Anda di halaman 1dari 202

Laporan Geofisika Kelompok 9

Kuliah Lapangan Karangssambung 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geofisika adalah salah satu ilmu yang mempelajari kondisi bawah permukaan bumi. Geofisika
pada penerapannya, menggunakan kaidah atau prinsip prinsip fisika. Penelitian geofisika untuk
mengetahui struktur bawah permukaan melakukan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter
parameter fisika di dalam bumi. Dari parameter parameter ini yang kemudian akan diinterpretasikan
menjadi sebuah gambaran bawah permukaan bumi. Parameter parameter fisika ini dapat bermacam
macam dan metode yang digunakan dalam setiap parameter pun berbeda beda. Seperti misalnya
metode seismik yang mengukur waktu tiba, amplitudo dan frekuensi gelombang seismik. Kemudian
metode gravitasi yang mengukur variasi harga percepatan gravitasi bumi pada posisi yang berbeda.
Metode magnetik yang mengukur variasi harga intensitas medan magnetik. Metode resistivitas yang
mengukur harga resistansi dari bumi, metode Georadar yang mengukur waktu tiba perambatan
gelombang radar, dan berbagai metode dan parameter lainnya. Setiap metode metode geofisika ini
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. Maka sering kali, dalam suatu penelitian
digunakan lebih dari satu metode geofisika untuk memperlengkap data dan meyakinkan hasil
interpretasi yang dibuat.
Interpretasi dalam metode geofisika juga sangat erat kaitannya dengan ilmu geologi. Karena pada
hakikatnya kedua ilmu ini sama sama mempelajari tentang kondisi bawah permukaan bumi. Geologi
mempelajari bawah permukaan bumi dengan kenampakan kenampakan geologi diatas permukaan
bumi, sedangkan geofisika dengan melakukan pengukuran dengan parameter parameter yang ada di
dalam bumi. Seorang geofisikawan yang pandai dalam ilmu geologi akan sangat membantunya untuk
mendapatkan interpretasi yang tepat. Oleh karena itu sangatlah penting bagi mahasiswa geofisika
untuk juga mempelajari ilmu geologi.
Oleh karena itu, untuk seorang mahasiswa geofisika, diperlukan adanya praktek langsung ke
lapangan, dimana disana akan dipelajari praktek langsung dari teori teori yang dipelajari sebelumnya.
Dalam praktek langsung, akan diketahui hambatan hambatan dalam akuisisi data yang mungkin tidak
terpikirkan sebelumnya. Dalam kuliah lapangan karangsambung ini juga diajarkan secara langsung
tentang mengaitkan ilmu geologi dan geofisika.
Kuliah lapangan ini bertempat di Karangsambung yang terletak di kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. Karangsambung ini merupakan daerah yang unik dalam hal geologi. Disini terdapat
1

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
kompleks Melange yang menyebabkan adanya berbagai macam batuan yang harusnya tidak ada
menjadi ada. Misalnya batuan yang harusnya berada pada samudera, namun ada di Karangsambung
ini. Karena itulah daerah Karangsambung ini menjadi daerah yang sangat mendukung bagi mahasiswa
Geofisika dan terutama Geologi untuk mengadakan kuliah lapangan.

1.2 Maksud dan Tujuan Kuliah Lapangan 2013

Mahasiswa dapat melakukan akuisisi data geofisika menggunakan metode seismik refraksi, geolistrik,
gaya berat, magnetik dan Ground Penetrating Radar (GPR).

Mahasiswa dapat melakukan pengolahan data geofisika dari metode seismik refraksi, geolistrik, gaya
berat, magnetik dan Ground Penetrating Radar (GPR).

Mahasiswa dapat mengamati kondisi geologi pada line akuisisi geofisika.

Mahasiswa dapat mengaplikasikan kemampuan geologi dalam menginterpretasi data geofisika


sehingga dapat menjelaskan keterkaitan geologi dan fisika.

Mahasiswa dapat menganalisis kondisi yang tidak ideal dilapangan dan menjelaskan prosesnya.

Mahasiswa dapat menerapkan teori geofisika dan geologi di lapangan yang sebenernya.

1.3 Waktu dan Tempat Penelitian pada Kuliah Lapangan 2013

1.3.1

Waktu Pelaksanaan
Kuliah Lapangan Karangsambung 2013 dilaksanakan mulai tanggal 28 Mei 2013 dan diakhiri
pada tanggal 09 Juni 2013. Dengan rangkaian kegiatan seperti dibawah ini :

28 Mei 2013

: Berangkat ke Karangsambung

29 Mei 2013

: Kuliah Lapangan Geologi ( Geomorfologi )

30 Mei 2013 31 Mei 2013

: Kuliah Lapangan Geologi ( Geologi Struktur )

01 Juni 2013 03 Juni 2013 : Kuliah Lapangan Geologi ( Pemetaan Geologi )

03 Juni 2013 08 Juni 2013 : Akuisisi dan Pengolahan Data Geofisika ( Metode Seismik
Refraksi, Metode GPR, Metode Geolistrik, Metode Gaya berat
dan Metode Magnetik )

1.3.2

09 Juni 2013

: Pulang ke tempat masing masing

Tempat Pelaksanaan

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Geologi

: Sekitar Kampus LIPI, Kalijebug, Kalimandala, Gunung Parang, daerah utara

Karangsambung, dan daerah selatan Karangsambung

Geofisika

: Metode Seismik Refraksi, Metode Geolistrik dan Metode GPR di area Kampus

LIPI, metode Gayaberat dan Magnetik di desa Totogan, Gunung Parang.

1.4 Metodologi Penelitian


Metode penelitian pada Kuliah Lapangan di Karangsambung ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Metode Geologi
Observasi geologi dilakukan pada minggu pertama kuliah lapangan selama enam hari. Observasi
geologi tersebut meliputi Geomorfologi selama satu hari, Geologi Struktur Selama dua hari, dan
Pemetaan Geologi selama tiga hari. Pada Observasi Geologi ada empat alat yang harus dibawah
oleh masing masing kelompok untuk keberlangsungan penelitian, keempat alat tersebut adalah
Palu Geologi, Lup Geologi, Kompas, dan HCl.
2. Metode Geofisika
Akuisisi data Geofisika dilaksanakan selama lima hari dengan menggunakan lima metode.
Metode metode geofisika yang digunakan dalam kuliah lapangan ini adalah metode seismik
refraksi, metode geolistrik tahanan jenis, metode GPR ( Ground Penetrating Radar ), metode
gayaberat dan metode magnetik. Dalam setiap akuisisi data dalam setiap metode, digunakan
instrumen yang berbeda beda untuk setiap metodenya. Setelah pengambilan data di lapangan
kemudian dilakukan prosesing data mentah tersebut untuk melihat hasil akuisisi dan menemukan
anomali geofisika atau struktur struktur bawah permukaan yang terekam dari akuisisi data.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam laporan ini pada setiap bab untuk setiap metoda, akan ada penjabaran teori dasar. Teori
dasar dimaksudkan untuk memperjelas pemahaman dalam setiap metode. Konsep dan nilai /
parameter yang dicari dan hasil bagaimana yang diinginkan. Kemudian akan dibahas langkah langkah
akuisisi data dari setiap metoda secara singkat dan jelas. Dan kemudian akan kami lampirkan hasil
data mentah dari akuisisi data kami, dan proses pemprosesan data mentah tersebut menjadi data yang
diinginkan yang berupa gambaran bawah permukaan yang tentunya setelah diberikan koreksi koreksi
yang diperlukan bagi setiap metodenya. Kemudian setelahnya, barulah kami akan jabarkan hasil
interpretasi kami dari data yang kami dapatkan tersebut dan akan diberikan kesimpulan.
Secara sistematis, rincian laporan dari setiap bab makalah ini adalah :

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Bab I akan membahas mengenai latar belakang , maksud dan tujuan dari Kuliah Lapangan
Karangsambung 2013 ini, Waktu dan tempat penelitian, Metodologi penelitian, dan juga
sistematika penulisan.

Bab II akan membahas mengenai pengambilan akuisisi data geofisika berupa alat alat / instrument
yang digunakan, tata cara penggunaan alat dan langkah langkah dalam pengambilan data

Bab III akan membahas mengenai pemprosesan data geofisika dengan menggunakan metode
geofisika Seismik Refraksi, GPR, Geolistrik Tahanan Jenis yang akuisisi datanya dilakukan di
daeraah Karangsambung dalam area Kampus LIPI. Dan juga metode Gayaberat dan Metode
Magnetik yang akuisisi datanya dilakukan di daerah Totogan, Gunung Parang. Pada masing
masing metode akan ada subbab sendiri diantaranya : teori dasar, flow chart pengolahan data dan
pengolahan datanya serta analisis dari masing masing metode.

Bab IV akan membahas mengenai hasil interpretasi dari data yang telah diolah yang didapat di
masing masing daerah tempat akuisisi data.

Bab V merupakan kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan interpretasi data
geofisika dari lapangan yang kemudian diakhiri dengan saran untuk perbaikan kuliah lapangan
selanjutnya.

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB II
AKUISISI DATA

2.1 Metode Gayaberat


Pengukuran data dengan menggunakan metode gravity dilakukan di daerah G. Spoci , dekat sungai Lok
Ulo. Pengukuran ini bertujuan untuk memperkirakan persebaran batuan berdasarkan variasi densitas
batuan.
2.1.1 Alat dan Perlengkapan
Alat alat yang digunakan dalam akuisisi data Gayaberat adalah :
1. GRAVIMETER LA COSTE & ROMBERG MODEL G
2. GPS
3. Altimeter
4. Piringan
5. Kompas
6. Payung/Ponco

Gambar 2.1.1 Dari kiri , GPS , Gravimeter La Coste & Romberg Model G

2.1.2 Tata Cara Penggunaan Alat


Langkah langkah penggunaan alat Gravimeter La Coste & Romberg adalah sebagai berikut :
1. Samakan altimeter pada base dan pada pengukur yang berjalan. Catat perubahan ketinggian
pada altimeter pada base setiap 10 menit.
5

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

2. Stabilkan piringan

alumunium yang akan digunakan sebagai alas. Usahakan piringan

aluminium sedatar mungkin dan tidak mudah bergerak agar tidak salah dalam pengukuran.

3. Setelah dipastikan bahwa piringan sudah dalam posisi yang stabil, letakkan gravimeter secara
perlahan-lahan di atas pelat. Usahakan gravimeter dilakukan dengan hati hati agar pegas di
dalam gravimeter tidak terguncang dan rusak.
4. Kemudian lakukan leveling. Untuk mempermudah leveling, geser secara perlahan dan hati
hati gravimeter ke kanan kiri, atas dan bawah sampai kedua gelembung mengambang.

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

5. Setelah kedua gelembung mengambang, maka lakukan leveling dengan 3 sekrup.


6. Setelah proses leveling selesai, putar Arrastment Knob berlawanan arah dengan jarum jam
sampai tidak dapat diputar kembali. Kemudian nyalakan lampu.
7. Kemudian lihat Reading Line, Pastikan Reading Line berada di antara 2.2 dan 2.3 atau berada
pada 2.25

8. Setelah tepat berada pada posisi yang diinginkan, nilai bacaan diperoleh dari counter dan
Nulling Dial. Nilai bacaan paa Counter merupakan bacaan utama,
9. Ketika pengukuran telah selesai, matikan lampu dan kunci pegas ( searah dengan jarum jam )
sampai tidak dapat diputar kembali.
2.1.3 Langkah Langkah Pengambilan Data
Langkah pengambilan data gayaberat :
7

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
1. Tentukan lintasan pengukuran Gayaberat.
2. Tentukan Base Pengukuran.
3. Satu orang Mengukur Altimeter di Base setiap 10 menit yang gunanya adalah untuk koreksi
pada pemrosesan data.
4. Kemudian ukur nilai gayaberat pada Base tersebut.
5. Ukur nilai altimeter pada base pengukuran dan juga lihat dan catat waktu pengukuran.
6. Catat koreksi Terrain N, W, S, E dengan menggunakan kompas.

7. Kunci kembali pegas dan menuju ke stasiun berikutnya.


8. Lakukan pengukuran pada stasiun pertama sampai terakhir dengan cara yang sama dengan
pengukuran pada base, jangan lupa untuk mencatat altimeter, waktu pengukuran, dan koreksi
topografi.
9. Setelah semua stasiun telah selesai ukur kembali nilai gayaberat di Base.
2.1.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data
Lintasan Pengukuran

: Daerah dekat G.Spoci dan Lok Ulo

Spasi Pengukuran

: 100m

Total Lintasan Pengukuran

: 16 stasiun

Cuaca

: Berawan dan hujan


8

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Kondisi lapangan

Stasiun 2-3
Sepanjang stasiun ini terdapat aliran sungai dari Lok Ulo dan ditemukan singkapan batuan breksi
dengan fragmen batuan beku

Stasiun 7-8
Terdapat aliran sungai Lok Ulo dan ditemukan singkapan batuan metamorf, berwarna hijau pucat
dengan kilap mika dipermukaanya

Stasiun 9-12
Pengukuran dilakukan di sepanjang jalan beton pada permukiman warga, terdapat kesulitan dalam
menentukan posisi pengukuran alat, kendaraan motor yang melintasi rute pengukuran, dan kondisi
tanah yang tidak padat membuat piringan tempat meletakkan gravimeter sering bergerak sehingga
membuat kesulitan dalam pengukuran.

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

2.1.5 Topografi Lintasan


Topografi lintasan gayaberat dengan menggunakan GPS dan altimeter

Base
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Base

X
353528
354739
354723
354666
354615
354518
354422
354303
354238
354161
354137
354173
354158
354132
354061
354020
353941
353528

Y
Z
9165621
9168243
9168347
9168432
9168522
9168563
9168544
9168583
9168658
9168718
9168623
9168531
9168427
9168328
9168248
9168155
9168088
9165621

76
90
92
98
107
109
107
102
100
101
113
122
133
143
160
176
179
76

Altimeter
-23
-15
-17
-11
-2
1
-2
-5
-4
-3
15
27
39
51
67
81
86
-8

Tabel 2.1.1 Data Topografi Pengukuran Line Gayaberat

10

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 2.1.2 Line Metode Gayaberat

11

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.2 Metode Geomagnet
Pengukuran data dengan metode magnetik kali ini dilakukan di daerah G. Spoci , dekat sungai Lok
Ulo. Pengukuran ini bertujuan untuk memperkirakan persebaran batuan berdasarkan nilai suseptibilitas
batuan terhadap medan magnetik.
2.2.1 Alat dan Perlengkapan
Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode Geomagnet adalah
1. Magnetic GSM 19T
2. Antena
3. GPS
4. Rol Kabel Antena Scintrrex
5. Payung/Ponco
6. Form catatan dan alat tulis

Gambar 2.2.1 Dari Kiri Scintrex Envi-Mag , GPS

2.2.2 Tata cara penggunaan alat


Instrumen yang digunakan adalah Scintrex Envi Mag dan keterangan tentang instrument tersebut
adalah sebagai berikut
Keterangan Tombol

12

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.2 Tombol tombol pada Scintrex Envi-Mag

Power ON / OFF, untuk menggaktifan dan menonaktifkan alat, kesalahan dapat menyebabkan
rusaknya dan hilangnya data
START / STOP, untuk mengawali dan mengakhiri pengukuran, saat dalam Operasi Notes dapat
digunakan sebagai backspace
SETUP, untuk pengaturan parameter pengukuran
LEFT/RIGHT, untuk memindahkan kursor
ENTER, membuka dan menutur pengaturan dan juga untuk mengatur signal rate
RECORDS, mengukur data dan meyimpan dalam memori internal

Screen Display

Gambar 2.2.3 Layar Monitor pada alat

Tide Line, mengindikasikan fungsi operasi yang sedang dijalankan


Middle Line, menampilkan informasi mengenai alat dan parameter survey data
Bottom Line, menampilkan petunjuk penggunaan alat yang diperlukan saat pengukuran

2.2.3 Langkah Langkah Pengambilan Data


Langkah pengambilan data metode Geomagnet adalah sebagai berikut :

13

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
1.

Pasangkan antena dengan Magnetic GSM 19 T dengan kabel antenna, letakan satu set alat
pada base dan set alat satu lagi pada seseorang yang membawa ransel antenna untuk
pengukuran

2. Nyalakan alat dengan menekan tombol power, lalu pilih mode survey dan mulai pengukuran
3. Hitung nilai anomaly pada base setiap sepuluh menit.

4. Bagi pengukur, hitung nilai anomaly juga pada base, lalu pergilah ke lokasi pengukuran
5. Mulai pengukuran pada lokasi dengan titik yang cukup jarak dengan noise magnetik seperti
logam, tiang listrik, rumah warga, dan benda-benda elektronik.
6. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap titik dengan galat yang rendah (dibawah 2
nT), lalu catat hasilnya
7. Lakukan pengukuran tiap 50 m sepanjang perjalanan dan catat hasil nya
8. Lakukan pengukuran minimal pada 30 titik agar data anomaly magnetik cukup representatif.

14

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 2.2.5 Foto foto saat pengambilan data

2.2.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data


Lintasan Pengukuran

: Daerah dekat G.Spoci dan Lok Ulo

Spasi Pengukuran

: 50m

Total Lintasan Pengukuran

: 33 stasiun ( 1650m )

Cuaca

: Cerah berawan

Gangguan lintasan

Terdapat tiang listik dan kabel listrik pada stasiun 3,7,8,9,10,13,14,15,16,19,21,22,23, dan 26
yang berjarak sekitar 5-10 m dari titik pengukuran

Terdapat rumah warga pada stsiun 4,5,6,7,8,11,14,15,16,17,19,20,21,22,dan 23 berjarak 5-15 m


dari titik pengukuran

Gambar 2.2.6 Banyaknya parabola di sekitar daerah pengukuran dikarenakan dekat rumah penduduk

15

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.2.5 Topografi Lintasan

Gambar 2.2.7 Line Lintasan metode Magnetik

16

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Stasiun
Base
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Base

GPS
X
353756
353874
353913
353917
353890
353943
353984
354020
354056
354094
354131
354127
354157
354170
354159
354178
354138
354137
354150
354201
354220
354266
354301
354360
354407
354457
354510
354563
354601
354646
354677
354673
354718
354716
354732
353756

Y
9165538
9167880
9167924
9167973
9168014
9168103
9168130
9168130
9168222
9168255
9168293
9168345
9168383
9168439
9168488
9168532
9168577
9168668
9168719
9168704
9168666
9168633
9168590
9168573
9168554
9168565
9168560
9168560
9168527
9168494
9168454
9168404
9168376
9168319
9168265
9165538

Keterangan

terdapat tiang listrik kabel


terdapat tiang listrik kurang lebih 5 m dari titik ukur
terdapat rumah warga kurang lebih 10 m dari titik ukur
terdapat rumah warga
terdapat rumah warga kurang lebih 5 m dari titik ukur, terdapat singkapan batuan basalt
terdapat tiang listrik dan rumah warga
terdapat akivitas warga, perbaikan jalan
pinggir area persawahan, terdapat tiang listrik, ada perbaikan jalan
terdapat rumah warga, perbaikan jalan
dekat rumah warga, kabel listrik
dekat rumah wagra, tiang listrik 5 m dari titik ukur
dekat rumah warga
tiang listrik 5 m dari titik ukur, rumah penduduk
rumah penduduk, noise
tiang listrik
tiang listrik, depan titik ukur terdapat rumah warga
rumah warga di depan titik ukur
terdapat rumah-rumah warga, kabel dan tiang listrik
titik ukur di depan rumah warga
rumah penduduk, kabel listrik
terdapat rumah warga dan kabel listrik di atas titik pengukuran
10 m dari pengukuran terdapat tiang listrik dan rumah warga

ada tiang listrik yang berjarak 7 m dari titik pengukuran

dekat sungai yang berjarak kurang lebih 5 m dari titik pengukuran

Tabel 2.2.1 Tabel topografi lintasan metode magnetic

17

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

2.3 Metode Geolistrik


2.3.1 Alat dan Perlengkapan
Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode Geolistrik tahanan jenis adalah
1. Supersting
2. Accu
3. Switch Box
4. Elektroda
5. Connector Cable
6. Laptop
7. Payung/Ponco
8. Tali Rafia
9. Gunting

Gambar 2.3.1 Instrumen metode Geolistrik

18

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

2.3.2 Tata cara penggunaan alat


Instrumen yang digunakan adalah .. dan urutan tata cara penggunaannya adalah seperti berikut :
1. Pasang elektroda di sepanjang lintasan yang telah ditentukan.

Gambar 3.x Pemasangan elektroda

2. Sesuaikan pemasangan dengan metoda/konfigurasi, panjang bentangan, dan spasi elektroda.


3. Hubungkan elektroda menggunakan kabel elektroda dan konektornya masing masing. Pastikan
terpasang dengan kuat dan benar.
4. Hubungkan setiap elektroda sesuai dengan nomor elektrodanya.
5. Hubungkan baterai/accu dengan kabel konektor ke jack Eksternal pada Ministing. Perhatikan
baik baik kutub positif dan negatifnya

19

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 2.x Sketsa akuisisi di lapangan

6. Nyalakan instrument dengan menekan tombol ON/OFF (I/O) ke posisi ON(I)


7. Tombol 1 untuk ke menu 1. Pilih tipe konfigurasi dengan menekan tombol F1. Kemudian
kembali ke Menu awal.
8. Untuk memilih setting arus yang diinginkan tekan tombol F3.
9. Tekan tombol 2 untuk pergi ke menu 2. Tekan tombol F1 untuk memilih jumlah pengulangan
yang akan di stack.
10. Untuk memilih threshold yang diinginkan tekan tombol F2. Kemudian kembali ke menu 2.
11. Tekan tombol F3 diikuti oleh F1 untuk memilih feet atau meter sebagai satuan unit.
12. Untuk memulai pengukuran, kembali ke menu 1 dan tekan tombol F2 untuk memasukkan jarak
elektroda. Ketika jarak elektroda sedang dimasukan dengan menekan F3, maka display akan
otomatis kembali pada menu 1. Sekarang instrument siap untuk pengukuran.
13. Tekan MEAsurement untuk melakukan pengukuran. Hasil bacaan akan terlihat pada layar.
14. Geser elektroda AB MN sesuai dengan konfigurasi yang diinginkan.
15. Lakukan pengukuran diatas berulang hingga titik pengukuran yang terakhir.
2.3.3 Langkah Langkah Pengambilan Data
Langkah pengambilan data metode Geolistrik tahanan jenis adalah sebagai berikut :
1. Tentukan lintasan dan titik-titik survey menggunakan meteran
2. Pasang Elektroda pada setiap titik titik elektroda
3. Ukur topografi lintasan dengan menggunakan GPS, pada setiap titik elektroda, dan juga
diantaranya
4. Hubungkan elektroda dengan kabel elektroda dan konektornya masing masing.
5. Sekarang, pada switchbox hubungkan kabel elektroda pada switch box, dan kabel untuk
memindah-mindahkan dalam pengukuran.

20

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.x Elektroda dihubungkan terhadap switch box

6. Hubungkan baterai /accu menggunakan kabel konektor ke jack eksternal power.


7. Nyalakan Instrumeng diinginkan, SP mode atau R mode, kali ini kami menggunakan R Mode
8. Pilih stack yang diinginkan, 1,4,13 atau 64, kali ini , kami menggunakan stack 1
9. Pilih besar arus yang ingin digunakan, kami menggunakan I = 20 untuk n=1-5, I=50 untuk n=67 dan I=200 untuk n=8-10
10. Kemudian tekan tombol enter
11. Untuk memulai pengukuran, klik measure
12. Catat nilai R yang didapatkan, kemudian cari nilai V dan

nya

13. Kemudian setelah pengukuran pertama selesai, geserlah nomer elektroda AB MN sesuai dengan
konfigurasi elektroda yang digunakan.
2.3.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data
Lintasan Pengukuran

: Lintasan P5-1 s/d P5-20

Lokasi Lintasan

: Depan asrama Totogan

21

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.x Lokasi Lintasan P5 dari Google Earth

Spasi Pengukuran

: 50cm

Total Lintasan Pengukuran

: 100m

Cuaca

: Berawan dan hujan

Kondisi tanah

: Basah/berair

Gangguan lintasan

Pipa di titik P5-6

Tebing pada titik P5-7 sampai P5-9


22

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Akar pohon di beberapa titik antara P5-10 hingga P5-11 ; P5-11 hingga P5-12 ; P5-14 hingga P515; P5-16 dan P5-17
Lintasan miring sepanjang P5-9 hingga P5-17
Kebun antara titik P5-20 hingga P5-24
Tanah yang basah dan lembek akibat hujan pada P5-6 dan P5-8
2.3.5 Topografi Lintasan

Koordinat Elektroda

Nama/No
Elektroda

353778

9165614

100

7.5

353778

9165610

92

10

353776

9165609

98.765

12.5

353773

9165605

92

15

353775

9165605

99.83

17.5

353769

9165600

93

20

353773

9165600

98.64

22.5

353768

9165596

94

25

353769

9165596

97.5

27.5

353766

9165589

92

30

353768

9165589

95.95

32.5

353764

9165581

92

35

353765

9165585

92.185

37.5

353764

9165581

90

40

353764

9165583

92.84

42.5

353755

9165677

88

45

353761

9165579

92.57
23

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
47.5

353754

9165571

90

50

353761

9165569

93.85

52.5

353758

9165568

89

55

353760

9165566

92.85

57.5

353753

9165564

89

60

353754

9165562

93.06

62.5

353753

9165558

90

65

353755

9165559

94.1

67.5

353754

9165556

90

70

353749

9165553

92.305

72.5

353752

9165551

87

75

353748

9165550

93.315

77.5

353750

9165547

90

80

353747

916557

94.04

82.5

353746

9165541

89

85

353744

916543

93.13

87.5

353742

9165538

90

90

353740

9165538

92.97

92.5

353739

9165535

88

95

353739

9165533

92.27

97.5

353736

9165532

88

100

353737

9165530

91.18

Tabel 2.3.1 Data Topografi Lintasan Metode Geolistrik

Elevasi

Topografi Lintasan
125
120
115
110
105
100
95
90
85
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100105110115120125
Offset

Gambar 2.3.2 Grafik Topografi Lintasan Geolistrik

24

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.4 Metode Ground Penetrating Radar ( GPR )
2.4.1 Alat dan Perlengkapan
Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode GPR adalah
1. MALA X3M 100MHz Shielded Antenna
2. MALA X3M 250 MHz Shielded Antenna
3. MALA X3M Control Unit
4. Power Supply
5. Meteran
6. Antenna Cart/Tongkat Penarik Antenna
7. Accu + converter
8. Unit display (laptop)
9. Kabel port ke laptop
10. GPS Garmin 60 Csx
11. Payung/Ponco

Gambar 2.4.1 Instrumentasi Pengambilan data metode GPR

2.2.2 Tata cara penggunaan alat


Instrumen yang digunakan adalah MALA X3M 100MHz dan MALA X3M 250MHz shielded dan
urutan tata cara penggunaannya adalah seperti berikut :

25

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
1. Pasang CPU di atas antenna pada tempat yang berwarna kuning lalu sambungkan dengan pak
baterainya

2. Hubungkan PC Eksternal dengan accu sebagai power supply-nya


3. Nyalakan PC Eksternal yang sudah terhubung dengan CPU menggunakan kabel Ethernet
4. Nyalakan CPU menggunakan tombol yang ada berikut baterainya
5. Masuk ke Ramac Ground Vision, jika CPU sudah menyala dan terhubung dengan benar
seharusnya ada bulatan merah pada kiri atas, jika bulatan tersebut belum berwarna merah
periksa apakah CPU sudah menyala dan sudah tersambung dengan benar.
6. Lakukan pengukuran parameter sesuai dengan parameter yang diinginkan
7. Jika sudah untuk melakukan pengukuran tekan measure ( F5 ) dan jika ingin berhenti tekan stop
( F6 ).
8. Data yang telah direkam akan disimpan otomatis
2.2.3 Langkah Langkah Pengambilan Data
Langkah pengambilan data metode GPR ( shielded ) adalah sebagai berikut :
1. Tentukan lintasan untuk pengambilan data GPR ini.
2. Letakkan meteran pada lintasan untuk selama pengukuran berlangsung.
3. Persiapan untuk memulai pengambilan data :

Pasang alat penarik

Satu orang memegang accu

Satu orang yang memegang PC eksternal dan sekaligus sebagai penginput data

Satu orang yang menarik alat

Dua orang untuk memosisikan alat pada titik survey dan menjaga alat

Satu orang sebagai dokumentasi dan membantu membersihkan lintasan

4. Tarik alat sesuai dengan lintasan


26

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
5. Berhenti pada setiap titik survey, yang memegang PC menginput hasil survey pada titik tersebut
6. Setelah diinput lanjutkan ke titik selanjutnya
7. Lakukan no. 4 s/d 6 sampai dengan titik pengukuran terakhir kemudian tekan stop pengukuran.

Gambar 2.4.2 Beberapa gambar saat pengambilan dat

2.2.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data


Lintasan Pengukuran

: Lintasan P5-1 s/d P5-6 dilanjutkan P5-9 s/d P5-20

Spasi Pengukuran

: 50cm

Total Lintasan Pengukuran

: 80m

Cuaca

: Cerah bearawan

Kondisi tanah

: Basah/berair

Gangguan lintasan

27

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Diantara titik P5-6 sampai P5-8 terdapat lembah yang tidak memungkinkan untuk melakukan
pengukuran sehingga total pengukuran adalah 80m.
Pipa di titik P5-6

Tebing di antara P5-6 sampai P5-7

Sungai kecil di antara P5-8 dan P5-9

28

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Akar pohon di beberapa titik antara P5-10 hingga P5-11 ; P5-11 hingga P5-12 ; P5-14 hingga P515; P5-16 dan P5-17
Lintasan miring sepanjang P5-9 hingga P5-17
Kebun antara titik P5-20 hingga P5-24

Tanah yang basah dan lembek akibat hujan pada P5-6 dan P5-8
2.2.5 Topografi Lintasan
Topografi lintasan untuk metode GPR Shielded 250MHz
STA
P5-1
P5-2
P5-3
P5-4

UTM X
353778
353776
353775
353773

UTM Y
9165614
9165609
9165605
9165600

Elevasi
100
99
100
99
29

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
P5-5
P5-6
P5-7
P5-8
P5-9
P5-10
P5-11
P5-12
P5-13
P5-14
P5-15
P5-16
P5-17
P5-18
P5-19

353769
353768

9165596
9165589

98
97

353761
353761
353760
353754
353755
353749
353748
353747
353744
353740
353739

9165579
9165569
9165566
9165562
9165559
9165553
9165550
916557
916543
9165538
9165533

93
94
93
93
94
92
93
94
93
93
93

P5-20

353737

9165530

92

Tabel 2.4.1 Tabel data topografi GPR Shielded 250MHz

Topografi Lintasan GPR 250 Hz


125

Elevasi

115
105
95
85
0

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115


Offset

Gambar 2.4.3 Grafik data topografi GPR Shielded 250MHz

Topografi Lintasan untuk GPR Shielded 100MHz


STA
P5-1
P5-2
P5-3
P5-4
P5-5

UTM X
353778
353776
353775
353773
353769

UTM Y
9165614
9165609
9165605
9165600
9165596

Elevasi
100
99
100
99
98
30

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
P5-6
P5-7
P5-8
P5-9
P5-10
P5-11
P5-12
P5-13
P5-14
P5-15
P5-16
P5-17
P5-18
P5-19
P5-20

353768

9165589

97

353762
353764
353757
353755
353753
353752
353747
353747
353745
353743
353744
353742

916556
9165562
9165561
916557
916555
916551
9165543
916545
916538
9165534
9165535
9165539

104
103
103
103
104
103
104
98
97
98
98
97

Tabel 2.4.2 Tabel data topografi GPR Shielded 100MHz

Topografi Lintasan GPR 100 MHz


125

Elevasi

115
105
95
85
0

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115


Offset

Gambar 2.4.4 Grafik data topografi GPR Shielded 100MHz

31

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.5 Metode Seismik Refraksi
2.5.1 Alat dan Perlengkapan
Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode Seismik Refraksi adalah
1. Seismograf DAQlink III
2. Geophone ( 24 buah + cadangan 4 buah )
3. Kabel Roll ( 5 buah )
4. Accu 12 Volt ( 1 buah )
5. Palu dan lempeng
6. Kabel Trigger

Gambar 2.5.1 Instrumensi pengambilan data Seismik Refraksi

2.5.2 Tata cara penggunaan alat


Instrumen yang digunakan adalah .. dan urutan tata cara penggunaannya adalah seperti berikut :
1. Pasang geophone pada titik line yang telah ditentukan dan tanam gephone kedalam tanah
2. Bentangkan kabel dan pasangkan pada geophone lalu hubungkan ke DAQ LINK III
32

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
3. Hubungkan Trigger ke DAQ LINK III
4. Hubungkan sumber arus ( Accu ) ke DAQ LINK III
5. Hubungkan DAQ LINK III ke laptop

6. Buka Software Vista dan pastikan sudah terhubung dengan DAQ LINK III , cek IP address dan
settingnya
7. Selanjutnya setiap trigger/shot yang dilakukan akan terekam pada software VISTA
8. Jangan lupa untuk menyimpan semua hasil rekaman pada tiap shot.
2.5.3 Langkah Langkah Pengambilan Data
Langkah pengambilan data metode Seismik Refraksi adalah sebagai berikut :
1. Tentukan line pengukuran sebagai berikut :
Gunakan 24 channel dengan offset 5 meter
Near shot berjarak 2.5 meter dari geophone 1
Far shot berjarak 2.5 meter dari geophone 24
Mid shot berada diantara geophone 12 dan 13 berjarak 2.5 meter dari masing masing
geophone
Phantom shot ( 2 kali ) berjarak setengah spread yaitu 57.5 dari geophone 1 dan geophone 24
Sketsa lintasan :

33

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

2. Lakukan pengukuran koordinat dan elevasi dari tiap geophone dengan GPS

3. Lakukan pengukuran elevasi dengan menggunakan waterpass untuk akurasi yang lebih akurat

34

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4. Pasang geophone pada titik line yang telah ditentukan, tanam geophone kedalam tanah

5. Bentangkan kabel dan pasangkan pada geophone lalu hubungkan ke DAQ LINK III

6. Pastikan kemudian semua instrument telah terpasang dengan benar.


7. Untuk memastikan, geophone terhubung dengan DAQ LINK III lakukan noise check
8. Lakukan trigger check untuk memeriksa apakah setting pada VISTA sesuai dengan susunan
shot yang digunakan menggunakan palu

9. Siapkan source berupa dinamit, hubungkan dengan kabel detonator


10. Masukkan dinamit kedalam lubang bor sedalam 1 meter
11. Kubur dinamit dengan tanah dan batu agar energi tersalur ke bawah permukaan

35

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

12. Klik start acquisition pada VISTA


13. Picu ledakan dengan detonator
14. Save data pada VISTA dengan format ASCII
2.5.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data
Lintasan Pengukuran

: Lintasan P5-1 s/d P5-20

Lokasi

: Depan asrama Totogan

Cuaca

: Cerah bearawan

Kondisi tanah

: Basah/berair

Jumlah Channel

: 24

Spasi antar Geophone

:5m

Panjang lintasan

: 120 m

Gangguan lintasan

Aktivitas petani : Geophone 21-24


Aliran Sungai

: Geophone 9-10

36

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Langkah Kaki

: Geophone 5

37

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.5.5 Topografi Lintasan

STA

UTM X

UTM Y

Elevasi
(m)

BA
BT= ( BA+BB
)/2
BB

Sta.
blkg

Sta. dpn

BA
BT= ( BA+BB
)/2
BB

Beda Tinggi
BT blkg - BT
dpn (mm)

Elevasi
Sebenarnya
100

P5-1

353778 9165614

100

0
1

P5-2

353776 9165609

99
2

P5-3

353775 9165605

100
3

P5-4

353773 9165600

99
4

P5-5

353769 9165596

98
5

P5-6

353768 9165589

97
6

P5-7

353765 9165585

94
7

P5-8

353764 9165583

94

740
665
580
960
900
845
1100
1070
1040
1445
1430
1420
1950
1930
1900
200
145
105
2035
1960
2900

960
900
845
1100
1070
1040
1445
1430
1420
1950
1930
0
2990
2945
2900
2035
1960
2900
3180
3120
3070

-235
98.765

99.83

10

98.64

15

97.5

20

95.95

25

92.185

30

92.84

35

-170

-360

-500

-1050

-1815

-1160

38

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
8
P5-9

353761 9165579

93
9

P5-10

353761 9165569

94
10

P5-11

353760 9165566

93
11

P5-12

353754 9165562

93
12

P5-13

353755 9165559

94
13

P5-14

353749 9165553

92
14

P5-15

353748 9165550

93
15

P5-16

353747

916557

94
16

P5-17

353744

916543

93
17

P5-18

353740 9165538

93

1150
1060
975
1588
1490
1390
1700
1640
1570
1830
1790
1740
1750
1730
1710
1630
1610
1590
1335
1305
1275
1035
980
925
1025
940
865
910
810

10

11

12

13

14

15

16

17

18

1588
1490
1390
1700
1640
1570
1830
1790
1740
1750
1730
1710
1630
1610
1590
1335
1305
1275
1035
980
925
1025
940
865
910
810
710
970
840

-430
92.57

40

93.85

45

92.85

50

93.06

55

94.1

60

92.305

65

93.315

70

94.04

75

93.13

80

92.97

85

-150

-150

60

100

305

315

40

130

-30

39

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

18
P5-19

353739 9165533

93
19

P5-20

353737 9165530

92
20

P5-21

353736 9165526

91
21

P5-22

353731 9165521

90
22

P5-23

353730 9165516

89
23

P5-24

353721 9165513

89

710
970
840
710
90
10
-70
855
830
795
1890
1870
1850
335
320
305
1550
1535
1520

19

20

21

22

23

24

710
1670
1570
1460
855
830
795
1890
1870
1850
2430
2390
2350
1550
1535
1520
2220
2180
2150

-730
92.27

90

91.18

95

89.96

100

89.48

105

87.785

110

88.355

115

-820

-1040

-520

-1215

-645

Tabel 2.5.1 Tabel data topografi lintasan Seismik Refraksi dengan GPS dan Waterpass

40

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Topografi Lintasan
125
120

Elevasi

115
110
105
100
95
90
85
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100105110115120125
Offset

Gambar 2.5.2 Topografi Lintasan Seismik Refraksi

41

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB III
PEMROSESAN DATA
3.1 Metode Gayaberat
3.1.1 Teori Dasar
Metode Gayaberat ( gravitasi ) adalah metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan
gravitasi. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa
batuan dibawah permukaan. Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan untuk membedakan rapat
massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, struktur bawah permukaan dapat
diketahui. IUntuk menggunakan metode ini dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, yang pertama untuk
mengukur di base, kemudian yang kedua alat yang dibawa pergi ke setiap titik pengukuran. Metode
Gayaberat pengukurannya biasanya dilakukan secara looping.
Hukum Gravitasi Newton
Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki rapat massa yang
berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus hokum Newton sederhana sebagai berikut :

