PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Syok merupakan sindrom gangguan perfusi dan oksigenasi sel secara menyeluruh
sehingga membutuhkan metabolisme jaringan tidak terpenuhi. Akibatnya, terjadi gangguan
fungsi sel atau jaringan atau organ, berupa gangguan kesadaran, fungsi pernapasan, system
pencernaan, perkemihan, serta system sirkulasi. Sebagai respon terhadap pasokan oksigen yang
tidak cukup, metabolisme energi sel menjadi metabolism anaerobik. Keadaan ini hanya dapat
ditoleransi tubuh untuk sementara waktu, selanjutnya dapat timbul kerusakan irreversible pada
organ vital.
Syok dapat merusak semua jaringan dan sistem organ dalam tubuh. Keterlambatan dalam
mengenali dan menangani syok dapat menyebabkan perubahan yang cepat dari syok reversibel
yang terkompensasi menjadi gagal multi sistem organ hingga kematian. Morbiditas syok dapat
bervariasi, dari gagal ginjal, kerusakan jaringan otak, iskemia usus, gagal jantung hingga
kematian.
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki
perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini
tidak bergantung pada penyebab syok.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Syok adalah sindrom gangguan perfusi dan oksigenasi sel secara menyeluruh sehingga
kebutuhan metabolisme jaringan tidak terpenuhi. Akibatnya, terjadi gangguan fungsi sel atau
jaringan atau organ, berupa gangguan kesadaran, fungsi pernapasan, sistem pencernaan,
perkemihan, serta sistem sirkulasi itu sendiri.
2.2. Etiologi
Syok dapat disebabkan oleh kondisi apapun yang menurunkan aliran darah termasuk:
1. Penyakit jantung
2. Penurunan volume darah (dapat karena dehidrasi atau perdarahan)
3. Perubahan pada pembuluh darah (seperti pada infeksi maupun reaksi alergi berat)
2.3. Patofisiologi
Faktor-faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah normal :
a.
b.
Volume sirkulasi darah. Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri dan
kapiler-kapiler jaringan. Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh jaringan,
sistem vena akan mengumpulkan darah dari jaringan dan mengalirkan kembali ke
jantung. Apabila volume sirkulasi berkurang maka dapat terjadi syok.
c.
Tahanan pembuluh darah perifer. Yang dimaksud adalah pembuluh darah kecil,
yaitu arteriole-arteriole dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh darah perifer
meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kecil. Bila tahan
pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya tahanan
pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah
akan berkumpul pada pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran
darah balik ke jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.
2
Syok akan melalui tiga tahapan, mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani
oleh tubuh), progresif/dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani tubuh), dan irreversible
(tidak dapat pulih).
1. Fase Kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui
mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu meningkatnya
resistensi sistemik dimana terjadi distribusi selektif aliran darah dari organ perifer non
vital ke organ vital seperti jantung, paru dan otak.
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga
timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan
seluler. Pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan frekuensi dan kontraktilitas otot
jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki
ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi ginjal mempunyai cara
regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gelisah, kulit pucat dan dingin
dengan pengisian kapiler (capillary filling) yang melambat > 2 detik.
2. Fase Progresif/ Dekompensasi
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan
tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi
sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler,
metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian
sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga
terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter
prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung.
Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa
yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
3
Gangguan sudah ada tetapi bersifat lokal. Parameter-paramater masih dalam batas
normal. Biasanya masih cukup waktu untuk mendiagnosis dan mengatasi kondisi dasar.
Gangguan sudah bersifat sistemik. Parameter mulai bergerak dan mendekati batas atas
atau batas bawah kisaran normal.
Compensated shock bisa berangkat dengan tekanan darah yang normal rendah, suatu
kondisi yang disebut normotensive, cryptic shock. Banyak klinisi gagal mengenali bagian dini
dari stadium syok ini. Compensated shock memiliki arti khusus pada pasien DBD dan perlu
dikenali dari tanda-tanda berikut: Capillary refill time > 2 detik; penyempitan tekanan nadi,
takikardia, takipnea, akral dingin.
6
Di sini sudah terjadi hipotensi. Normotensi hanya bisa dipulihkan dengan cairan
intravena dan/atau vasopressor.
