Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai teknik pemisahan campuran zat cair yang banyak digunakan
diantaranya, destilasi (fraksionasi, destilasi uap) dan ekstraksi. Kromatografi
merupakan teknik pemisahan yang lebih baik dan lebih cepat dari kedua teknik
tersebut di atas, teknik ini telah dikenal sejak abad ke-19. Dasar pemisahan pada
kromatografi adalah pendistribusian sampel di antara dua fase, yaitu fase diam dan
fase gerak. Berdasarkan pemakaian fase gerak, kromatografi dapat dibagi menjadi :
Kromatografi Cair da Kromatografi Gas.
Kromatografi gas adalah teknik pemisahan yang didasarkan atas
sampel di antara suatu fase gerak yang bisa berupa gas dan fase diam yang juga bisa
berupa caira ataupun suatu padatan. Sedangkan kromatografi cair merupakan teknik
pemisahan yang didasarkan atas sampel di antara suatu fase gerak berupa cairan dan
fase diam yang juga didasarkan atas sampel di antara suatu fase gerak yang bisa
berupa gas dan fase diam yang juga bisa berupa caira ataupun suatu padatan. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan polaritas dar fase diam dan fase gerak.
Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi

gas,

yang

merupakan

metode

kromatografi

pertama

yang

dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat


dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai tekanan uap
yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan. Tekanan uap
memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama- sama dengan fase gerak
berupa gas.
Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan
camputan yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa
detik untuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang
mengandung 500-1000 komponen. Metode ini sangat baik untuk analisis senyawa
organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan eter. Efisiensi pemisahan
ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairan, dengan
menggunakan fasecair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa.
1

Kromatografi gas sendiri terdiri dari 2 yaitu kromatografi gas cairan


dengan mekanisme pemisahan partisi, teknik kolom dan nama alat GLC dan
kromatografi gas padat dengan mekanisme pemisahan absorbsi, teknik kolom dan
nama alat GSC. Namun pada umumnya GSC jarang digunakan.
B. BATASAN MASALAH
Adapun batasan-batasan masalah yang di muat dalam makalah ini yaitu
Sejarah kromatografi gas, prinsip kerja, komponen utama , metode analisis serta
aplikasi penggunaan. Tujuan dari pembatasan masalah yang dibuat dalam makalah
ini agar tidak adanya penjelasan masalah dengan topik-topik yang berlebihan yang
tidak menentu arah.

BAB II
ISI
A. SEJARAH
Kromatografi sebagai metode pemisahan secara fisikokimia telah
ditemukan sejak awal abad ke 20 oleh seorang botanist keturunan Rusia-Italia, M.S.
Tswet. Ia memaparkan penomena pemisahan yang berdasarkan pada absorpsi pada
21 maret 1903 pada Warsaw Society of Natural Sciences, yang kemudian dia beri
nama Chromatography, merupakan transliterasi dari bahasa Yunani (greek) yang
artinya penulisan warna.
Sejarah Kromatografi berkembang sepuluh tahun setelahnya, L.S.
Palmer di US dan C. Dhere di Eropa secara independen mempublikasikan proses
pemisahan yang mirip dengan Tswet. Pad 1931, Lederer bersama dengan Kuhn dan
Winterstein mempublikasikan paper tentang purifikasi xantofil pada kolom absorpsi
CaCO3 berdasarkan prosedur Tswet. Pada tahun 1941, A. J. P. Martin and R. L. M.
Synge

dari

Cambridge

University

menemukan

kromatografi

partisi,

dan

mendapatkan nobel pada tahun 1952.


