Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SOFTSKILL

Peraturan & Regulasi I

Nama : Agus Purwanto/ 40112396


Materi: #Etika Professi
Dosen : Lilly Wulandari

UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kita ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena
hanya dengan bimbingan dan petunjuk-Nya penulisan dan penyusunan
peningkatan kualitas perpustakaan sebagai pusat sumber belajar ini dapat
diselesaikan.
Penulisan ini dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan kita tentang
bagaimana gambaran kejahatan yang terjadi dalam dunia maya (cybercrime) dan
sejauh mana penerapan UU dunia maya (cyber law) dalam mengatasi hal tersebut,
dan juga dimaksudkan untuk dapat menjadi bahan diskusi dan acuan bagi kita
semua.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang mendukung
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan, sekecil apapun arti tulisan ini dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin

Bekaksi, 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1.1.

LATAR BELAKANG ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3


2.1. PERATURAN DAN REGULASI .......................................................................... 3
2.2 Cyber law, Computer crime act (Malaysia), Council of Europe Convention on
Cyber crime (Eropa)............................................................................................ ............ 3
2.2.1

Cyberlaw ..................................................................................................... 3

2.2.2

COMPUTER CRIME ACT (MALAYSIA) ............................................ 9

2.2.3

COUNCIL OF EUROPE CONVENTION ON CYBER CRIME .... 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 12


3.1. KESIMPULAN ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang cukup


pesat sekarang ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan
masyarakat yang tidak dapat ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan iptek
adalah perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah,
cepat dan aman. Perkembangan iptek, terutama teknologi informasi (Information
Technology) seperti internet sangat menunjang setiap orang mencapai tujuan
hidupnya dalam waktu singkat, baik legal maupun illegal dengan menghalalkan
segala cara karena ingin memperoleh keuntungan secara potong kompas.
Dampak buruk dari perkembangan duniamaya ini tidak dapat dihindarkan
dalam kehidupan masyarakat moderen saat ini dan masa depan.
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke
dunia bisnis yang revolusioner (digital revolution era) karena dirasakan lebih
mudah, murah, praktis dan dinamis berkomunikasi dan memperoleh informasi. Di
sisi lain, berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi rawan yang
gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan
tindak pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan
cybercrime atau kejahatan dunia maya.
Pada pembahasan kali ini penulis akan membahasa tentang Peraturan dan
Regulasi, Cyber law, Computer crime act (Malaysia), Council of Europe
Convention on Cyber crime (Eropa) untuk pembahasan lebih detail akan di bahasa
pada bab kedua

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PERATURAN DAN REGULASI


Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang/
lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama.
Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat
dengan aturan atau pembatasan. Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah,
regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan,
Regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi dan pasar. Seseorang dapat,
mempertimbangkan regulasi dalam tindakan perilaku misalnya menjatuhkan
sanksi (seperti denda).
2.2 Cyber law, Computer crime act (Malaysia), Council of Europe
Convention on Cyber crime (Eropa)
2.2.1

Cyberlaw
Cyber Law merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh suatu

negara tertentu, dan peraturan yang dibuat itu hanya berlaku kepada masyarakat
negara tersebut. Jadi,setiap negara mempunyai cyberlaw tersendiri.
Berikut ini penjelasan beberapa cyberlaw yang ada di beberapa negara lain, yaitu :
A. Cyberlaw di Indonesia
CyberLaw di Indonesia sudah mulai di rintis sebelum tahun 1999. Karena
sifatnya yang generik, diharapkan rancangan undang-undang mengenai cyberlaw
tersebut cepat diresmikan dan kita bisa maju ke yang lebih spesifik. Namun pada
kenyataannya hal ini tidak terlaksana dengan baik. Beberapa hal yang mungkin
masuk antara lain adalah hal-hal yang terkait dengan kejahatan di dunia maya
(cybercrime), penyalahgunaan penggunaan komputer, hacking, membocorkan
password, electronic banking, pemanfaatan internet untuk pemerintahan (egovernment) dan kesehatan, masalah HaKI, penyalahgunaan nama domain, dan
masalah privasi. Penambahan isi disebabkan karena belum ada undang-undang
lain yang mengatur hal ini di
3