Kerusakan mikrovaskular dan organ sekarang menjadi menetap dan tak bisa diatasi.
2.5. Klasifikasi
Jenis Syok
Penyebab
1. Perdarahan
7
Hipovolemik
Kardiogenik
Obstruktif
2. Tamponade jantung
3. Emboli paru
1. Infeksi bakteri gram negatif ,
Septik
Neurogenik
Anafilaksis
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah
intravaskular yang berkurang.
a. Patofisiologi
Jika terjadi perdarahan, hal ini akan menurunkan tekanan pengisisan pembuluh darah
rata-rata sehingga menurunkan aliran darah balik ke jantung yang akhirnya menurunkan curah
9
jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada
organ :
Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung menurun, maka tahanan vascular sistemik berusaha
meningkatkkan tekanan sistemik untuk mencukupi perfusi ke jantung dan otak melebihi
organ lain, khususnya GIT. Disaat MAP jatuh
Neuroendokrin
Jika terjadi hipovolemia, hipotensi dan hipoksia, hal ini akan dideteksi oleh
baroreseptor dan kemoreseptor tubuh yang memberikan respon autonom tubuh seperti :
aktivitas parasimpatis ke jantung heart rate
aktivitas simpatis ke jantung kontraktilitas jantung
simpatis ke vena vasokonstriksi venous return
simpatis ke arteriol resistensi perifer total
Kardiovaskular
Hipovolemik pengisian ventrikel cardiac output. Peningkatan frekuensi
jantung sangat bermanfaat, namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan curah jantung.
Gastrointestinal
Penurunan aliran darah ke GIT peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan
oleh bakteri gram negatif yang mati vasodilatasi dan peningkatan metabolisme
depresi jantung.
Ginjal
Aliran darah ke ginjal kurang tahanan arteriol aferen meningkat mengurangi
laju filtrasi glomerulus dengan aldosteron dan vasopressin produksi urin menurun.
10
b. Manifestasi klinis :
Gejala Klinis Syok Hipovolemik
Ringan (<20% volume
darah)
Ekstremitas dingin
Sama, ditambah :
Sama, ditambah :
Takikardia
Diaporesis
Takipnea
Takikardia hebat
Vena kolaps
Oliguria
Hipotensi
Cemas
Hipotensi ortostatik
Perubahan kesadaran
(agitasi atau bingung)
Menurut derajat volume sirkulasi yang hilang, syok hipovolemik dibagi menjadi
empat kelas :
Parameter
Kelas
I
II
III
IV
<750
750-1500
1500-2000
2000
<15%
15-30%
30-40%
40%
<100
>100
>120
>140
Tekanan darah
Normal
Turun
Turun
Turun
14-20
20-30
30-40
>35
>30
20-30
5-15
Sangat kurang
Kesadaran
Normal
Gelisah
Bingung
Tidak sadar
11
Kebingungan
Kelelahan
Nafas cepat
Berkeringat dingin
e. Penatalaksanaan
Bila disebabkan oleh perdarahan, hentikan dengan tourniket balut tekan atau
penjahitan.
Perhatikan keadaan umum dan tanda-tanda vital; pelihara jalan napas. Bila
perlu lakukan resusitasi.
Pemberian cairan:
- Cairan diberikan sebanyak mungkin dalam waktu singkat (dengan
pengawasan tanda vital)
- Sebelum darah tersedia atau pada syok yang bukan disebabkan oleh
perdarahan, dapat diberikan cairan :
o Plasma : plasmanate
o Plasma ekspander: plasmafusin (maksimum 20 mL/kg BB),
Dextran 70. (maksimum 15 mL/kgBB), periston, subtosan,
Hemacell plasma ekspander dalam jumlah besar dapat
mengganggu mekanisme pembentukan darah.
