Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, setiap makhluk akan berubah. Sama halnya dengan kondisi manusia sebagai lakon
utama dalam kehidupan ini. Manusia sebagai pelaku komunikasi terbesar di dunia ini.
Berbicara manusia dan kehidupan sosial yang di dalamnya terjadi proses komunikasi, maka seiring perubahan
alam, komunikasi pun akan berubah. Berubah sesuai perkembangan zaman atau lebih popular dengan istilah kekontemporer-an.
Perubahan-perubahan akan menuntut kita untuk mempelajari lebih intens mengenai perubahan itu sendiri. Hal
tersebut dilakukan adalah agar kita lebih memahami mengenai hidup ini. Sama halnya dengan perubahan yng terjadi dalam
komunikasi.
Sebagai insane komunikasi, penting kiranya kita mempelajari mengenai fenomena yang terjadi proses perubahan
komunikasi dari dulu hingga saat ini. Tujuannya adalah agar terwujudnya komunikasi efektif. Maka dari itu komunikasi
antar pribadi sangat penting untuk dibahas dalam makalah yang kami susun karena dengan terciptanya komunikasi antar
pribadi maka akan terciptanya hubungan yang akrab antara komunikator dengan komunikan sehingga tujuan yang ingin
dicapai bersama akan terwujud.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari komunikasi antar pribadi?
2. Apakah ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi yang efektif?
3. Apakah peranan komunikasi antar pribadi?
4. Bagaimanakah sifat-sifat dari komunikasi antar pribadi?
5. Apakah keampuhan dari komunikasi antar pribadi?
6. Apakah fungsi dari komunikasi antar pribadi?
7. Bagaimanakah hubungan konsep diri dalam komunikasi antar pribadi?
8. Bagaimanakah hubungan antar pribadi tersebut?
9. Bagaimanakah komunikasi antar pribadi yang efektif tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antar pribadi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi yang efektif.
3. Untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat dari komunikasi antar pribadi.
5. Untuk mengetahui keampuhan dari komunikasi antar pribadi.
6. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi antar pribadi.
7. Untuk mengetahui hubungan konsep diri dalam komunikasi antar pribadi.
8. Untuk mengetahui terjadinya hubungan antar pribadi tersebut.
9. Untuk mengetahui terjadinya komunikasi antar pribadi yang efektif tersebut.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Memberikan suatu pemahaman yang mendalam terkait dengan komunikasi antar pribadi.
2.
Memberi masukan bagi mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah komunikasi antar pribadi.
3.
Sebagai acuan dalam penyusunan makalah selnajutnya
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Jurgen Ruesch dan Gregory Beteson ( dalam Lawrence dan Salman, 1997:49) mengatakan demikian komunikasi
antar pribadi ditandai oleh adanya tindakan pengungkapan oleh seseorang pengamatan secara sadar ataupun tidak terhadap
tindakan yang dilakukan oleh pihak lain, dan kemudian melakukan kembali bahwa tindakan yang pertama sudah diamatai
oleh pihak lain. Kesadaran akan pengamatan merupakan kejadian yang mengisyaratkan terciptanya jalinan antar-pribadi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru akan tercipta kalau terdapat
kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-masing pihak dan memberikan respon atas keadaan tersebut
sebagaimana sifat komunikasi, maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling memperhatikan, saling
memahami, penuh pengertian dan keakraban. Pemahaman yang dimaksud tidak hanya terjadi pada materi komunikasi,
tetapi juga pada pemahaman terhadap keunikan pribadi masing-masing. Kesadaran akan perbedaan-perbedaan inilah yang
memungkinkan komunikasi itu menjadi tumbuh dan berkembang. Komunikasi seperti ini akan berbeda dengan suasana
komunikasi yang dilakukan dalam situasi lain, misalnya komunikasi antara pembayar rekening listrik dengan pelayan di
kantor PLN atau komunikasi antar pembeli dengan penjual di pasar. Dua contoh komunikasi ini, tidak mungkin akan
tumbuh dan berkembang sebagaimana komunikasi antar pribadi, karena jalinan hubungan untuk menjadi akrab tidak
menjadi tekanan utama. Yang menjadi perhatian pada dua contoh komunikasi ini hanyalah pada pemahaman materi
komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka komunikasi antar pribadi dapat didefinisikan sebagai proses hubungan yang
tercipta, tumbuh dan berkembang antara individu yang satu (sebagai komunikator) dengan individu lain (sebagai
komunikan) dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan kepada yang lain (komunikan), sedangkan yang satu
(komunikan) dengan gayanya sendiri menerima pesan dari sumber (komunikator). Dengan gaya, kedinamisan, kesadaran
dan hubungan yang akrab dari masing-masing pihak maka komunikasi itu terus tumbuh dan berkembang hingga dicapai
persepsi dan tujuan bersama.
