Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
RACHMIATI QISTI
RINGKASAN
Rachmiati Qisti. 2008. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu Pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Ir. B. N. Polii, SU.
Pembimbing Anggota : Ir. Hotnida C. H. Siregar, M Si
Madu merupakan suatu larutan manis yang mengandung gula kental, dan
sudah lama digunakan oleh manusia dalam industri makanan, farmasi bahkan
kosmetik. Penambahan madu pada sabun transparan diharapkan dapat meningkatkan
nilai guna dari sabun, seperti : memberikan kesan lembut, halus, melembabkan dan
memberikan aktivitas antibakteri pada kulit. Sabun madu transparan merupakan
salah satu produk yang dapat digunakan sebagai salah satu inovasi dari penggunaan
madu dalam industri kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan formula
terbaik dari penambahan madu pada sabun transparan, serta menganalisa sifat kimia
sabun tersebut sehingga sesuai dengan SNI 06-3532-1994.
Penelitian ini dilakuakan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa
Harapan Fakultas Peternakan, Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Kimia
Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai Juli 2008. Penelitian ini terdiri atas
empat perlakuan, yaitu: tanpa penambahan madu atau (P0%), penambahan madu 2,5%
(P2,5%), penambahan madu 5% (P5%) dan penambahan madu 7,5% (P7,5%). Peubah
yang diamati terdiri atas 1) kadar air, 2) jumlah asam lemak, 3) asam lemak bebas
dan alkali bebas, 4) minyak mineral dan 5) derajat keasaman. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali
ulangan, dan apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Ortogonal
untuk menentukan kurva penduga terbaik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan madu berpengaruh sangat
nyata (P<0,01) pada semua peubah yang diamati kecuali kadar air. Penambahan
madu sangat nyata meningkatkan jumlah asam lemak dan asam lemak bebas, namun
menurunkan nilai pH. Rataan kadar air masing-masing untuk P0%, P2,5%. P5% dan
P7,5% berturut-turut adalah 30,067: 29,6; 29,583; 29,533. Rataan untuk jumlah asam
lemak adalah 9,97% (P0%); 20,03% (P2,5%); 24,00% (P5%); 30,64% (P7,5%). Rataan
untuk asam lemak bebas adalah 0,52% (P0%); 0,61% (P2,5%); 0,74% (P5%); 1,12%
(P7,5%). Rataan untuk pH adalah 9,76 (P0%); 9,69 (P2,5%); 9,57 (P5%); 9,56 (P7,5%).
Minyak mineral pada sabun madu transparan berdasarkan analisis yang dilakukan
menunjukkan nilai yang negatif, dan hal ini sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI
06-3532-1994.
Berdasarkan SNI 06-3532-1994 menunjukkan sabun madu transparan
masih kurang efektif karena jumlah asam lemaknya rendah (< 70%), namun sabun
ini aman untuk digunakan. Kadar air yang rendah menjadikan sabun madu transparan
lebih lunak, namun hal ini akan menguntungkan dalam proses pengemasan. Formula
R3 merupakan formula yang lebih baik diantara formula R0, R1 dan R2 karena lebih
mendekati syarat mutu yang distandarkan SNI 06-3532-1994.
Kata-kata kunci : madu, sabun, sifat kimia sabun.
ABSTRACT
Chemical Characteristic of Transparent Soap with Addition of Different Honey
Concentration Levels
Qisti, R., B. N. Polii, and H. C. H. Siregar
Honey is a sweet solution containing sugar more than 70%, and has long used
by people in the food industry, pharmaceuticals and cosmetics. The addition of
honey in a transparent soap is expected to increase the softeness, smoothness,
moisture and provide anti-bacteri activity on the skin. The aim of this research was
determine the best transparent soap formula while added with honey based on soap
chemical characteristic according to the SNI 06-3532-1994.
Data are analyzed using a completely randomized design with four levels %
honey concentration (0%; 2,5%; 5%; and 7%) and three replications. The data were
analyzed of covariant (ANOVA) orthogonal method.
The results showed that the addition of honey to the extent of 7,5%
significantly effec (P <0.01) all chemical characteristic except water content. The
amount of fatty acid were increasing on the other hand the pH value were
descreasing. The value water content honey transparent soap were higher than SNI
06-3532-1994, while the amount of fatty acid still below the standard that were at
least 70%. Free fatty acid were still in accordance with the maximum 2.5%. Mineral
oil in the honey transparent soap showed a negative value, and this is in accordance
with that required by SNI 06-3532-1994.