Dimana :
F

: Besar gaya gravitasi antara dua titik massa yang ada ( Newton )

: Besar konstanta gravitasi Newton


: Massa benda pertama ( kg )
: Massa benda kedua ( kg )

: Jarak antara benda pertama dan benda kedua ( m )

Metode gayaberat memiliki koreksi dalam pengolahan data yang beragam, koreksi dalam metode gaya
berat adalah sebagai berikut :

Koreksi Pasang Surut ( Tidal )


Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi benda benda diluar bumi seperti
bulan dan matahari, yang berubah terhadap lintang dan waktu. Untuk mendapatkan nilai pasang surut

42

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
ini maka, dilihatlah perbedaan nilai gravitasi stasiun dari waktu ke waktu terhadap base. Gravitasi
terkoreksi tidal dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana
: Gravitasi terkoreksi Tidal
: Gravitasi pada permukaan alat
: Nilai koreksi pasang surut

Koreksi Apungan ( Drift )


Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gravity dari stasiun yang sama pada waktu
yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan pegas alat gravimeter selama proses
transportasi dari suatu stasiun ke stasiun lainnya.
( )

( )

: Drift pada stasiun ke-n


( )

: Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke-n

( )

: Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke-1


: Waktu pengukuran stasiun akhir loop
: Waktu pengukuran stasiun awal
: Waktu pengukuran stasiun ke-n

Koreksi Lintang
Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak sepenuhnya bulat sempurna, tetapi pepat pada
daerah ekuator dan juga karena rotasi bumi. Hal tersebut membuat ada perbedaan nilai gravitasi
karena pengaruh lintang yang ada di bumi. Secara umum gravitasi terkoreksi lintang dapat ditulis
sebagai berikut :
( )

Dimana
( )

Koreksi Udara Bebas ( Free Air )


43

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Koreksi ini dilakukan untuk mengkompensasi ketinggian antara titik pengamatan dan datum (mean
sea level). Koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana
: Gravitasi terkoreksi udara bebas
: Ketinggian permukaan dari datum (msl)

Koreksi Bouguer
Koreksi bouger dilakukan untuk mengkompensasi pengaruh massa batuan terdapat antara stasiun
pengukuran dan (mean sea level) yang diabaikan pada koreksi udara bebas. Koreksi ini dapat ditulis
sebagai berikut :

Dimana :
: Gravitasi terkoreksi Bouguer
: Densitas Batuan (

: Ketinggian dari atas permukaan laut ( meter )

Koreksi Medan ( Terrain )


Koreksi medan mengakomodir ketidakteraturan pada topografi sekitar titik pengukuran. Pada saat
pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik pengukuran, biasanya dalam radius dalam dan luar,
diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
(

3.1.2 Prosedur Pengolahan Data


Survey geofisika metode gayaberat secara umum akan memberikan dua macam data mentah yang harus
kita olah.
Data pertama adalah data yang diambil di base secara konstan dalam rentang waktu tertentu
menggunakan altimeter. Tujuan data ini adalah sebagai controlling terhadap data lapangan dan sebagai
koreksi drift terhadap nilai elevasi. Data yang didapatkan adalah waktu dan altitude.
Berikut adalah Pengolahan Data Altimeter di base

44

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Time

Alt(m)

Time
(Minute)

8:02

8:12

-1

10

8:22

-3

20

8:32

-4

30

8:42

-3

40

8:52

-1

50

9:02

-2

60

9:12

70

9:22

-1

80

9:32

90

9:42

100

9:52

110

10:02

120

10:12

130

10:22

140

10:32

150

10:42

160

10:52

10

170

11:02

11

180

11:12

12

190

11:22

12

200

11:32

11

210

11:42

14

220

11:52

16

230

12:02

17

240

12:12

18

250

12:22

18

260

12:32

16

270

Tabel 3.1.1 Data Altimeter yang diukur di Base

Dibawah ini grafik gravimeter harian di base dengan pendekatan polynomial orde ke-6,

45

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.1.1 Grafik Variasi Altimeter Harian di Base

Grafik altimeter diatas menunjukkan perubahan kurva altimeter yang awalnya menurun dan kemudian
menaik secara drastis sampai akhir pengukuran.
Data kedua adalah data yang diambil dari lapangan secara aktif dengan spasi antar stasiun 100 m, dengan
catatan stasiun 1 dengan base memiliki jarak yang tidak sama. Data yang diperoleh yaitu

Data stasiun

Koordinat berupa UTM X dan UTM Y atau berupa Latitude dan Longitude

Data elevasi dari GPS dan altimeter

Waktu pengukuran

Nilai gayaberat yang terbaca (G Read)

Data terrain

Keterangan geologi (singkapan, struktur, dsb), sumber noise, dsb.

46

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.1.2 Contoh table pngukuran data lapangan

Flowchart pengolahan data untuk memperoleh CBA

Input Data

Perhitungan H

Tide Correction

Penentuan G
Observasi
Terrain
Correction
Perhitungan CBA

Analisis Densitas
Spectral Analysis

Pemodelan

Analisis Geologi

Gambar 3.1.3 Flow char pengolahan data Gayaberat

47

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Langkah Langkah dalam pemrosesan data Geologi :


1. Perhitungan H True
H true diperoleh dari data altimeter yang berada di base. Perhitungan ini dimaksudkan agar nilai
ketinggian yang digunakan saat pengolahan data benar-benar nilai yang asli dan terkoreksi. Nilai
ketinggian yang kita dapatkan dari altimeter maupun GPS memiliki kelemahan pada faktor alat.
Apabila alat digunakan terlalu lama, ada kemungkinan alat tersebut mengalami overheat dan
mengganggu bacaan. Oleh karena itu, altimeter terdapat dua: di base dan untuk pengukuran di
lapangan agar dapat dibandingkan dan dikoreksi.
Grafik hubungan bacaan altimeter dengan waktu memberikan persamaan polinomial orde enam.
Persamaan tersebut adalah:

persamaan ini digunakan untuk mencari koreksi altimeter dengan input data Time (minute)
Berikut ini pengolahan data topografi pengukuran gaya berat di stasiun, Nilai dari ketinggian yang
benar didapatkan dengan cara mengurangkan data ketinggian lapangan dengan hasil dari koreksi drift
altimeter. Koreksi drift altimeter didapat dari persamaan:

48

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Stasiun Longitude Latitude Elevasi Altimeter
BASE
ST-01
ST-02
ST-03
ST-04
ST-05
ST-06
ST-07
ST-08
ST-09
ST-10
ST-11
ST-12
ST-13
ST-14
ST-15
ST-16
BASE

109.6724

-7.54641

109.6834

-7.52273

109.6833

-7.52179

109.6828

-7.52102

109.6823

-7.5202

109.6814

-7.51983

109.6806

-7.52

109.6795

-7.51964

109.6789

-7.51896

109.6782

-7.51842

109.678

-7.51928

109.6783

-7.52011

109.6782

-7.52105

109.6779

-7.52195

109.6773

-7.52267

109.6769

-7.52351

109.6762

-7.52411

109.6724

-7.54641

-23
-15
-17
-11
-2
1
-2
-5
-4
-3
15
27
39
51
67
81
86
-8

Waktu Relatif (menit)


h True (m)
Koreksi Elevasi Base Elevasi Terkoreksi Koreksi Drift Altimeter Elevasi Terkoreksi Drift h Lokal (m)
8:02
55.209
12
-1.824851148
-21.175
0
-21.17515
0
55.209
8:14
46
-2.644988414
-12.355
-0.564969774
-11.79004
9.3851
64.594
8:48
55
-1.995246285
-15.005
-0.714520597
-14.29023
6.8849
62.094
8:57
66
-1.051210151
-9.949
-0.897304936
-9.05148
12.1237
67.333
9:08
75
-0.239487543
-1.761
-1.046855758
-0.71366
20.4615
75.670
9:17
82
0.385415159
0.615
-1.163173065
1.77776
22.9529
78.162
9:24
89
0.991885179
-2.992
-1.279490371
-1.71239
19.4628
74.672
9:31
97
1.656398916
-6.656
-1.412424436
-5.24397
15.9312
71.140
9:39
108
2.523480359
-6.523
-1.595208775
-4.92827
16.2469
71.456
9:50
127
3.965751587
-6.966
-1.910927178
-5.05482
16.1203
71.329
10:09
134
4.512680415
10.487
-2.027244484
12.51456
33.6897
88.899
10:16
145
5.429434132
21.571
-2.210028823
23.78059
44.9557
100.165
10:27
152
6.06525989
32.935
-2.32634613
35.26109
56.4362
111.645
10:34
160
6.854734925
44.145
-2.459280194
46.60455
67.7797
122.989
10:42
169
7.832713394
59.167
-2.608831017
61.77612
82.9513
138.160
10:51
175
8.539641692
72.460
-2.708531565
75.16889
96.3440
151.553
10:57
182
9.418123801
76.582
-2.824848872
79.40673
100.5819 155.791
11:04
241
16.98038645
-24.980
-3.805237598
-21.17515
0
55.209
12:03

Waktu

Tabel 3.1.2 Pengolahan Data Topografi untuk mendapatkan H True

2. Tide Correction
Tide Correction adalah koreksi gravitasi karena adanya variasi harian. Perputaran bumi baik itu rotasi
dan revolusi dapat memengaruhi nilai gravitasi dari suatu daerah. Normalnya pengaruh tersebut dapat
diabaikan karena satuannya mGal, akan tetapi metode gayaberat justru sangat bergantung pada variasi
nilai gravitasi yang sangat kecil. Sehingga perubahan tersebut mutlak harus kita konsiderasikan.
Berikut ini table pengolahan data Tide Correction dengan software Tide.exe,
Data Tide dari Tide.exe
Time

TC(mgal)

Time(Minute)

7:59

-0,007

479

8:00

-0,006

480

8:01

-0,005

481

8:02

-0,004

482

8:03

-0,003

483

8:04

-0,002

484

8:05

-0,001

485

8:07

487

8:08

0,001

488

8:09

0,002

489

8:10

0,003

490

8:11

0,004

491

8:12

0,005

492

8:13

0,006

493

8:14

0,007

494
49

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
8:16

0,008

496

8:17

0,009

497

8:18

0,01

498

8:19

0,011

499

8:20

0,012

500

8:21

0,013

501

8:22

0,014

502

8:24

0,015

504

8:25

0,016

505

8:26

0,017

506

8:27

0,018

507

8:28

0,019

508

8:29

0,02

509

8:31

0,021

511

8:32

0,022

512

8:33

0,023

513

8:34

0,024

514

8:35

0,025

515

8:36

0,026

516

8:38

0,027

518

8:39

0,028

519

8:40

0,029

520

8:41

0,03

521

8:42

0,031

522

8:44

0,032

524

8:45

0,033

525

8:46

0,034

526

8:47

0,035

527

8:49

0,036

529

8:50

0,037

530

8:51

0,038

531

8:52

0,039

532

8:54

0,04

534

8:55

0,041

535

8:56

0,042

536

8:57

0,043

537

8:59

0,044

539
50

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
9:00

0,045

540

9:01

0,046

541

9:03

0,047

543

9:04

0,048

544

9:05

0,049

545

9:06

0,05

546

9:08

0,051

548

9:09

0,052

549

9:10

0,053

550

9:12

0,054

552

9:13

0,055

553

9:14

0,056

554

9:16

0,057

556

9:17

0,058

557

9:18

0,059

558

9:20

0,06

560

9:21

0,061

561

9:22

0,062

562

9:24

0,063

564

9:25

0,064

565

9:27

0,065

567

9:28

0,066

568

9:29

0,067

569

9:31

0,068

571

9:32

0,069

572

9:34

0,07

574

9:35

0,071

575

9:36

0,072

576

9:38

0,073

578

9:39

0,074

579

9:41

0,075

581

9:42

0,076

582

9:44

0,077

584

9:45

0,078

585

9:47

0,079

587

9:48

0,08

588

9:50

0,081

590
51

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
9:51

0,082

591

9:53

0,083

593

9:54

0,084

594

9:56

0,085

596

9:57

0,086

597

9:59

0,087

599

10:00

0,088

600

10:02

0,089

602

10:04

0,09

604

10:06

0,091

606

10:08

0,092

608

10:09

0,093

609

10:11

0,094

611

10:13

0,095

613

10:15

0,096

615

10:17

0,097

617

10:20

0,098

620

10:22

0,099

622

10:24

0,1

624

10:27

0,101

627

10:29

0,102

629

10:32

0,103

632

10:35

0,104

635

10:38

0,105

638

10:41

0,106

641

10:44

0,107

644

10:48

0,108

648

10:53

0,109

653

10:58

0,11

658

11:04

0,111

664

11:15

0,112

675

11:30

0,111

690

11:41

0,11

701

11:47

0,109

707

11:52

0,108

712

11:56

0,107

716

12:00

0,106

720
52

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
12:03

0,105

723

12:06

0,104

726

12:09

0,103

729

12:11

0,102

731

12:14

0,101

734

12:16

0,1

736

12:19

0,099

739

12:21

0,098

741

12:24

0,097

744

12:26

0,096

746

12:28

0,095

748

12:30

0,094

750

12:32

0,093

752

12:34

0,092

754

12:36

0,091

756

12:38

0,09

758

12:40

0,089

760

12:42

0,088

762

12:44

0,087

764

12:46

0,086

766

12:47

0,085

767

12:49

0,084

769

12:51

0,083

771

12:53

0,082

773

12:54

0,081

774

12:56

0,08

776

12:58

0,079

778

12:59

0,078

779

13:01

0,077

781

13:03

0,076

783

Tabel 3.1.3 Nilai dari Tide Correction menggunakan software TIDE.EXE

Berikut adalah table pengukuran Tide Correction pada setiap stasiun

53

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
TC
(mgal)

Stasiun
BASE

Waktu Pengukuran Stasiun


8:14

Waktu terhadap base (menit)


494

ST-01

8:48

528

0,036

ST-02

8:57

537

0,043

ST-03

9:08

548

0,051

ST-04

9:17

557

0,058

ST-05

9:24

564

0,063

ST-06

9:31

571

0,068

ST-07

9:39

579

0,074

ST-08

9:50

590

0,081

ST-09

10:09

609

0,093

ST-10

10:16

616

0,097

ST-11

10:27

627

0,101

ST-12

10:34

634

0,104

ST-13

10:42

642

0,106

ST-14

10:51

651

0,109

ST-15

10:57

657

0,11

ST-16

11:04
12:03

664

0,111

723

0,105

BASE

0,007

Tabel 3.1.4 Nilai Tide Correction pada tiap stasiun

Tabel 3.1.5 Nilai Konstanta Alat ( atas ) G Absolut Base ( Bawah )

3. Penentuan G observasi
Perhitungan G Observasi melalui beberapa tahap yaitu:
1. Menghitung G konversi dengan cara:
((

2. Menghitung G terkoreksi tide

3. Menghitung koreksi drift

4. Menghitung G terkoreksi drift


54

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

5. Menghitung G

6. Menghitung G obs

*Tabel perhitungan nilai Gobs ada di lampiran

Nilai Korelasi G Obs dan H True

-0.971

Tabel 3.1.6 Hasil prosesing untuk mendapatkan nilai G observasi

Berikut grafik korelasi G obs dengan H True berdasarkan table diatas

Korelasi G obs dengan H True


200

H True

150
100
50
0
978180.000 978185.000 978190.000 978195.000 978200.000 978205.000
G obs

Gambar 3.1.4 Grafik Korelasi G obs dengan H True

4. Terrain Correction ( TC )
Berikut adalah table pengukuran terrain Correction pada pengukuran tiap stasiun

55

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
NO

Nama Sts

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
20

Base
ST 1
ST 2
ST 3
ST 4
ST 5
ST 6
ST 7
ST 8
ST 9
ST 10
ST 11
ST 12
ST 13
ST 14
ST 15
ST 16
Base

Terrain (Inner Zone)

TC/ (Inner Zone)

-1
0
1
2
-2
-3
-2
-1
-3
-5
-2
-2
-4
-2
-4
-2
2
-1

-1.5
2
0.5
-1
3
4
4
1
1
2
0
2
2
3
3
2.5
-3
-1.5

0
2
3.5
-6
-2.5
4
0
1
-2
0.5
1.5
1
1
1
5
3
0
0

-1
1.5
1.5
6
2
-2.5
0
2
1
-1
4
2
-2
-1
-4
-3
2
-1

0.002421
0
0.002421
0.00847
0.00847
0.016351
0.00847
0.002421
0.016351
0.034159
0.00847
0.00847
0.025064
0.00847
0.025064
0.00847
0.00847
0.002421

0.005121
0.00847
0.000632
0.002421
0.016351
0.025064
0.025064
0.002421
0.002421
0.00847
0
0.00847
0.00847
0.016351
0.016351
0.012262
0.016351
0.005121

0
0.00847
0.02064
0.043426
0.012262
0.025064
0
0.002421
0.00847
0.000632
0.005121
0.002421
0.002421
0.002421
0.034159
0.016351
0
0

0.002421
0.005121
0.005121
0.043426
0.00847
0.012262
0
0.00847
0.002421
0.002421
0.025064
0.00847
0.00847
0.002421
0.025064
0.016351
0.00847
0.002421

TC/ Total TC Total


0.009963
0.022062
0.028813
0.097744
0.045553
0.078741
0.033534
0.015733
0.029663
0.045682
0.038655
0.027832
0.044426
0.029663
0.100638
0.053434
0.033291
0.009963

0.027398
0.060669
0.079237
0.268796
0.125272
0.216537
0.092219
0.043267
0.081574
0.125626
0.106302
0.076538
0.12217
0.081574
0.276754
0.146943
0.091551
0.027398

Tabel 3.1.7 Proses pengukuran TC-Terrain Correction pada masing masing stasiun

Maka diperoleh
2.75

Densitas Hasil Parasnis =


5. Menghitung CBA
Perhitungan CBA mengalami beberapa proses antara lain:
1. FAC (Free Air Correction)
2. FAA

( )
3. BC
Nilai awalnya didapatkan dari perkiraan dengan berdasarkan geologi dan referensi.Nilai yang
sebenarnya akan didapatkan setelah kita mencari densitas menggunakan metode parasnis ataupun
nettleton.
4. CBA

56

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut ini tabel perhitungan G lintang beserta data FAC dan CBA,
Perhitungan G Lintang
Sts

BASE
ST -01
ST -02
ST -03
ST -04
ST -05
ST -06
ST -07
ST -08
ST -09
ST -10
ST -11
ST -12
ST -13
ST -14
ST -15
ST -16
ST -17

x (long)

y (lat)

h(m)

Gobs (mGal)

FAC s/d CBA


lat(rad)

G() (mGal)

