Anda di halaman 1dari 6

OSTEOMIELITIS TUBERKULOSA

A. LATAR BELAKANG
Osteomielitis adalah infeksi tulang akut atau kronik yang disebabkan oleh
infeksi jamur dan bakteri di manapun di bagian tubuh, lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak. Karena terbatasnya asupan darah, respon
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekitar jaringan tulang mati),
osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hiduo seseorang dan dapat mengakibatkan seseorang kehilangan anggota
tubuhnya.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus
infeksi di tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi, luka melepuh, infeksi
gigi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen
biasanyaterjadi ditempat dimana terdapat traumaatau dimana terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama
menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Sejak tahun 1993, penyakit ini
dideklarasikan sebagai Global Health Emergency oleh WHO. Brebagai upaya
telah dilakukan dan tidak sedikit biaya yang telah dikeluarkan untuk
menangani kasus TB yang terjadi di dunia. Penyebaran kasus TB tidak merata
dan sekitar 85% dari total kasus TB global terdapat pada Negara-negara
berkembang.

B. DEFENISI
Osteomielitis tuberkulosa adalah infeksi tulang yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa. Infeksi awal biasanya dimulai dari paru-paru
kemudian berjalan ke tulang. Penyebarannya melalui hematogen.
Hampir

10%

dari

penderita

TB

memiliki

keterlibatan

dengan

musculoskeletal, setengahnya mempunyai lesi di tulang belakang dan disertai


dengan defisit neurologis (10%-45%) dari penderita. Frekuensi tuberculosis

tulang menurun selama tiga dekade terakhir seiring menurunnya frekuensi


tuberculosis paru.

C. ETIOLOGI
Bakteri utama penyebab penyakit osteomielitis tuberkulosa adalah
Mycobacterium

tuberculosis.

Berikut

ini

adalah

taksonomi

dari

Mycobacterium tuberculosis.
Tabel 1. Taksonomi M.tuberculosis
Kingdom

Bacteriae

Phylum

Actinobacteria

Class

Actinobacteria

Subclass

Actinobacteridae

Order

Actinomycetales

Suborder

Corynebacterineae

Family

Mycobactericeae

Genus

Mycobacterium

Species

Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tidak menghasilkan toksin, tetapi termasuk organisme


yang virulen sehingga bila masuk dan menetap dalam jaringan tubuh manusia
dapat menyebabkan penyakit. Bakteri ini terutama akan tinggal secara intrasel
dalam monosit, sel retikuloendotelial, dan sel-sel raksasa.

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Pada umumnya penyusun tulang di seluruh tubuh kita semuanya berasal
dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita dapat menemukan lapisanlapisan berikut :
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum.
Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblast (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan

pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot


rangka ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan
dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (compact bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang
ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (calcium phospat dan calcium
carbonate) sehingga tulang menjdi padat dan kuat. Kandungan tulang
manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan
anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih
banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak
paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut tulang spongiosa. Sesuai dengan
namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi
oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah merah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Tulang
ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula
yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk
jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang ronga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga
seperti spons (busa).
d. Sumsum tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan paling dalam adalah sumsum
tulang. Sumsum tulang bentuknya seperti jelly yang kental. Sumsum
tulang ini dilundungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan di
atas. Sumsum tulang berperan sangat penting dalam tubuh kita karena
berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh

E. TANDA DAN GEJALA


Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda dan gejala yang menunjukkan
melemahnya tulang disertai pembengkakan dan kemerahan. Pasien juga
mengeluh nyeri tulang, demam, mengigil, keringat berlebih, nyeri punggung,
pembengkakan pergelangan kaki, kaki, dan pembesaran kelenjar getah bening
pada kaki.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Peran gambaran foto polos radiologi dalam efusi sendi, osteopenia
periarticular, irregular kortikal, lesi litik, pembentukan tulang baru periosteal.
USG efusi sendi membantu dalam aspirasi dari efusi. CT scan untuk melihat
derajat kerusakan tulang, sequestrum, dan ekstensi jaringan lunak di
sekitarnya. MRI untuk melihat perubahan Marrow, efusi sendi, sinovitis,
pannus, erosi kartilago dan tulang.
MRI sebagai pencitraan terbaik dapat mengidentifikasi lesi pada tahap
awal ketika foto polos radiologi menyatakan normal. MRI dapat menunjukan
luas dan beratnya penyakit. MRI menyediakan gambaran yang detail dari
tulang dan jaringan lunak di sekitarnya. Pada lesi tulang belakang, MRI dapat
menggambarkan level yang tepat dari keterlibatan sumsum tulang belakang
yang dapat membantu dalam bedah intervensi.