Kromatografi yang ditemukan oleh Tswet dalam bentuk kromatografi
cair-padat (liquid-solid chromatography) mengalami perkembangan selama lebih dari
50 tahun ke dalam bentuk kromatografi gas (gas chromatography), kromatografi
lapis tipis (Tin Layer chromatography) dan kromatografi cair-cair (liquid-liquid
chromatography) Adalah prof. Horvath dari Yale university, mendesain instrumen
yang memiliki kolom yang kecil, yang sangat resisten terhadap aliran fase gerak,
inilah HPLC, dan nama HPLC diperkenalkan oleh Prof. Horvart pada tahun 1970
pada the Twenty-first Pittsburgh Conference in Cleveland. High Performance yang
didefinisikan oleh Prof. Horvart

B. PRINSIP KERJA
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi
lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran
dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas
dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan
temperatur tidak dimiliki.
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut
yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu
senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute
dengan fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan diantara dua fase.
Salah satu fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase
yang lain yaitu gas yang mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan
mengelusi solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Prinsip utama
pemisahan dalam kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi
masing-masing komponen dalam melalui kolom. Komponen-komponen yang terelusi
dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu retensinya (Tr).
Gas pembawa (biasanya digunakan Helium, Argon atau Nitrogen)
dengan tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase
diam. Selanjutnya sampel di injeksikan kedalam injektor (Injection Port) yang
suhunya dapat diatur. Komponen- komponen dalam sampel akan segera menjadi uap
dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Komponen- komponen
akan teradopsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat dengan
kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing- masing komponen sehingga
terjadi pemisahan.
Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar
menghasilkan sinyal listrik yang besarnya proporsional dengan komponen tersebut.
4

Sinyal lau diperkuat oleh amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder)
dituliskan sebagai kromatogram berupa puncak. Puncak konsentrasi yang diperoleh
menggambarkan

arus

detektor

terhadap

waktu.

Secara

sederhana

prinsip

kromatografi gas adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen flame)
selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran
listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion.

C. KOMPONEN UTAMA
Sistem peralatan dari kromatografi gas terdiri dari 7 bagian utama diantaranya
yaitu:
1. Tabung gas pembawa
2. Pengontrolan aliran dan regulator tekanan
3. Injection port (tempat injeksi cuplikan)
4. Kolom
5. Detektor
6. Rekorder (pencatat)
7. Sistem termostat untuk (3), (4), (5)

Cara pemisahan dari sistem ini sangat sederhana sekali, cuplikan yang
akan dipisahkan diinjeksikan kedalam injektor, aliran gas pembawa yang inert akan
membawa uap cuplikan kedalam kolom. Kolom akan memisahkan komponenkomponen cuplikan tersebut. Komponen-komponen yang telah terpisah tadi dapat
dideteksi oleh detektor sehingga memberikan sinyal yang kemudian dicatat pada
rekorder dan berupa puncak-puncak (kromatogram).
1. Gas Pembawa
Gas pembawa ditempatkan dalam tabung bertekanan tinggi. Biasanya
tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan ini sangat besar untuk
digunakan secara Iansung. Untuk memperkecil tekanan tersebut agar memenuhi
kondisi pemisahan maka digunakan drager yang dapat mengurangi tekanan dan
mengalirkan gas dengan laju tetap.
Aliran gas akan mengelusi komponen-komponen dengan waktu yang
karaterisitik terhadap komponen tersebut (waktu retensi). Karena kecepatan gas tetap
maka komponen juga mempunyai volume yang karateristik untuk gas pembawa
(volume retensi).
Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh gas
pembawa adalah :
1. Inert, agar tidak terjadi interaksi dengan pelarut.
2. Murni, mudah didapat dan murah harganya.
3. Dapat mengurangi difusi dari gas
4. Cocok untuk detektor yang digunakan.
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen.Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah terbakar,
tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2 .
Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh detektor
yang digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran
dan pengukur tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, (harusnya) ada pengukur
kecepatan aliran gas serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air dan

pengotor gas lainnya.