13
Vasodilator
Dapat diberikan setelah terdapat perbaikan keadaan umum, sambil terus
diberikan cairan, dengan tujuan:
o Diagnostik: bila terjadi penurunan tekanan darah berarti tubuh
masih kekurangan cairan.
o Terapeutik: untuk memperbaiki perfusi organ penting dengan
membuka pre- dan post- capillary sphincter.
o Isoproterenol (Isuprel)
- Dosis 2 mg dalam 500 mL glukosa 5-10%
- Tetesan disesuaikan untuk mempertahankan tekanan sistolik
di sekitar 60 mmHg
- Tidak dapat diberikan bila frekuensi jantung >120/menit atau
diketahui mempunyai kelainan jantung, karena mempunyai
14
efek
memperbesar
kebutuhan
oksigen
jantung
dan
15
Koreksi asidosis
Diberikan Na-bikarbonat dengan dosis (0,3 x berat badan x base excess)
meq IV; pada kasus asidosis yang nyata base excess dianggap
pemeriksaan gas darah (Astrup) sebagai pedoman.
Diuretik
Bila tekanan darah dan CVP telah membaik tetapi diuresis tetap <30
mL/jam, berikan manitol 20% 100 mL per drip dalam waktu satu jam:
o Bila setelah itu diuresis >40 mL/jam, pertahankan dengan dosis
manitol ulangan sampai mencapai dosis maksimum 100 gram/24
jam.
o Bila tetap <40 mL/jam, berikan asam etakrinat (Edecrine) 50-100
mg IV:
-Bila diuresis membaik (> 40 mL/jam) pertahankan dengan
kombinasi manitol dan asam etakrinat.
-Bila tetap < 40 mL/jam, dianggap telah terjadi payah ginjal
akut.
Transfusi darah
Penderita dengan perdarahan kelas IV hampir selalu segera memerlukan
transfusi darah serta tindak bedah darurat untuk menghentikan perdarahan. Keputusan
tersebut bergantung pada respons terhadap resusitasi cairan. Kehilangan darah lebih
dari 50% volume darah mengakibatkan kehilangan kesadaran, hilangnya denyut nadi
dan turunnya tekanan darah. Keadaan ini dianggap sebagai keadaan praterminal, dan
kalau tidak dilakukan tindakan yang agresif, penderita akan meninggal dalam
beberapa menit.
Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan yang keluar, darah
pada perdarahan dan plasma pada luka bakar. Akan tetapi, penanggulangan segera
dengan resusitasi dapat dimulai dengan pemberian cairan Ringer-laktat atau
kristaloid.
16
o Darah merupakan cairan resusitasi yang optimal bagi pasien trauma dengan
syok bila cairan elektrolit tidak mampu memulihkan tekanan darah pasien.
Bila perdarahan melebihi 25% volume darah dan hematokrit sekitar 40%,
transfusi sel darah merah harus diberikan untuk mencegah hematokrit turun
di bawah 30% ketika isovolume dicapai.
o Cara lain untuk menentukan apakah transfusi darah diperlukan atau tidak
dapat dilihat dari nilai saturasi oksigen vena sentral; bila <75%, transfusi
dapat dipertimbangkan.
o American College of Physicians, American Society of Anesthesiology dan
Canadian Medical Associations menganjurkan bahsa Hb sebesar 6-8 gr%
merupakan batas ambang untuk transfusi darah.
o Transfusi darah sebaiknya darah segar yang sesuai dan yang masih
mengandung semua komponen darah, tetapi pemeriksaan terhadap penyakit
menular (seperti HIV, sifilis dan lain-lain) mutlak dilakukan dulu. Dapat
diberikan transfusi komponen darah seperti packed red cell (PRC), plasma
beku segar (fresh frozen plasma), trombosit, dan lain-lain.
o Pada penderita syok hemoragik yang gawat sering terpaksa digunakan darah
donor universal. Pada lelaki sebaiknya diberikan darah golongan O dengan Rh
(+) sedangkan pada perempuan usia subur sebaiknya diberikan golongan O
dengan Rh (-) untuk menghindari sensitisasi ketika wanita itu hamil kelak.
Transfusi darah golongan O dalam jumlah kecil dapat ditoleransi dengan baik,
sedangkan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan koagulopati, asidosis,
hipokalsemia, hipomagnesemia dan hipotermia.
f. Differensial diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Plasenta previa
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung
sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan hipoksia
jaringan. syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang
dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau
penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per
menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ.
a.Patofisiologi
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri, yang mengakibatkan
gangguan berat pada pefusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan. Yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40% atau lebih
jaringan otot pada ventrikel kiri. Selain dari kehilangan masif jaringan otot pada ventrikel kiri.
