Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SOFTSKILL

Peraturan & Regulasi II

Nama : Agus Purwanto/ 40112396


Materi: #Etika Professi
Dosen : Lilly Wulandari

UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kemudahan, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas softskill ini. judul penulisan tugas softskill ini
adalah ETIKA PROFESI
Tujuan dari tugas softskill ini disusun untuk memenuhi mata kuliah
Softskill pada Program Diploma Tiga (III) Universitas Gunadarma. Sehubungan
dengan hal tersebut, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas softskill
ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari sempurna,
baik dari segi pembahasan maupun dari segi penyusunan. Hal ini disebabkan
karena masih banyak keterbatasan penulis baik dari pengetahuan, pengalaman,
dan kemampuan penulis dalam memecahkan permasalahan yang ada. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, dorongan, semangat
dan doa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa
dalam penulisan tugas softskill ini masih jauh dari kesempurnaan dan kekurangan.
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan
untuk penyempurnaan tugas softskill ini dan semoga tugas softskill ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Bekasi, Desember 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
BAB I PEMBAHASAAN ................................................................................................. 2
1.1. UU No.19 tentang Hak Cipta ................................................................................ 2
1.1.1 BAB 1 KETENTUAN UMUM ......................................................................... 2
1.1.2 BAB 2 LINGKUP HAK CIPTA ...................................................................... 3
1.1.3 BAB III : MASA BERLAKU HAK CIPTA ...................................................... 4
1.2 UU No.36 tentang Telekomunikasi ....................................................................... 5
1.2.1 BAB II ASAS DAN TUJUAN ....................................................................... 6
1.2.2 BAB IV PENYELENGGARAAN

............................................................... 6

1.2.3 BAB V PENYIDIKAN ..................................................................................... 7


1.2.4 BAB VI SANKSI ADMINISTRASI ................................................................ 8
1.2.5 BAB VII KETENTUAN PIDANA ................................................................... 9
1.3. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK............................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

BAB I
PEMBAHASAAN
1.1. UU No.19 tentang Hak Cipta
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta,
yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002.
Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak
moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau
pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa
pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak
moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak
cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral
diatur dalam pasal 2426 Undang-undang Hak Cipta.

1.1.1 BAB 1 KETENTUAN UMUM


Pasal 1 , ayat 8 :
Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam
bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan
dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat
komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai
hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi
tersebut.

1.1.2 BAB 2 LINGKUP HAK CIPTA


Pasal 2, ayat 2 :
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program
Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang
tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang
bersifat komersial.
Pasal 12, ayat 1 :
Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
A. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

Pasal 15 :
Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan,
tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
A. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
Pencipta;

B.

Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara

terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan
umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang
nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;

C. Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik


Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
1.1.3 BAB III : MASA BERLAKU HAK CIPTA
Pasal 30:
(1) Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Program Komputer;
b. sinematografi;
c. fotografi;
d. database; dan
e. karya hasil pengalihwujudan,berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
pertama kali diumumkan.

Ciptaan yang dapat dilindungi


Ciptaan yang dilindungi hak cipta di Indonesia dapat mencakup misalnya
buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan,ceramah, kuliah, pidato, alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik dengan atau tanpa teks,
drama,drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, pantomim, seni rupa dalam
segala bentuk (seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni
patung, kolase, dan seni terapan), arsitektur, peta, seni batik (dan karya tradisional
lainnya seperti seni songket dan seni ikat), fotografi, sinematografi, dan tidak
termasuk desain industri (yang dilindungi sebagai kekayaan intelektual tersendiri).
Ciptaan hasil pengalihwujudan seperti terjemahan, tafsir, saduran, bunga
rampai (misalnya buku yang berisi kumpulan karya tulis, himpunan lagu yang
direkam dalam satu media, serta komposisi berbagai karya tari pilihan), dan
database dilindungi sebagai ciptaan tersendiri tanpa mengurangi hak cipta atas
ciptaan asli (UU 19/2002 pasal 12).

Pendaftaran Hak Cipta di Indonesia


Di Indonesia, pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi
pencipta atau pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan
dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Namun
demikian, surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di
[[pengadilan]] apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan. Sesuai
yang diatur pada bab IV Undang-undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI),
yang kini berada di bawah [Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia]].
Pencipta atau pemilik hak cipta dapat mendaftarkan langsung ciptaannya maupun
melalui konsultan HKI. Permohonan pendaftaran hak cipta dikenakan biaya (UU
19/2002 pasal 37 ayat 2).

1.2 UU No.36 tentang Telekomunikasi


Menimbang:
A. Bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat
adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila da
Undang-Undang Dasar 1945;
B. Bahwa penyelenggara telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya
memperkukuh

persatuan

dan

kesatuaan

bangsa,memperlancar

kegiatan

pemerintahan,mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya,serta

meningkatkan

hubungan

antar

bangsa; c bahwa

pengaruh

globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat telah


mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara
pandang tehadap telekomunikasi; d. bahwa segala sesuatu yan berkaitan dengan
perubahan mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap
telekomunikasi tersebut,perlu dilakukan penataan dan pengaturan kembali
penyelenggara telekomunikasi nasional; ebahwa sehubungan dengan hal-hal
tersebut diatas,maka Undang-undang No.3 tahun 1989 tentang Telekomunikasi
dipandang tidak sesuai lagi,sehingga perlu diganti;

C. Mengingat: Pasal 5 ayat (1),Pasal20 ayat (1) dan Pasal 33 Undang-Undang


Dasar 1945;

1.2.1 BAB II ASAS DAN TUJUAN


Pasal 2
Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, adil dan
merata, kepastian hukum, keamanan, kemitraan, etika, dan kepercayaan pada diri
sendiri.