Pada dasarnya kecepatan alir gas diatur melalui pengatur tekanan dua
tingkat yaitu pengatur kasar (coarse) pada tabung gas dan pengatur halus (fine) pada
kromatograf. Tekanan gas masuk ke kromatograf (yaitu tekanan dari tabung gas)
diatur pada 10 s.d 50 psi (di atas tekanan ruangan) untuk memungkinkan aliran gas
25 s.d 150 mL/menit pada kolom terpaket dan 1 s.d 25 mL/menit untuk kolom
kapiler.
Laju alir gas pembawa mempengaruhi resolusi. Laju alir yang
minimum diperlukan untuk resolusi maksimum. Namun, perlu diketahui bahwa pada
laju alir yang sangat lambat resolusinya secara dramatis menurun oleh karena faktorfaktor: packing tidak teratur, ukuran partikel, diameter kolom, dan lain-lain. Laju alir
harus dikontrol dengan tepat. Tekanan dari silinder gas bertekanan pada gas
pembawa harus cukup untuk mendorong gas melewati kolom packing. Flow
controller atau needle valve harus ada pada sistem GC dan sering disatukan dalam
bagian depan instrumen.
Laju alir harus dapat diatur secara hati-hati sehingga dapat diketahui
berapa laju alir optimumnya dan harus dapat disamakan dalam percobaan berikutnya.
Berbagai flow meter tersedia, dan kadang-kadang oleh pabrik pembuat instrumen
disatukan di dalam instrumen sehingga laju alir terpantau secara kontinyu dan dapat
diatur lagi (bila perlu) dengan memutar needle valve. Bila tidak ada flow meter maka
flow meter gelembung sabun sering digunakan, flow meter gelembung sabun
tersusun dari pipet ukur (measuring pipet), tabung gelas (glass tubing), dan pipet
bulb. Dengan perangkat flow meter gelembung sabun, stop watch digunakan untuk
mengukur waktu pada gelembung yang bergerak di antara dua tanda garis, misalnya
02 ml. Dengan demikian laju alir gas pembawa (ml/menit) dapat dihitung.
2. Tempat Injeksi
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap.
Gas dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik
berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk
cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan

sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada tempat injeksi seperti pada
gambar 9. bagan injektor.
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan
alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini
adalah bahwa suhu tempat injeksi sekitar 50C lebih tinggi dari titik didih campuran
dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila kita tidak
mengetahui titik didih komponen dari cuplikan maka kita harus mencoba-coba.
Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat injeksi dinaikkan.
Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu
percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh
terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau
penguraian dari senyawa yang akan dianalisa. Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom
dengan cara menginjeksikan melalui tempat injeksi.Hal ini dapat dilakukan dengan
pertolongan jarum injeksi yang sering disebut "a gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan
terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang
diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml
untuk cairan. Ketepatan volum injeksi menjadi sangat penting untuk analisa
kuantitatif di mana jumlah analit yang diukur oleh detektor tergantung pada
konsentrasi analit dalam cuplikan. Apabila prosedur dikehendaki hanya untuk
identifikasi (analisis kualitatif), maka ketepatan volum injeksi menjadi kurang
penting.
Untuk mengisi alat injeksi dapat dipakai teknik sebagai berikut:
a. Alat injeksi dibersihkan.
b. Alat injeksi dikuras dengan menghisap cuplikan beberapa kali (dan mengeluarkan
isinya di luar tempat cuplikan).
c. Jumlah cuplikan yang diperlukan dihisap. Cara untuk mengeluarkan gelembunggelembung udara yang masih tertinggal pada tabung injeksi adalah dengan jalan
menekan torak injeksi secepatnya beberapa kali dan ujung jarum harus selalu
berada di dalam cairan.
d. Udara 1/10 dari volum maksimum dihisap lagi.
8

e. Jarum bagian luar dibersihkan dengan kain yang tidak mudah lepas serat- seratnya.
f. Cuplikan diinjeksikan dengan menusukkan jarum menembus septum, dan menekan
penghisap sampai ujungnya dengan gerakan yang cepat dan tidak terputus-putus,
kemudian tarik jarum keluar dari septum.
g. Torak injeksi ditarik kembali sedikit dan lihat berapa banyak cairan yang masih
tertinggal.
h. Diameter kolom yang digunakan tetap diperhatikan dalam melakukan pemisahan
agar sesuai dengan batasan volum penyuntikan. Tabel 1 memperlihatkan hal itu.
Tabel 1: Batasan Volum Penyuntikan
Diameter Kolom