Selain dari kehilangan masif jaringan otot ventrikel kiri juga ditemukan daerah-daerah nekrosis
fokal di seluruh ventrikel. Nekrosis fokal disuga merupakan akibat dari ketidak seimbangan yang
terus-menerus antara kebutuhan dan suplai oksigen miokardium. Pembuluh koroner yang
terserang juga tidak mampu meningkatkan alira darah secara memadai sebagai respon terhadap
peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung oleh aktivitas respon kompensatorik
seperti perangsangan simpatik.
Sebagai akibat dari proses infark, kontraktilitas ventrikel kiri dan kinerjanya menjadi
sangat terganggu. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan
curah jantung yang memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Maka dimulailah siklus
berulang. Siklus dimulai dengan terjadinya infark yang berlanjut dengan gangguan fungsi
miokardium. Gangguan fungsi miokardium yang berat akan menyebabkan menurunnya curah
jantung dan hipotensi arteria. Akibatnya terjadinya asidosis metabolik dan menurunnya perfusi
koroner, yang lebih lanjut mengganggu fungsi ventrikel dan menyebabkan terjadinya aritmia.
b. Diagnosis
18
d. penatalaksanaan
Selain itu, syok obstruktif disebabkan juga oleh tromboemboli paru, obstruksi
mekanis a.pulmonalis, hipertensi pulmonal dan tension pneumothorax, yang mengganggu
curah jantung.
a. Manifestasi Klinis
-
Takipnea
Takikardia
Hipotensi
Pada tension pneumothorax dapat dijumpai penurunan bunyi napas dan hipersonor
pada perkusi dada
b. Penatalaksanaan
Tatalaksana syok obstruktif yang disebabkan oleh tamponade jantung terdiri atas
oksigenasi, pemberian cairan, tirah baring dengan posisi Trendelenburg, dan pemberian
zat inotropik. Ventilasi mekanis bertekanan positif harus dihindari karena dapat
menurunkan alir balik vena. Tindakan medis definitif berupa perikardiosentesis, drainase
perkutaneus subxifoid darurat, atau perikardiotomi. Jika hemodinamika pasien tetap tidak
stabil atau jika perikardiosentesis gagal (biasanya karena darah dalam di kantung
perikardium sudah membeku), harus dilakukan torakotomi atau perikardiotomi terbuka
untuk membuat pericardial window, perikardiodesis, pirau perikardio-peritoneal, atau
perikardiektomi.
Syok distributif
21
Reduksi resistensi sistemik vaskular akan mengakibatkan cardiac output yang tidak
adekuat sehingga dapat mengakibatkan syok distributif.
1. Syok septik
Syok septik adalah suatu sindrom respon inflamasi sistemik atau systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) yang terkait dengan adanya suatu infeksi.
a. Patofisiologi
syok septik tidak terlepas dari sepsis dimana kuman gram negatif akan
mengeluarkan endotoksin dan masuk airan darah akan menyebabkan proses inflamasi yang
melibatkan berbagai mediator inflamasi yaitu sitokin,neutrofil,komplemen. Target seluler
dari mediator-mediator ini akan menstimulasi pelepasan sitokin, eicosanoid, protease, radikal
oksigen, dan nitrat oksida (NO) dan katabolitnya. Sitokin menyebabkan diferensiasi sel-T,
sel-B, dan sel-sel natural killer, yang mengarah pada kerusakan jaringan secara langsung.
Aktivasi dari rangkaian inflamasi ini juga akan menyebabkan mata rantai hiperkatabolisme
dan demam. Kerusakan pada sistem kardiovaskuler akan menyebabkan disfungsi
miokardium sehngga menyebabakan hipotensi.
b. Manifestasi Klinis :
1.
Demam tinggi >38,9 oC. Sering diawali dengan menggigil, kemudian suhu turun
dalam beberapa jam (jarang hipotermi)
2.
Takikardi
3.
4.
5.
6.
Syok sepsis harus dicurigai pada pasien dengan demam, hipotensi, trombositopenia atau
koagulasi intravascular yang tidak dapat diterangkan penyebabnya. Sedangkan pada persangkaan
infeksi harus segera dilakukan pemeriksaan biakan kuman dan uji lainnya.