Selanjutnya, terdapat beberapa definisi komunikasi antarpribadi menurut beberapa ahli lain, diantaranya adalah:
a. Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi
antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil
orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages
between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).
b. Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam
interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
c. Tan mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih.
(Liliweri, 1991: 12) Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat diklasifikasikan pada:
1. Efek kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipersepsi oleh komunikan atau yang
berkaitan dengan pikiran dan nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan ditujukan kepada pikiran komunikan.
2. Efek afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan atau yang berhubungan dengan perasaan. Dengan kata
lain, tujuan komunikator bukan saja agar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya.
3. Efek konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, kebiasaan, atau dapat juga dikatakan
menimbulkan itikad baik untuk berperilaku tertentu dalam arti kita melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat
fisik (jasmaniah).
2.2 Ciri-Ciri Dari Komunikasi Antar Pribadi Yang Efektif
Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi
antarpribadi yang efektif, yaitu:
a.
Keterbukaan (openness)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.
Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang
efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua
riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini
patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila
ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan
dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.
b. Empati (empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah
merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik
secara verbal maupun non-verbal.
c. Dukungan (supportiveness) Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan
interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.
d. Rasa Positif (positiveness) Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih
aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality) Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan
secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain.
(Liliweri, 1991: 13) Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat
di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan
karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu pribadi.
1.
2.
3.
4.
Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi
antarpribadi. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah:
1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal
2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan
3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis
4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus
berkaitan dengan yang lain sebelumnya)
5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik
6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan
7. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang persuasif (Liliweri, 1991:30-31)
2.5 Keampuhan Dari Komunikasi Antar Pribadi
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam
kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi
umumnya berlangsung secara tatap muka (face-to-face). Oleh karena itu individu (komunikator) dengan individu
(komunikan) saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator menyentuh
pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback);
komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan, ekspresi wajah, dan gaya bicara komunikator.
Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan menyenangkan komunikator, sehingga komunikator
mempertahankan gaya komunikasinya; sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, komunikator harus mengubah gaya
komunikasinya sampai berhasil. Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku
komunikan itulah maka bentuk komunikasi antarpribadi acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif
(persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa
ajakan, bujukan atau rayuan. (Effendy, 2003:61)
2.6 Fungsi Dari Komunikasi Antar Pribadi
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan (human relations),
menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat berusaha membina hubungan yang baik
dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara individu-individu
tersebut. (Cangara, 2005:56)
relationship aspect suchthat the letter classifies the former and is therefore metacommunication (1967:154). Perlahan
lahan studi komuniksi antar pribadi bergeser dari isi pesan pada aspek relasional. Ada yang menyebutkan fokus ini sebagai
paradigma baru dalam penelitian komunikasi. Kini, kaum komunikolog menggeserkan perhatian from the individual as the
unit of analysis to the reletionship as teh unit of analysis (Parks dan Wilmot,1975:9). Gerarld R. Miller dalam pengantar
yang dituliskan untuk buku Explorations in interpersonal communication menyatakan bahwa, memahami proses komuniksi
antar pribadi menuntut pemahaman hubungan saling menguntungkan anatara komunikasi dengan pengembangan relasional.
Komunikasi mempengaruhi perkembangsn relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan 1 relasiona
mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut para psikolog pun mulai
menaruh minat yang besar pada hubungan antar pribadi seperti tampak pada tulisan Fordon W. Allport (1960) Erich Fromn
(1962), Martin Buber (1957), Carl Rogers (1951). Semua mewakili psikologi humanistik belakangan Arnold P. Goldstein
(1975) mengembangkan apa yang disebut sebagai relationship enchancement methods (metoda peningkatan hubungan)
dalam psikoterapi yang merumuskan metode ini dengan tiga prinsip: makin baik hubungan antar pribadi (1) makin terbuka
pasien mengungkapkan perasaanya (2) makin cenderung ia meneliti perasaanya secara mendalam beserta penolongnya
(psikolog) dan (3) makin cenderung ia mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat yang diberikan
penolongnya dari segi psikologi komunikasi kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan antar pribadi makin
terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan
Karena pentingnya hubungan antar pribadi ini kita akan membicarakan beberapa teori tentang hubungan antar
pribadi. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang proses hubungan antar pribadi dan memberikan
penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar pribadi. Selanjutnya kita akan membicarakan tahaptahap hubungan antar pribadi dan tiga faktor dalam komunikasi antar pribadi yang menumbuhkan hubungan antar pribadi
yang baik: percaya (trust), sikap suportif (supportivenes), dan sikap terbuka (open mindedness).