Indonesia sehingga ada ide untuk memasukkan semuanya ke dalam satu


rancangan. Nama dari RUU ini pun berubah dari Pemanfaatan Teknologi
Informasi, ke Transaksi Elektronik, dan akhirnya menjadi RUU Informasi dan
Transaksi Elektronik.Ada satu hal yang menarik mengenai rancangan cyberlaw ini
yang terkait dengan teritori. Misalkan seorang cracker dari sebuah negara Eropa
melakukan pengrusakan terhadap sebuah situs di Indonesia. Dapatkah hukum kita
menjangkau sang penyusup ini? Salah satu pendekatan yang diambil adalah jika
akibat dari aktivitas crackingnya terasa di Indonesia, maka Indonesia berhak
mengadili yang bersangkutan. Apakah kita akan mengejar cracker ini ke luar
negeri? Nampaknya hal ini akan sulit dilakukan mengingat keterbatasan sumber
daya yang dimiliki oleh kita. Yang dapat kita lakukan adalah menangkap cracker
ini jika dia mengunjungi Indonesia. Dengan kata lain, dia kehilangan kesempatan
/ hak untuk mengunjungi sebuah tempat di dunia. Pendekatan ini dilakukan oleh
Amerika Serikat.
B. Cyberlaw di Thailand
Cybercrime dan kontrak elektronik di Negara Thailand sudah ditetapkan
oleh pemerintahnya,walaupun yang sudah ditetapkannya hanya 2 tetapi yang
lainnya seperti privasi, spam, digital copyright dan ODR sudah dalalm tahap
rancangan.
C. Cyberlaw di Amerika Serikat
Di Amerika, Cyber Law yang mengatur transaksi elektronik dikenal
dengan Uniform Electronic Transaction Act (UETA). UETA adalah salah satu
dari beberapa Peraturan Perundang-undangan Amerika Serikat yang diusulkan
oleh National Conference of Commissioners on Uniform State Laws (NCCUSL).
Sejak itu 47 negara bagian, Kolombia, Puerto Rico, dan Pulau Virgin US
telah mengadopsinya ke dalam hukum mereka sendiri. Tujuan menyeluruhnya
adalah untuk membawa ke jalur hukum negara bagian yag berbeda atas bidangbidang seperti retensi dokumen kertas, dan keabsahan tanda tangan elektronik
sehingga mendukung keabsahan kontrak elektronik sebagai media perjanjian yang
layak.

UETA 1999 membahas diantaranya mengenai :


Pasal 5 :Mengatur penggunaan dokumen elektronik dan tanda tangan elektronik
Pasal 7 :Memberikan pengakuan legal untuk dokumen elektronik, tanda tangan
elektronik, dan kontrak elektronik.
Pasal 8 :Mengatur informasi dan dokumen yang disajikan untuk semua pihak.
Pasal 9 :Membahas atribusi dan pengaruh dokumen elektronik dan tanda tangan
elektronik.
Pasal 10 :Menentukan kondisi-kondisi jika perubahan atau kesalahan dalam
dokumen elektronik terjadi dalam transmisi data antara pihak yang bertransaksi.
Pasal 11 :Memungkinkan notaris publik dan pejabat lainnya yang berwenang
untuk bertindak secara elektronik, secara efektif menghilangkan persyaratan
cap/segel.
Pasal 12 :Menyatakan bahwa kebutuhan retensi dokumen dipenuhi dengan
mempertahankan dokumen elektronik.
Pasal 13 :Dalam penindakan, bukti dari dokumen atau tanda tangan tidak dapat
dikecualikan hanya karena dalam bentuk elektronik
Pasal 14 :Mengatur mengenai transaksi otomatis.
Pasal 15 :Mendefinisikan waktu dan tempat pengiriman dan penerimaan dokumen
elektronik.
Pasal 16 :Mengatur mengenai dokumen yang dipindahtangankan