G. PENGOBATAN
Kant (2004) mengatakan TB ekstraparu biasanya paucibaciler dan
pengobatan dengan regimen yang efektif pada TB paru kemungkinan efektif
sama baiknya pada pengobatan TB ekstraparu. Saat ini telah ditemukan
banyak macam anti-TB yang mekanisme kerja dan efek sampingnya berbedabeda. Umumnya anti-TB aktif terhadap kuman yang sedang giat membelah
kecuali rifampicin yang juga aktif terhadap kuman yang membelah lambat.
Selain itu, obat-obat ini tidak aktif dalam suasan asam sehingga kuman yang
berada dalam sel makrofag (suasana intraselnya asam) tidak dapat dibunuh.
Hanya pirazinamid yang aktif dalam suasana asam. Sementara itu, kuman TB

mudah resisten terhadap obat-obat ini. Oleh karena itu, kemoterapi TB selalu
dalam kombinasi dua atau tiga macam obat dengan maksud meningkatkan
efek terapinya dan mengurangi timbulnya resistensi.
Untuk menyembuhkan TB diperlukan pengobatan yang lama karena basil
TB tergolong kuman yang sukar dibasmi. Selain itu, kuman yang
semidormant, yaitu yang berada dalam makrofag, baru dapat dibunuh kalau
kuman tersebut telah keluar dari makrofag. Dengan pengobatan lama ini,
kuman yang tidur tetap tidak dapat dijangkau. Dikenal dua macam paduan
terapi (regimen) anti-TB, yaitu paduan jangka panjang selama 12-18 bulan dan
paduan jangka pendek selama 6-9bulan. Pengobatan TB diberikan dalam dua
fase, yaitu fase intensif selama dua bulan yang dilanjutkan dengan 4-6 bulan
fase lanjutan. Pada fase intensif biasanya diberikan 3-4 macam obat, misalnya
isonoazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol, sedangkan pada fase
lanjutan diberikan lebih sedikit obat. P9ilihan macam dan lamanya pengobatan
bergantung pada beratnya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi dan
riwayat pengobatan sbelumnya. Selain itu adanya kontraindikasi dan efek
samping obat harus jadi pertimbangan.
Pusat radang TB terdiri atas pengejuan yang dikelilingi jaringan fibrosa.
Seperti halnya infeksi lain, adanya jaringan nekrotik akan menghambat
penetrasi antibiotic ke daerah radang sehingga pembasmian kuman tidak
efektif. Oleh karena itu, sarang infeksi di berbagai organ, misalnya kaverne di
paru dan debris di tulang, harus dibuang. Jadi, tindak bedah menjadi syarat
mutlak untuk hasil baik bagi terapi medis.

H. PROGNOSIS
Prognosis untuk osteomielitis TB bervariasi dan memiliki banyak
faktor determinan. Kasus yang akut memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan kasus kronik. Morbiditas pendamping seperti diabetes
menghasilkan penurunan sirkulasi darah yang berdampak negative pada
prognosis. Penyakit autoimun seperti HIV/AIDS juga berdampak negative
pada prognosis. Di Negara-negara dengan ketersediaan pelayanan

kesehatan yang bagus, mendiagnosa TB seringkali menjadi sekunder pada


penyakit autoimun terutama pada pasien dewasa atau bukan anak.
Dampak fungsi pada anak-anak dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada tulang yang terkena. Dapat menyebabkan diskrepansi
panjang tulang kaki kompensasi bentuk karena tidak digunakan atau
disfungsi

musculoskeletal.

Lesi

skeletal

dapat

menyebabkan

ketidakstabilan spinal, kerusakan neurologic, deformitas gibbus akibat


kolapsnya tulang belakang, arthritis yang berat dapat menyebabkan
kehilangan anggota tubuh bahkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai