Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kegiatan penambangan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi

pengupasan tanah penutup,

pembongkaran dengan

pemboran maupun

peledakan, pemuatan, dan pengangkutan dari lokasi penambangan menuji stock


pile.
Salah satu kegiatan penambangan adalah pengupasan lapisan tanah
penutup pada suatu bahan galian tertentu baik dengan cara pemboran maupun
peledakan. Dalam prakteknya dilapangan kegiatan peledakan merupakan cara
yang sering digunakan dalam rangka mengupas lapisan overburden terutama
pada lapisan penutup yang keras dan tidak bisa digali oleh alat mekanis.
Masalah yang sering dihadapi dalam kegiatan peledakan adalah
mengabaikan geometri peledakan yang tidak sesuai dengan perencanaan serta
perhitungan.

Hal

tersebut

menyebabkan

kegiatan

peledakan

untuk

pembongkaran tersebut mengabaikan langkah teknis serta kondisi dilapangan


dalam

kegiatan

peledakan

tersebut

sehingga

menyebabkan

tidak

ekonomisannya serta keselamatannya menjadi terabaikan.


Oleh sebab itulah langkah langkah teknis yang mencakup kegiatan
peledakan dalam rangka penentuan geometri peledakan harus diperhitungkan
dan direncanakan sebaik mungkin yaitu mencakup penentuan lubang ledak,
pemilihan pola peledakan, penentuan geometri peledakan, penentuang burden,
penentuan spacing, penentuan subdrilling, penentuan kolom untuk peledakan,
penentuan steaming, dan pemilihan bahan peledakan harus disesuaikan dengan
kondisi dilapangan yang tentunya memperhatikan sifat fisik dari batuan tersebut.
Sehingga dalam prakteknya dilapangan kegiatan peledakan dalam rangka
proses pembongkaran akan diperoleh besaran ukuran fragmentasi yang sesuai
dengan standar targer produksi.

1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum Geometri Peledakan di Tambang Terbuka adalah
untuk dapat mempelajari dan memahami langkah langkah teknis dalam
kegiatan persiapan peledakan khususnya penentuan dan perhitungan geometri
peledakan serta faktor faktor yang mempengaruhi pada penentuan geometri
peledakan sehingga nantinya diharapkan dapat mengatasi masalah masalah
yang mencakup penentuan fragmentasi hasil peledakan dan arah lemparan hasil
peledakan.
1.2.2 Tujuan

Untuk dapat mempelajari dan memahami definisi dari geometri peledakan.

Untuk dapat memperhitungkan dan mementukan ukuran burden dan


spacing pada setiap lubang peledakan untuk geometri peledakan.

Untuk

dapat

mempelajari

dan

memahami faktor

mempengaruhi pada penentuan geometri peledakan.

faktor

yang

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Definisi Geometri Peledakan


Kegiatan peledakan yang dilakukan dilapangan akan tergantung dari

kondisi batuan sekitarnya, kondisi batuan tersebut mencakup beberapa kriteria


yaitu massa batuan tersebut secara fisik maupun mekanik. Perlu diamati dari
kenampakan struktur geologinya, misalnya adanya zona lemah pada batuan
yang akan diledakan. Faktor faktor geologi tersebut akan mempengaruhi
kemampuan ledakan (blastability), pada batuan yang relatif kompak tentu akan
diperlukan bahan peledak yang lebih banyak dibandingkan pada batuan yang
sudah dipengaruhi oleh struktur kekar. Untuk itulah diperlukan batasan konstanta
pada setiap kegiatan peledakan yang dikenal dengan geometri peledakan yang
mengatur penentuan burden, spacing, subdrilling, free face, diameter dan
kedalam lubang ledak, steaming, dan penentuan jumlah bahan peledak dalam
setiap kolom lubang ledak.

Sumber : https://www.scribd.com/doc/ 13070


1923/perhitunganpeledakan

Gambar 2.1
Perencanaan Geometri Peledakan

2.2

Burden
Burden merupakan suatu jarak yang tegak lurus terhadap bidang bebas

(free face) yang terdekat pada saat terjadinya peledakan. Burden ini merupakan
variable yang sangat penting dan kristis dalam mendesain peledakan yang
tentunya akan berpengaruh pada penentuan fragmentasi hasil dari efek
peledakan serta keamaan dari kegiatan peledakan tersebut. Dengan jenis bahan
peledak yang dipakai dan jenis batuan yang dihadapi terhadap jarak maksimum
burden agar hasil ledakan menjadi baik, Jarak burden tersebut sangat erat
hubungannya dengan besar kecilnya lubang bor yang digunakan, secara garis
besar jarak burden optimum adalah :
Burden = (25-40) x blast hole diameter

Sumber : https://www.scribd.com/doc/130701923/perhitunganpeledakan

Gambar 2.2
Pengaruh burden Terhadap Hasil Peledakan

Berikut adalah persamaan dalam menentukan burden melalui perhitungan


yaitu :
a.