Undang-Undang Lainnya :
Electronic Signatures in Global and National Commerce Act
Uniform Computer Information Transaction Act
Government Paperwork Elimination Act
Electronic Communication Privacy Act
Privacy Protection Act
Fair Credit Reporting Act
Right to Financial Privacy Act
Computer Fraud and Abuse Act
Anti-cyber squatting consumer protection Act
Child online protection Act
Childrens online privacy protection Act
Economic espionage Act
No Electronic Theft Act
Undang-Undang Khusus :
Computer Fraud and Abuse Act (CFAA)
Credit Card Fraud Act
Electronic Communication Privacy Act (ECPA)
Digital Perfomance Right in Sound Recording Act
Ellectronic Fund Transfer Act
Uniform Commercial Code Governance of Electronic Funds Transfer
Federal Cable Communication Policy

Video Privacy Protection Act


Undang-Undang Sisipan :
Arms Export Control Act
Copyright Act, 1909, 1976
Code of Federal Regulations of Indecent Telephone Message Services
Privacy Act of 1974
Statute of Frauds
Federal Trade Commision Act
Uniform Deceptive Trade Practices Act
D. Cyberlaw di Singapura
The Electronic Transactions Act (ETA) Singapura memiliki cyberlaw
yaitu The Electronic Transactions Act yang telah ada sejak 10 Juli 1998 untuk
menciptakan kerangka yang sah tentang undang-undang untuk transaksi
perdagangan elektronik di Singapore yang memungkinkan bagi Menteri
Komunikasi Informasi dan Kesenian untuk membuat peraturan mengenai
perijinan dan peraturan otoritas sertifikasi di Singapura.
ETA dibuat dengan tujuan :
1. Memudahkan komunikasi elektronik atas pertolongan arsip elektronik
yang dapat dipercaya.
2. Memudahkan perdagangan elektronik, yaitu menghapuskan penghalang
perdagangan elektronik yang tidak sah atas penulisan dan persyaratan
tandatangan, dan untuk mempromosikan pengembangan dari undangundang dan infrastruktur bisnis diperlukan untuk menerapkan menjamin /
mengamankan perdagangan elektronik.
3. Memudahkan
pemerintah

penyimpanan
dan

perusahaan

secara
menurut
7

elektronik

tentang

undang-undang,

dokumen
dan

untuk

mempromosikan penyerahan yang efisien pada kantor pemerintah atas


bantuan arsip elektronik yang dapat dipercaya.
4. Meminimalkan timbulnya arsip alektronik yang sama (double), perubahan
yang tidak disengaja dan disengaja tentang arsip, dan penipuan dalam
perdagangan elektronik, dan lain lain.
5. Membantu menuju keseragaman aturan, peraturan dan mengenai
pengesahan dan integritas dari arsip elektronik; dan
6. Mempromosikan kepercayaan, integritas dan keandalan dari arsip
elektronik

dan

perdagangan

elektronik,

dan

untuk

membantu

perkembangan dan pengembangan dari perdagangan elektronik melalui


penggunaan tandatangan yang elektronik untuk menjamin keaslian dan
integritas surat menyurat yang menggunakan media elektronik.
Isi dari ETA mencakup hal hal berikut ini :
1. Kontrak Elektronik
Kontrak elektronik ini didasarkan pada hukum dagang online yang dilakukan
secara wajar dan cepat serta untuk memastikan bahwa kontrak elektronik
memiliki kepastian hukum.
2. Kewajiban Penyedia Jasa Jaringan
Mengatur mengenai potensi / kesempatan yang dimiliki oleh network service
provider untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti mengambil,
membawa, menghancurkan material atau informasi pihak ketiga