FAC

FAA

BC

TC total

CBA

109.6724

-7.54641

55.209

978201.635

-0.1317

978121.662

17.032

97.005

6.354

0.027398

90.679

109.6834

-7.52273

64.594

978200.736

-0.1313

978121.102

19.927

99.561

7.434

0.060669

92.188

109.6833

-7.52179

62.094

978201.921

-0.1313

978121.080

19.156

99.997

7.146

0.079237

92.930

109.6828

-7.52102

67.333

978201.321

-0.1313

978121.061

20.772

101.031

7.749

0.268796

93.551

109.6823

-7.5202

75.670

978200.024

-0.1313

978121.042

23.344

102.326

8.709

0.125272

93.743

109.6814

-7.51983

78.162

978200.061

-0.1312

978121.033

24.113

103.141

8.995

0.216537

94.362

109.6806

-7.52

74.672

978200.976

-0.1312

978121.037

23.036

102.975

8.594

0.092219

94.473

109.6795

-7.51964

71.140

978201.675

-0.1312

978121.029

21.947

102.592

8.187

0.043267

94.448

109.6789

-7.51896

71.456

978202.211

-0.1312

978121.013

22.044

103.243

8.224

0.081574

95.100

109.6782

-7.51842

71.329

978202.024

-0.1312

978121.000

22.005

103.028

8.209

0.125626

94.945

109.678

-7.51928

88.899

978199.211

-0.1312

978121.020

27.425

105.615

10.231

0.106302

95.491

109.6783

-7.52011

100.165

978196.468

-0.1313

978121.040

30.901

106.329

11.528

0.076538

94.877

109.6782

-7.52105

111.645

978193.992

-0.1313

978121.062

34.443

107.373

12.849

0.122170

94.646

109.6779

-7.52195

122.989

978191.568

-0.1313

978121.083

37.942

108.426

14.154

0.081574

94.354

109.6773

-7.52267

138.160

978188.028

-0.1313

978121.100

42.622

109.550

15.901

0.276754

93.926

109.6769

-7.52351

151.553

978181.153

-0.1313

978121.120

46.754

106.787

17.442

0.146943

89.492

109.6762

-7.52411

155.791

978184.757

-0.1313

978121.134

48.061

111.684

17.930

0.091551

93.846

109.6724

-7.54641

55.209

978201.635

-0.1317

978121.662

17.032

97.005

6.354

0.027398

90.679

Tabel 3.1.8 Pengukuran Complete Bouguer Anomaly

Berikut ini header kolom beserta formula pada Microsoft excel,

Tabel 3.119 Formula untuk Menghitug Koreksi processing Gayaberat

Maka diperoleh,
Densitas Hasil Nettleton =

2.75

5. Penentuan Densitas
5.5.1

Metode Parasnis
57

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut ini perhitungan terrain correction ( Inner Zone ) melalui metode Parasnis
long (deg) lat (deg)

h(m)

Gobs (mGal)

lat(rad)

G() (mGal)

FAC

FAA

BC/

TC/

BC/ - TC/

109.6723897 -7.546409797

55.209

978201.635

-0.1317

978121.662

17.032

97.005

2.3104967

0.009963

2.300533733

109.6834357 -7.522731413

64.594

978200.736

-0.1313

978121.102

19.927

99.561

2.7032634

0.022062

2.681201863

109.6832935 -7.521790472

62.094

978201.921

-0.1313

978121.080

19.156

99.997

2.5986304

0.028813

2.569817048

109.6827793 -7.521020238

67.333

978201.321

-0.1313

978121.061

20.772

101.031

2.817872

0.097744

2.720128108

109.6823196 -7.520204951

75.670

978200.024

-0.1313

978121.042

23.344

102.326

3.1668101

0.045553

3.121256686

109.6814418 -7.519831534

78.162

978200.061

-0.1312

978121.033

24.113

103.141

3.2710758

0.078741

3.19233514

109.6805713 -7.520000741

74.672

978200.976

-0.1312

978121.037

23.036

102.975

3.1250129

0.033534

3.091478651

109.679494 -7.519644806

71.140

978201.675

-0.1312

978121.029

21.947

102.592

2.9772163

0.015733

2.961482933

109.6789071 -7.518964785

71.456

978202.211

-0.1312

978121.013

22.044

103.243

2.9904285

0.029663

2.960765333

109.678211 -7.518420084

71.329

978202.024

-0.1312

978121.000

22.005

103.028

2.9851322

0.045682

2.939449879

88.899

978199.211

-0.1312

978121.020

27.425

105.615

3.7204111

0.038655

3.681755995

-7.52011151

100.165

978196.468

-0.1313

978121.040

30.901

106.329

4.1918945

0.027832

4.164062553

109.6781758 -7.521051604

111.645

978193.992

-0.1313

978121.062

34.443

107.373

4.6723531

0.044426

4.627927501

109.6779375 -7.521946181

122.989

978191.568

-0.1313

978121.083

37.942

108.426

5.1470768

0.029663

5.117413719

109.6772919 -7.522667705

138.160

978188.028

-0.1313

978121.100

42.622

109.550

5.7820072

0.100638

5.681369297

109.6769178

-7.52350761

151.553

978181.153

-0.1313

978121.120

46.754

106.787

6.3424947

0.053434

6.289060794

109.6762001

-7.52411135

155.791

978184.757

-0.1313

978121.134

48.061

111.684

6.5198481

0.033291

6.486556659

109.6723897 -7.546409797

55.209

978201.635

-0.1317

978121.662

17.032

97.005

2.3104967

0.009963

2.300533733

109.6779909 -7.519278543
109.6783146

Tabel 3.1.10 Perhitungan Terrain Correction (Inner Zone) melalui metode Parasnis

Berikut ini tabel radius dalam dan luar beserta perhitungan Terrain Correction,

rL=

100

rD=

Tabel 3.1.11 Radius perhitungan Terrain Correction

5.5.2

Metode Nettleton
Berikut ini pengukuran CBA melalui metode Nettleton,
*terlampir

PEMISAHAN RESIDUAL DAN REGIONAL


Data yang digunakan adalah data yang mengandung UTM X, UTM Y, dan CBA.
Stasiun

CBA

Base
1
2
3

353528
354739
354723
354666

9165621
9168243
9168347
9168432

90.67891
92.1877
92.9299
93.55107
58

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Base

354615
354518
354422
354303
354238
354161
354137
354173
354158
354132
354061
354020
353941
353528

9168522
9168563
9168544
9168583
9168658
9168718
9168623
9168531
9168427
9168328
9168248
9168155
9168088
9165621

93.74282
94.36189
94.47311
94.44831
95.10048
94.94499
95.49059
94.87747
94.64601
94.35353
93.92643
89.49222
93.84601
90.67891

Tabel 3.1.12 Data UTM X, UTM Y, dan CBA

Plotting data ke SURFER 9 untuk mendapatkan kontur CBA


1. Input data Laporan Awal Kelompok 9 Fravity FINAL.xlsx

Gambar 3.1.5 Input yang digunakan untuk plotting data

2. Masukkan sumbu X adalah UTM X, sumbu Y adalah UTM Y, sumbu Z adalah nilai CBA.

59

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.1.6 Input Sumbu Koordinat, spasi, dan metode grid

3. Didapatkan peta kontur

Gambar 3.1.7 Peta kontur CBA dan lintasan (ditandai dengan X)

60

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4.Slicing sebanyak lima line untuk perhitungan window agar bisa lakukan pemisahan regional dan
residual. Setelahnya dilakukan digitize.

Gambar 3.1.8 Penentuan lima line / slice pada peta kontur CBA

6. Ubah format .bln hasil digitize dengan cara Grid > Slicing lalu masukkan hasil digitize kita
sehingga kita memiliki outputnya berupa .dat

61

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.8 Memasukkan data hasil digitize

Gambar 3.1.9 Menentukan file hasil dalam bentuk .dat

7. Dengan menggunakan Ms. Excel kita buka hasil slice berbentuk .dat tadi maka akan ditampilkan
nilai UTM X, UTM Y, spasi, dan nilai CBA
X
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619
354005.8619

Y
9168708.665
9168668.048
9168618.097
9168568.145
9168518.194
9168468.242
9168418.29
9168368.339
9168318.387
9168268.435
9168218.484
9168168.532
9168118.581
9168068.629
9168018.677
9167968.726
9167918.774
9167868.823
9167818.871
9167768.919
9167718.968

Spasi

CBA

0
40.6168729
90.56848581
140.5200987
190.4717116
240.4233245
290.3749374
340.3265503
390.2781632
440.2297761
490.181389
540.1330019
590.0846148
640.0362277
689.9878406
739.9394535
789.8910665
839.8426794
889.7942923
939.7459052
989.6975181

95.25057131
95.2715928
95.25956551
95.18497075
95.06064665
94.90597011
94.72190717
94.48856502
94.15687139
93.59533601
92.35856895
90.78363224
91.1500949
92.07321783
92.41482616
92.52319119
92.54803721
92.5366928
92.50754325
92.46889989
92.42496667

Tabel 3.1.13 Output dari Slice

62

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
8. Selanjutnya kita gunakan program NUMERI.exe untuk transformasi Fourier Diskrit dan
mendapatkan nilai Real, Imajiner, dan Frekuensi. Akan tetapi kita mesti menyamakan spasi yang
berbeda-beda, spasi yang kami gunakan adalah sebesar 50 m
Spasi Kumu

CBA Interpol

0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1050

95.250571
95.269334
95.245481
95.161376
95.031142
94.870682
94.676945
94.42433
94.047583
93.353432
92.048996
90.85602
91.333335
92.141358
92.436547
92.528195
92.545741
92.530765
92.499648
92.459881
92.41529
92.367984

Tabel 3.1.14 Pengaturan spasi

Spasi Kumulatif adalah spasi yang sudah disamakan yaitu sebesar 50 m. CBA Interpol adalah
hasil interpolasi CBA yang menyesuaikan dengan pengaturan spasi.
9. Kemudian hasil yang sudah diatur tersebut kita save dalam format *.xy

63

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.1.8 Output .spk dari software NUMERI.EXE

10. Hasil berupa .SPK kita buka sehingga kita dapatkan hasil seperti di bawah ini. Kolom pertama
merupakan nilai real, kolom kedua merupakan nilai imajiner. Baris pertama pada kolom nilai real
adalah nilai interval frekuensi.

64

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.1.9 Output .spk dari software NUMERI.EXE untuk line 1

Jika kita buka menggunakan Ms. Excel maka


Real
3.24E+03
8.09E+00
-1.32E+01
-3.09E+00
-6.08E+00
-6.37E+00
-4.44E+00
-6.28E+00
-4.57E+00

Imajiner
0.00E+00
-2.71E+01
-1.30E+01
-2.49E+00
-7.36E+00
-1.35E+00
-3.22E+00
-1.59E+00
-1.08E+00

Frekuensi
0
5.71E-04
0.001142857
1.71E-03
0.002285714
2.86E-03
0.003428571
4.00E-03
0.004571429
65

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
-5.41E+00
-4.77E+00
-4.74E+00
-4.79E+00
-4.29E+00
-4.66E+00
-4.13E+00
-4.43E+00

-1.29E+00
-2.86E-01
-7.98E-01
-3.84E-02
-3.31E-01
-8.94E-02
3.36E-02
-2.02E-01

5.14E-03
0.005714286
6.29E-03
0.006857143
7.43E-03
0.008
8.57E-03
0.009142857

Tabel 3.1.15 Output NUMERI.EXE yang telah diatur frekuensinya

11. Dari ketiga data tersebut kita bisa mencari nilai A, k, dan LN A. A atau Amplitudo bisa kita cari
menggunakan persamaan:

Nilai k menggunakan persamaan

Dimana f adalah nilai dari frekuensi. LN A adalah hasil logaritma natural dari A. Berikut adalah
contoh pengolahannya:
Real
3.24E+03
8.09E+00
-1.32E+01
-3.09E+00
-6.08E+00
-6.37E+00
-4.44E+00
-6.28E+00
-4.57E+00
-5.41E+00
-4.77E+00
-4.74E+00
-4.79E+00
-4.29E+00
-4.66E+00
-4.13E+00
-4.43E+00

Imajiner
0.00E+00
-2.71E+01
-1.30E+01
-2.49E+00
-7.36E+00
-1.35E+00
-3.22E+00
-1.59E+00
-1.08E+00
-1.29E+00
-2.86E-01
-7.98E-01
-3.84E-02
-3.31E-01
-8.94E-02
3.36E-02
-2.02E-01

Frekuensi
0
5.71E-04
0.001142857
1.71E-03
0.002285714
2.86E-03
0.003428571
4.00E-03
0.004571429
5.14E-03
0.005714286
6.29E-03
0.006857143
7.43E-03
0.008
8.57E-03
0.009142857

A
3240.400225
28.30308482
18.50187714
3.966887038
9.543580892
6.51037076
5.481256316
6.480032733
4.694109889
5.558410285
4.777826364
4.805493131
4.786422058
4.304306488
4.665307098
4.126877973
4.435842582

k
0
0.003590392
0.007180783
0.010771175
0.014361566
0.017951958
0.02154235
0.025132741
0.028723133
0.032313524
0.035903916
0.039494308
0.043084699
0.046675091
0.050265482
0.053855874
0.057446266

Ln A
8.08345213
3.3429708
2.91787219
1.37798167
2.25586877
1.87339641
1.70133433
1.86872556
1.54630851
1.71531215
1.56398571
1.56975967
1.56578317
1.45961603
1.54015366
1.41752118
1.48971758

Tabel 3.1.16 Hasil processing output NUMERI.EXE

66

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

12. Selanjutnya kita plotting nilai k terhadap Ln A. Nilai k sebagai axis dan Ln A sebagai ordinat.
9
8
7
6
5
Series1

4
3
2
1
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

Gambar 3.1.10 Grafik hubungan antara k terhadap Ln A

13. Setengah dari data tersebut akan kita gunakan untuk analisis regional dan residual sehingga bisa
didapatkan nilai window untuk pemetaan regional dan residual. Analisis dilakukan dengan cara
mencari dua trend linear yang saling berpotongan dan nantinya diambil nilai k perpotongannya yang
kita sebut k cut off.
Slice 1
9
8
7
6

Regional

Residual

4
y3= -1320.3x + 8.0835

Linear (Regional)
Linear (Residual)

2
1

y = -14.844x + 2.2127

0
0

0.02

0.04

0.06

0.08

Gambar 3.1.11Grafik line 1 untuk analisis regional dan residual

67

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Slice 2
9
8
7
y = -1106.5x + 7.7456

Regional

Residual

Linear (Regional)

y = -13.197x + 2.1749

Linear (Residual)

2
1
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08

Gambar 3.1.12 Grafik line 2 untuk analisis regional dan residual

Slice 3

10
8

Residual
Regional

Noise

y = -1369.1x + 7.9687
4

Linear (Residual)
y = -4.1799x + 1.7908

Linear (Regional)

2
y = -53.531x + 2.9253
0
0
0.01
0.02

Linear (Noise)
0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

Gambar 3.1.13 Grafik line 3 untuk analisis regional dan residual

Slice 4

68

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
10
9
8
7

Residual

Regional

y = -2548.8x + 8.6501

noise

Linear (Residual)

Linear (Regional)
3

Linear (noise)

y = -68.263x + 3.1433
2

y = -5.4472x + 1.1602

1
0
0.00E+001.00E-022.00E-023.00E-024.00E-025.00E-026.00E-027.00E-02
Gambar 3.1.14 Grafik line 4 untuk analisis regional dan residual

Slice 5
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Residual
Regional
y = -2567.4x + 8.6468

Noise
Linear (Residual)
Linear (Noise)

y = -91.653x + 3.2641
y = -14.051x + 1.4999

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

Linear (Noise)

0.07

Gambar 3.1.15 Grafik line 5 untuk analisis regional dan residual


14. Kemudian analisis k cut off dan tentukan nilai window setiap slice untuk dirata-ratakan. Persamaan
untuk menentukan nilai window menggunakan persamaan:

69

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
x adalah spasi pengukuran saat kita survey di lapangan.
No

m1

m2

-1320

-14.84

-1106

-13.19

-1369

-53.53

-2548

-68.26

-2567

-91.65

m1-m2
1305.16
1092.81
1315.47
2479.74
2475.35

c1

c2

c2-c1

8.083

2.212

-5.871

0.004498299

13.96791

7.745

2.174

-5.571

0.005097867

12.32513

7.968

2.925

-5.043

0.003833611

16.38973

8.65

3.143

-5.507

0.002220797

28.29247

8.646

3.264

-5.382

0.002174238

28.89833

average
True Window

19.97472
21

Tabel 3.1.17 Penentuan nilai k cut off dan lebar window

Nilai rata-rata yang didapatkan adalah 19.97472, akan tetapi dalam penentuan window harga yang
tidak bulat harus dibulatkan ke atas dan diganjilkan. Sehingga nilai window sebenarnya yang akan
digunakan dalam pemisahan dan pemetaan residual dan regional adalah sebesar 21.
15. Proses pemisahan dan pemetaan regional dan residual menggunakan metode moving average yang
ada di software Surfer 9.

70

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.16 Proses filtering dengan lebar window 21 pada program Surfer 9

Maka akan didapatkan peta anomaly yang bersifat regional

Gambar 3.1.17 Peta anomali regional


16. Untuk mendapatkan peta residual kita lakukan dengan cara mengurangi peta CBA kita dengan peta
regional yang telah kita buat. Pada dasarnya peta CBA merupakan peta regional dan peta residual
yang telah dikombinasikan. Sehingga, untuk mendapatkan peta residual kita bisa menggunakan
fasilitas math pada software Surfer 9. File A adalah peta CBA, file B adalah peta Regional, dan file C
adalah peta residual.

71

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.18. Proses penentuan peta residual

17. Hasil dari proses tadi adalah berupa peta anomali residual:

Gambar 3.1.19 Peta anomali residual

72

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.20 Hasil peta residual dengan slice

Penampang dilakukan dari poin A ke poin B dalam satu garis lurus yang memotong kontur. Pemilihan
posisi garis penampang didasarkan pada area survey sehingga tingkat kebenarannya lebih tinggi. Data
hasil slicing tersebut adalah:

Gambar 3.1.20 Data Penampang A-B model.dta . Kolom kiri adalah nilai anomali dan kolom kanan adalah besar
spasi.

Pemodelan 2D dilakukan menggunakan software GRAV2DC.EXE dengan menginput data model.dta


dengan parameter:

Maximum depth 100

Number of point 16

Spasi 50

Measure meters

Read observed data

Maka dihasilkan model seperti terlihat:

73

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.1.21 Model 2D Gayaberat Penampang A-B

Terdapat lima body batuan dan empat jenis batuan. Warna biru tua kehitam-hitaman (tengah model)
memiliki dua body, keduanya dipisahkan oleh struktur sesar. Batuan ini memiliki kontras densitas sebesar
+0.5890. Warna biru terang di bagian bawah gambar memiliki kontras densitas sebesar -1.326. Warna
biru gelap di bagian atas memiliki kontras densitas sebesar -1.060. Warna merah memiliki kontras
densitas sebesar +3.1887.
3.1.3 Analisis
Pada pemodelan di atas, kami menginterpretasikan berdasarkan literatur dan pengamatan geologi secara
kasar. Nilai densitas rata-rata menggunakan Metode Parasnis pada processing sebelumnya memberikan
nilai sebesar 2.75. Maka, untuk menentukan nilai densitas dari tubuh-tubuh batuan yang ada di model
adalah dengan menambahkannya dengan nilai kontras densitasnya.

74

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.1.22 Tabel Densitas. Sumber: Telford et al., 2001. Applied Geophysics Second Edition.
Cambridge University Press.
Warna biru tua, kontras densitas +0.3046. Maka densitasnya sebesar 3.0546 gr/cc. Menurut literatur nilai
sebesar 3.0546 merupakan batuan beku atau batuan metamorf. Saat survey, ditemukan singkapan
otobreksia yang merupakan breksi berfragmen basalt serta singkapan batuan beku basalt. Singkapan ini
dapat ditemukan pada stasiun kedua dan ketiga sepanjang aliran sungai Lok Ulo. Asumsi ini juga
didukung dari pengamatan secara visual dalam survey magnetik bahwa adanya singkapan batuan beku
yang posisinya cukup dekat dengan lintasan survey. Sehingga, kami menyimpulkan bahwa warna biru tua
dengan kontras densitas sebesar +0.3046 merupakan tubuh batuan beku basalt.
Warna biru terang di bagian bawah model, kontras densitas -0.459. Maka densitasnya sebesar 2.291 gr/cc.
Menurut literatur, nilai densitas sebesar 2.291 merupakan tubuh batuan sedimen basah (wet sediment).
Apabila ditinjau dari kondisi regional Karangsambung, daerah Karangsambung pada umumnya terdiri
dari satuan lempung, basalt, batupasir, konglomerat, dan gamping (Asikin et al., 1992). Ketika survey,
ditemukan singkapan batulempung pada stasiun-stasiun akhir (dekat SD Totogan). Mengingat dominasi

75

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
satuan batulempung di daerah Karangsambung dan adanya singkapan batulempung di sekitar lintasan,
maka kami menyimpulkan adanya tubuh batulempung pada daerah lintasan survey gravity.
Warna biru terang di bagian atas model, kontras densitas -0.800. Maka densitasnya sebesar 1.95 gr/cc.
Menurut literatur, nilai densitas sebesar 1.95 merupakan termasuk kategori batuan sedimen basah (wet
sediment). Saat pemodelan, kami menginterpretasikannya sebagai lapisan soil karena densitasnya yang
cocok dengan rata-rata densitas soil (1.90) dan pengamatan sepanjang lintasan dimana sebagian besar
lintasan terutupi oleh lapisan tanah. Selain itu, sepanjang lintasan survey kami melihat terdapat vegetasi
yang terdiri dari tumbuhan tingkat tinggi.
Warna merah di bagian kiri model, kontras densitas sebesar +4.462. Maka densitasnya sebesar 7.212
gr/cc. Menurut literatur tidak ada nilai densitas yang setinggi ini selain tubuh mineral. Hemat kami, nilai
yang tinggi ini tidak merepresentasikan keadaan sesungguhnya mengingat terbatasnya titik pengukuran.
Jumlah titik pengukuran, terlebih daerah survey yang jauh dari base (kampus Karangsambung)
menyebabkan adanya interpolasi berlebihan sehingga menyebabkan tingkat keakuratan peta anomali
menjadi sangat kurang. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa anomali tersebut sebetulnya merupakan
batuan beku basalt mengingat daerah survey kami yang menunjukkan adanya singkapan. Juga, ada
kemungkinan merupakan batuan metamorf karena ditemukan juga singkapan batuan metamorf di sekitar
aliran sungai Lok Ulo dan mengingat adanya beberapa warga yang mengambil batuan metamorf dari
sungai saat survey berlangsung.
Secara garis besar, kami menyimpulkan berdasarkan model bahwa daerah survey kami didominasi oleh
batuan beku basalt dan batulempung. Selain itu, dengan mengonsiderasikan dan mengorelasikan dengan
peta geologi yang dibuat, dimana pada bagian utara peta terdapat singkapan basalt yang dikepung oleh
batulempung, analisis kami adalah batulempung merupakan basement pada daerah tersebut. Batu basalt
merupakan batuan beku ekstrusif yang menutupi batulempung.

76

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Soi

Basal
t

Batulempung

Gambar 3.1.23 Model 2D dan hasil analisis

3.2 Metode Geomagnet


3.2.1 Teori Dasar
Metode Geomagnet adalah metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan
bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan
di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir /
dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya
bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan
metoda Resistivity 2D.
Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi,
yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetic dengan komponen horizontal yang dihitung dari
utara menuju timur

77

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari
bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.

Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal

Medan Magnetik Total (F), yaitu besar dari vector medang magnetik total

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama
magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
Pengaksesan Data IGRF
IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field. Merupakan medan acuan
geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi
(H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik
di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu
dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil
pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik
(Hr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari hasil pengukuran
di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun
nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat
memasukkan pemodelan dan interpretasi.

Pengolahan Data Geomagnetik

Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data
medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup
koreksi harian, IGRF dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya
perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu
atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran)
yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang
akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
78

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang
akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
H = Htotal Hharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu
medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka
kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan
dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian
pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi
harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
H = Htotal Hharian H0
Dimana
H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat kuat. Koreksi
topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk
menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan
beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik
(k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali
medan magnetik (Htop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan
koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
H = Htotal Hharian H0 Htop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur dilapangan, maka
diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh,
yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang
mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis
kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang
pembanding tertentu.

Koreksi Efek Regional

79

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi atau
bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah
permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973).
Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan koreksi
efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali
medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional adalah pengangakatan ke
atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah
cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih
tinggi.

3.2.2 Prosedur Pengolahan Data


Flow Chart pengolahan data magnetic

Spasi pengukuran data sebesar 50 meter berdasarkan jarak yang ditunjukkan pada GPS. Data ketinggian
tidak ditampilkan akibat ketidakakuratan alat saat pengukuran. Berikut data lapangan yang diperoleh.
Stasiun

Waktu

GPS

Tobs

Keterangan

80

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
X

T1

T2

T3

8:16

353756

9165538

45,002,235

45002,27

45002,26

8:42

353874

9167880

45229,46

45229,82

45229,93

8:45

353913

9167924

45133,02

45132,96

45132,59

terdapat tiang listrik kabel

8:47

353917

9167973

45073,38

45073,18

45073,5

terdapat tiang listrik kurang lebih 5 m dari titik ukur

8:50

353890

9168014

45076,6

45076,92

45076,82

terdapat rumah warga kurang lebih 10 m dari titik


ukur

8:55

353943

9168103

45072,06

45072,26

45072,27

terdapat rumah warga

8:56

353984

9168130

45068,49

45069,03

45068,48

terdapat rumah warga kurang lebih 5 m dari titik


ukur, terdapat singkapan batuan basalt

8:59

354020

9168130

45055,98

45056,07

45055,73

terdapat tiang listrik dan rumah warga

9:02

354056

9168222

45042,96

45043,19

45042,87

terdapat akivitas warga, perbaikan jalan

9:06

354094

9168255

45095,33

45094,51

45094,62

pinggir area persawahan, terdapat tiang listrik, ada


perbaikan jalan

10

9:09

354131

9168293

45066,44

45066,58

45066,53

terdapat rumah warga, perbaikan jalan

11

9:11

354127

9168345

45033,45

45034

45034,54

dekat rumah warga, kabel listrik

12

9:17

354157

9168383

45031,68

45031,85

45031,91

dekat rumah wagra, tiang listrik 5 m dari titik ukur

13

9:19

354170

9168439

45077,42

45077,52

45077,65

dekat rumah warga

14

9:23

354159

9168488

45044,89

45046,12

45045,89

tiang listrik 5 m dari titik ukur, rumah penduduk

15

9:26

354178

9168532

45044,49

45045,35

45045,33

rumah penduduk, noise

16

9:28

354138

9168577

45029,52

45029,38

45029,73

tiang listrik

17

9:32

354137

9168668

45371,89

45369,67

45399,74

tiang listrik, depan titik ukur terdapat rumah warga

18

9:36

354150

9168719

45044,18

45043,84

45043,2

rumah warga di depan titik ukur

19

9:39

354201

9168704

44998,71

44998,98

44999,91

terdapat rumah-rumah warga, kabel dan tiang listrik

20

9:43

354220

9168666

44913,69

44912,92

44913,03

titik ukur di depan rumah warga

21

9:45

354266

9168633

45089,05

45089,56

45089,07

rumah penduduk, kabel listrik

22

9:53

354301

9168590

45024,39

45024,18

45023,58

terdapat rumah warga dan kabel listrik di atas titik


pengukuran

23

9:56

354360

9168573

45021,16

45021,64

45022,18

10 m dari pengukuran terdapat tiang listrik dan rumah


warga

24

10:01

354407

9168554

44919,82

44920,26

44919,97

25

10:03

354457

9168565

44998,7

44998,16

44998,18

26

10:07

354510

9168560

45020,27

45020,82

45021,81

27

10:10

354563

9168560

45039,08

45038,65

45040,06

28

10:13

354601

9168527

45012,79

45012,83

45012,25

29

10:16

354646

9168494

45047,33

45045,5

45046,06

30

10:19

354677

9168454

45109,5

45109,41

45108,91

31

10:22

354673

9168404

45124,88

45125,26

45124,01

32

10:25

354718

9168376

45336,5

45337,15

45336,63

Base

ada tiang listrik yang berjarak 7 m dari titik


pengukuran

81

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
33

10:27

354716

9168319

45078,15

45079,94

45079,2

34

10:30

354732

9168265

44951,9

44952,65

44951,95

11:07

353756

9165538

44969,61

44969,55

44,969,584

Base

dekat sungai yang berjarak kurang lebih 5 m dari titik


pengukuran

Tabel 3.2.1 Data lapangan metode magnetik

Data pada base yang diambil dari alat Scintrex berupa waktu dan pembacaan magnetik (T). Berikut data
pengukuran di base.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Waktu
8:16
8:26
8:36
8:46
8:56
9:06
9:16
9:26
9:36
9:46
9:56
10:06
10:16
10:26
10:36
10:46
10:56
11:06
11:16
11:26
11:36

T
44967,22
44965,40
44964,52
44966,09
44965,05
44963,18
44964,71
44963,42
44956,11
44953,43
44954,25
44953,74
44960,29
44953,93
44936,55
44955,93
44949,20
44946,09
44944,58
44942,96
44942,56

Tabel 3.2.2 Data nilai T pada base yang dihitung per 10 menit

Langkah langkah pengolahan data magnetik sebagai berikut :


a. Pengolahan Data Base

Ubah waktu pengukuran kedalam menit, kurangkan dengan menit awal sehingga didapatkan
rentang waktu (dari 0 dan seterusnya).

Rata-ratakan seluruh bacaan T maka akan didapatkan koreksi Tigrf di base

Nilai T dikurangi dengan Tigrf akan menghasilkan Tvh di base

82

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut hasil pengolahan data pengukuran base.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Waktu
8:16
8:26
8:36
8:46
8:56
9:06
9:16
9:26
9:36
9:46
9:56
10:06
10:16
10:26
10:36
10:46
10:56
11:06
11:16
11:26
11:36

Pengukuran di Base
Waktu (menit)
Waktu ke
16
0
26
10
36
20
46
30
56
40
66
50
76
60
86
70
96
80
106
90
116
100
126
110
136
120
146
130
156
140
166
150
176
160
186
170
196
180
206
190
216
200

T
44967,22
44965,40
44964,52
44966,09
44965,05
44963,18
44964,71
44963,42
44956,11
44953,43
44954,25
44953,74
44960,29
44953,93
44936,55
44955,93
44949,20
44946,09
44944,58
44942,96
44942,56

Tvh
11,54
9,72
8,84
10,41
9,37
7,50
9,03
7,74
0,43
-2,25
-1,43
-1,94
4,61
-1,75
-19,13
0,25
-6,48
-9,59
-11,10
-12,72
-13,12

Tabel 3.2.3 Tabel data pengolahan data pengukuran di base

Kemudian dibuat grafik scatter dengan sumbu x sebagai waktu dan sumbu y sebagai Tvh. Gunakan
trendline polinomial orde 6 untuk mendapatkan persamaan yang lebih mendekati. Grafik ditunjukkan
sebagai berikut.

83

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Diurnal Correction
15.00
10.00
5.00
Tvh

0.00
-5.00 0

50

100

150

200

250

-10.00
-15.00
-20.00
-25.00

y = 3E-11x6 - 2E-08x5 + 5E-06x4 - 0.0007x3 + 0.0406x2 - 1.1595x +


21.893
Menit ke-

Gambar 3.2.2 Grafik hubungan antara waktu dengan Tvh ( Diurnall Correction)

Dari grafik didapatkan persamaan diurnal correction untuk mencari Tvh pada data lapangan, dengan
mengganti variabel x dengan waktu ke
b. Pengolahan Data Lapangan

Rata-ratakan 3 nilai magnetik yang didapat

Ubah waktu kedalam menit, kurangkan dengan menit awal hingga mendapatkan rentang
waktu pengukuran (dari 0 dan seterusnya)

Tvh didapatkan dengan memasukkan persamaan diurnal base dengan mengubah variabel x
dengan menit pada langkah di atas

Nilai T didapatkan dari nilai T rata-rata dikurangkan dengan Tigrf dan Tvh

Hasil yang diperoleh ditunjukkan oleh tabel berikut.

84

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Stasiun
Base
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Base

X
353756
353874
353913
353917
353890
353943
353984
354020
354056
354094
354131
354127
354157
354170
354159
354178
354138
354137
354150
354201
354220
354266
354301
354360
354407
354457
354510
354563
354601
354646
354677
354673
354718
354716
354732
353756

Y
9165538
9167880
9167924
9167973
9168014
9168103
9168130
9168130
9168222
9168255
9168293
9168345
9168383
9168439
9168488
9168532
9168577
9168668
9168719
9168704
9168666
9168633
9168590
9168573
9168554
9168565
9168560
9168560
9168527
9168494
9168454
9168404
9168376
9168319
9168265
9165538

Time
8:17
8:42
8:45
8:47
8:50
8:55
8:56
8:59
9:02
9:06
9:09
9:11
9:17
9:19
9:23
9:26
9:28
9:32
9:36
9:39
9:43
9:45
9:53
9:56
10:01
10:03
10:07
10:10
10:13
10:16
10:19
10:22
10:25
10:27
10:30
11:07

hour

minute minute-ke

8
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
11

17
42
45
47
50
55
56
59
2
9
9
11
17
19
23
26
28
32
36
39
43
45
53
56
1
3
7
10
13
16
19
22
25
27
30
7

0,000
25,000
28,000
30,000
33,000
38,000
39,000
42,000
45,000
52,000
52,000
54,000
60,000
62,000
66,000
69,000
71,000
75,000
79,000
82,000
86,000
88,000
96,000
99,000
104,000
106,000
110,000
113,000
116,000
119,000
122,000
125,000
128,000
130,000
133,000
170,000

T1
45002,24
45229,46
45133,02
45073,38
45076,6
45072,06
45068,49
45055,98
45042,96
45095,33
45066,44
45033,45
45031,68
45077,42
45044,89
45044,49
45029,52
45371,89
45044,18
44998,71
44913,69
45089,05
45024,39
45021,16
44919,82
44998,7
45020,27
45039,08
45012,79
45047,33
45109,5
45124,88
45336,5
45078,15
44951,9
44969,61

Tobs
T2
45002,27
45229,82
45132,96
45073,18
45076,92
45072,26
45069,03
45056,07
45043,19
45094,51
45066,58
45034
45031,85
45077,52
45046,12
45045,35
45029,38
45369,67
45043,84
44998,98
44912,92
45089,56
45024,18
45021,64
44920,26
44998,16
45020,82
45038,65
45012,83
45045,5
45109,41
45125,26
45337,15
45079,94
44952,65
44969,55

T3
45002,26
45229,93
45132,59
45073,5
45076,82
45072,27
45068,48
45055,73
45042,87
45094,62
45066,53
45034,54
45031,91
45077,65
45045,89
45045,33
45029,73
45399,74
45043,2
44999,91
44913,03
45089,07
45023,58
45022,18
44919,97
44998,18
45021,81
45040,06
45012,25
45046,06
45108,91
45124,01
45336,63
45079,2
44951,95
44969,58

T Average

Tvh

TIGRF

45,002,255 0,495833 44955,68 460,825


45,229,737 8,84
44955,68 265,22
45,132,857 8,84
44955,68 168,34
45,073,353 10,41 44955,68 1,072,667
45076,78 10,41 44955,68 1,106,933
45,072,197 10,41 44955,68 106,11
45,068,667 9,37
44955,68 103,62
45,055,927 9,37
44955,68 90,88
45,043,007 9,37
44955,68 77,96
45094,82
7,5
44955,68 1,316,433
45,066,517
7,5
44955,68 103,34
45,033,997
7,5
44955,68 70,82
45,031,813 9,03
44955,68 6,710,667
45077,53 9,03
44955,68 1,128,233
45,045,633 9,03
44955,68 8,092,667
45,045,057 7,74
44955,68 81,64
45,029,543 7,74
44955,68 6,612,667
45,380,433 7,74
44955,68 4,170,167
45043,74 0,43
44955,68 8,763,333
44999,2 0,43
44955,68 4,309,333
44,913,213 0,43
44955,68 -428,933
45,089,227 0,43
44955,68 133,12
45024,05 0,43
44955,68 6,794,333
45021,66 -1,43
44955,68 6,741,333
44,920,017 -1,43
44955,68 -34,23
44,998,347 -1,43
44955,68
44,1
45,020,967 -1,94
44955,68 67,23
45,039,263 -1,94
44955,68 8,552,667
45,012,623 -1,94
44955,68 5,888,667
45,046,297 4,61
44955,68 86,01
45,109,273 4,61
44955,68 1,489,867
45,124,717 4,61
44955,68 164,43
45336,76 4,61
44955,68 3,764,733
45,079,097 0,25
44955,68 123,17
44,952,167 0,25
44955,68 -3,76
44,969,581 -9,59
44955,68 2,349,467

Tabel 3.2.4 Tabel pengolahan data lapangan

c. Pemisahan Regional dan Residual


Data yang digunakan dalam pemisahan ini berupa UTM X, UTM Y dan nilai T. Dari data-data tersebut,
nilai yang diambil diantara -1600 hingga 1600 berdasarkan referensi Applied Geophysics oleh W.M.
Telford (Cambridge, 1990) nilai magnetik diatas 1600 merupakan nilai magnetik yang sangat jarang
ditemukan. Nilai ini mungkin didapat akibat salah pembacaan atau adanya noise logam yang kuat saat
pengukuran. Semua data diatas berada pada range yang baik, sehingga semua data dapat digunakan.

353756 9165538

T
46,0825
85

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
353874
353913
353917
353890
353943
353984
354020
354056
354094
354131
354127
354157
354170
354159
354178
354138
354137
354150
354201
354220
354266
354301
354360
354407
354457
354510
354563
354601
354646
354677
354673
354718
354716
354732
353756

9167880
9167924
9167973
9168014
9168103
9168130
9168130
9168222
9168255
9168293
9168345
9168383
9168439
9168488
9168532
9168577
9168668
9168719
9168704
9168666
9168633
9168590
9168573
9168554
9168565
9168560
9168560
9168527
9168494
9168454
9168404
9168376
9168319
9168265
9165538

265,22
168,34
107,2667
110,6933
106,11
103,62
90,88
77,96
131,6433
103,34
70,82
67,10667
112,8233
80,92667
81,64
66,12667
417,0167
87,63333
43,09333
-42,8933
133,12
67,94333
67,41333
-34,23
44,1
67,23
85,52667
58,88667
86,01
148,9867
164,43
376,4733
123,17
-3,76
23,49467

Tabel 3.2.5 Tabel data koordinat dan nilai T untuk peta anomali

Setelah data tersebut didapat, lanjutkan dengan langkah-langkah berikut.


1. Masukkan data di atas (dalam bentuk excel) ke dalam surfer dengan cara Grid >> Data

86

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.3 Jendela Open Data di Surfer10

2. Gunakan metode Minimum Curvature karena dalam pengolahannya, metode ini menggunakan
Ratio Factor (faktor pembanding) untuk memberikan kontur pada daerah yang tidak terdapat data
di dalamnya. Nilai spasi default

Gambar 3.2.4 Jendela Grid Data yang menampilkan parameter peta anomali

3. Akan didapat hasil plot sebagai berikut. Tampilkan skala juga titik-titik stasiun pada peta
anomali.
87

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.5 Peta anomali magnetik delta T

4. Buat 5 line dalam peta tersebut untuk pengolahan lebih lanjut.

88

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.6 Peta anomali magnetik yang telah di-slice

5. Digitize tiap line yang telah di buat

Gambar 3.2.7 Jendela digitize line1 hingga line5 pada surfer

6. Mendapatkan nilai magnetik tiap garis dengan menggunakan slice dan memberikan output berupa
*.dat
Grid >> Slice

89

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.8 Jendela-jendela pemrosesan output data ekstensi *.dat

90

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
7. Buat input untuk software NUMERI.EXE untuk mentransformasikan data CBA ke domain
frekuensi. Input numeri dibuat dengan spasi yang seragam dan disimpan dalam bentuk *.xy. File
input terdiri dari 2 kolom , kolom pertama adalah spasi yang seragam dan kolom kedua adalah
nilai CBA. Proses ini menggunakan software MATLAB

Gambar 3.2.9 Jendela MATLAB untuk input software NUMERI

91

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
8. Setelah didapat file dengan ekstensi *.xy kemudian diproses dengan software NUMERI.exe
untuk setiap file menggunakan langkah-langkah berikut.
a. Buka software NUMERI.exe

b. Tekan Enter

c. Tekan 5 >> Transformasi Fourier Diskrit

d. Tekan 1 >> Data

92

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

e. Tekan 1 >> Masukkan Data

f.

Tekan 2 >> Data dari Harddisk

g. Tulis nama file input lalu, tekan F10

h. Tekan Esc tiga kali


93

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

i.

Tekan 3 >> DFT

j.

Tekan 5 >> Memilih Output

k. Tekan 2 >> Real Imajiner

l.

Tekan 3 >> Simpan

94

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.10-20 Jendela-jendela NUMERI.EXE, langkah demi langkah pengerjaan

m. Beri nama output file lalu tekan F10


Output NUMERI.EXE berupa file dengan ekstensi *.SPK
9. Proses berikutnya menggunakan Excel untuk mendapatkan nilai window yang tepat. Langkahlangkahnya sebagai berikut :
Catatan : Untuk gambar-gambar yang ditampilkan di bawah, mengambil contoh slice pertama,
untuk data lengkapnya terlampir pada data excel Tabel Real Imajiner kel9.xlsx
a. Masukkan data SPK yang berisi data real dan imajiner ke dalam Excel, atur sebagai
Delimited, Tab + Space kemudian tekan Finish, data mentah akan terlihat sebagai berikut.

Tabel 3.2.20 Tabel input data SPK

b. Data tersebut akan diolah dengan menambahkan parameter Amplitudo, 1/, Amplitudo, K
dan LnA. Untuk mendapatkan data 1/, copy cell paling atas dari data, pindahkan ke kolom3
baris3 setelah cell diatasnya diisikan angka 0. Kemudian blok kedua data tersebut, dan drag
nilainya ke bawah.
Untuk amplitudo, digunakan rumus
Untuk K, digunakan rumus

Hasil dari perhitungan salah satu tabel ditampilkan sebagai berikut.

95

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Real
3619,582
1886,188
583,7929
110,6662
469,0276
276,1948
59,17532
129,5037
208,5053
208,5053
129,5037
59,17532
276,1948
469,0276
110,6662
583,7929
1886,188

Imajiner 1/Lambda Amplitudo


K
Ln A
0
0 3619,5824
0 8,194114
-1202,94 0,001176
2237,132 0,007392 7,71295
-806,668 0,002353 995,75472 0,014784 6,903501
-249,508 0,003529 272,94901 0,022176 5,609285
146,4963 0,004706 491,37364 0,029568 6,197205
-239,502 0,005882 365,57431 0,03696 5,90147
-130,612 0,007059 143,39154 0,044352 4,965579
123,5151 0,008235 178,96141 0,051744 5,18717
-58,8987 0,009412 216,66454 0,059136 5,37835
58,8987 0,010588 216,66454 0,066528 5,37835
-123,515 0,011765 178,96141 0,07392 5,18717
130,6117 0,012941 143,39154 0,081312 4,965579
239,5016 0,014118 365,57431 0,088704 5,90147
-146,496 0,015294 491,37364 0,096096 6,197205
249,5078 0,016471 272,94901 0,103488 5,609285
806,668 0,017647 995,75472 0,11088 6,903501
1202,936 0,018824
2237,132 0,118272 7,71295
Tabel 3.2.6 Tabel pengolahan data .SPK

10. Kemudian dibuat grafik scatter dengan K sebagai sumbu x dan LnA sebagai sumbu y. Tentukan
trendline regional dengan membagi data tersebut berdasarkan trend secara visual. Maka akan
didapatkan persamaan seperti pada gambar berikut.

lnA

Grafik hubungan K dan lnA


9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

96

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.21 Grafik hubungan K dengan ln A

lnA

Grafik hubungan K dan ln A


9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

K
Gambar 3.2.22 Grafik hubungan K dan lnA

8.4
8.2
y = -87.298x + 8.2488

8
7.8

Series1

7.6

Linear (Series1)

7.4
7.2
7
6.8
0

0.005

0.01

0.015

0.02

Gambar 3.2.23 Trendline regional dan persamaannya

Kemudian dicari lebar jendela (window) yang sesuai (lihat file lampiran).

97

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.24 Nilai window

11. Lakukan langkah yang sama untuk slice-slice berikutnya (lihat file Tabel Real Imajiner
kel9.xlsx)
12. Selanjutnya Filtering 2-D dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pilih menu Grid

Filter

User Define Filters

Low Pass Filters

Moving Average (mxn)

Kemudian atur nilai M dan N berdasarkan lebar window serta beri nama outputnya *grd.
Output ini adalah peta anomali regional.

Gambar 3.2.25 Filter Moving Average untuk mendapatkan peta anomali regional

98

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.26 Jendela penyimpanan output regional

13. Anomali residual diperoleh dengan mengurangkan CBA dengan regional. Pilh menu Grid >>
Math ... Kemudian atur isian input (peta anomali awal) sebagai A, dan peta regional sebagai B
kemudian ubah fungsi menjadi A-B. Output proses ini adalah peta anomali residual.

Gambar 3.2.26 Jendela Grid Math untuk mendapatkan peta anomali residual

99

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut hasil peta regional-residual kelima slice.

Gambar 3.2.27 Kiri : Regional 1. Kanan : Residual 1

100

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.28 Kiri : Regional 2. Kanan : Residual 2

101

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.29 Kiri : Regional 3. Kanan : Residual 3

Gambar 3.2.30 Kiri : Regional 4. Kanan : Residual 4

102

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.31 Kiri : Regional 5. Kanan : Residual 5

Dibuat penampang slice dan dibuat file .dta untuk kemudian pemodelan dengan MAG2DC

Gambar 3.2.32 File .dta slice magnetik


Hasil Modelling dengan MAG2DC

103

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.2.33 Hasil Modelling dengan Mag2DC


Dari hasil modeling MAG2DC terlihat seperti terdapat struktur yang kompleks. Sebenarnya jenis batuan
disana tidaklah begitu banyak dan sekompleks kelihatannya. Menurut analisis lapisan paling atas adalah
soil dengan kontras suseptibilitas adalah 0.00, kemudian di pertengahan, melurus seperti adanya
kelurusan proses sedimentasi adanya batuan dengan kontras suseptibilitas rata rata 0.00065. Kemudian
pada bagian paling bawah dengan kedalaman 100m ada batuan dengan kontras suseptibilitas 0.0077 yang
kami perkirakan adalah batuan basalt dengan mengacu pada kondisi geologi yang kami lihat di lapangan.

3.3 Metode Geolistrik


3.3.1 Teori Dasar
Metode Geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari tentang sifat aliran listrik di
dalam bumi berdasarkan hukum-hukum kelistrilkan (contoh:Hukum Ohm).
Metode Resistivitas
Metode Resistivitas sering disebut dengan metode tahanan jenis merupaka salah satu metode
geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas dari batuan di dalam bumi. Prinsipnya adalah dengan
menginjeksikan arus kedalam bumi melalui 4 elektroda berada di permukaan bumi, 2 elektroda arus dan 2
elektroda potensial. Sebenarnya ide dasar dari metoda ini sangatlah sederhana, yaitu dengan menganggap
bumi sebagai suatu resistor.
Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300 500 m. Metode
kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi rendah ke
104

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada
keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu variasi beda
tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan membawa suatu informasi tentang
struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi
memiliki sifat resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang
berbeda dalam menghantarkan arus listrik.
Berdasarkan

pada

tujuan

penyelidikan,

metode

resistivitas

dibedakan

menjadi

dua

yaitu mapping dan sounding. Metode geolistrik resistivitas mapping merupakan metode resistivitas yang
bertujuan mempelajari variasi rasistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu,
pada metode ini digunakan jarak spasi elektrode yang tetap untuk semua titik datum di permukaan bumi.
Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah
permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini pengukuran pada satu titik ukur dilakukan dengan cara
mengubah-ubah jarak elektrode. Pengubahan jarak elektrode tidak dilakukan secara sembarang, tetapi
mulai jarak elektrode kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektrode ini sebanding dengan
kedalaman lapisan yang terdeteksi.
Resistivitas Semu ( Apparent Resistivity )
Pada prinsipnya, pengukuran metode resistivitas dilakukan dengan mengalirkan arus melalui elektrode C1
dan C2 dan pengukuran beda potensial pada P1 dan P2. Jika diasumsikan bahwa bumi homogen isotropis,
maka tahanan jenis yang diperoleh adalah tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi
elektrode. Namun, pada kenyataannya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan resistivitas yang
berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh lapisan-lapisan tersebut. Harga
resistivitas yang diukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja. Sehingga
resistivitas yang terukur adalah resistivitas semu (

), yang besarnya ditentukan dengan

Dengan K adalah faktor geometri yang besarnya tergantung pada konfigurasi elektrode yang digunakan.
Nili K sendiri bisa dihitung dengan persamaan

{(

)}

Konfigurasi Elektroda

105

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Konfigurasi yang digunakan pada pengambilan data kali ini adalah konfigurasi dipole dipole. Pada
konfigurasi Dipole-dipole. Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial
terpisah dengan jarak a. Sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam terpisah dengan
jarak na, dengan n adalah bilangan bulat (Waluyo,2005). Variasi n digunakan untuk mendapatkan
berbagai kedalaman tertentu, semakin besar n maka kedalaman yang diperoleh juga semakin besar.
Tingkat sensitivitas jangkauan konfigurasi dipole-dipole dipengaruhi oleh besarnya a dan variasi nilai n
(Loke, 1999). Skema konfigurasi dipole-dipole dapat dilihat pada gambar

Gambar 3.3.1 Konfigurasi Dipole dipole

Sehingga berdasarkan gambar, maka factor geometri untuk konfigurasi Dipole-dipole adalah
(

)(

Sehingga berlaku hubungan


(

)(

3.3.2 Prosedur Pengolahan Data


Data lembar Profiling

106

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

107

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

108

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

109

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

110

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Tabel 3.3.2 Tabel Profiling Data Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Prosesing Data
Flow Chart Pengolahan data geolistrik

Gambar 3.3.3 Flow chart pengolahan data Geolistrik Mini Sting

Pengolahan data geolistrik ini menggunakan software Res2DINV, data yang kita perlukan adalah data
topografi dari hasil pembacaan GPS dan nilai rho Apparent (a) yang didapatkan dari pembacaan alat
pengukuran. Kemudian data lapangan dibuat dalam bentuk notepad dengan ekstensi * .dat dan buat
format sesuai dengan panduan

111

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.3.4 Keterangan membuat file .dat

Setelah seluruh data nilai rho apparent setiap jarak diinput ke dalam format tersebut, kemudian
ditambahkan format untuk nilai topografi lintasan. Bentuk format sesuai dengan panduan berikut

Gambar 3.3.5 Format pembuatan File .dat

112

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Setelah semua data dimasukkan dalam bentuk notepad dalam ekstensi *.dat, barulah kita dapat melakukan
processing data menggunakan software Res2DINV. Res2DINV mampu melakukan inversi dengan
menggunakan data rho apparent resistivity menghasilkan true resistivity. Kemudian dari hasil inversi
tersebut kita dapat melakukan intepretasi daerah tesebut berdasarkan persebaran nilai resistivitasnya.
Langkah langkah Prosesing dengan menggunakan RES2INV
1.

Input Data
Mengimport data dengan langkah,
Klik File Read data Dataasli.dat

2.

Inversi
Proses Inversi menggunakan metoda Least Square Inversion , dimana kita mampu melakukan proses
inversi berkali-kali hingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita inginkan atau hingga
mendapatkan error RMS paling kecil

Gambar 3.3.6 File .dat

Klik Inversion Least Square


Hasil Processing Inversi dengan Res2DINV

113

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.3.7 Hasil Inversi dengan RES2INV

RMS error : 117.8 %


Tiga gambar terlihat pada hasil inversi dengna RES2INV. Gambar pertama adalah gambar model hasil
pengolahan data di lapangan. Gambar kedua adalah model dari perhitungan oleh software, dan hasilnya
oleh software dibuat mendekati gambar pertama. Gambar ketiga adalah hasil inversi dari gambar kedua
dan merupakan penampang inversi yang perlu kita amati.
Error yang kita dapat pada gambar diatas sangat besar. Error didapatkan saat software membuat model
perhitungan dan dibandingkan dengan data kita. Semakin banyak perbedaan perhitungan oleh software
dan data di lapangan makan error pun akan semakin besar. Dengan error yang besar tentunya keambiguan
dari hasil akan semakin besar. Hasil tidak dapat dipercaya untuk menginterpretasi bawah permukaan.
Maka dari itu Beberapa tindakan harus dilakukan untuk meminimalisir error tersebut. Misalnya dengan
memasukkan data topografi dan atau melakukan Exterminate Bad Datum Point ( Menghilangkan titik
pengukuran yang buruk ) yang akan dicoba dilakukan berikutnnya.
Variasi nilai resistivitas dari hasil inversi berkisar dari nilai 0 33.2 ohm.m ditunjukkan dengan interval
warna biru hijau dan nilai variasi 84 213 ohm.m ditunjukkan dengan interval warna kuning cokelat
muda. Nilai resistivitas 0 33.2 ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi clay, air (0 100
ohm.m), sedangkan nilai resisitivitas 84 213 ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi
gamping (100 104)

114

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Persebaran nilai resistivitas secara model block

Gambar 3.3.8 Model Block nilai resistivitas

Pada model block ini, kita dapat mengetahui posisi titik mid point hasil injeksi listrik dalam bawah
permukaan.. Semakin posisi mid point berada di atas maka mid point tersebut adalah hasil injeksi dari
jarak elektroda yang kecil. Sebaliknya, semakin mid point berada di bawah, maka mid point tersebut
adalah mid point hasil injeksi dari elektroda dengan jarak yang besar. Oleh karena itu, Jarak akan
menentukan kedalaman hasil rekaman data pada metode resistivitas. Oleh karenanya juga, ada batasan
kedalaman pada metode ini yang susah untuk mencari nilai bawah permukaan yang dalam, karena
tentunya sulitnya pengambilan data dengan spasi yang sangat jauh.

115

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.3.9 Peta inversi dengan nilai block

Inversi model dengan menginput data topografi


Data Topografi

116

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.10 Data topografi lintasan Geolistrik Tahanan Jenis P5

Kurva topografi tersebut terdapat dua buah. Perbedaannya adalah pada gradient topografi-nya. Kurva
pertama merupakan kurva dari koordinat topografi dari letak elektroda dalam pengukuran, sehingga kurva
memiliki bentukan topografi dari lintasan pengukuran dengan gradient tertentu. Sedangkan yang kedua
adalah kurva topografi yang trendnya sudah dihilangkan, jadi kurva dengan gradient dari bentukan
topografi lintasan yang sudah dihilangkan.

Gambar 3.3.11 Memasukkan data topografi ke dalam perhitungan

Hasil inversi dengan menggunakan data topografi

117

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.12 Hasil inversi dengan menggunakan data topografi

3. Menghilangkan Data yang buruk


Kehadiran data yang buruk pada hasil inversi mampu mengakibatkan nilai error yang besar, faktor
data buruk dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti, kondisi kabel konduktor yang terbuka saat
dilakukan injeksi arus, kondisi lahan basah, dan sebagainya. Salah satu option yang ditawarkan dalam
software Res2DINV ini untuk melihat data yang buruk dapat melalui Exterminte Bad Datum Points,
dari hasil ini dapat dilihat semakin jauh persebaran data dari posisi horizontal menunjukkan
perbedaan yang terlalu jauh dari nilai sekitarnya (hal ini mampu menjadi indikasi data buruk)
Kilk Edit Exterminate Bad Datum points

Gambar 3.3.13 Data yang buruk pada haasil pengukuran

Editing Data

118

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.3.14 Data yang dibulat merah adalah data yang akan di edit

Hasil Exterminate Bad Datum Points

Gambar 3.3.15 Hasil penghilangan data yang buruk

Kemudian setelah editing, data di proses ulang, hasil inversi setelah proses editing

119

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.3.16 Hasil Inversi setelah melakukan Exterminate Bad Datum Points

RMS Error = 25.0 %

Gambar 3.3.17 Hasil Terakhir dengan menggunakan Block

Kemudian kembali menggunakan input Topografi dan hasil setelah melakukan input topografi adalah
120

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.3.18 Hasil inversi, setelah melakukan Exterminate Bad Datum Points dan menggunakan data Topografi

Variasi nilai resistivitas dari hasil inversi setelah dilakukan exterminate bad datum points berkisar dari
nilai 0 30 ohm.m, meskipun terdapat perbedaan interval warna pada hasil inversi namun perbedaan
tersebut tidak menunjukkan nilai resistivitas yang berarti sehingga tidak menunjukkan perubahan jenis
lithologi. Berdasarkan nilai resisitivitas tersebut jenis lithologi tersebut menunjukkan lithologi clay. Dari
hasil inversi data ini tidak menunjukkan perubahan jenis lithologi pada kedalaman 20 m seperti hasil
inversi data lapangan sebelum dilakukan exterminate bad datum points.
Hasil Prosesing Data dengan menggunakan maksimal n=6

121

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.19 Hasil Prosesing menggunakan n=6

RMS = 9.8%
Hasil prosesing inversi dengan software RES2INV setelah dilakukan editing data pada beberapa titik
yang dianggap buruk

Gambar 3.3.20 Hasil prosesing akhir inversi

3.3.3.

Analisis Data
Hasil inversi di atas didapat setelah dilakukan editing data yang buruk, yaitu nilai-nilai resistivitas
yang mengalami fluktuasi nilai yang terlalu besar. Nilai-nilai resistivitas kisaran nilai 1000
ohm.m pada pengukuran dengan menggunakan nilai n= 10. Setelah dilakukan penghilangan
beberapa data dengan nilai resistivitas tersebut , nilai RMS berubah dari 117 % menjadi 93.4 %.
Hasil inversi tersebut menunjukkan perbedaan keberadaan perubahan jenis lithologi pada
kedalaman 14.7 m, ditandai dengan nilai resistivitas 100 200 ohm.m. Nilai resistivitas 0
5.55 ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi clay dan nilai resistivitas 100 -200
ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi gamping.