Menurut C.J.Konya
B = 3.15 D

Keterangan :
B

= Burden (ft).

De

= Diameter lubang ledak (inch).

SGe = Specific gravity bahan peledak.


SGr

= Specific gravity batuan yang diledakan.

b.

Menurut Langefors
V=

Keterangan :
V

= Burden (m)

db = Diameter mata bor (mm)

c.

= Derajat packing ( 1-1.6 kg/dm3)

= Kekuatan bahan peledak

= derajat fraction (jika lubang vertikal = 1)

Menurut R.L. Ash


B = Kb

Keterangan :
B

= Burden (ft)

Kb = Burden rasio ( 14 49; harga rata rat 30)


d

2.3

= Diameter massa bor (inch)

Spacing
Spacing merupakan jarak antara lubang ledak yang satu dengan yang

lainnya dalam satu baris dan diukur secara sejajar terhadap pit wall. Penentuan
spacing ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu burden, diameter lubang
ledak, kedalaman lubang bor, letak primer, delay time, dan arah umum dari
struktur geologi pada bidang batuan. Bila masing masing lubang bor diledakan
secara terpisah dengan jeda waktu yang cukup panjang, memungkinkan setiap
lubang bor meledak dengan sempurna , tidak akan terjadi interaksi antar
gelombang energi masing masing. Jika waktu tunda diperpendek maka akan
terjadi interaksi sehingga menyebabkan efek yang kompleks.
Spacing merupakan fungsi daripada burden yang nantinya akan
berpengaruh terhadap besarnya fragmentasi hasil peledakan, jika spacing terlalu
kecil akan menyebabkan ukuran fragmentasi akan hancur, tetapi sebaliknya jika
spacing terlalu besar akan memungkinkan terjadinya bongkahan dan tonjolan
diantara dua lubang ledak setelah kegiatan peledakan dilakukan. Pada geometri
rules of thumb menerapkan prinsip peledakan dengan pola equilateral (segitiga

sama sisi) dan peledakannya dilakukan secara beruntun tiap lubang ledak dalam
baris yang sama. Berikut ini merupakana persamaan untuk menghitung spacing
yaitu :
a.

Menurut C.J.Konya
S=
Keterangan :
S = Spacing (m).
L = Kedalaman lubang ledak (m).
B = Burden (m).

b.

Meurut Langefors
E = 1.25 V
Keterangan :
E = Spacing (m).
V = Burden (m)

c.

Menurut R.L. Ash


S = Ks x B
Keterangan :
S

= Spacing

Ks = spacing rasio (1 3: rata rata 1.5)


B

2.4

= Burden (ft)

Diameter Lubang Ledak


Diameter lubang ledak merupakan salah satu faktor yang menunjang

kegiatan perancangan suatu peledakan, diameter lubang ledak ini akan


mempengaruhi jarak burden dan jumlah bahan peledak yang akan digunakan
pada setiap lubang ledaknya.
Menurut teori rules of thumb, diameter lubang ledak akan dipengaruhi oleh
besarnya tinggi jenjang serta laju produksinya yang direncanakan dengan
persyaratan aspek kondisi alat bor, spesifikasi mesin alat bor, dan kondisi
lapangan harus diperhatikan dengan sedetail mungkin. Adapun penentuan
diameter lubang ledak adalah :
Blast Hole Diameter (mm)

15 x Bench Heigh (m)

2.5

SubDrilling
Subdrilling merupakan penambahan kedalaman lubang bor dibawah lantai

jenjang. Tujuan dari penambahan besarnya kedalaman pada lubang bor


(subdrilling) adalah untuk mengatasi masalah tonjolan pada lantai jenjang,
karena bagian tersebut sulit diledakan. Sehingga gelombang ledak yang
ditimbulkan pada lantai dasar jenjang yang akan bekerja secara maksimum.
Tonjolan pada lantai jenjang muncul setelah dilakukannya kegiatan
peledakan, hal tersebut dapat menyulitkan untuk kegiatan peledakan selanjutnya,
atau pada waktu pemuatan dan pengangkutan. Besarnya subdrilling rasio (KJ)
tergantung dari keadaan struktur dan sifat fisik batuannya serta arah lubang bor.
Jika pada kondisi batuan yang memiliki kemiringan tertntu maka subdrilling rasio
yang dibutuhkan lebih kecil, akan tetapi terkadang pada lubang bor yang vertikal
dibutuhkan subdrilling.
Para

ahli

telah

menentukan

besarnya

nilai

subdrilling

dengan

menggunakan rumus rumus berikut :

C.J. Konya

SD Ks.B
Keterangan:
SD = Subdrilling (ft)
Ks = Antara 0,3 sampai 0.5
B

= Burden (ft)

R.L. Ash
J = Kj.B
Keterangan :

2.6

= Subdrilling (ft).

Kj

= Nilai subdrilling rasio, rata rata 0.33 dan minimum 0.3.

= Burden (ft).

Stemming
Stemming merupakan suatu kolom yang disisakan pada sepanjang lubang

ledakan yang tidak diisi oleh bahan peledak akan tetapi diisi oleh material hasil
pemboran. Stemming berfungsi untuk dapat mengurangi fumes gas, air blast,
maupun flying rock agar dapat lebih terkontrol. Dalam setiap kegiatan peledakan
panjang steamming dapat mempengaruhi hasil fregmentasi batuan hasil

peledakan. Apabila steamming terlalu panjang akan mengakibatkan terbentuknya


bongkah

apabila

energi

ledak

tidak

terdistribusi

merata

untuk

dapat

menghancurkan batuan di sekitar steamming tersebut, dan steamming pun


jangan dibuat terlalu pendek karena bisa menyebabkan terjadinya flying rock.
Berikut akan dijelaskan pada table 2.1 pengaruh dari panjang pendeknya
steamming terhadap hasil peledakan
Table 2.1
Pengaruh Panjang Pendeknya Steamming

Steaming terlalu panjang


Ground vibration tinggi

Steaming terlalu pendek


Besernya fregmentasi terlalu
kecil
Terjadi toe di floor
Terjadi flying rock
Sangat berisik

Lemparan kurang
Fregmentasi area jelek
Suara kurang

Sumber : https://www.scribd.com/doc/130701923/perhitunganpeledakan

Berikut persamaan matematis untuk menentukan steaming yaitu :

C.J. Konya
T = Kb +
Keterangan :
T

= Steamming (m).

Kb = 0.17 hingga sampai 1 kali B.


B

= Burden (m).

OB = Overburden (m).

R.L. Ash
T = Kt B
Keterangan :

2.7

= Steamming (ft).

Kt

= Steamming rasio (0.5 1; rata rata 0.7).

= Burden.

Kedalaman Lubang Ledak


Ketinggian bench, burden, dan arah pemboran akan mempengaruhi

kedalaman lubang ledak. Hasil penjumlahan dari besarnya steaming dan


panjangnya kolom isian bahan peledak bisa dikatakan sebagai kedalaman
lubang ledak. Penentuan kedalaman lubang ledak biasannya disesuaikan
dengan tingkat produksi dan kapasitas alat muat serta pertimbangan aspek

geotek. Penentuan lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari burden. Hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya overbreaks atau cratering. Disamping itu letak primer
juga menentukan kedalaman lubang bor. Berdasarkan arah lubang ledak dapat
ditentukan dengan persamaan :

Untuk Lubang Ledak Vertikal


H=L+J
Keterangan :

= Kedalaman lubang ledak (m)

= Tinggi bench (m)

= Subdrilling.

Untuk Lubang Ledak Miring


H=

os

+J

Keterangan :
H

= Kedalaman lubang ledak (m)

= Tinggi bench (m)

= Subdrilling (m)
= Sudut kemiringan lubang ledak terhadap bidang vertikal.

2.8

Tinggi Bench
Tingginya suatu jenjang berhubungan erat dengan aspek geometri

peledakan yang direncanakan sebelumnya atau ditentukan setelah parameter


lainnya telah ditentukan. Tinggi jenjang maksimum yang dapat dicapai oleh alat
bor dan ukuran mangkok serta tinggi jangkauan alat muat.