2.9 Komunikasi Antar Pribadi Yang Efektif
Jalaluddin Rachmat (1986:147) menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi yang efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan, bila anda berkumpul dalam suatu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan anda, anda akan menyenangi mereka. Komunkasi pun berlangsung lebih santai, gembira dan
terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang anda benci akan membuat anda tegang, resah dan tidak enak. Anda akkan
menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda juga ingin segera mengakhiri komunikasi anda. Jika komunikasi antar
pribadi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Maka Lott dan Lott (1966) meneliti pengaruh komunikasi
antar pribadi dengan prestasi akademis siswa. Penelitian ini menemukan bahwa murid-murid yang belajar bahasa Sppanyol
lebih cepat memahami bila bekerja sama dengan orang-orang yang mereka senangi. Demikian juga dengan Nelson dan
Meadow (1971) membuktikan dengan eksperimen bahwa pasangan mahasiswa yang mempunyai sikap yang sama membuat
prestasi yang baik dalam mengerjakan tugas-tugas mekanis dibandingkan dengan pasangan yang mempunyai sikap yang
berlainan. Akhirnya Baron dan Byrne (1978) menyimpulkan, ,,, not only are student happier when learning in an
atmosphere of friendship, they also learn more!. Komunikasi yang efektif menurut Deddy Mulyana (2003:107) bahwa
komunikasi yang hasilny sesuai dengan harapan para pesertanya atau orang-orang yang sedang terlibat dalam komunikasi.
Dalam proses belajar mengajar misalnya, komunikasi dua arah antara guru dan siswa telah menjadi pemahaman bersama
dan dua pihak memberikan respon sebagai tanda bahwa informasi tersebut telah dipahami. Jika komunikasi komunikatif
maka dapat di pastikan tujuan komunikasi tercapai dengan baik.
2.9.1. Unsur-Unsur Komunikasi Yang Efektif
Jika ingin komunikasi menjadi efektif maka unsur-unsur berikut perlu diperhatikan:
1.
Sumber (komunikator). Komunikator sebagai pengirim pesan hendaknya benar-benar siap dengan pesannya. Pesan
dikemas dengan bahasa tulis atau bahasa lisan yang benar-benar bisa dipahami oleh penerima pesan.
2.
Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman
dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.
3.
Media atau saluran pengirim pesan. Media yang digunakan dalam mengirim pesan juga harusjelas dan tidak bias.
Mengajarkan organ tubuh manusia bagi anak-anak sekolah dasar maka medianya harus jelas dengan menggunakan alat
peraga torso manusia.
4.
Penerima pesan (komunikan atau receiver). Pihak penerima pesan juga harus siap menerima pesan. Dengan
pengetahuannya atau pemahamannya maka komunikan harus fokus pada pesan yang akan diterima.
5.
Efek, yaitu apa yang terjadi setelah menerima pesan. Apakah dengan mudah komunikan merespon kembali pesan
yang diterima, atau apakah ada perubahan sikap setelah melakukan komunikasi, atau apakah terjadi perubahan prilaku. Jika
terjadi perubahan yang diharapkan oleh komunikator sebagai akibat dari komunikasi itu maka komunikasi akan menjadi
sangat efektif.
2.9.2. Syarat-Syarat Komunikasi Yang Efektif
Agar komunikasi menjadi efektif maka syarat syarat berikut perlu diperhatikan yaitu, (1) menciptakan suasana
yang saling menguntungkan, (2) menggunakan bahasa yang mudah dimengerti bila mungkin bahasa yang digunakan adalah
bahasa yang setara (3) pesan yang disampaikan menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan, (4) pesan yang
disampaikan menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan, (5) pesan yang disampaikan dapat
menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Berikut ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang efektif:
1.
Harus diingat bahwa komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi adalah sebuah proses karena merupakan
kegiatan yang terus-menerus dalam sebuah proses. Jadi dalam proses tersebut ada yang mempengaruhi dan ada pula yang
dipengaruhi.
2.
Komunikasi adalah sebuah sistem. Bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem terdiri dari beberapa sub sistem.
Ada komunikator dan ada komunikan dan ada saluran, ada media komunikasi. Manakala satu sub sistem terganggu akan
yang lain juga terganggu.
3.
