara (suspend)
penghimpunan nasabah baru di segmen prioritas Citibank Indonesia (Citi Indonesia),
yaitu Citigold Wealth Management Banking (Citigold). Hal itu dilakukan sebagai sanksi
administratif atas kasus pembobolan dana nasabah senilai Rp 17 miliar oleh seorang
relationship manager (RM) bernama Melinda Dee (MD) alias Inong Malinda.
Kami sudah melakukan berbagai tindakan untuk mengkaji masalah ini, termasuk
mengenakan sanksi. Saat ini Citigold sudah di-suspend untuk penghimpunan nasabah
baru. Namun nasabah lama dan transaksinya tetap berjalan, kata Gubernur BI Darmin
23
Nasution dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
di Jakarta, Rabu (6/4).
Vice President Customer Care Citi Indonesia Hotman Simbolon mengakui, pihaknya
memang sudah menghentikan penghimpunan nasabah baru Citigold sesuai permintaan
BI. Selain karena adanya praktek kolusi untuk membobol dana nasabah, sanksi tersebut
juga diberikan atas kelalaian Citi Indonesia melakukan rotasi untuk karyawannya.
Berdasarkan permintaan BI, bank harus melakukan rotasi secara berkala untuk
menghindarkan potensi fraud.
Memang kami tidak melakukan rotasi RM kami, karena sangat tidak mudah
memindahkan portofolio nasabah dari RM satu ke RM lainnya. Selain itu, banyak
nasabah yang ditangani MD tidak bersedia dipindahkan ke RM selain MD, jelas
Hotman.
Darmin mengatakan, suspend tersebut belum diketahui kapan akan dicabut, karena
masih menunggu hasil review BI dan penyelidikan pihak Kepolisian. Jika ditemukan
bukti-bukti lainnya yang semakin memberatkan, kata dia, sanksinya bisa berbeda dan
bisa lebih berat. Sebagai contoh, pencabutan izin bisnis private banking/priority
banking.
BI juga telah memanggil Chief Country Officer Citi Indonesia Shariq Mukhtar dan
pejabat-pejabat terkait. Selain itu, surat pembinaan atau teguran juga telah diberikan
agar tidak kembali merugikan nasabah. Dalam surat itu, BI juga meminta Citi Indonesia
melakukan perbaikan internal control, sekaligus meminta penghentian penghimpunan
nasabah prioritas baru.
Kasus di Citibank ini terjadi terutama karena tidak bekerjanya internal control.
Supervisi oleh atasan juga tidak optimal. Mereka juga tidak mengimplementasikan
rotasi karyawan secara berkala. Selain itu, dual control tidak dilaksanakan sesuai
dengan prosedur dan informasi yang baik kepada nasabah tidak berjalan, papar
Darmin.
Deputi Gubernur BI S Budi Rochadi dan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah samasama menegaskan bahwa, jika terbukti melanggar ketentuan yang berlaku, manajemen
Citi Indonesia bisa di-fit and proper test ulang. Namun Halim telah mengakui, terdapat
prosedur yang dilompati dalam kasus transfer dana tersebut. Hal itu berarti terjadi
penyalahgunaan wewenang oleh MD.
Terkait pengawasan BI secara umum terhadap individu bank masing-masing, kata
Darmin, salah satu potensi risiko yang perlu dicermati adalah operasional, terutama
standard operational procedure (SOP), sumber daya manusia (SDM), dan sistem
informasi. Untuk pengawasan terhadapnya, terutama perilaku pegawai dan kelemahan
SOP, secara berkala BI me-review hasil assesment terhadap laporan pihak audit internal
bank maupun eksternal, yaitu kantor akuntan publik, jelas Darmin.
Priority Banking Rawan
24
25
26