Volum Injeksi Maksimum

14 in. (packed column)

100 l

1/8 in. (packed column)

20 l

Kapiler (open tubular)

0,1 l

3. Kolom .
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom
dapat lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya
bentuk dari kolom adalah kumparan. Kolom ini dapat terbuat dari :
a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)
b. Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.
c. Baja (stainless steel), (mahal)
d. Alumunium
e. Gelas
Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom
mempunyai berbagai ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari
kolom gelas yaitu antara 0,3 mm hingga 5 min. Kebanyakan kolom yang digunakan
berupa stainles steel dengan diameter luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau 0,6
cm). Pada GSC kolom diisi dengan penyerap (adsorbent), sedangkan pada GLC
kolom diisi dengan "solid support" (padatan pendukung) yang diikat oleh fase diam.
Instrumen GC didisain supaya kolom dapat diganti secara mudah
9

dengan melepaskan fitting di dalam oven. Fitting ini tidak hanya memudahkan
penggantian fasa diam yang berbeda, tetapi juga mengijinkan operator mengganti
kolom yang lebih panjang yang berisi fasa diam yang sama.
Ide penggantian kolom yang lebih panjang adalah memberikan
kesempatan kontak lebih lama antara campuran komponen dengan fasa diam yang
pada gilirannya memperbaiki pemisahan. Interaksi campuran komponen dengan
cairan fasa diam memainkan peran kunci dalam proses pemisahan sehingga sifatsifat fasa diam menjadi penting. Berbagai jenis kolom biasanya menyebutkan nama
komersialnya, komposisi, dan klasifikasi senyawa untuk penggunaannya (kaitannya
dengan polaritas).
Ada 2 jenis kolom yang digunakan dalam kromatografi gas secara
umum, yaitu kolom jejal (packed columns) dan kolom tubuler terbuka (open tubular
columns). Kolom jejal (packed columns) adalah kolom metal atau gelas yang diisi
bahan pengepak terdiri dari penunjang padatan yang dilapisi fase cair yang tidak
menguap (untuk kromatografi gas- padatan). Kolom tubuler terbuka sangat berbeda
dengan kolom jejal, yaitu gas yang mengalir sepanjang kolom tidak mengalami
hambatan, karena kolomnya merupakan tabung tanpa bahan pengisi.
Kolom jejal umumnya mempunyai panjang yang berkisar antara 0,7
sampai 2 meter, sedangkan kolom tubuler terbuka dapat mempunyai panjang dari 30
sampai 300 meter. Kolom yang panjang ini biasanya dibuat dalam bentuk melilit
bergulung seperti spiral.
Kemampuan memisahkan komponen per meter kolom pada kolom
tubuler terbuka tidak jauh berbeda dengan pemisahan pada kolom jejal. Meskipun
demikian, penggunaan kolom yang sangat panjang bersama-sama dengan waktu
analisis yang relatif cepat merupakan alat penolong yang berharga bagi para ahli
kimia untuk dapat memisahkan komponen-komponen yang perbedaannya kecil
didalam sifat-sifat fisiknya. M Ada 2 jenis kolom tubuler terbuka, yaitu WCOT (Wall
Coated Open Tubular Columns) dan SCOT (Support Coated Open Tubular
Columns).

10

4. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang
telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat
melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Detektor harus dapat dipercaya dan mudah
digunakan. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik
menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk
menghasilkan kromatogram. Detektor yang diinginkan adalah detektor yang
mempunyai sensitifitas yang tinggi, noisenya rendah, responnya linear, dapat
memberikan respon dengan setiap senyawa, tidak sensitif terhadap perubahan
temperatur dan kecepatan aliran dan juga tidak mahal harganya.
Detektor dalam GC digunakan untuk memunculkan sinyal listrik hasil
elusi gas pembawa dari kolom. Berbagai jenis detektor dibuat untuk melakukan
deteksi. Tidak hanya berupa variasi disain, tapi juga variasi sensitivitas dan
selektivitas. Sensitivitas mengacu pada kuantitas terkecil komponen campuran di
mana sensitivitas menghasilkan sinyal yang masih teramati. Sementara, selektivitas
mengacu pada jenis senyawa di mana sinyalnya dapat dimunculkan. Detektor yang
umum digunakan:
a). Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)

11

Prinsip kerja TCD :


Berdasarkan perbedaan daya hantar panas, relatif terhadap gas
pembawa. Filament dipanaskan, dimana suhu filament tergantung pada konduktivitas
panas gas di sekelilingnya. Konduktivitas panas efluen kolom lebih rendah (karena
adanya sampel). Adanya sampel melewati kolom menyebabkan jembatan
Wheatstone tak seimbang sehingga terjadi signal. TCD berdasar atas prinsip, suatu
benda yang panas akan kehilangan panasnya pada suatu kecepatan yang tergantung
kepada komposisi gas di sekitarnya. Jadi, kecepatan hilangnya panas itu dapat
digunakan sebagai ukuran tentang komposisi gas.
Gas pembawa yang mengandung sample atau analit masuk ke dalam kolom, maka
konduktivitas gas akan turun dan suhu filamen akan meningkat serta resistansi.
Lewatnya sampel melalui kolom menyebabkan Jembatan Wheatstone yang tak
seimbang sehingga terjadi signal yang terbaca pada detektor.
b). Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
Prinsip kerja detector FID :
Senyawa yang terbawa fasa gerak diionisasi dengan nyala (H 2 + O 2 /
udara). Perubahan arus akibat ionisasi diukur sebagai respon analit. Tidak senstif
terhadap karbon yang teroksidasi penuh. FID merupakan detektor yang paling luas
penggunaannya, bahkan dianggap sebagai detektor yang universal untuk analisis obat
dalam cairan biologis menggunakan GLC. Pada detector ini, komponen-komponen
sampel yang keluar dari kolom dibakar dalam nyala (campuran gas hidrogen dan
udara atau oksigen).
Sejumlah besar ion yang terbentuk dalam nyala masuk ke dalam celah
elektrode dan menurunkan tegangan listrik dari celah elektrode mula-mula.
Penurunan tegangan ini yang kemudian dicatat sebagai sinyal oleh rekorder.
Intensitas sinyal ini berbanding lurus dengan konsentrasi solute dalam gas pembawa.
c). Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
Prinsip kerja detector ECD :
Mekanisme deteksi melibatkan emisi partikel radioaktif () dari 63Ni.
Partikel menghasilkan elektron termal dari gas pembawa. Berdasarkan
penangkapan elektron termal oleh molekul sampel. Pada ECD terdapat pemancar
12

radioaktif , seperti 3H atau 63Ni yang akan mengionisasi gas pembawa. Aliran
elektron sebagai hasil ionisasi gas pembawa (nitrogen atau argon/methan) dalam
ECD memberikan sinyal yang berupa baseline suatu kromatogram.
Bila kemudian suatu senyawa masuk ke dalam detektor, sebagian dari
elektron tersebut akan ditangkap oleh senyawa sebelum mereka mencapai plat
detektor. Ini mengakibatkan aliran arus listrik dalam detektor berkurang, yang oleh
rekorder akan dicatat sebagai suatu peak.
d). Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
e). Detektor nyala alkali
f). Detektor spektroskopi massa
Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung
fosfor adalah FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture
Detector ECD). Pada penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron.
Detektor ini merupakan modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi. Dasar
dari ECD ialah terjadinya absorbsi e- oleh senyawa yang mempunyai afinitas
terhadap e- bebas (senyawa-senyawa elektronegatif).
Dalam detektor gas terionisasi oleh partikel yang dihasilkan dari 3H
atau 63Ni. Detektor ini mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari kolom
kromatografi. Detektor ini peka terhadap senyawa halogen, karbonil terkoyugasi,
nitril, nitro, dan organo logam, namun tidak peka terhadap hidrokarbon, keton, dan
alkohol.
5. Recorder (pencatat)
Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram
yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis
kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram
(Hendayana, 2001).
Sinyal analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian
elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem data. Sebuah rekorder bekerja

13

dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu. Di atas kertas tersebut


dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya
akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal detektor.
Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan
pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang digunakan. Rekorder
biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer yang dihubungkan dengan sirkuit
pengintregrasi yang bekerja dengan menghitung jumlah muatan atau jumlah energi
listrik yang dihasilkan oleh detektor. Elektrometer akan melengkapi pik-pik
kromatogram dengan data luas pik atau tinggi pik lengkap dengan biasnya.
Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder dan
elektrometer dengan melanjutkan sinyal dari rekorder dan elektrometer ke sebuah
unit pengolah pusat (CPU,Central Procesing Unit).

D. METODA ANALISIS
Bila volum atau konsentrasi dari masing-masing komponen yang
terpisah sudah tertentu, hal itu disebut penentuan volumetrik (volumetric
determination). GC didasarkan pada prinsip bahwa komponen target yang terdeteksi
adalah murni karena sudah dipisahkan dari komponen-komponen lain dalam
14

cuplikan. Bila pemisahan ini betul-betul sempurna, volumnya (konsentrasinya) dapat


ditentukan dengan tingkat keakuratan yang sangat tinggi.
Berikut 4 pokok metoda analisis (penentuan volumetrik) yang digunakan
dalam GC:
1. Metoda persentase luas permukaan (surface area percentage method)
2. Metoda pengaturan persentase luas permukaan (adjusted surface area percentage
method)
3. Metoda kurva kalibrasi absolut (absolute calibration curve method)
4. Metoda internal standard (internal standard method)
Keuntungan dan kekurangan masing-masing metoda di atas dan
pemilihan metodanya menjadi penting dalam mempertimbangkan analisis yang ingin
dihasilkan.
E. APLIKASI PENGGUNAAN
a. Pada Bidang Bioteknologi
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang
sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa
dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang
harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmacy.
Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting
seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.
Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi
ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat
dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula
dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
b. Pada Bidang Klinik
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama
dalam menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien,
dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang
perokok dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya

15

dengan mengetahui konsentrasi CN - (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian


halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat
dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi
secara dini dan cepat.
Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi
sangat penting terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode
analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya
membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil
analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi.
Dengan alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian menjadi pilihan
utama dalam membantu mengatasi permasalahan dalam dunia bioteknologi, farmasi,
klinik dan kehidupan manusia secara umum.
c. Pada Bidang Forensik
Aplikasi kromatografi pada bidang forensik pun sangat membantu,
terutama dilihat dari segi keamanan. Masih lekat dalam ingatan kita, sebuah
peristiwa Black September Tragedy mengguncang Amerika pada tanggal 11
September 2001 yang ditandai dengan runtuhnya dua gedung kesayangan pemerintah
Amerika Serikat. Demikian halnya di Indonesia yang marak dengan aksi peledakan
bom yang terjadi di mana-mana. Perhatian dunia pun akhirnya mulai beralih dengan
adanya peristiwa-peristiwa pengeboman/peledakan tersebut ke bahaya explosive
(bahan peledak) dengan peningkatan yang cukup tajam.
Kini kromatrografi menjadi hal yang sangat penting dalam
menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang terkandung dalam bahan peledak.
Hal ini didorong karena dengan semakin cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apa
saja bahan peledak, maka akan makin mempercepat diambilnya tindakan oleh bagian
keamanan untuk mengatasi daerah-daerah yang terkena ledakan serta antisipasi
meluasnya efek radiasi yang kemungkinan akan mengena tubuh manusia di sekitar
lokasi ledakan. Lebih jauh lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga bisa segera
diketahui.
Pada dasarnya setiap bahan peledak, baru akan meledak jika terjadi