Bahwa komunikasi bersifat transaksi dan komunikasi. Yang dimaksud dengan interaksi adalah saling bertukar
pesan. Seseorang berbicara dan yang mendengar pembicaraan itu memberikan reaksi atau komentar atas pesan yang
disampaikan. Komunikasi itu sering berubah atau berlanjut menjadi transaksi yaitu melakukan perjanjian.
2.9.3. Cara-Cara Melakukan Komunikasi Yang Efektif
Agar komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif maka perlu memperhatikan cara berikut:
1.
Menguasai ragam komunikasi. Komunikasi itu banyak ragamnya. Berkomunikasi dengan bahasa lisan, atau bisa
pula berkomunikasi dengan bahasa tulisan. Ada pula berkomunikasi dengan bahasa isyarat dengan menggunakan isyaratisyarat tertentu atau sering disebut bahasa isyarat atau bahasa non verbal. Teknik yang dipakai tergantung pada dimana
komunikasi itu dilakukan dan dengan siapa berkomunikasi. Jika menggunakan bahasa verbal maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah, (1) kata-kata yang digunakan dalam berkomunikasi dapat dimengerti. (2) kecepatan (speed) dapat
diatur dengan tepat artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat., (3) intonasi suara, dalam pengucapan dan pengejaan
kata harus jelas dengan kata dan intonasi yang benar dan tepat, (4) volume suara, dapat diatur dengan baik tidak terlalu
keras dan tidak terlalu kecil, tergantung pada komunikan. (5) singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila pesan yang
disampaikan jelas dan singkat. (6) timing (waktu yang tepat) artinya menyediakan waktu untuk mendengar atau
memperhatikan apa yan didengar apa yang disampaikan. Bila menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat maka hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan gerak isyarat. Semua itu akan
menggambarkan isi hati pengirim pesan atau penerima pesan. Apakah semua itu telah sesuai dengan apa yang dikemukakan
secara lisan.
2.
Bersikap empati sebagaimana disebutkan d depan bahwa empati adalah memposisikan diri dalam situasi yang di
alami dan sekaligus memahami apa yang di rasakan oeh komunikan.
3.
Pleksibel anda tidak harus kaku dan serius dengan gaya yang pormal. Komunikasi itu perlu sisipan informal
dengan humor agar santai.
4.
Lugas dan ringkas. Gunakan kalimat yang to the point dan ringkas. Dan sedapat mungkin dengan kata atau kalimat
pendek tetapi tidak mengurangi makna atau maksud. Pemakaian kata atau kalimat yang bertele tele menjadi membosankan
5.
Memahami bahasa non verbal yang tepat. Anda perlu memahami gesture tubuh dari komunikan. Terkadang,
bahasa tubuh lebih bermakna dari bahasa verbal karena sulit di manipulasi.
6.
Menjadi pendengar yang baik. Apakah anda menyimak dengan baik ketika rekan ada yg berbicara ? pastikan ada
bisa melakukan hal tersebut. Artinya jika ada seorang yang mendengar kita harus mendengarkan dengan baik agar kita bisa
member respon yang tepat sesuai dengan harapan lawan bicara kita.
7.
Konsisten . konsisten mempunyai makna kesesuaian. Dalam konteks komunikasi maka komunikator tidak dengan
mudah memindahkan topic-topic pembicaraan kepada komunikan sehingga komunikasi menjadi bingung.
8.
Egaliter . artinya tidak membuat sekat antara komunikator dengan komunikan . jika ini terasa maka hubungan baik
akan terhapus.
9.
Terbuka. Dalam artinya bersedia dikoreksi jika ada kekeliruan dan meminta maaf jika salah. Sikap seperti ini turut
mendukung komunikasi
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Komunikasi antar pribadi dapat didefinisikan sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan berkembang
antara individu yang satu (sebagai komunikator) dengan individu lain (sebagai komunikan) dengan gayanya sendiri
menyampaikan pesan kepada yang lain (komunikan), sedangkan yang satu (komunikan) dengan gayanya sendiri menerima
pesan dari sumber (komunikator). Dengan gaya, kedinamisan, kesadaran dan hubungan yang akrab dari masing-masing
pihak maka komunikasi itu terus tumbuh dan berkembang hingga dicapai persepsi dan tujuan bersama. Dalam hal ini
komunikasi antar pribadi lebih menekankan hubungan antar pribadi sehingga komunikasi antar pribadi yang terjadi menjadi
lebih efektif.
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada para pendidik khususnya seorang konselor hendaknya lebih menekankan terjadinya
komunikasi antar pribadi yang efektif dengan konseli sehingga dalam memberikan layanan kepada konseli menjadi lebih
efektif agar tercapai tujuan bersama dan tidak menimbulkan adanya miss comunication.