Disusun Oleh :
1. Asep Wahyu G.
H2A008006
2. Abdul Rozak
H2A010001
3. Anggoro Nur F.
H2A010005
4. Astrid Avidita
H2A010007
5. Fithri Ratnasari
H2A010018
6. Gananda Laksa
H2A010021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. wiwik
Usia
: 48 tahun
Alamat
: Jln. Mrican
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh tani
Status
: Menikah
Pendidikan Terakhir
: SD
No. CM
: 06
Tanggal datang
: 1 Oktober 2014
II. ANAMNESE
Anamnese dilakukan secara autoanamnese pada tanggal 1 Oktober 2014
pukul 07.50 WIB di Klinik.
Keluhan utama
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat herpes
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
2
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat Pribadi
-
: disangkal
: disangkal
: disangkal
2. Kesadaran
: compos mentis
3. TANDA VITAL
-
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,8oC (axiller)
4. STATUS GIZI
-
Berat badan
: 42 kg
Tinggi badan
: 148 cm
5. STATUS GENERALIS
a. Kepala
: kesan mesosefal
b. Hidung
c. Mulut
d. Telinga
e. Leher
f. Thorax
Pulmo
Dextra
Sinistra
Diameter
Lateral>Antero posterior.
Hemithorax
Simetris
Statis Dinamis.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Diameter
Lateral>Antero
posterior.
Hemithorax
Simetris
Statis Dinamis.
Stem fremitus normal
kanan sama dengan kiri.
Nyeri tekan (-).
Pelebaran SIC (-).
Arcus costa normal.
Sonor seluruh lapang
paru
Suara
dasar
paru
vesikuler (+), wheezing
(-), ronki (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
Perkusi :
Batas atas jantung
Pinggang jantung
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid clavicula
sinistra
Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop (-)
g. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
h. Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral hangat
+/+
+/+
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
-/-
-/-
Capillary Refill
Bintik merah di kulit
6. STATUS OFTALMOLOGIS
OD
OS
6/6
6/10
Visus koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensus Coloris
Ortoforia
Ortoforia
Madarosis (-)
Madarosis (-)
Madarosis (-)
Madarosis (-)
Trikiasis (-)
Trikiasis (-)
Distrikiasis (-)
Distrikiasis (-)
Palpebra
oedem (-)
oedem (+)
superior
Hiperemis (-)
Hiperemis (+)
Sekret (-)
Visus
Pergerakan bola
mata
Kedudukan bola
mata
Suprasilia
Silia
Ulkus (-)
Vesikel (-)
Vesikel (-)
Skuama (-)
Skuama (-)
Pseudoptosis (-)
Pseudoptosis (+)
Normal
Menyempit
Palpebra
inferior
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Spasme (-)
Spasme (-)
Massa (-)
Massa (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
palpebra
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
superior
Folikel (-)
Folikel (-)
Udem (-)
Udem (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
palpebra
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
inferior
Folikel (-)
Folikel (-)
Udem (-)
Udem (-)
Konjungtiva
forniks dan
bulbi
Sekret (-)
Sekret (-)
Sklera
Ikterik (-)
Ikterik (-)
Sklerektasis (-)
Sklerektasis (-)
Jernih
Jernih
Infilrat (-)
Infilrat (-)
Ulkus (-)
Ulkus (-)
Udem (-)
Udem (-)
Fisura Palpebra
Konjungtiva
Konjungtiva
Kornea
Neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi (-)
Jernih
Jernih
Kedalaman cukup
Kedalaman cukup
Diameter 3 mm
Diameter 3 mm
Kripte normal
Kripte normal
Neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi (-)
Udem (-)
Udem (-)
Kekeruhan (-)
Kekeruhan (-)
Bentuk bikonveks
Bentuk bikonveks
(+) Cemerlang
(+) Cemerlang
Lapang pandang
Baik
Baik
Tekanan
T.N
T.N
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
COA
Pupil
Iris
Lensa
Fundus Refleks
bolamata digital
Tes Fluorescein
IV. RESUME
Seorang perempuan berusia 48 tahun datang ke klinik dengan kelopak
mata kiri bengkak sudah 3 hari. Bengkak terjadi secara tiba-tiba. Pasien
bekerja sebagai buruh tani dan mengakui sering terkena paparan debu. Ukuran
bengkak tetap sama sejak dari awal keluhan. Mata ditekan semakin nyeri,
sudah diberi obat warungan berupa tetes mata tetapi tidak membaik, keluar
sedikit belek berwarna kuning kehijauan, mata tidak merah, air mata tidak
nerocos, pasien merasa pandangan tidak kabur, tidak melihat pelangi di sekitar
lampu, tidak silau saat melihat sinar, tidak melihat pandangan ganda, tidak ada
kerontokan pada bulu mata, mata tidak gatal tidak ada demam, tidak mual
muntah, tidak pusing.
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
sekret
VI. ASSESMENT
Diagnosis
Diagnosis Banding
Masalah pasif
Pekerjaan tani
bacterial
Paparan debu
VII.