Sumber : https://www.scribd.com/doc/130701923/
perhitunganpeledakan

Gambar 2.3
Pengaruh Diameter Lubang Tembak Bagi Tinggi Steamming

10

Umumnya peledakan pada tambang terbuka dengan diameter lubang


besar, tinggi berkisar antara 10 15 meter, dalam hal ini kestabilan jenjang harus
diperhatikan dan diusahakan jangan sampai runtuh, baik karena day dukungnya
lemah atau akibat getaran peledakan.

2.9

Panjang Isian Bahan Peledak


Panjang isian bahan peledak dan juga primer. Dalam pesamaan
matematis besarnya kolom isian bahan peledak menggunakan cara
sebagai berikut :
Charge Length =

20 x Blast Hole Diameter

2.10 Powder Factor


Powder Factor adalah suatu perbandingan antara jumlah bahan peledak
dengan massa batuan yang akan diledakan. Adapun persamaan sebagai berikut
:
PF = 0.5 1 Kg per square meter of face

2.11 Fragmentasi
Kepentingan dari fragmentasi tidak bisa diabaikan karena besarnya hasil
fragmentasi

merupakan

parameter

pada

tingkat

keberhasilan

kegiatan

peledakan. Hal tersebut juga akan mempengaruhi biaya operasional pada


pengoperasian alat berat dalam kegiatan penggalian serta pemuatan, maupun
untuk meringankan kerja dari alat crushing. Oleh karena itu pemboran dan
peledakan sangat erat kaitannya dengan optimasi kegiatan operasional
selanjutya.
Jika

fragmentasi

yang

buruk

akan

menghasilkan

oversize

yang

mengakibatkan bertambahnya biaya penghancuran sekunder untuk mengurangi


ukurannya sampai pada ukuran yang dapat diolah secara ekonomis, aman dan
efisien dengan alat alat angkut dan muat. Faktor fragmentasi batuan dapat
digolongkan dalam tiga kelompok parameter :
a.

Parameter peledak, mencakup densitas, kecepatan detonasi, volume gas


dan energi yang tersedia.

10

11

b.

Parameter pemuatan lubang ledak, mencakup diameter lubang ledak,


stemming, de-coupling, serta tipe dan titik inisiasi.

c.

Parameter batuan yang berhubungan dengan densitas batuan, kekuatan


(compressive dan tensile), tekstur dan kecepatan propagasi.
Produksi berlebih dari batuan undersize atau berukuran halus juga perlu

dihindari karena mengindikasikan penggunaan bahan peledak yang berlebihan,


pengurangan ekonomis dapat dicapai dengan pengunaan crusing yang sesuai.
Besarnya fragmentasi dapat diperbaiki dengan menerapkan beberapa cara yaitu
:
a.

Mengurangi spacing antara lubang yang saling sejajar dalam baris.

b.

Mengurangi jarak burden.

c.

Menggunakan detonator dengan short delay.


Tingkat keberhasilan dari fragmentasi hasil peledakan dapat direncanakan

secara teoritis sebelum peledakan dilakukan. Dalam melakukan kegiatan


peledakan bahwa hasil fragmentasi dapat ditentukan dengan beberapa
persamaan matematis sebagai berikut :

Persamaan Kuznetsov
Persamaan ini digunakan untuk mencari ukuran rata rata dari hasil
peledakan dalam satuan cm

Vo

X A
Qe

0 ,8

E
.Qe

115
1

19

30

Keterangan,
X

= ukuran rata-rata dari hasil peledakan (cm)

= Faktor batuan 7 untuk batuan medium strength 10 untuk batuan


keras yang berjoint intensif 13 untuk batuan keras dengan sedikit
joint sebaiknya antara 8 12 (Cunningham, 1983) Blastability index
(BI) x 0,15 (Lily, 1986).

Vo = volume batuan dalam m3 per lubang ledak (burden x spacing x


tinggi bench)
Qe = Massa bahan peledak yang digunakan tiap lubang ledak (kg)
E

= Kekuatan berat relative bahan peledak (ANFO = 100 ; TNT = 115)

11

12

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1

Tugas

1.

Diketahui

= 84

Kbstd

= 30

Sge

= 0.85

SGestd

= 1.2

VOD

= 11,803 FPs

VODstd = 12.000 FPs


de

= 3.43 inch

SGr

= 2.5 ton/m3 = 155,76 lb/Ft3

SGrstd

= 160 lb/Ft3

= 10.43 m

Ditanyakan
Hitunglah Burden,space,steeming,subdrill,panjang lubang ledak, powder
column, volume, dan tonase berdasarkan rumus yang disusun oleh
C.J.Konya dan R.L.ash ?
2.