yang

menggunakan jasa jaringan tersebut. Pemerintah Singapore merasa perlu untuk


mewaspadai hal tersebut.
3. Tandatangan dan Arsip elektronik
Bagaimanapun hukum memerlukan arsip/bukti arsip elektronik untuk menangani
kasus-kasus elektronik, karena itu tandatangan dan arsip elektronik tersebut harus
sah menurut hukum, namun tidak semua hal/bukti dapat berupa arsip elektronik

sesuai yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Singapore. Langkah yang diambil
oleh Singapore untuk membuat ETA inilah yang mungkin menjadi pendukung
majunya bisnis e-commerce di Singapore dan terlihat jelas alasan mengapa di
Indonesia bisnis e-commerce tidak berkembang karena belum adanya suatu
kekuatan hukum yang dapat meyakinkan masyarakat bahwa bisnis e-commerce di
Indonesia aman seperi di negara Singapore.
E. Cyberlaw di Malaysia
Lima cyberlaws telah berlaku pada tahun 1997 tercatat di kronologis
ketertiban. Digital Signature Act 1997 merupakan Cyberlaw pertama yang
disahkan oleh parlemen Malaysia. Tujuan Cyberlaw ini, adalah untuk
memungkinkan perusahaan dan konsumen untuk menggunakan tanda tangan
elektronik (bukan tanda tangan tulisan tangan) dalam hukum dan transaksi bisnis.
Computer Crimes Act 1997 menyediakan penegakan hukum dengan kerangka
hukum yang mencakup akses yang tidak sah dan penggunaan komputer dan
informasi dan menyatakan berbagai hukuman untuk pelanggaran yang berbeda
komitmen. Para Cyberlaw berikutnya yang akan berlaku adalah Telemedicine Act
1997. Cyberlaw ini praktisi medis untuk memberdayakan memberikan pelayanan
medis / konsultasi dari lokasi jauh melalui menggunakan fasilitas komunikasi
elektronik seperti konferensi video.
2.2.2

COMPUTER CRIME ACT (MALAYSIA)

Computer Crime Act (Akta Kejahatan Komputer) merupakan Cyber Law


(Undang-Undang) yang digunakan untuk memberikan dan mengatur bentuk
pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan penyalahgunaan komputer.
Computer Crime Act (Akta Kejahatan Komputer) yang dikeluarkan oleh
Malaysia adalah peraturan Undang-Undang (UU) TI yang sudah dimiliki dan
dikeluarkan negara Jiran Malaysia sejak tahun 1997 bersamaan dengan
dikeluarkannya Digital Signature Act 1997 (Akta Tandatangan Digital), serta
Communication and Multimedia Act 1998 (Akta Komunikasi dan Multimedia).