16

benturan, gesekan, getaran atau adanya perubahan suhu yang meningkat. Dengan
terjadinya hal-hal seperti ini, memberikan peluang bahan peledak tersebut berubah
manjadi zat lain yang lebih stabil yang diikuti dengan tekanan yang tinggi, yang bisa
menghasilkan ledakan dahsyat atau bahkan munculnya percikan api.
Ada banyak bahan kimia yang biasa digunakan dalam bahan peledak,
baik bahan peledak yang kerkekuatan tinggi maupun rendah, beberapa diantaranya
adalah 2,4,6- trinitrotoluene (TNT), siklonit (RDX), tetril, pentaeritritol tetranitrat
(PETN) dan tetritol serta beberapa anion lain seperti perklorat, klorat, klorida, nitrat,
nitrit, sulfate dan tiosianat.
Bisa dikatakan bahwa analisis organic ion (ion organik) dan inorganic
ion (ion anorganik) memainkan peranan yang sangat penting pada saat investigasi
lokasi ledakan bom berlangsung. Pendeteksian ion-ion anorganik misalnya, setelah
pengeboman berlangsung, akan memberikan harapan karena tidak semua material
dari bahan peledak tersebut ikut meledak pada saat terjadi ledakan.
Bahan-bahan anorganik seperti klorat, klorida, nitrat, nitrit, sulfate,
tiosianat, dan perklorat adalah bahan-bahan kimia yang biasa digunakan sebagai
oksidator untuk low explosive (bahan peledak berkekuatan rendah). Pada gambar 1A
di bawah ini adalah kromatogram dari analisis menggunakan metode kromatografi
ion pada sampel standar yang telah diketahui ion-ionnya serta konsentrasi yang
terkandung di dalamnya dan gambar 1B adalah kromatogram dari ekstrak serpihan
sebuah ledakan bom.

17

Gambar 1A: Sampel standar yang diketahui anion dan konsentrasinya :


(1) Cl- , (2) NO2- , (3) ClO3- , (4) NO3- , (5) SO4-2 , (6) SCN - dan (7) ClO4-

Gambar 1 B: Kromatogram dari ekstrak serpihan sebuah ledakan :


(1) Cl- , (2) ClO3- , (3) SO4-2 dan (4) puncak yang tidak diketahui 1 ).

d. Aplikasi pada bidang yang lain


Sebenarnya masih sangat banyak aplikasi kromatografi dalam bidangbidang keilmuan lainnya. Beberapa aplikasi tersebut misalnya dalam bidang
lingkungan, industri kertas, pertambangan, proses logam, petrokimia, pertanian,
kedokteran dan lain-lain. Contohnya saja pada industi oil and gas seperti di PT Badak
18

NGL, kromatogragi gas sangat berguna untuk menentukan besarnya HHV dari
produk LNG.

19

BAB III
KESIMPULAN
Kromatografi gas adalah teknik pemisahan yang didasarkan atas
sampel di antara suatu fase gerak yang bisa berupa gas dan fase diam yang juga bisa
berupa caira ataupun suatu padatan. Prinsip utama pemisahan dalam kromatografi
gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam
melalui kolom. Komponen- komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari
nilai waktu retensinya (Tr).
Aplikasi penggunaan dari kromatografi gas sangat beragam antara lain
pada bidang industri oil and gas, petrokimia, bidang bioteknologi, klinik, forensik,
lingkungan, dan industri lainnya seperti industri kertas, pertambangan, proses logam,
pertanian, kedokteran.

20

DAFTAR PUSTAKA
Frayekti, M.C. 2013. Kromatografi Gas.______. ________
http://pikanurropiah88.mhs.unimus.ac.id/files/2012/07/kromatografi-gas1.pdf
http://eskrimsandwich.blogspot.com/2013/05/gas-kromatografi.html
http://www.sodiycxacun.web.id/2010/01/kromatografi-gas.html
http://yi2ncokiyute.blogspot.com/2010/12/kromatografi-gas.html
http://apryshinsetsuboy.blogspot.com/2010/12/kromatografi-gas-dan-aplikasinyapada.html
http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/oleh-najiullah-2007-kromatografi-gas-i.html
http://sanagory.blogspot.com/2012/02/sejarah-kromatografi.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/01/sejarah-penemuan-dan-perkembanganalat.html
http://helnidanainggolan.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

21

Anda mungkin juga menyukai