Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
I Dewa Gede Angga Prastika
1104405018
I.
Pendahuluan
Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak
melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran yang
berbentuk citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum didefinisikan sebagai pemrosesan
citra dua dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas, pengolahan citra digital juga
mencakup semua data dua dimensi. Citra digital adalah barisan bilangan nyata maupun kompleks
yang diwakili oleh bit-bit tertentu.
Seperti pada aljabar linier, transformasi membawa suatu citra ke sistem koordinat baru
yang dibentuk oleh fungsi basis tersebut. Dalam konteks citra, basis ini berupa matriks yang
disebut sebagai n citra basis.
Transformasi bisa dibagi menjadi 2 :
1.
2.
II. Pembahasan
A. Transformasi Walsh
Transformasi Walsh merupakan suatu transformasi orthogonal yang menjadikan suatu
signal dalam bentuk suatu himpunan gelombang yang tegak lurus (orthogonal) dan segi empat
(rectangular). Dimana transformasi ini memiliki fungsi basis bilangan pecahan dengan interval
-1sampai 1 (sin dan cos), transformasi Walsh merupakan transformasi yang bersifat nonsinusoidal, dimana hanya memiliki fungsi basis dalam 2 jenis yaitu -1 dan 1.
Rumus dimensi 2 Transformasi Walsh:
W (u , v )
f ( x, y )
N 1 N 1
n 1
1
N
1
N
N 1 N 1
n 1
x 0 y 0
i 0
x 0 y 0
[ bi ( x ) bn1i ( u ) bi ( y ) bn1i ( v )
f ( x, y ) ( 1)
i 0
[ bi ( x ) bn1i ( u ) bi ( y ) bn1i ( v )
W (u , v) (1)
Fungsi basis (kernel) transformasi walsh dimensi 2 unutk citra berukuran 4x4 ditunjukkan pada
gambar 1. Setiap blok dari gambar tersebut terdiri piksel 4x4. Elemen dari setiap kernel hanya
memiliki 2 nilai yaitu 1 dan -1.
B. Transformasi Hadamard
Transformasi
Hadamard
merupakan
suatu
metode transformasi
dengan
menggunakan matriks bujur-sangkar yang berisikan hanya 1 dan -1 yang memiliki dua atau
lebih kolom atau baris yang terletak berhadapan yang setengah bagiannya memiliki tanda
yang sama dan setengah bagian lainnya memiliki tanda yang berlawanan. Suatu matriks
Hadamard berukuran n n (Hn) harus mempunyai kotak putih sebanyak n(n-1)/2 nilai -1 dan
kotak hitam sebanyak n(n+1)/2 nilai 1.
Rumus Tr. Hadamard untuk 2 dimensi:
1
H (u , v)
N
1
f ( x, y )
N
n 1
N 1 N 1
f ( x, y )(1)
[ bi ( x ) bi ( u ) bi ( y ) bi ( v )]
i 0
x 0 y 0
n 1
N 1 N 1
H (u, v)(1)
[ bi ( x ) bi ( u ) bi ( y ) bi ( v )]
i 0
x 0 y 0
100 100 50
50
100 100 50
50
50
50
100 100
50
50
100 100
Untuk memperoleh transformasinya, kalikan basis dengan citra input (putih untuk +,
hitam untuk -). Satu posisi pada H(u,v) hanya menggunakan satu blok.
H(0,0) = (100+100+50+50+100+100+50+50+50+50+100+100+50+50+100+100)/4
= 1200/4 = 300
H(0,1) = (100+100-50-50+100+100-50-50+50+50-100-100+50+50-100-100)/4 = 0
H(0,2) = (100-100-50+50+100-100-50+50+50-50-100+100+50-50-100+100)/4 = 0
H(0,3) = (100-100+5050+100-100+50-50+50-50+100-100+50-50+100-100)/4 = 0
Perhatikan bahwa nilainya besar hanya pada koordinat (0,0) dan (1,1). Nilainya pada
H(1,1) besar karena polanya sama dengan citra input. Perhatikan juga bahwa jika kita hanya
perlu menyimpan nilai yang bukan nol, maka representasi citra yang kita miliki juga menjadi
sangat kecil (dapat dikompresi).
300
100
Dari citra hasil transformasi, diperoleh gambar asal (dengan melihat kembali pada basis, satu
posisi f(x,y) menggunakan semua blok pada posisi tertentu (x,y).
f(0,0) = (300+0+0+0+0+100+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0)/4 = 400/4 = 100
f(0,1) = (300......+100.......)/4 = 400/4 = 100
f(0,2) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(0,3) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(1,0) = (300......+100.......)/4 = 400/4 = 100
f(1,1) = (300......+100.......)/4 = 400/4 = 100
f(1,2) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(1,3) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(2,0) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(2,1) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(2,2) = (300......+100.......)/4 = 400/4 = 100
f(2,3) = (300......+100.......)/4 = 400/4 = 100
f(3,0) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(3,1) = (300......-100.......)/4 = 200/4 = 50
f(3,2) = (300......+100.......)/4 = 400/4 = 100
f(3,3) = (300......+100.......)/4 = 400/4 = 100
Citra rekonstruksi yang dihasilkan persis dengan citra awal.