Pasal 3
Telekomunikasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mendukung
persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan
pemerintahan, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.
1.2.2 BAB IV PENYELENGGARAAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 7
(1) Penyelenggaraan telekomunikasi meliputi:
a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;
b. penyelenggaraan jasa telekomunikasi;
c. penyelenggaraan telekomunikasi khusus.

(2) Dalam penyelenggaraan telekomunikasi, diperhatikan hal-hal sebagai


berikut:
a. melindungi kepentingan dan keamanan negara;
b. mengantisipasi perkembangan teknologi dan tuntutan global;

c. dilakukan secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan;


d. peran serta masyarakat.
1.2.3 BAB V PENYIDIKAN
Pasal 44
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Departemen yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya di bidang telekomunikasi, diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang telekomunikasi.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang telekomunikasi;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang dan atau badan hukum yang
diduga melakukan tindak pidana di bidang telekomunikasi;
c. menghentikan penggunaan alat dan atau perangkat telekomunikasi yang
menyimpang dari ketentuan yang berlaku;
d. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau
tersangka;
e. melakukan pemeriksaan alat dan atau perangkat telekomunikasi yang
diduga digunakan atau diduga berkaitan dengan tindak pidana di bidang
telekomunikasi;
f. menggeledah tempat yang diduga digunakan untuk melakukan tindak
pidana di bidang telekomunikasi;
g. menyegel dan atau menyita alat dan atau perangkat telekomunikasi yang
digunakan atau yang diduga berkaitan dengan tindak pidana di bidang
telekomunikasi;

h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan


tindak pidana di bidang telekomunikasi; dan
i. mengadakan penghentian penyidikan.

(3) Kewenangan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Hukum Acara
Pidana.

1.2.4 BAB VI SANKSI ADMINISTRASI


Pasal 45
Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 ayat (2),
Pasal 19, Pasal 21, Pasal 25 ayat (2), Pasal 26 ayat (1), Pasal 29 ayat (1),
Pasal 29 ayat (2), Pasal 33 ayat (1), Pasal 33 ayat (2), Pasal 34 ayat (1),
atau Pasal 34 ayat (2) dikenai sanksi administrasi. Pasal 46
(1) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 berupa
pencabutan izin.
(2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
diberi peringatan tertulis.

1.2.5 BAB VII KETENTUAN PIDANA


Pasal 47
Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah).
Pasal 48
Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 49
Penyelenggara telekomunikasi yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
Pasal 50
Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Pasal 51
Penyelenggara telekomunikasi khusus yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau
denda paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).

Pasal 52

Barang siapa memperdagangkan, membuat, merakit, memasukkan atau


menggunakan perangkat telekomunikasi di wilayah Negara Republik
Indonesia yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Pasal 53
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (1) atau Pasal 33 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan matinya
seseorang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun.
Pasal 54
Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2) atau Pasal 36 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 55
Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

10

Pasal 56
Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun.
Pasal 57
Penyelenggara jasa telekomunikasi yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 58
Alat dan perangkat telekomunikasi yang digunakan dalam tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 52 atau Pasal 56
dirampas untuk negara dan atau dimusnahkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pasal 59 Perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52,
Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 57 adalah kejahatan.

11

1.3. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN


2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
BAB I
KETENTUAN UMUM, Pasal 1 dan 2

BAB II

ASAS DAN TUJUAN, Pasal 3 dan 4

BAB III

INFORMASI, DOKUMEN, DAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK, Pasal 5 12


BAB IV
PENYELENGGARAAN

SERTIFIKASI

ELEKTRONIK

DAN

SISTEM

ELEKTRONIK
Bagian Kesatu Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik, Pasal 13 dan 14 Bagian
Kesatu Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik, Pasal 15 dan 16

BAB V

TRANSAKSI ELEKTRONIK, Pasal 17- 22

BAB VI

NAMA DOMAIN, HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN


PERLINDUNGAN HAK PRIBADI Pasal 23-26

BAB VII

PERBUATAN YANG DILARANG, Pasal 27-37

BAB VIII

PENYELESAIAN SENGKETA, Pasal 38 dan 39

BAB IX
12

PERAN PEMERINTAH DAN PERAN MASYARAKAT, Pasal 40 dan 41

BAB X

PENYIDIKAN, Pasal 42 44

BAB XI

KETENTUAN PIDANA, Pasal 45 52

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN, Pasal 53

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 54

13

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumonline.com/artikel_detail.asp?id=6937

www.bc.edu/bc_org/avp/law/st_org/iptf/commentary/content/warwick.htm

www.indonesialawcenter.com

http://monstajam.blogspot.com/2013/05/undang-undang-no19-tahun-2002tentang.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta_di_Indonesia

http://notnote.blogspot.com/2013/04/undang-undang-republik-indonesianomor.html

14

Anda mungkin juga menyukai