Oleh :
Kelompok 3
Hendra Amien
(102110101144)
Imam Shofwan
(122110101158)
Azzumrotul B.
(122110101165)
DAFTAR PUSTAKA
1.2
1.3
2.2
2.3
3.2
Pelaksanaan Tujuh Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman pada Rutan II
B Situbondo ........................................................................................................................ 21
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................................... 28
4.1
Kesimpulan ............................................................................................................. 28
4.2
Saran ....................................................................................................................... 28
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok manusia yang
diperlukan setiap saat karena didalamnya terkandung senyawa yang sangat diperlukan
untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses
dalam tubuh, perkembangan biakan dan menghasilkan energi untuk kepentingan
berbagai kegiatan dalam kehidupan manusia. Selain itu makanan juga berfungsi
sebagai pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit serta sebagai sumber bahan
pengganti sel-sel tua yang usang dimakan manusia (Depkes RI, 2004).
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab. Sanitasi makanan buruk
disebabkan faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk
mempertahankan
kesegaran
bahan
makanan,
obat-obat
penyemprot
hama,
Oleh karena itu, perlu dijaga sanitasi makanan untuk mendapatkan keuntungan
maksimum dari makanan.
Salah satu contoh pelaksanaan hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah
penyediaan makanan pada Rumah Tahanan Negara/ Lembaga Permasyarakatan.
Dalam hygiene sanitasi makanan dan minuman perlu diperhatikan beberapa aspek
dari pemilihan bahan makanan hingga makanan diterima oleh Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP). Perlindungan terhadap setiap warga negara termasuk yang
berada di lembaga pemasyarakatan atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu, dengan meningkatkan
kualitas penyelenggaraan makanan sangat berperan dalam meningkatkan status gizi
masyarakat, termasuk Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Rumah Tahanan
Negara. Terpenuhinya penyelenggaraan makanan sesuai hygiene sanitasi makanan
dan minuman yang maksimal akan membantu tugas pokok Rutan dibidang
pembinaan, pelayanaan dan keamanan. Sehingga diharapkan angka kesakitan,
kematian WBP akan menurun dan derajat kesehatan meningkat
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis angkat berdasarkan latar belakang yang ada
yaitu :
a) Bagaimana pelaksanaan tujuh prinsip hygiene sanitasi makanan dan
minuman pada Rumah Tahanan Negara Kelas II B Situbondo?
1.3
2.1
A.
Pengertian hygiene
Dalam Ensiklopedi Indonesia (1982) disebutkan bahwa pengertian hygiene
adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan, serta berbagai usaha untuk
memperbaiki kesehatan.
Pengertian hygiene menurut Depkes RI 2004 adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindugi kebersihan tangan,
mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagianmakanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan
Jadi, hygiene dapat diartikan sebagai kesehatan masyarakat yang khusus
meliputi segala usaha untuk melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat
kesehatan badan dan jiwa, baik bagi umum maupun perorangan, dengan tujuan
memberikan dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat, serta mempertinggi
kesejahteraan dan daya guna peri kehidupan manusia.
B.
Pengertian sanitasi
Menurut Depkes RI tahun 2004, sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
merupakan
penerapan
dari
prinsip-prinsip
yang
akan
membantu
C.
D.
untuk memelihara dan mengendalikan makanan dan minuman dari segala factor fisik
kimia maupun biologi sehingga tidak dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan pada pengolah makanan hingga konsumen makanan dan minuman di
Rutan termasuk pengelola Rutan dan WBP, mulai pemesanan bahan makanan hingga
makanan siap untuk dikonsumsi.
2.2
A.
B.
pengertiannya, fungsi dari rumah tahanan negara yaitu sebagai tempat penahanan
sementara bagi tersangka atau terdakwa selama proses penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.
C.
dirinya,
keluarganya
dan
lingkungannya,
kemudian
D.
Rumah Tahanan Negara Klas IIB Situbondo adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Dalam pelaksanaan operasionalnya di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Timur. Rumah Tahanan Negara Klas IIB Situbondo di bangun diatas tanah seluas
4.768 M dengan luas bangunan 2.287 M. Letak bangunan Rutan Situbondo di Jalan
Ahmad Jakfar No. 3 dengan batas sebelah barat jalan umum dan alun-alun, sebelah
utara Rumah Dinas PU dan jalan raya, sebelah selatan jalan gang antara perumahan
penduduk dan Rutan. Rumah Tahanan Negara Situbondo dulunya dikenal dengan
nama Penjara sewaktu jaman kolonial Belanda, seiring dengan perubahan jaman dan
perubahan Sistem Kepenjaraan menjadi Sistem Pemasyarakatan pada tahun 1964,
maka penjara tersebut dirubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman R.I tanggal 20 maret 1985 Nomor : M.04.PR.07.03
tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara, maka
Lembaga Pemasyarakatan Situbondo diubah menjadi Rumah Tahanan Negara Klas
IIB Situbondo.
2.3
yaitu :
a. upaya mengamankan bahan makanan
b. upaya pengumpulan bahan makanan
c. upaya pengolahan bahan makanan
d. upaya pengangkutan makanan
e. upaya penyimpanan makanan
f. upaya penyajian makanan
g. upaya pengemasan makanan
10
11
3. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah
cara pengolahan makanan yang baik yaitu:
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis
higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan
dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya.
b. Menu disusun dengan memperhatikan:
1) Pemesanan dari konsumen
2) Ketersediaan bahan, jenis dan jumlahnya
3) Keragaman variasi dari setiap menu
4) Proses dan lama waktu pengolahannya
5) Keahlian dalam mengolah makanan dari menu terkait
c. Pemilihan bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang
rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta
mengurangi risiko pencemaran makanan.
d. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam
memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan
yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
e. Peralatan
1) Peralatan yang kontak dengan makanan
a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan.
12
13
bahan
makanan
yang belum
waktunya
dimasak
pada
kulkas/lemari es
4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam
keadaan panas
5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan karena
akan menyebabkan kontaminasi ulang
6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus
menggunakan alat seperti penjepit atau sendok
7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci
i. Higiene penanganan makanan
1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai dengan
prinsip higiene sanitasi makanan
2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari
penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih karena akan
mengotori makanan dalam wadah di bawahnya.
4. Penyimpanan makanan jadi/masak
a. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,
berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran
lain.
14
5. Pengangkutan makanan
a. Pengangkutan bahan makanan
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
15
6. Penyajian makanan
a. Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik dan
uji biologis dan uji laboratorium dilakukan bila ada kecurigaan.
1) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan
menggunakan
(lima)
(penampilan),
meraba
indera
(tekstur,
manusia
yaitu
keempukan),
dengan
mencium
melihat
(aroma),
16
17
18
19
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1
orang, sedangkan jumlah WBP saat ini adalah 201. Jumlah WBP di rutan ini berlebih
satu orang dari kapasitas seharusnya. Penyelenggaraan makanan di Rutan II B
Situbondo dibawah pengawasan kepala dapur. Seluruh orang termasuk WBP, kepala
dan pegawai rutan berhak menerima makanan 3 kali sehari. Kepala dapur merupakan
seseorang yang memiliki kemampuan dibidang makanan namun beliau buka
berpendidikan khusus tataboga atau ahli gizi. Dalam pengolahan makanan, ditunjuk 5
orang WBP untuk membantu memasak. Rasio jumlah tenaga memasak dan penghuni
rutan ini cukup jika disesuaikan dengan Permenhumkam tahun 2009 yaitu 1 : 75-100
orang. Seharusnya setiap Rutan/Lapas memiliki ahli gizi yang bertugas untuk
mngawasi penyelenggaraan makanan agar suai dengan standar namun di Rutan II B
Situbondo belum memiliki ahli gizi
Perencanaan anggaran untuk makan WBP merupakan usulan dari Rutan yang
nantinya akan diputuskan oleh Sekretariat Jenderal Departemen Hukun Dan Ham.
Dalam sehari setiap WBP diberi alokasi dana delapan ribu rupiah sehingga satu kali
makan sekitar Rp 2600,00. Alur perencanaan anggaran adalah
Lapas/Rutan
20
21
3.2
22
makanan segar yang belum diolah disimpan ditempat khusus yang aman
dan terjaga kesegarannya.
Bahan makanan seperti beras disimpan dalam gudang khusus beras
yang berukuran 344. Terdapat satu ventilasi kecil disisi atas gudang.
Ventlasi tersebut kurang memadai karena kondisi didalam gudang masih
pengap dan gelap. Dinding kuat dan kedap air. Kondisi pintu juga bagus dan
kuat karena terbuat dari kayu jati sehingga sangat keras ketika diketuk. Beras
diletakkan diatas alas kayu untuk mencegah agar beras tidak bersentuhan
secara langsung dengan lantai, namun alas kayu tersebut sudah rusak.
Tumpukan beras menjulang tinggi dan bersentuhan dengan dinding. Tidak ada
pemisah antara tumpukan satu dengan yang lain sehingga terlihat tidak rapi.
Karena beberapa kondisi yang tidak baik tersebut, terdapat tikus di gudang
penyimpanan beras yang membahayakan WBP dan penjamah lain.
Seharusnya beras diletakkan di alas yang kuat dan dipisah antar tumpukan
beras. Jarak bahan makanan dengan lantai, dinding, dan langit-langit yang
benar adalah jarak bahan makanan dengan lantai adalah 15 cm, jarak bahan
makanan dengan dinding adalah 5 cm, jarak bahan makanan dengan langitlangit : 60 cm. Ada beberapa beras yang tidak terbungkus rapat sehingga beras
berceceran di lantai.
23
24
25
tertutup
dibelakang dapur
tidak mengalir
26
diatas lantai
27
28
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil berdasarkan pembahasan yang ada yaitu :
a. Tidak semua tujuh prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman dilakukan
pada Rutan II B Situbondo. Seperti tidak adanya proses penyimpanan dan
pengemasan makanan.
b. Hygiene sanitasi gudang, tempat sampah dan alat pengangkut makanan masih
kurang. Selain itu penjamah juga tidak menggunakan topi, celemek, sarung
tangan dan masker
4.2
Saran
Saran yang dapat kami berikan berdasarkan kesimpulan yang ada untuk
pengelolaan peternakan yang lebih baik diantaranya :
a. Melaksanakan tujuh prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman secara
optimal dengan selalu menjaga keamanan di tiap prosesnya yang disesuaikan
dengan kebutuhan pengelolaan peternakan.
b. Mengalokasikan dana yang lebih besar untuk penyelenggaraan makanan di
Rutan
c. Mengganti/memperbaharui peralatan yang sudah rusak seperti alat memasak
dan alat pengangkut makanan
d. Menambah
tenaga
kesehatan
penyelenggaraan makanan
yakni
ahli
gizi
untuk
mengawasi
29
DAFTAR PUSTAKA