C. Transformasi Slant
Matrik transformasi Slant N x N dapat dinyatakan secara rekursif sebagai berikut :
D. Transformasi Wavelet-Haar-Haar
Seperti halnya Transformasi Fourier, Transformasi Wavelet-Haar digunakan juga untu
menganalisis sinyal ataupun data. Transformasi Wavelet-Haar (TW) adalah suatu alat untuk
memilah-milah data, fungsi atau operator ke dalam komponen frekuensi yang berbeda-beda,
kemudian mempelajari setiap komponen dengan suatu resolusi yang cocok dengan skalanya.
Dahulu teknik ini ditemukan sebagai alat dalam menyelesaikan persoalan dalam matematika
murni, misalnya Calderon (1994), fisika dalam mekanika kuantum oleh Aslaken dan Klauder
(1968), Hamiltonian atom Hidrogen oleh Paul (1985) dan dalam ilmu teknik dikenalkan oleh
Esteban dan Galland (1977) dalam mendesain filter QMF, filter QMF ini kemudian
dikembangkan dengan konstruksi eksak oleh Smith dan Barnwell (1986), dalam teknik
kelistrikan lainnya oleh Vetterli (1986) dan pada tahun 1983 Wavelet-Haar digunakan dalam
menganalisis data seismic oleh J. Morlet. Pada kurun waktu lima tahun terakhir ini telah terlihat
suatu sintesis antara semua pendekatan yang berbeda, yang telah sangat kaya dengan harapan
untuk semua lapangan yang dikaji. Dengan menggunakan metoda Wavelet-Haar telah secara
umum dilakukan dengan sukses penyelesaian numerik persamaan diferensial parsial, pengolahan
sinyal seismik dan geofisika, pengolahan sinyal dan citra biomedik/medis, komunikasi dan
bahkan dikombinasikan dengan fractal untuk digunakan salah satunya menghilangkan noise
dalam musik. Dalam penginderaan jauh salah satunya Marcello Melis dan Andrea Lazzori
menggunakan transformasi Wavelet-Haar untuk mereduksi noise pada citra ERS-1 yang
dilaporkan pada First ERS-1 Pilot Project Workshop di Toledo Spanyol tahun 1994.
Wavelet-Haar merupakan sebuah basis. Basis Wavelet-Haar berasal dari sebuah fungsi
penskalaan atau dikatakan juga sebuah scaling function. Scaling function memiliki sifat yaitu
dapat disusun dari sejumlah salinan dirinya yang telah didilasikan, ditranslasikan
dan
diskalakan. Fungsi ini diturunkan dari persamaan dilasi (dilation equation), yang dianggap
sebagai dasar dari teori Wavelet-Haar. Persamaan dilasi berbunyi demikian :
( x)
c (2 x k )
k
dari persamaan scaling function ini dapat dibentuk persamaan Wavelet-Haar yang pertama (atau
disebut juga mother Wavelet-Haar), dengan bentuk sebagai berikut :
0 ( x) ( 1) k c1 k ( 2 x k )
k
Suatu citra dapat dianggap sebagai suatu matriks dua dimensi. Yang dapat melakukan
transformasi terhadap baris-baris pada citra, dan dilanjutkan dengan transformasi
terhadap kolom-kolom pada citra, seperti pada gambar di bawah ini
Gambar 7: Bagan
LL
LH
HL HH
Gambar 8: dekomposisi 1
LH2
HL2 HH2
HL1
LH1
HH1
Gambar 9: dekomposisi 2
Dari gambar diatas terlihat pada proses transformasi citra diaali dengan transformasikan
pembagian (didekomposisi) menjadi beberapa bagian sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
Setiap sub image akan dibagi menjadi sepersekian kali dari citra aslinya. Sub image pada posisi
kanan atas dan bawah kiri akan tampak seperti versi kasar dari citra asli karena komponen
frekwensi tinggi dari citra asli. Sedangkan untuk sub image atas kiri tampak seperti citra asli dan
tampak lebih halus (smooth) karena berisi komponen frekwensi rendah dari citra asli sub image
tersebut dapat dibagi seperti semula menjadi beberapa sub image baru. Proses demikian dapat
diulang seterusnya sesuai dengan level transformasi yang diinginkan.
Referensi
DIGITAL
ARAS-KEABUAN
MENGGUNAKAN
METODE
onepage&q&f=false
Munir, R., Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik, Penerbit