PT. Kebon Bibit Selatan membutuhkan 24000 ton gamping/hari.Dilakukan


peledakan 3 kali sehari.Diketahui tinggi jenjang 9 m dengan lebar 20 m,
kemiringan jenjang 840. Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO
dengan VOD = 11482 fps dan SGe 0.82 gr/cc. SGr batuan 2.7 ton/m3.
Hitung Powder Factor jika diketahui Stiffness ratio = 2.5.

3.

Untuk

mencapai target

produksi batubara 2 juta

ton pertahun,

PT.Bengkulu perlu mengupas overburden sebanyak 7 juta BCM. Densitas


OB rata-rata 2.5 ton/m3 dan bahan peeldak yang akan digunakan adalah
ANFO dengan densitas 0.85 gr/cc. Dengan menggunakan alat bor
berdiameter 4.84 inch dan tinggi jenjang 12.43 m, hitung seluruh
parameter geometri peldakan, jumlah bahan peledak total, Powder factor.
Bench tegak.

12

13

4.

PT. Minenine mencoba mencapai target produksi batubara 2 juta ton per
tahun dan perlu mengupas overburden sebanyak 7juta BCM. Densitas ob
hasil pengujian rata-rata 2,5 ton/m3 dan bahan peledak yang akan
digunakan ialah ANFO dengan densitas 0,85 gr/cc. Alat bor yang dimiliki
Tamrock tipe Drilltech D25K yang mampu membuat lubang berdiameter
4.84 inch. Fragmentasi hasil peledakan harus baik, artinya sesuai dimensi
mangkok shovel dan dengan airblast, flyrock serta getaran kurang. Alat
muat yang dipakai jenis Front Shovel Cat 5320B yang mampu
menjangkau sampai 15 m. Hitunglah seluruh parameter geometri
peledakan, jumlah bahan peledak total dan powder factor. Gambarkan
sketsa lubang ledaknya dengan geometri yang telah dihitung.

3.2

Pembahasan

1a.

R.L. Ash

=[

AF2

=[

Kb

= 30 x AF1 x AF2 = 30 x 0.88 x 1.01 = 26.48

Ks

= 1.5 x AF1 x AF2 = 1.5 x 0.88 x 1.01 = 1.34

= Ks x B = 1.34 x 2.32 m = 3.47 m

Kt

= 0.75 x AF1 x AF2 = 0.75 x 0.88 x 1.01 = 0.67

= Kt x B = 0,67 x 2.59 m = 1.74 m

Kj

= 0.15 x AF1 x AF2 = 0.15 x 0.88 x 1.01 = 0.13

= Kj x B = 0.13 x 2.59 m = 0.34 m

= L + J = 10.84 + 0.34 = 11.18

Pc

= H T = 10.84 m 1,74 m = 9.44 m

Volume = B x S x (H J) = 2.59 m x 3.47 m x 10.84 = 97.42 m3

Tonase = Vol x Drock = 68,66 m3 x 2,5 ton/m3 = 242.55 ton

LD

= 0,508 x de2 x SGe = 0,508 x (3.84)2 x 0.85 = 7.37 ton/m2

= Pc x LD = 9.44 m x 7.37 = 72.37 ton/m2

n lubang =

AF1

ro k

=[

k
ton

= 0.88

t
l

= 1.01

in h

onas

=[

= 8.49 ft = 2.59 m

= 2061.43 lubang

13

14

n lubang =

1b.

C.J. Konya

= 3,15 x de x

= 0,7 x B = 0,7 x 2.58 m = 1.801 m

= 0,3 x B = 0,3 x 2.58 m = 0.78 m

= L + J = 10.84 + 0.78 = 11.62 m

Pc = H - T = 11.62 m 1.801 m = 9.84 m


SR =

= sin

ro k

= 3,15 x 3,43 inch x

= 7,54 ft = 2.57 m

= 2.58

= 0.29

sin

m-

m sin
m

= 4.22 m > 4

= 1.4 x 2.57 = 3.59 m

Volume = B x S x (H J = 2.57 m x 3.59 m x

Tonase = Vol x Drock = 94.86 m3 x 2,5 ton/m3 = 237.15 ton

sin

= 94.86 m3

LD = 0,508 x de2 x SGe = 0.588 x (3,84)2 x 0.85 = 7.37 kg/m

n lubang =

Pf =

= Pc x LD = 7.37 m x 9.82 m = 72.29 kg/lubang

onas

onas

= 2108.37 lubang

= 0.76

14

15

Gambar 3.1
Pola Pemboran Tegak Dan Miring, C.J Konya Dan R.L Ash

2a.