2.2.3

COUNCIL OF EUROPE CONVENTION ON CYBER


CRIME

Council of Europe Convention on Cyber Crime (Dewan Eropa Konvensi


Cyber Crime), yang berlaku mulai pada bulan Juli 2004, adalah dewan yang
membuat perjanjian internasional untuk mengatasi kejahatan komputer dan
kejahatan internet yang dapat menyelaraskan hukum nasional, meningkatkan
teknik investigasi dan meningkatkan kerjasama internasional. Council of Europe
Convention on Cyber Crime berisi Undang-Undang Pemanfaatan Teknologi
Informasi (RUU-PTI) pada intinya memuat perumusan tindak pidana.
Council of Europe Convention on Cyber Crime ini juga terbuka untuk
penandatanganan oleh negara-negara non-Eropa dan menyediakan kerangka kerja
bagi kerjasama internasional dalam bidang ini. Konvensi ini merupakan perjanjian
internasional pertama pada kejahatan yang dilakukan lewat internet dan jaringan
komputer lainnya, terutama yang berhubungan dengan pelanggaran hak cipta,
yang berhubungan dengan penipuan komputer, pornografi anak dan pelanggaran
keamanan jaringan. Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan prosedur seperti
pencarian jaringan komputer dan intersepsi sah.
Tujuan utama adanya konvensi ini adalah untuk membuat kebijakan
kriminal umum yang ditujukan untuk perlindungan masyarakat terhadap Cyber
Crime melalui harmonisasi legalisasi nasional, peningkatan kemampuan
penegakan hukum dan peradilan, dan peningkatan kerjasama internasional.
Selain itu konvensi ini bertujuan terutama untuk:
(1) harmonisasi unsur-unsur hukum domestik pidana substantif dari pelanggaran
dan ketentuan yang terhubung di bidang kejahatan cyber.
(2) menyediakan form untuk kekuatan hukum domestik acara pidana yang
diperlukan untuk investigasi dan penuntutan tindak pidana tersebut, serta
pelanggaran lainnya yang dilakukan dengan menggunakan sistem komputer atau
bukti dalam kaitannya dengan bentuk elektronik
(3) mendirikan cepat dan efektif rezim kerjasama internasional.

10

Jadi menurut saya diantara ketiga pengertian tersebut mempunyai


hubungan yang saling terkait, yaitu untuk cybercrime merupakan perkembangan
dari Computer Crime itu sendiri. cyberlaw merupakan penegak hukumnYa (boleh
dikatakan sebagai undang-undang) dalam dunia maya, dan Council of Europe
Convention on Cybercrime adalah suatu wadah atau organisasi yang melindungi
masyarakat dari kejahatan dunia maya.
Di Malaysia, sesuai akta kesepakatan tentang kejahatan komputer yang
dibuat tahun 1997, proses komunikasi yang termasuk kategori Cyber Crime
adalah komunikasi secara langsung ataupun tidak langsung dengan menggunakan
suatu kode atau password atau sejenisnya untuk mengakses komputer yang
memungkinkan penyalahgunaan komputer pada proses komunikasi terjadi.

11

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia
bisnis yang revolusioner (digital revolution era) karena dirasakan lebih mudah,
murah, praktis dan dinamis berkomunikasi dan memperoleh informasi. Di sisi
lain, berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi rawan yang
gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan
tindak pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan
cybercrime atau kejahatan duniamaya.
Masalah kejahatan maya dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua
pihak secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan,
karena kejahatan ini termasuk salah satu extra ordinary crime(kejahatan luar
biasa) bahkan dirasakan pula sebagai serious crime (kejahatan serius) dan
transnational crime (kejahatan antar negara) yang selalu mengancam kehidupan
warga masyarakat, bangsa dan negara berdaulat.
Jadi kesimpulan dari makalah ini yaitu kita sudah sepatutnya harus
menjadi seorang yang profesional dalam bidang apapun. Profesional bukan saja
ahli dalam bidangnya, tapi juga harus tahu, mengerti dan memahami kode etik dan
undang undang yang berlaku yang ada dalam bidang tersebut. Karena kode etik
merupakan kunci dasar pada suatu bidang yang menjadi pedoman penting untuk
menjalani pekerjaan atau profesi yang dijalani. Jika kode etik dan undang undang
dilanggar maka akan terkena sangsi sesuai dengan kejahatan yang dilakukan dan
sangsi yang berlaku.

12

DAFTAR PUSTAKA

BisTek Warta Ekonomi No. 24 edisiJuli 2000, Judul :JenisJenisKejahatanKomputer,halaman.52-54.

Warta Ekonomi No. 9, 5 Maret 2001 Judul :Perangkathukum di Indonesia


dalammengatasikejahatankomputer, halaman 12-14.

https://pyia.wordpress.com/2012/05/01/peraturan-dan-regulasi-1/#more476

http://jaenalfabregas.blogspot.com/2014/04/perbandingan-cyber-lawcomputer-crime.html

13

Anda mungkin juga menyukai