122

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
3.4 Metode Ground Penetrating Radar ( GPR )
3.4.1 Teori Dasar
Bila ditinjau dari segi keilmuan, metoda GPR ( Ground Penetration Radar ) atau sering juga
dikenal sebagai metoda Georadar adalah suatu metoda dalam bidang ilmu geofisika, yang sering kali
digunakan sebagai salah satu sarana pendukung dalam kegiatan eksplorasi geologi dalam menidentifikasi
lapisan bawah permukaan ( sub-surface ) untuk kedalaman tertentu ( dangkal ).
Kemampuan yang dimiliki oleh metoda ini merupakan salah satu alasan yang sering kali dipakai
oleh seorang geologis dalam kerangka kerja lapangannya. Selain efektiv dengan segala kemudahan yang
dimilikinya metoda ini juga mampu mengoptimalisasikan kondisi anggaran survei bila dibandingkan
metoda bawah permukaan ( sub-surface ) lainnya dalam hal ini pemboran.
Selain dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit, kegiatan pemboran juga membutuhkan waktu
yang cukup panjang dalam menentukan batas-batas sebaran lateralisasi dari batas lingkungan
pengendapan di wilayah potesial yang ada. Dengan kemampuannya mengidentifikasikan batasan antar
medium ( Lapisan ) yang kompak (rigid) dan tidak kompak (urigid), metoda GPR ( Ground Penetration
Radar ) tidak membutuhkan waktu yang relativ panjang sehingga dapat memberikan gambaran serta
informasi secara cepat bagi kepentingan survei selanjutnya ( Pemboran Geologilanjut).
Secara umum metoda GPR adalah metoda yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik
( geolombang radio) berfrekuensi tinggi dalam mengidentifikasi kondisi di bawah permukaan ( subsurface ). Prinsip dasar dari skema kerja metoda GPR ini yakni dengan jalan memancarkan gelombang
radio berfrekuensi tinggi ke bawah permukaan melalui pemancar (transmitter).
Dimana hasil penjalaran gelombang ini akan dipantulkan kembali ke permukaan dan selanjutnya
diterima oleh antena penerima (receiver), dan hasil dari penerima kemudian ditampilan dalam sebuah
diagram ( radargram ) yang langsung dapat tersajikan dalam bentuk visualisasi 2 Dimensi pada monitor
penerima ( Display ).

123

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.1 Skema Kerja Georadar. Sumber : http:// mette29.blogspot.com

3.4.2 Prosedur Pengolahan Data


Data yang didapatkan dari hasil survey pengukuran GPR di lapangan berupa data refleksi gelombang
elektromagnetik secara travel time, bentuknya hampir sama dengan travel time dalam seismik. Software
yang digunakan untuk membantu dalam pemrosesan data adalah REFLEXW dan Mircrosoft Excel.
Langkah-langkah pengolahan data digambarkan dengan flow chart yang ditunjukan oleh gambar berikut,

124

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Import Raw Data

Static Correction

De-wow

Automatic Gain
Control

Bandpass
Frequency

Background Removal

Stack Trace

F-K Filter

Topography
Correction

Gambar 3.4.2 Flow chart pengolahan data GPR

Pengolahan data GPR memaik software REFLEXW. Adapun langkah langkah dalam mengolah data GPR
adalah
1. Buka program REFLEXW

125

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.3 Tampilan window REFLEXW

2. Setelah muncul jendela tersebut pada layar, pilih Modules pada toolbar menu lalu pilih 2-D Data
Analysis pada submenu. Tampilan Jendela pada layar yang diinginkan sebagai berikut

Gambar 3.4.4 Jendela awal prosesing


3. Pada menu toolbar pilih File lalu pilih submenu Import. Pada langkah ini, kita ingin mengimpor
data yang telah didapatkan dari hasil pengukuran untuk diolah lebih lanjut. Tampilan jendela yang
akan muncul setelah memilih Import adalah sebagai berikut

126

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.5 Window import data

4. Di jendela Data Import masukkan parameter-parameter data yang kita inginkan. Parameter
disesuaikan dengan parameter akusisi data yang dilakukan di lapangan. Parameter yang diubah oleh
kami sebagai berikut

Distance Dimension

: Meter

Data Type

: Constant Offset

Profile Direction

:X

Profile Constant

:Y

Format Data

: RAMAC

Output Format

: New 16 bit integer

File name specification: Sebatas nama, tidak akan mengganggu dalam pemrosesan jika penamaan
salah

5. Setelah parameter pada jendela impor sudah dilengkapi sesuai yang diinginkan, sebelum data
diimporkan untuk diolah perlu dilakukan setting parameter pada jendela Plot Option yang mana
dapat ditemukan di kanan paling bawah jendepa impor berupa sebuah gambar. Pada jendela Plot
Option terdapat beberapa pilihan yang perlu diubah

Plotmode

: Pointmode

127

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Plotsuboption

: Parameter yang perlu di ceklist berupa Autointerpolation , Versplit ,

ShowAxis , XAxisName , dengan diberi nama UTM X . DepthAxis dan Interpolate


Colors.
6. Setelah selesai mengubah parameter di Plot Option, lalu ditutup. Setelah semua parameter diubah,
langkah berikutnya adalah mengimpor data hasil pengukuran untuk diolah dengan memilih menu
Convert to Reflex pada jendela Data Import.

Gambar 3.4.6 Mengimport data hasil pengukuran

7. Raw data yang ingin diolah berupa data dengan extension *.rd3. Tampilan di Radargram sebagai
berikut
8. Tampilan penampang line P5 lintasan 1 GPR tipe Shielded 100 MHz

Gambar 3.4.7 Penampang line P5 lintasan 1

128

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
9. Langkah selanjutnya mengikuti alur flow chart yang sudah ditampilkan sebelumnya.
Static Correction

Gambar 3.4.8 Proses static correction pada lintasan 1

De-Wow
Dewow merupakan langkah prosesing yang dilakukan untuk menghilangkan frekuensi yang sangat
rendah. Wow adalah nouse frekuensi rendah yang terekam oleh system radar. Dewow termasuk dalam
temporal filtering.

129

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.9 Proses Dewow pada lintasan 1 dan parameternya

Pada proses Dewow ini kita menginput time window, nilai yang kita cari seharusnya agar spectrum
gelombang original dan yang filtered mempunya puncak dan amplitudo yang tidak berbeda jauh. Hal
ini untuk mencegah adanya frekuensi yang bukan merupakan data asli yang masuk ke dalam
prosesing.

Gambar 3.4.10 Hasil proses Dewow

Gain AGC
Gain agc dilakukan karena sinyal radar sangat cepat teratenuasi ketika menjalar kedalam permukaan
bumi. Sehingga sinyal semakin kedalam akan semakin rendah/lemah untuk menampilkan informasi pada
kedalaman ini. Adanya pelemahan energi pada saat sinyal melewati batuan atau perlapisan tanah dan agar

130

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
sinyal pada kedalaman yang lebih tinggi dapat sama kuatnya dengan sinyal datang dari kedalaman yang
lebih dangkal dilakukanlah proses AGC ini.

Gambar 3.4.11 Proses Gain AGC dan Parameternya

Gambar 3.4.12 Hasil Proses Gain AGC

Bandpass Frequency
Bandpass frequency berguna untuk menghilakngkan frekuensi frekensi yang tidak diinginkan ( noise ),
dengan membatasi nilai jangkauan frekuensi sinyal pada radargam. Untuk menentukan berapa range
frekuensi yang tepat, selain dari berapa besar frekuensi sinyal yang ingin diloloskan yang telah kita
ketahui sebelumnya, dapat kita lihat juga dari bentuk filtered trace dan filtered spectrum-nya. Tentukanlah
131

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
range frekuensi yang memotong frekuensi yang tidak diperlukan muncul seperti frekuensi ruang kosong,
noise koheren, sehingga bentuk spektrum mempunyai puncak frekuensi sinyal yang baik.

Gambar 3.4.13 Proses Bandpass Frequency dan Parameternya

Gambar 3.4.14 Hasil proses Bandpass Frequency

132

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Background Removal
Background Removal bertujuan untuk menghilangkan noise yang selalu muncul secara konsisten pada
seluruh profil sehingga menutupi noise yang sebenarnya. Efek ini menghilangkan energy koheren yang
horizontal.

Gambar 3.4.15 Proses Background Removal dan Parameternya

Gambar 3.4.16 Hasil proses Background Removal

FK Filter
133

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.17 Proses FK Filter

Topography Correction

134

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.18 Proses Topography correction dan Parameternya

Gambar 3.4.19 Hasil proses Topography correction

135

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
10. Tampilan penampang line P5 lintasan 2 GPR tipe Shielded 100MHz

Gambar 3.4.20 Penampang line 5 lintasan 2

Static Correction

Gambar 3.4.21 Proses static correction dan parameternya

136

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.21 Hasil proses static correction dan parameternya

DeWow

Gambar 3.4.22 Proses Dewow dan parameternya

137

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.23 Hasil Proses Dewow


Setelah di zoom akan tampak sebagai berikut

Gambar 3.4.24 Hasil Zoom proses Dewow

Gain AGC

138

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.25 Proses Gain AGC dan parameternya

Gambar 3.4.26 Hasil Proses Gain AGC

Bandpass Frequency

139

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.27 Proses Bandpass Frequency dan parameternya

Gambar 3.4.28 Hasil proses Bandpass Frequency

Background Removal

140

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.29 Proses Background Removal dan parameternya

Gambar 3.4.30 Hasil Proses Background Removal

141

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
F-K Filter

Gambar 3.4.31 Proses FK Filter

142

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Topography correction dengan F-K Filter

Gambar 3.4.32 Proses Topography Correction dan parameternya

Gambar 3.4.33 Hasil proses Topography correction

143

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

11. Tampilan Penampang line P5 lintasan 3 GPR tipe Shielded 100MHz

Gambar 3.4.34 Penampang lintasan 3 line P5

Static Correction

Gambar 3.4.35 Proses static correction dan parameternya

144

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.36 Hasil proses static correction

De-Wow

Gambar 3.4.37 Proses De Wow dan parameternya

145

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.38 Hasil proses Dewow

Gain AGC

Gambar 3.4.39 Proses Gain AGC dan parameternya

146

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.40 Hasil proses Gain AGC

Bandpass Frequency

Gambar 3.4.41 Proses Bandpass Frequency dan parameternya

147

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.42 Hasil proses Bandpass Frequency

Background Removal

Gambar 3.4.43 Proses Background Removal dan parameternya

148

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.44 Hasil proses Background Removal

F-K Filter

149

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.45 Proses FK Filter

Topography correction dengan F-K Filter

Gambar 3.4.46 Proses Topography correction dan parameternya

Gambar 3.4.47 Hasil Topography correction

150

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
12. Tampilan Penampang line P5 lintasan 4 GPR Shielded 100 MHz

Gambar 3.4.48 Penampang lintasan 4 line P5

Static Correction

Gambar 3.4.49 Proses Static Correction dan parameternya

151

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.50 Hasil proses static correction

De-Wow

Gambar 3.4.51 Proses DeWow dan parameternya

152

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.52 Hasil proses DeWow

Gain AGC

Gambar 3.4.53 Proses Gain AGC dan parameternya

153

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.54 Hasil proses Gain AGC


Bandpass Frequency

Gambar 3.4.55 Proses Bandpass Frequency dan parameternya

154

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.56 Hasil proses Bandpass Frequency

Background Removal

Gambar 3.4.57 Proses Background Removal dan parameternya

155

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.58 Hasil proses Background Removal

F-K Filter

Gambar 3.4.59 Proses FK Filter

156

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Topography correction dengan F-K Filter

Gambar 3.4.60 Proses Topography correction dan parameternya

Gambar 3.4.61 Hasil proses Topography correction

157

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
13. Tampilan penampang line P5 lintasan 5 GPR Shielded 100MHz

Gambar 3.4.61 Penampang lintasan 5 line P5

Static correction

Gambar 3.4.62 Proses static correction dan parameternya

158

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.63 Hasil proses static correction

De-Wow

Gambar 3.4.63 Proses static correction dan parameternya

159

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.64 Hasil proses static correction


Gain AGC

Gambar 3.4.65 Proses Gain AGC dan parameternya

160

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.66 Hasil proses Gain AGC

Bandpass Frequency

Gambar 3.4.67 Proses bandpass frequency dan parameternya

161

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.68 Hasil proses Bandpass Frequency

Background Removal

Gambar 3.4.69 Proses Background removal dan parameternya

162

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.70 Hasil proses Background Removal

F-K Filter

Gambar 3.4.71 Proses FK Filter

Topography correction dengan F-K Filter

163

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.72 Hasil Topography correction

14. Tampilan penampang line P5 lintasan 2 GPR Shielded 250 MHz

164

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.73 Penampang lintasan 2 GPR 250MHz line P5

Static correction

Gambar 3.4.74 Proses static correction dan parameternya

Gambar 3.4.75 Hasil static correction

165

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

De-Wow

Gambar 3.4.75 Proses DeWow dan parameternya

Gambar 3.4.76 Hasil proses DeWow

166

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gain AGC

Gambar 3.4.77 Proses Gain AGC dan parameternya

Gambar 3.4.78 Hasil proses Gain AGC

167

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Bandpass Frequency

Gambar 3.4.79 Proses Bandpass Frequency dan parameternya

Gambar 3.4.80 Hasil proses Bandpass Frequency

168

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Background Removal

Gambar 3.4.81 Proses Background Removal dan parameternya

Gambar 3.4.82 Hasil Proses Background Removal

169

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
F-K Filter

Gambar 3.4.83 Proses FK Filter

Topograhpy correction dengan F-K Filter

Gambar 3.4.84 Topography correction dan parameternya

170

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.85 Hasil Topography Correction

15. Tampilan penampang line P5 lintasan 1 GPR Shielded 250 MHz

Gambar 3.4.86 Lintasan 1 line P5 GPR 250 MHz

171

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Static Correction

Gambar 3.4.86 Proses static correction dan parameternya

Gambar 3.4.87 Hasil proses static correction

172

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
De-Wow

Gambar 3.4.88 Proses DeWow dan parameternya

Gambar 3.4.89 Hasil proses DeWow

173

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gain AGC

Gambar 3.4.90 Proses Gain AGC dan parameternya

Gambar 3.4.91 Hasil proses Gain AGC

174

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Bandpass Frequency

Gambar 3.4.91 Proses Bandpass Frequency dan parameternya

Gambar 3.4.92 Hasil proses bandpass frequency

175

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Background Removal

Gambar 3.4.93 Proses Background Removal dan parameternya

Gambar 3.4.94 Hasil proses Background Removal

176

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
F-K Filter

Gambar 3.4.95 Proses FK Filter


Topograhy correction dengan F-K Filter

Gambar 3.4.96 Topography correction dan parameternya

177

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.4.97 Hasil Topography correction

3.4.3 Analisis Hasil


Apabila dibandingkan antara hasil pengolahan data GPR shielded dengan menggunakan frekuensi 250
MHz dan 100 MHz, ternyata gambar yang diberikan pada GPR shielded 100 MHz tidak memberikan
suatu gambar anomali maupun struktur lapisan jika dibandingkan dengan GPR shielded 250 MHz. Oleh
karena itu, yang akan diinterpretasikan lebih lanjut adalah hasil pengolahan data GPR Shielded 250 MHz.
Akan tetapi, hasil pengolahan dari GPR Shielded berfrekuensi 100 MHz tetap akan digunakan sebagai
pendukung dalam interpretasi.
Seperti yang dapat dilihat pada GPR Shielded 250 MHz lintasan 1 dan lintasan 2, terlihat jelas adanya
suatu struktur lapisan. Pada lintasan 1, terdapat struktur lapisan dengan kedalaman 0 4m dengan tebal
sekitar 3m, sedangkan pada lintasan 2 terdapat struktur lapisan dengan kedalaman 6-8 m tebal lapisan
sekitar 3 m. Gambaran ini didukung oleh hasil pengolahan data dari GPR Shielded 100 MHz. Anomali
yang terlihat pada lintasan 1-6 hasil GPR Shielded 100 MHz berada di kedalaman dengan 0-8 m,
sehingga benar pada kedalaman sekitar 0-8 memang terdapat suatu lapisan yang kontras dengan
sekitarnya.

178

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
3.5 Metode Seismik Refraksi
3.5.1 Teori Dasar
Metode seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respons
gelombang seismic ( suara ) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direfleksikan atau
direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Sumber seismik umumnya
adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa
besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit. Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor
yang disebut geophone, yang mengukur pergerakan bumi. Metode seismik merupakan salah satu bagian
dari seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran
dilakukan dengan menggunakan sumber seismik ( palu, ledakan, dll ). Setelah usai diberikan, terjadi
gerakan gelombang dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum hukum elastisitas ke segala
arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudia
pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman
inilah dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah.
Seismik Refraksi ( bias ) mengukur gelombang dating yang dipantulkan sepanjang formasi geologi
di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling
atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama seismik pada masing masing
geophone memberikan informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari horizon horizon geologi ini.
Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari
muka air tanah dan lapisan pertama dari bantalan batu cadas.
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber
ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah usikan pertama
(first break) diabaikan, sehingga sebenernya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak
(offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut
dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagai parameter
elastisitas.
Prinsip dasar metode seismic refraksi mengikuti prinsip fisika tentang perambatan gelombang
antara lain :
1. Prinsip Fermat

: Penjalaran gelombang dari suatu titik ke titik lainnya akan melewati lintasan
dengan waktu minimum

179

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2. Prinsip Huygen

: Setiap titik yang dilalui muka gelombang akan menjadi sumber gelombang

baru.

Gambar 3.5.1 Ilustrasi Prinsip Huygens

3. Prinsip Snellius

: Gelombang yang dibiaskan atau dipantulkan akan memenuhi persamaan


sebagai berikut

Survei Seismik Refraksi

Gambar 3.5.2 Penggambaran survey seismic refraksi

Didalam survey seismic refraksi, ada satu sumber gelombang dan sejumlah detector gelombang seismic (
geophone) seperti pada gambar. Sebelum sudut kritis terjadi pemantulan gelombang, dan setelah sudut
datang pada sudut kritis, maka terjadi pembiasan sempurna.

180

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

3.5.2 Prosedur Pengolahan Data


Flow chart pengolahan data seismik refraksi

Gambar 3.5.3 Flow chart pengolahan data seismik refraksi

Pengolahan data pada seismik refraksi dibuat melalui tiga tahap dan juga tiga metode dan software yang
berbeda. Software yang digunakan pada pengolahan data seismik refraksi yang kami lakukan adalah Vista
7.0, SeisREFA, dan Microsoft Excel.
Pengolahan pertama adalah picking first break dari first arrival time. Dalam langkah pertama software
yang kita gunakan adalah Vista 7.0. Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Buka Vista 7.0 2D/3D

181

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.5.3 Tampilan Vista 7.0

2. Untuk memulai project baru, klik File

New Project. Kemudian sesuaikan setting dengan

kondisi survey. Kemudian tekan OK.