R.L. Ash

=[

AF2

=[

Kb

= 30 x AF1 x AF2 = 30 x 0.88 x 1.18 = 26.45

Ks

= 1.5 x AF1 x AF2 = 1.5 x 0.88 x 1.18 = 1.32

= Ks x B = 1.32 x 2.56 m = 3.39 m

Kt

AF1

ro k

=[

tonm
ton m

=[
]

= 0.88

= 1.18

in h

= 8.42 ft = 2.56 m

= 0.75 x AF1 x AF2 = 0.75 x 0.88 x 1.18 = 0.66

= Kt x B = 0.75 x 2.56 m = 1.69 m

Kj

= 0.15 x AF1 x AF2 = 0.15 x 0.88 x 1.18 = 0.13

= Kj x B = 0.13 x 2.56 m = 0.34 m

= L + J = 10.84 m + 0.34 m = 11.18 m

Pc

= H T = 11.18 m 1.69 m = 9.58 m

Volume = B x S x (H J) = 2.56 m x 3.39 m x sin

15

= 78.53 m3

16

Tonase = Vol x Drock = 78.53 m3 x 2.5 ton/m3 = 196.83 ton

LD = 0,508 x de2 x SGe = 0,588 x (4.26)2 x 0.82 = 8.75 ton/m3

Pf =

n=

2b.

C.J. Konya

= Pc x LD = 9.58 m x 8.75 = 83.82 ton


=

onas
ar

= 0.42

t roduksi
olum

= 122 lubang/hari

SR =

= 3.6 m = 11.81

de =

= 4.26 inch

ro k

= 0.7 x B = 0.7 x 3.6 m = 2.77 m

= 0,3 x B = 0,3 x 3.6 m = 1.19 m

= L + J = 9 m + 1.19 m = 10.19 m

Pc = H - T = 10.19 m 2.77 m = 7.42 m

Volume = B x S x (H J) = 3.6 m x 4.59 m x

Tonase = Vol x Drock = 151.52 m3 x 2,5 ton/m3 = 378.8 ton

LD = 0,508 x de2 x SGe = 0,588 x (4.26)2 x 0.82 = 8.75 ton/m2

= Pc x LD = 8.75 m x 7.42 = 64.93 kg/lubang

Pf

3a.

R.L. Ash

onas
ar

k
ton

t roduksi
olum

= 4.3 m

sin

= 0.42 kg/ton

= 63 lubang/hari

AF1

=[

AF2

=[

ro k

=[

= 151.52 m3

=[

= 0.88

t
l

= 1.01

Kb = 30 x AF1 x AF2 = 30 x 0.88 x 1.01 = 27.14

in h

sin

= 10.94 ft = 3.33 m

Ks = 1,5 x AF1 x AF2 = 1.5 x 0.88 x 1.01 = 1.36

16

17

= Ks x B = 1.36 x 3.33 m = 4.51 m

Kt

= 0,85 x AF1 x AF2 = 0.75 x 0.88 x 1.01 = 0.67

= Kt x B = 0.67 x 3.33 m = 2.26 m

Kj

= 0.15 x AF1 x AF2 = 0.15 x 0.88 x 1.01 = 0.14

= Kj x B = 0.14 x 3.33 m = 0.49 m

= L + J = 15 m + 0.49 m = 15.49 m

Pc = H T = 15.49 2.26 m = 13.23 m

Volume = B x S x (H J) = 3.33 m x 4.51 m x 15 m

= 225.27 m3

Tonase = Vol x Drock = 22.27 m3 x 2.5 ton/m3 = 563.19 ton

LD = 0,588 x de2 x SGe = 0.588 x (4.84)2 x 0.85 = 11.29 ton/m3

= Pc x LD = 13.23 m x 11.29 = 156.14 ton/m2

Pf

onas
ar

= 0.27

t roduksi
tonas

= 31072.99 ~ 31073 lubang/tahun

= 31073 / 365 = 85 ubang/hari


3b.

C.J. Konya

= 3.15 x de x

SR =

ro k

= 3.15 x 4.84 inch x

= 13.42 ft = 4.1 m

= 3.13 m > 4

= 0.7 x B = 0.7 x 4.1 m = 2.87 m

= 0.3 x B = 0,3 x 4.1 m = 1.23 m

= L + T = 12.84 - 1.23 m = 13.81 m

Pc = H - T = 13.81 2.87 m = 11.04 m

Volume = B x S x (H J) = 4.1 m x 12.84 m x 4.7 m = 247.42 m3

Tonase = Vol x Drock = 247.42 m3 x 2,5 ton/m3 = 618.56 ton

LD = 0,508 x de2 x SGe = 0.588 x (4.84)2 x 0.85 = 11.29 tom/m3

= Pc x LD = 11.04 m x 11.29 = 127.51 ton/m2

Pf

= 4.7

onas
ar

t roduksi
tonas

= 0.018
= 28383.28 ~ 28383 lubang/tahun

= 31922 / 365 = 77 lubang/hari

17

18

4a.

R.L. Ash

=[

AF1

= 0.88

=[

Kb

= 30 x AF1 x AF2 = 30 x 0.88 x 1.01 = 27.64

Ks

= 1,5 x AF1 x AF2 = 1.5 x 0.88 x 1.01 = 1.38

= Ks x B = 1.38 x 3.3 m = 4.3 m

Kt

= 0.75 x AF1 x AF2 = 0.75 x 0.88 x 1.01 = 0.69

= Kt x B = 0.69 x 3.3 m = 2.29 m

Kj

= 0.15 x AF1 x AF2 = 0.15 x 0.88 x 1.01 = 0.14

= Kj x B = 0.14 x 3.33 m = 0.43 m

= L + T = 12.84 + 0.43 m = 13.27 m

Pc

= H T = 13.27 0.13 m = 13.14 m

Volume = B x S x (H J) = 3.3 m x 4.3 m x 13.14 m

=[

AF2

ro k

=[

in h

= 1.01

= 10.94 ft = 3.3 m

= 186.45 m3

Tonase = Vol x Drock = 186.45 m3 x 2,5 ton/m3 = 466.14 ton

LD = 0.588 x de2 x SGe = 0.588 x (4.75)2 x 0.85 = 10.87 ton/m3

= Pc x LD = 110.67 m x 13.14 = 141.42 ton/m2

Pf

n=

ar

onas

t roduksi
olum

= 0.030
=

= 37542 lubang/tahun = 104.28 lubang/hari

18

19

Gambar 3,2
Sketsa Pola Pemboran

19

20

BAB IV
ANALISA

Perhitungan geometri yang berdasarkan metode R.L Ash dan C.J Konya
bertujuan untuk mengetahui parameter parameter yang sangat menentukan
dalam perencanaan geometri peledakan, akan tetapi kedua metode ini memiliki
perbedaan cara perhitungan dalam menentukan parameter parameteri
geometri tersebut adapun perbedaannya sebagai berikut :

Burden
Menurut R.L Ash burden dihitung berdasarkan diameter lubang ledak dan
mempertimbangkan konstanta yang tergantung dari jenis batuan dan
bahan peledak yang digunakan, sedangkan pada rancangan burden
menurut C.J Konya burden dihitung dari jenis batuan dan jenis bahan
peledaknya serta memperhatikan desitas bahan peledak tersebut.

Spacing
Penentuan spacing menurut R.L Ash ini sangat bergantung dari kondisi
kekar di sekitar lapangan, jumlah bidang bebas, dan sistem penyalaannya.
Sedangkan penentuan spacing menurut C.J Konya penentuan spacing ini
hanya berdasarkan cara untuk memperoleh fragmentasi yang baik.
Jadi pada dasar perhitungan geometri peledakan menurut C.J Konya dan

R.L Ash memiliki perbedaan dalam penentuan nilai nilai dari parameter
parameter geometri peledakan tersebut karena R.L Ash menentukan parameter
parameter geometri tersebut bedasarkan konstanta yang disesuaikan dengan
aspek geologi yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan peledakan,
sedangkan C.J Konya tidak terlalu memperhatikan aspek perhitungan yang
berkaitan dengan aspek geologi sehingga hanya menentukan perhitungan
tersebut untuk mendapatkan fragmentasi yang sesuai saja.

20

21

BAB III
KESIMPULAN

Geometri

peledakan

merupakan

suatu

aspek

terpenting

dalam

perencanaan kegiatan peledakan. Dalam geometri peledakan terdapat beberapa


parameter yang dalam perencanaan kegiatan peledakan seperti 1) Burden, 2)
Spacing, 3) Diameter lubang ledak, 4) Subdrilling, 5) Stemming, 6) Kedalaman
lubang ledak, 7) Spacing, 8) Tinggi Bench, 9) Panjang isian bahan peledak, 10)
Powder factor, 11) Peletakan primer pada kolom ledak. Dengan memperhatikan
faktor faktor tersebut maka keberhasilan kegiatan peledakan yang hasil
akhirnya merupakan penentuan fragmentasi serta mempertahankan bentuk
jenjang agar tidak longsor, tetapi target utamanya adalah penentuan ukuran
fragmentasi hasil peledakan yang sesuai target produksi sehingga dapat
mengoptimalkan kinerja alat berat dalam proses pemuatan serta alat crushing
dalam pengecilan ukuran. Hal tersebut dimasudkan untuk menghindari hal hal
yang tidak diinginkan seperti flying rock, getaran berlebih, dan bongkahan
bongkahan selain itu untuk meningkatkan target produksi.
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Menurut Metoda R.L Ash Dan C.J Konya (1)
GEOMETRI
de (inch)
H (m)
L (m)
B (m)
S (m)
T (m)
J (m)
Pc (m)
3
Vol (m )
Tonase (ton)
2
LD (kg/m )
2
W (ton/m )
PF
n (lubang/hari)

RL ASH

CJ KONYA
3.84

11.18

11.62
10.84

2.56
3.39
1.69
0.34
9.59
78.53
196.2
8.75
72.37
0.57
3948

2.58
3.59
1.801
0.78
9.84
94.84
237.15
7.37
72.29
0.72
3846

Sumber: Hasil Perhitungan Praktikum Peledakan

21

22

Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Menurut Metoda R.L Ash Dan C.J Konya (2)
GEOMETRI
de (inch)
H (m)
L (m)
B (m)
S (m)
T (m)
J (m)
Pc (m)
3
Vol (m )
Tonase (ton)
2
LD (kg/m )
2
W (ton/m )
PF
n (lubang/hari)

RL ASH

CJ KONYA
4.26

11.18

10.19
10.84

2.59
3.47
1.74
0.34
9.44
96.88
242.2
7.37
83.82
0.42
122.24

3.6
4.3
2.77
1.19
7.42
151.52
378.8
7.11
68.18
0.17
63.35

Sumber: Hasil Perhitungan Praktikum Peledakan

Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Menurut Metoda R.L Ash Dan C.J Konya (3)
GEOMETRI
de (inch)
H (m)
L (m)
B (m)
S (m)
T (m)
J (m)
Pc (m)
3
Vol (m )
Tonase (ton)
2
LD (kg/m )
2
W (ton/m )
PF
n (lubang/hari)

RL ASH

CJ KONYA
4.84

15.49

13.81
12.84

3.33
4.51
2.26
0.49
13.23
225.27
563.19
11.29
156.1
0.27
85

Sumber: Hasil Perhitungan Praktikum Peledakan

22

4.1
4.7
1.23
13.81
11.04
247.47
618.56
11.29
127.51
0.18
77

23

Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Menurut Metoda R.L Ash Dan C.J Konya (4)
GEOMETRI
de (inch)
H (m)
L (m)
B (m)
S (m)
T (m)
J (m)
Pc (m)
3
Vol (m )
Tonase (ton)
2
LD (kg/m )
2
W (ton/m )
PF
n (lubang/hari)

RL ASH

CJ KONYA
3.84

13.27

15..975
12.84

3.33
4.3
2.29
0.43
13.14
186.45
466.14
10.87
141.42
0.30
104

Sumber: Hasil Perhitungan Praktikum Peledakan

23

3.25
4.55
2.28
0.975
12.72
221.81
554.53
10.87
138.59
0.25
86

24

DAFTAR PUSTAKA

anar Zul ikar Perhitungan Peledakan https://www.scribd.com/doc/ 130719


23/perhitunganpeledakan.

Diakses

Oktober

2014,

jam

17.57

(online,word)
ir a

kto

Geometri Peledakan http://dirgamining.blogspot.com/

2012/10/geometri-peledakan.html.

November

2014,

jam

19.08

(online,word).
Martarozi

izki Mar t

Rencana Peledakan http://rizkimartarozi.blogsp

ot.com/2011/03/rancangan-peledakan.html. 6 November 2014, jam 20.18


(online,word).

24

Anda mungkin juga menyukai