22
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan reusitasi yang
perlu dilakukan segera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam
pertama, dimulai sejak pasien tiba unit gawat darurat. Tindakan mencakup: a).
breathing; b). circulation; c). oksigenisasi, terapi cairan (kristaloid dan/atau
koloid), vasopresor/inotropik dan transfusi bila diperlukan.
Resusitasi cairan pada syok septik dilakukan menggunakan cara early goal
directed therapy (EGDT). Target resusitasi ialah mencapai tekanan vena sentral
sebesar 8-12 mmHg dan tekanan arteri rerata sekitar 60-90 mmHg. Untuk
mencapai nilai tekanan arteri rerata ini, digunakan zat vasoaktif (dalam hal ini
vasokonstriktor). Vasokonstriktor yang dianjurkan menurut survival sepsis
campaign ialah noradrenalin, sedangkan pada pasien yang refrakter terhadap
noradrenalin, dapat digunakan vasopresin.
Untuk menanggulangi syok septik, sumber sepsis harus dicari. Pada masa
pascabedah sumber sepsis sering berasal dari lapangan pembedahan, paru-paru
(bronkopneumonia), sistitis (kateter), atau kateter infus. Abses pada lapangan
pembedahan harus disalir. Kanul infus harus dicabut dari ujungnya dan dilakukan biakan
pus. Kateter buli-buli harus dicabut atau diganti dan dibuat biakan urin.
23
Kenaikan kapasitas vascular akibat dilatasi vena penurunan venous return secara
nyata
b. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran.
Sistem
Umum
Prodromal
Pernapasan
Hidung
Laring
Lidah
Edema
Bonkus
Kardiovaskular
Gastrointestinal
Kulit
Mata
Gatal, lakrimasi
Gelisah, kejang
25
c. Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
4.
d. Penatalaksanaan
Syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat karena penderita berada dalam keadaan
gawat. Segera berikan 1 ml larutan adrenalin 1/1000 secara subkutan untuk menimbulkan
vasokonstriksi. Hidrokortison 200-500 mg diberikan intravena untuk menstabilkan sel mast,
dan sediaan antihistamin intravena untuk menghambat reseptor histamin. Infus diberikan
untuk mengatasi hipovolemia.
Tindakan pencegahan syok anafilaksis harus diperhatikan sebelum melakukan
penyuntikan. Bila tidak ada kepastian mengenai kemungkinan akan terjadi syok anafilaksis,
sebaiknya dilakukan tes kulit dan selalu harus disiapkan sediaan adrenalin, hidrokortison dan
antihistamin.
e. Diagnosis Banding
Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik, seperti :
1.
Reaksi vasovagal
26
Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien mandapat suntikan. Pasien tampak
pingsan, pucat dan berkeringat. Tetapi dibandingkan dengan reaksi anafilaktik, pada
reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. Meskipun tekanan
darahnya turun tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti
anafilaktik.
2. Infark miokard akut
Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri dada, dengan atau tanpa
penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti rasa sesak tetapi tidak tampak tanda-tanda
obstruksi saluran napas. Sedangkan pada anafilaktik tidak ada nyeri dada.
3. Reaksi hipoglikemik
Reaksi hipoglikemik disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau sebab lain.
Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar. Tekanan darah kadangkadang menurun tetapi tidak dijumpai tanda-tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan
pada reaksi anafilaktik ditemui obstruksi saluran napas.
4. Reaksi histeris
Pada reaksi histeris tidak dijumpai adanya tanda-tanda gagal napas, hipotensi, atau
sianosis. Pasien kadang-kadang pingsan meskipun hanya sementara. Sedangkan tandatanda diatas dijumpai pada reaksi anafilaksis.
5. Carsinoid syndrome
Pada sindrom ini dijumpai gejala-gejala seperti muka kemerahan, nyeri kepala, diare,
serangan sesak napas seperti asma.
6. Chinese restaurant syndrome
Dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah pada beberapa
menit setelah mengkonsumsi MSG (monosodium glutamat) lebih dari 1gr, bila
penggunaan lebih dari 5gr bisa menyebabkan asma. Namun tekanan darah, kecepatan
denyut nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan
tanpa MSG.