INITIAL PLAN
Ip Dx : Blefaritis Anterior OS et causa bakterial
Ip Tx :
a. Kompres dengan air hangat 3-4 kali/hari selama 10-15menit/hari
b. Sulfasetamid 10% zalf 3,5 gram No. I
s.3.dd.ung I.os
Ip Mx :
a. Gejala klinis
b. Penjalaran Infeksi
Ip Ex :
a. Kompres dengan air hangat 3-4 kali/hari selama 10-15menit/hari
b. Pembersihan secret kelopak mata dengan shampo bayi
c. Hindari dari paparan debu
d. Istirahat yang cukup
e. Tutup mata baik dengan kacamata maupun kain
f. Jangan dikucek
VIII. PROGNOSIS
Prognosis
Quo ad Vitam (berhubungan
OD
OS
dengan Ad bonam
Ad Bonam
dengan Ad bonam
Ad bonam
Ad bonam
tanda vital)
Quo ad Sanam (berhubungan
penyakit)
tajam penglihatan)
Quo ad Cosmeticam (berhubungan
Ad bonam
dengan kosmetik)
10
PEMBAHASAN
11
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata,"
dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
peradangan dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat
kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera,
atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai
derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.
Kadang
dikaitkan
dengan
infeksi
stafilokokus
kronis.
Kondisi
ini
menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel
bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara
tersendiri (blefaritis posterior).
12
seharusnya
berperan
sebagai
surfaktan
mengakibatkan
13
b. Blefaritis Bakterial
1) Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus
maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik
seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian
antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi
blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar
Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai
2) Blefaritis Seboroik
Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
sekret yang keluar dari kelenjar meiborn, air mata berbusa pada
kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada konjungtiva.
Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis,
poliosis, dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan
membersihkan menggunakan kapas lidi hangat. Kompres hangat
sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan
shampo bayi.
Blefaritis Seboroik
Gejala yang timbul :
-
3) Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai adanya skuama
atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi
kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan
sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Penyebabnya
adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan
blefaritis skuamosa akan terasa gatal dan panas. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo
palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya
mengakibatkan pendarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah
dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampo bayi, salep
mata,
dan
steroid
setempat
disertai
dengan
memperbaiki
metabolisme pasien.
Blefaritis Skuamosa
4) Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan
tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif
terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat
akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar
bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat
15
kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka dngan
disertai pendarahan. Pengobatan dengan antibiotik dan higiene
yang baik sedangkan pada blefaritis ulseratif dapat dengan
sulfasetamid,
gentamisin
atau
basitrasin.
Apabila
ulseratif
Blefaritis Ulseratif
5) Blefaritis angularis
Merupakan infeksi staphlococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Kelainan ini
biasanya bersifat rekuren. Befaritis angularis diobati dengan sulfa,
tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada punctum lakrimal bagian
medial sdut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
Blefaritis angularis
16
6) Blefaritis meibomanitis
Merupakan
infeksi
pada
kelenjar
meibom
yang
akan
ini
dapat
memberikan
infeksi
pada
ganglion
d. Blefaritis Jamur
- Infeksi superficial
- Infeksi jamur dalam
- Blefaritis pedikulosis : kadang-kadang pada penderita dengan
higiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada
pangkal silia di daerah margo palpebra.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena
adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak
mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi
mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan
oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi
kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan
fungsi kelenjar meibom.
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama
dianggap hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel
S. Aureus yang mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan
infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis
seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin
melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum.
Karena hubungan erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis
dapat menyebabkan perubahan inflamasi dan mekanik sekunder di
konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh
disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian.
Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini
meningkatkan titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari
kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin
18
D. MANIFESTASI KLINIS
1.
Blefaritis stafilokokus
- sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu
mata .
- hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis
papiler kronis.
- Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan
(tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis.
- Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi
kelopak mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis.
- Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering
yang umumnya terjadi.
19
2.
Blefaritis seboroik
- Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan
menempel bersama-sama pada bulu mata
- Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan
bulu mata.
3.
Blefaritis posterior
- Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai
menyumbat lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak
- Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian
- Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.
- Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh
atau seperti pasta gigi.
- Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan
dilatasi kistik duktus meibomian.
- Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak
atau dalam kantus.
- perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea
epitel inferior.
E. PENATALAKSANAAN
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini
termasuk variasi dari 3 langkah penting.
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan
untuk memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat
penting. Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat
basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di
handuk, kain kassa direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang
telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan
yang menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan
20
lubang kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau
dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter
lebih suka bahwa beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup
botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus
diperhatikan untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi
kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan konjungtiva
bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin berbahaya.
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok.
Umum digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep
antibiotik
kortikosteroid
kombinasi
dapat
digunakan,
meskipun
dapat
mengurangi
peradangan
dan
gejala
konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotikkortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara
empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok
21
dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian
sensitivitas.
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching
kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan
pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi,
atau dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan
dan mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli
bedah oculoplastics. Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk
komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion,
atau penyakit kornea.
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal,
bacitracin atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut
tetapi terbatas dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep
harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih.
Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk
mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan
pengobatan tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun
atau pada wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi
tumbuh, dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi
(eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah
kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di
bawah konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama
diindikasikan pada pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi,
meskipun
berulang
pengobatan
mungkin
diperlukan.
Contohnya:
F. PROGNOSIS
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi.
Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus
cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering
merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang
mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut
dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode
blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan
yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Physicians.2007;
page
1815-24.
<http://www.aafp.org/afp/2007/1215/p1815.html#afp20071215p1815-t1>
25