Gambar 3.5.4 New Project

3. Pada jendela project ini, kita memilih data sesuai dengan jenis survey ( 2D atau 3D ).

Gambar 3.5.5 Pemilihan data untuk di input

4. Setelah dipilih ( dalam kali ini 2D ) akan keluar tampilan seperti gambar dibawah ini

182

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.6 Tampilan setelah penginputan data

5. Edit nama sesuai dengan yang diinginkan


6. Klik icon+ untuk men-load data .segy ( data keluaran hasil pengukuran menggunakan DAQ LINK
III ). Maka keluarannya seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.5.7 Proses me-load data .segy

7. Agar pengaturan dari input data ini dengan menyesuaikannya dengan kegiatan survey. Kemudian OK.
Kemudian akan muncul tampilan gambar dibawah ini

Gambar 3.5.8 Tampilan setelah pengaturan input data

8. Untuk melihat hasil trace yang telah di load, klik icon berbentuk trace. Maka akan muncul tampilan
seperti dibawah ini

183

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.5.9 Hasil trace yang didapatkan di lapangan

9. Kemudian klik Seismic Plot Parameters

Gambar 3.5.10 Plot Seismic Parameter

Tujuannya antara lain untuk LMO Velocity, Trace Processing ( Reverse Data Polarity, Exponential
Gain, AGC, Ormsby Filter ), Scaling, dan lainnya. Langkah ini memerlukan analisa agar
mendapatkan penampang yang baik dan mudah untuk di pick.
10. Setelah melakukan proses seperti diatas, tampilan akan menunjukkan gambar seperti ini dan siap
untuk di pick

184

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.5.11 Data Trace yang siap untuk dilakukan picking

11. Klik First break picking untuk melakukan picking pada first break. Dalam picking first break ini,
dapat dilakukan secra manual ataupun otomatis
12. Berikut adalah hasil picking data

Mid shot

Gambar 3.5.12 Hasil picking Mid Shot

Near shot

185

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.5.13 Hasil picking Near Shot

Far shot

Gambar 3.5.14 Hasil picking Far shot

Phantom shot 1

186

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.5.15 Hasil picking Phantom shot 1 ( near )

Phantom shot 2

Gambar 3.5.16 Hasil picking Phantom shot 2 ( far )

13. Setelah selesai mem-pick data, save hasil pick dalam format .ASCII dan klik icon Save. Lakukan
langkah ini untuk semua shot pengukuran.
14. Langkah berikutnya adalah mengubah format hasil data picking dalam bentuk .ASCII menjadi .TIM.
Tujuannya karena software SeisREFA tidak dapat membaca format .ASCII. Untuk mengubahnya kita
dapat menggunakan software Matlab.
15. Berikut adalah prosesing pada Matlab untuk merubah format .ASCII menjadi .TIM

187

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.5.17 Script Matlab untuk merubah .ASCII menjadi .TIM

16. Setelah mempunyai data dengan format .TIM , barulah kita beranjak ke SeisREFA, pindahkan
seluurh data yang telah diubah ke format .TIM ke folder SeisREFA
Buka DOSBox, kemudia ketik
mount cc:\dosbox-0.72\seisrefa
c:\
seisrefa.exe
Usahakan agar meletakkan DOSBox pada drive c: dan SeisREFA di dalam folder DOSBox untuk
memudahkan pengaksesan SeisREFA
17. Setelah masuk ke SeisREFA akan muncul tampilan seperti dibawah ini

Gambar 3.5.18 Tampilan SeisREFA

188

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
18. Kemudian tekan ENTER sehingga akan muncul tampilan seperti ini

Gambar 3.5.19 Tampilan awal SeisREFA

19. Isi bagian yang kosong pada bagian atas jendela berupa Job Name, Survey Line Name, Acquisition
Date, dan Receiver Spacing. Begitu pula dengan kolom Shot. Isi Position dan Elevation dari Shot
dalam satuan meter. Isi pula posisi dan elevasi dari receiver dan First Arrival Time masing-masing
shot. Di bawah ini adalah contoh pengisiannya.

Gambar 3.5.20 Memasukkan semua data kedalam SeisREFA

20. Klik Analysis untuk menganalisa First Arrival Time. Maka akan menghasilkan beberapa tampilan
antara lain, kurva T-X, Velocity Base Layer, Velocity Intermediete, Delay Time, Depth Section, dan
Raypath Calculation.
21. Interpretasi data hasil pengolahan tersebut. Jangan lupa untuk menghubungkannya dengan keadaan
geologi yang ada.

189

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Hasil pengolahan data pada SeisREFA


Permodelan
1. Kurva T-X

Gambar 3.5.21 Kurva X-T line P5

2. Depth Section

Gambar 3.5.22 Kurva Depth Section


3.

Raypath calculation

190

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 3.5.23 Kurva Raypath calculation

Langkah-langkah Pengolahan Data dengan menggunakan metode Hagiwara


1. Masukan data phantom shot kedalam excel

Position (m)
Elevation (m)

1
-57.5
104

Shot Point
3
-2.5
57.5
103
101

4
117.5
94

5
172.5
84

Tabel 3.5.1 Tabel phantom shot

2. Tentukan nilai Tab, yaitu permabatan gelombang dari ujung ke ujung


3. Tentukan batas antara first break gelombang langsung dan gelombang refraksi
4. Tentukan delay time gelombang refraksi
5. Hitung selisih waktu tiba di masing-masing geophone dengan delay time
6. Cari kecepatan v1 dengan membuat kurva travel time untuk gelombang langsung, kemudian cari nilai
gradiennya dimana kecepatannya sama dengan gradiennya
7. Cari kecepatan v2 dengan membuat kurva waktu tiba-delay time terhadap posisi geophoine kemudian cari
nilai gradiennya yang memiliki kecepatan same dengan nilai satu per gradiennya
8. Cari sin i dan cos i dengan menggunakan hukum snellius
9. Tentukan lapisan pertama
10. Rekonstruksi model dengan memasukan topografi.

191

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Data
Geophone
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Elevation
(m)
100
98.76
99.83
98.64
97.5
95.95
92.18
92.84
92.57
93.85
92.85
93.06
94.1
92.3
93.31
94.04
93.13
92.97
92.27
91.18
89.96
89.48
87.78
88.35

34.25
38.25
39.25
42.75
46.5
49.5
53.25
58
65.5
70.75
75
76.5
79.25
84.75
89
90.25
98.5
99.25
101
103.75
104
106
107.75
109.75

First Arrival Time (ms)


2.5
49.5
85.5
14
41.75
81.75
18.25
39.25
74
28.5
36.25
73.75
34.75
29.25
73.25
37.5
24.75
69.5
38.25
18
62.25
41
14.25
61
43.5
13
57.5
50
9.5
54
54
8.25
53
55
8.25
49.75
56
5.5
46.25
62
7.25
46
62.5
10
41.75
66
13
37.75
70.75
17.75
34
73.75
21.5
33.5
79.25
26
29.75
82
26.5
22
85.75
30.25
18
87.75
34
16.25
89.5
35
6
90.75
38.25
4.5

106.25
104.25
101.75
101.5
101.25
99.75
90.5
90
88.5
86.25
85.75
84.75
83.5
81.75
78.75
77.5
73.5
69.5
66
61.75
57.75
54.75
46
42

Tabel 3.5.2 Data elevasi dan first arrival time

*Tabel perhitungan ada di lampiran

Hasil Pemrosesan Hagiwara

192

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Kurva Travel Time
y =11.4143x + 1.369
Tap

100

Kurva X-T

90

Tap
y =20.6458x + 17.553
y = -1.0018x + 121.25
Tbp 1
y = -0.6103x + 84.82

Travel Time (m)

80
70
60

Tbp 2

50
40

Linear
(Tap 1)
Linear
(Tap 2)
Linear
(Tbp 1)

30
20
10
0
0

20

40

Jarak 60
dari Stasiun
80A (m) 100

120

140

Gambar 3.5.24 Kurva Travel Time

Kurva X-T

Travel Time (m)

60
50

Tap'

40

Tbp' y = -0.5938x + 67.765

30

Linear
(Tap')

20

Linear
(Tbp')

y = 0.5907x + 4.6949

10
0
Jarak dari Stasiun
0 A (m) 20

40

60

80

100

Gambar 3.5.25 Kurva Travel Time

Penampang lapisan

193

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Posisi Ketinggian (m)

120

Penampang Lapisan

100
80
60
40

Topografi

20

Boundary
0
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
32.5
37.5
42.5
47.5
52.5
57.5
62.5
67.5
72.5
77.5
82.5
87.5
92.5
97.5
102.5
107.5
112.5
117.5
120

Jarak dari Stasiun A (m)


3.5.26 Penampang lapisan hasil proses hagiwara

3.5.3 Analisa Hasil


Kondisi geologi, permukaan tanah yang diperkirakan merupakan pelapukan batulempung. Pada saat
pengambilan data, kondisi permukaan tanah sedikit basah akibat hujan yang terjadi pada malam hari nya.
Lapisan kedua diperkirakan merupakan lapisan batugamping karena ditemukan singkapan batugamping di
daerah yang ada dibawahnya.
Dengan menggunakan software seisREFA terlihat terdapat dua lapisan litologi yang terlihat. Lapisan ini
memiliki kecepatan yang berbeda. Lapisan pertama memiliki kecepatan sebesar 550 m/s dan kemudian
lapisan yang lebih dalam memiliki kecepatan 2700 m/s. Batas lapisan kedua ada pada kedalaman 4 meter
dilihat dari posisi geophone 1. Lalu batas perlapisan terlihat menurun kearah geophone 24.
Dengan menggunakan metode Hagiwara terlihat ada dua lapisan litologi yang berbeda. Dari metode ini
didapatkan kecepatan lapisan pertama adalah 852.6 m/s kemudian lapisan didalamnya didapatkan
kecepatan sebesar 1593.5 m/s. Batas lapisan yang didapatkan dari metode hagiwara hampir sama

dengan bentuk muka permukaannya.

194

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB IV
INTERPRETASI HASIL
4.1 Line P5 ( Lokasi : Depan asrama Totogan, kampus LIPI )
Metode : GPR, Geolistrik, dan Seismik Refraksi
Line P5 berada di kampus LIPI, karangsambung, atau lebih tepatnya berada di depan asrama panosogan
dengan line memanjang ke arah Utara-Selatan. Akuisisi data menggunakan 3 metode yaitu metode
seismik refraksi, GPR dan geolistrik. Hasil dari pengolahan data masing-masing metode adalah sebagai
berikut:

Gambar 4.1.1 Hasil pengolahan data metode seismik refraksi

195

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 4.1.2 Hasil pengolahan data metode geolistrik

196

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013

Gambar 4.1.3 Hasil pengolahan data metode GPR


Dari ketiga hasil metode geofisika yang dilakukan, terlihat beberapa kemiripan batas litologi yang ada.
Kami menggunakan hasil metode seismik refraksi sebagai perbandingan dengan metode lainnya, karena
pada metode ini batas lapisan terlihat paling jelas, cakupannya lebih dalam dan keakuratannya cukup
tinggi. Jika dibandingkan dengan metode GPR, terlihat kemiripan pada batas litologi, yaitu cenderung
menurun dari stasiun 1 ke stasiun 24. Namun data GPR tidak memiliki banyak informasi tambahan
sehingga hanya bisa digunakan sebagai pembanding. Jika dibandingkan dengan metode geolistrik, terlihat
kemiripan pada batas perlapisan pada kedalaman yang hampir sama. Namun, data hasil geolistrik kurang
dalam sehingga batas perlapisan hanya terlihat sedikit. Batas yang sama dengan di data metode seismik
memiliki warna coklat (84-213 Ohm.m) pada data metode geolistrik.
Dari data hasil pengolahan metode seismik dan metode geolistrik, lapisan atas memiliki kecepatan 500
m/s dan resistivity 0-84 Ohm.m. Dari kondisi geologi saat pengambilan data tanah cukup basah karena
hujan beberapa jam sebelum pengambilan data. Kondisi tanah menunjukan ciri soil hasil pelapukan dari
batulempung. Karena parameter atas sesuai dengan kondisi top soil, kami menginterpretasikan lapisan
tersebut adalah soil pelapukan batulempung.
Lapisan kedua memiliki kecepatan 2700 m/s dan resitivity 84-213 Ohm.m. Lapisan ini interpretasi
sebagai lapisan batulempung karena sifat fisis yang disebutkan diatas dan kemungkinan lapisan atas
merupakan pelapukan dari lapisan batuan tersebut.

197

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4.2 Line Metode Gayaberat dan Magnetik ( Lokasi : dekat Desa Totogan )
Hasil Modelling Gayaberat dan Magnetik

Gambar 4.2.1 Modelling data Gayaberat

Gambar 4.2.2 Modelling data Magnetik

Secara umum, hemat kami daerah survey geofsika metode magnetic dan gravity terdiri dari batuan basalt
dan batulempung serta adanya tubuh batuan metamorf. Pendapat ini didukung oleh analisis gravity yang
menyatakan dominasi lempung dan basalt di daerah survey kami. Selain itu, berasarkan pengamatan
geologi sepanjang perjalanan yang mengindikasikan adanya singkapan basalt serta lempung memperkuat
hasil analisis kami.

198

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Kesulitan menginterpretasi didapatkan karena perbedaan pengambilang slicing untuk pemodelan. Slicing
pada data gayaberat berarah barat laut-tenggara sedangkan slicing pada data magnetik berarah barat dayatimur laut. Namun perbedaan slicing ini mempunyai satu keuntungan yaitu dengan semakin luasnya
daerah yang dapat diinterpretasi.
Keberadaan batulempung terlihat pada stasiun-stasiun awal lintasan magnetic (juga stasiun akhir gravity
karena lintasannya yang terbalik). Keberadaan batu basalt dapat ditemukan pada stasiun-stasiun terakhir
dimana sepanjang sungai Lok Ulo kami menemukan singkapan berupa batu basalt dan singkapan
otobreksia yang memiliki fragmen basalt. Selain itu, singkapan batu metamorf juga ditemukan pada
stasiun-stasiun tengah lintasan di dekat sungai Lok Ulo dan keberadaan warga sekitar yang menambang
batuan metamorf dari sekitar sungai Lok Ulo.
Batulempung kami perkirakan merupakan basement dari daerah survey kami. Dengan mengonsiderasikan
pada data gravity sekaligus modelnya serta dengan mempertimbangkan peta geologi maka ada dugaan
bahwa batulempung menjadi basement daerah survey kami. Selain itu, dengan mengonsiderasikan dan
mengorelasikan dengan peta geologi yang dibuat, dimana pada bagian utara peta terdapat singkapan
basalt yang dikepung oleh batulempung, analisis kami adalah batulempung merupakan basement dari
daerah survey.
Batuan basalt terletak di atas batuan sedimen, hal ini mengindikasikan adanya ekstrusi basalt di masa
lampau. Sebetulnya, perihal ekstrusi basalt ini belum bisa dipastikan karena memerlukan tinjauan
geologis yang lebih jauh. Tubuh batuan beku di atas basement batulempung ini bisa jadi merupakan
bongkah-bongkah yang besar dan banyak dimana bongkah-bongkah tersebut terbawa aliran atau
terangkat. Akan tetapi, mengingat peta geologi yang menunjukkan adanya batuan beku secara luas di
daerah utara membuat kami menginterpretasikannya sebagai ekstrusi batuan beku.
Secara umum, kami lebih bisa menerima hasil analisis gravity dikarenakan noise saat pengukuran
magnetic sangat banyak. Hal ini sangat memengaruhi tingkat keakurasian dari metode magnetic dan
menyebabkan pemodelan yang tidak sebaik gravity.

199

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Data GPR yang digunakan untuk interpretasi lanjut adalah hasil akuisisi data GPR Shielded 250 MHz
dikarenakan gambar hasil pengolahan data GPR Shielded 100 MHz tidak memberikan anomali atau
lapisan yang jelas. Software yang digunakan untuk pengolahan data adalah REFLEXW. Terdapat
kekurangan dari GPR, yaitu, GPR tidak bagus dipergunakan di area yang berundulasi atau tidak datar
juga pada daerah yang curam. Data yang diolah pun tidak memberikan informasi yang lengkap
(kurang akurat), hanya memberikan gambaran anomali atau lapisan.
Konfigurasi yang digunakan metode geolistrik adalah dipole-dipole dengan spasi n 1-10. Gambar
yang diinterpretasikan lebih lanjut adalah gambar dengan error sebesar 117% karena gambar tersebut
jika dibandingkan dengan hasil pengolahan data seismik dengan GPR memiliki kesamaan yaitu pada
batas lapisan yang ditandai dengan warna coklat pada data pengolahan data geolistrik. Software yang
digunakan adalah RES2D. Adapun kekurangan dari metode ini, yaitu, informasi untuk lapisan yang
lebih dalam kurang jelas atau tidak ada sehingga tidak bisa menjadi patokan atau pedoman untuk
interpretasi lebih lanjut. Kelebihan dari geolistrik ini dibandingkan dengan GPR adalah memerbikan
informasi resisitivitas batuan yang dapat disesuaikan dengan literatur dan kondisi di lapangan.
Seismik refraksi merupakan metode yang baik digunakan untuk interpretasi bawah permukaan .
Keakuratan cukup tinggi, memberikan informasi kedalaman yang cukup dan juga memberikan
informasi kecepatan tiap-tiap lapisan agar dapat dibandingkan dengan literatur dan kondisi geologi
setempat. Kekurangan dari seismik refraksi adalah pada saat akuisisi data, kondisi di lapangan harus
tidak ada gangguan agar mendapatkan sinyal yang bagus.
Metode gravity merupakan metode yang cukup cocok apabila area survey merupakan area yang luas.
Secara garis besar proses akuisisi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan titik
pengukuran yang banyak. Dalam pengukuran kali ini, apabila dibandingkan dengan metode magnetik
survey menggunakan metode gravity lebih bebas dari noise (karena lintasan pengukuran yang
melewati pemukiman dan banyak sumber anomali magnetik). Akan tetapi, proses pengolahan data
lebih panjang dan lebih rumit. Salah satu kelemahan dari metode gravity yang kami rasakan adalah
saat pemodelan. Kekurangan data pengukuran dan data geologi yang mencakup area survey membuat
pemodelan menjadi sulit. Selain itu, peta anomali CBA yang dibuat tidaklah representatif karena jarak
200

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
yang jauh antara titik pengukuran lapangan dengan base sehingga menyebabkan interpolasi yang
berlebihan.
Metode magnetik hampir sama dengan metode gravity. Secara umum proses akuisisi dan proses
pengolahan data lebih mudah dan lebih cepat dari metode gravity. Sayangnya, lokasi survey kami ada
di sekitar pemukiman sehingga cukup banyak sumber anomali dari benda-benda logam. Sehingga
secara umum data yang kami dapatkan kurang representatif. Hal ini jadi berefek pada pemodelan.

5.2 Saran

Jarak shot ke receiver pada seismik refraksi harus lebih jauh dari 2.5 m agar pada saat picking di
near offshot dapat dilakukan dengan akurat.
Periksa alat sebelum dibawa ke lapangan. Periksa apakah alat berfungsi dengan baik dan tidak
mengalami masalah. Lakukan pengujian dengan engambil data sehingga tidak ada alat yang tidak
berfungsi dengan baik di lapangan
Lakukan pengisian daya pada baterai secara berkala dan bawa baterai cadangan sehingga
pengambilan data tidak terhenti akibat kekurangan daya.
Bawalah payung untuk melindungi alat dari panas matahari sehingga gravitymeter memiliki galat
yang minimum.
Bawalah tenda atau terpal untuk melindungi alat dari hujan atau panas.
Pengambilan data magnetik harus dilakukan ditempat yang jauh dari permukiman penduduk agar
noise peralatan elektronik dapat diminimalisir.

201

Laporan Geofisika Kelompok 9


Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Sukendar, Ringkasan Tatanan Geologi Karangsambung Daerah Karangsambung Luh

Ulo Jawa Tengah, Bandung: ITB


Priyono, Awali , 2008, Diktat Kuliah Metode Seismik 1, Bandung : penerbit ITB.
Sanny, T.A. dkk, Aplikasi GPR dan Permodelan ke Depan untuk Eksplorasi Emas, Bandung :
Departemen Teknik Geofisika ITB.
Santoso, Djoko dkk., 2009, Kapita Selekta,Ilmu Teknik Geofisika, Bandung : Penerbit ITB.
Sapiie, Benyamin dkk., 2006, GL-1211 Geologi Fisik, Bandung : Program Studi Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung.
Telford, W. M., Geldart, L. P. Sheriff, R. E ., 1990, Applied Geophysics, Cambridge Univerity
Press, Second Edition.
Tim Program Studi Teknik Geofisika, 2013, Buku Panduan Kuliah Lapangan Karang Sambung,
Bandung: ITB.
http://basdargeophysics.wordpress.com/2012/08/29/gravity-method-metode-gaya-berat/
Diakses pada tanggal 24 Juni 2013 pukul 00:16
http://poetrafic.wordpress.com/2010/10/06/metode-geomagnet/ diakses pada tanggal 24 Juni
2013 pukul 00:59
http://trisusantosetiawan.wordpress.com/2011/01/04/metode-geolistrik-resistivitas/ diakses pada
tanggal 24 Juni 2013 pukul 01:30
http://mette29.blogspot.com/2012/10/metode-gpr-ground-penetration-radar.html diakses pada
tanggal 25 Juni 2013 06:55

202

Anda mungkin juga menyukai