27
7. Asma bronkial
Gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas yang
berbunyi ngik-ngik. Dan biasanya timbul karena faktor pencetus seperti debu, aktivitas
fisik, dan makanan, dan lebih sering terjadi pada pagi hari.
8. Rinitis alergika
Penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin, buntu hidung, gatal hidung
yang hilang-timbul, mata berair yang disebabkan karena faktor pencetus, mis. debu,
terutama di udara dingin.dan hampir semua kasus asma diawali dengan RA.
3. Syok Neurogenik
Syok neurogenik adalah suatu kondisi hipotensi dan bradikardi akibat gangguan system
saraf simpatis medulla spinalis sehingga menyebabkan hilangnya tonus simpatis kapiler.
a. Patofisiologi
meningkatkan
vasodilatasi karena mekanisme reflek yang tidak jelas yang menimbulkan volume
sirkulasi yang tidak efektif dan terjadi sinkop.
b. Manifestasi Klinis
28
Manifestasi klinis hampir sama dengan syok pada umumnya, tetapi pada syok
neurogenik terdapat tanda :
Pusing
Pingsan
d. Penatalaksanaan
o Penderita segera dibaringkan dengan kepala lebih rendah; pada
pemeriksaan mungkin didapatkan bradikardi.
o Hilangkan penyebab; bila perlu dapat diberikan analgetik.
o Dalam hal lesi sumsum tulang, berikan kortikosteroid untuk mencegah
edema sumsum tulang.
Biasanya penderita akan sadar beberapa saat kemudian setelah sirkulasi serebral
membaik oleh tindakan diatas. Pada anastesi spinal, berikan vasokonstriktor (biasanya
29
efedrin) dan cairan infus tetes cepat serta posisi kepala lebih rendah dari kaki. Pada
trauma spinal berikan terapi sesuai keadaan.
e. Diagnosis banding
1. Semua jenis syok.
2. Sinkop (pingsan)
3. Hipoglikemia
Perbedaan Syok
Tipe Syok
Hipovolemik
Kardiogenik
Septik
Penyebab
Kekurangan
Kegagalan
cairan
pemompaan
sistemik
intravascular
jantung
berat
fungsi Infeksi
Tekanan darah
normal atau
Tekanan nadi
Normal atau
Denyut nadi
+/++
+/++
Isi nadi
Kecil
Besar
Suhu kulit
Dingin
Dingin
Hangat
Warna kulit
Pucat
Normal
Vasokontriksi
perifer
atau Merah
pucat
Tekanan
sentral
vena Normal
atau Tinggi
rendah
Normal atau
rendah
Diuresis
EKG
Normal
Abnormal
Normal
30
Foto paru
Normal
Oedem
Oedem
infiltrat
Penaganan awal
1. Mintalah bantuan segera mobilisaasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum dan harus dipastikan bahwa jalan
nafas bebas.
3. Mengukur tanda vital.
4. Jangan berikan cairan melalui mulut.
5. Jagalah penderita agar tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan
menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
31
Posisi tubuh:
1. Secara umum posisi penderita dibaringkan terlentang dengan tujuan meningkatkan aliran
darah ke organ-organ vital.
2. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka
untuk menghindari terjadinya asfiksia.
3. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita terlentang dengan kaki
ditinggikan 20 cm, sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah
menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita
menjadi kesakitan, segera turunkan kakinya kembali.
Pertahankan respirasi
1. Bebaskan jalan nafas, lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah
2. Tengadah kepala, topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
4. Bila pernafasan atau ventilasi tidak kuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (ambu
bag) atau ETT.
Pertahankan sirkulasi
Segera pasang infus intra vena, bisa lebih dari satu infus, pantau nadi, tekanan darah,
warna kulit, isi vena, produksi urin dan CVP. Cari dan atasi penyebab.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong W, Sjamsuhidajat R, Buka Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta EGC, 2010. hal 156
-165.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11, Jakarta: EGC 2008. Hal 300301.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol 1. Edisi 6,
Jakarta: EGC 2006. Hal 641-644.
4. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2, Jakarta: EGC 2001. Hal
338.
5. Sudoyo AW, et al. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Edisi 5, Jakarta : Internal
Publishing 2009. Hal 242-261.
33