Keywords : honey, transparent soap, chemical characteristic
Oleh
RACHMIATI QISTI
D14204025
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. B. N. Polii, SU
NIP. 130 816 350
RACHMIATI QISTI
D14204025
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 30 Januari 1986
sebagai anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Iden Sakoqi dan Yati
Nurhayati. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Aisyiah pada tahun
1991. Pada tahun 1992, Penulis memasuki sekolah dasar di SDN Citamiang 2 dan
lulus pada tahun 1998.
Jenjang pendidikan menengah pertama ditempuh di SLTPN 13 Sukabumi
pada tahun 1998 hingga tahun 2001. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas
di SMUN 1 Sukabumi pada tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif di Forum Aktifitas Mahasiswa
Muslim Al-Anaam dari tahun 2004 2007 dan Ikatan Keluarga dan Mahasiswa
Sukabumi. Penulis juga kerap mengikuti kepanitiaan acara kampus seperti Masa
Perkenalan Fakultas, Bakti Fapet dan Fieldtrip. Penulis juga pernah berkesempatan
mengikuti program guru bantuan di SDN Bengle kecamatan Ciampea, Bogor pada
tahun 2004-2005 dan menjadi Asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam selama
tahun 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat
menyelesaikan skipsi dengan judul Sifat Kimia Sabun Mandi Transparan
Dengan Penambahan Madu Pada Konsentrasi yang Berbada. Skipsi ini ditulis
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari bulan April sampai dengan Juli
2008 di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan Fakultas Peternakan, Bagian
Kimia Analitik Fakultas MIPA dan Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor.
Sabun madu transparan berdasarkan hasil analisis menunjukan hasil yang
cukup baik berdasarkan SNI 06-3532-1994 walaupun kandungan kadar air yang
dihasilkan berlebih dan jumlah asam lemak yang dihasilkan rendah, namun sabun
tersebut aman untuk digunakan. Penambahan madu pada sabun transparan ini
diharapkan dapt meningkatkan nilai guna dari sabun transparan tersebut, seperti
memberikan memberikan kesan lembut dan halus, memnerikan kelembaban dan sifat
antibaktri pada kulit. Kelebihan dari sabun transparan ini adalah mempunyai busa
yang lebih lembit dibanding dengan sabun ofaque.
Penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun
oleh berbagai pihak demi kesempurnaan skipsi ini. Penulis berhapar skipsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Februari 2009
Penulis
DAFTAR TABEL
Nomor.
Halaman
11
16
22
23
25
32
33
DAFTAR GAMBAR
Nomor.
Halaman
17
24
26
27
28
29
31
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor.
1. Uji Analisis Keragaman Kadar Air ..............................................
Halaman
40
40
40
41
42
42
43
44
10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyebaran lebah madu lebih merata dibandingkan dengan penyebaran
serangga dan hewan lainnya, oleh karena itu kegunaan madu telah dikenal sejak
+1000 tahun yang lalu. Madu diproduksi oleh lebah madu yang diperoleh dari nektar.
Jaman dahulu madu digunakan untuk mengawetkan daging dan kulit. Sejak itu pula
madu telah dikenal sebagai makanan, minuman, obat, bahkan kecantikan dan bahan
penting dalam pesta upacara agama.
Madu sebagai bahan kecantikan dapat digunakan sebagai masker, krem dan
salep, sebab madu tidak saja dapat melembutkan kulit, tetapi dapat juga memberi
nutrisi pada kulit. Madu bersifat higroskopis sehingga dapat menyebabkan sekresi
kulit terhisap, dengan demikian kulit menjadi segar, halus, dan lembut.
Sabun merupakan salah satu produk kecantikan lain yang dapat digunakan
sebagai pembersih. Penggunaan sabun umumnya terkait dengan mengangkat kotoran
yang menempel pada kulit, baik berupa kotoran keringat, lemak atau pun dedu,
mengangkat sel-sel kulit mati dan sisa-sisa kosmetik. Penambahan madu diharapkan
dapat meningkatkan nilai guna dari sabun, sehingga tidak hanya menghasilkan kesan
bersih pada kulit, juga dapat melembabkan, menghaluskan dan melembutkan kulit
dan memberikan sifat antibakteri.
Sabun transparan merupakan salah satu produk inovasi sabun yang
menjadikan sabun menjadi lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang
lebih halus dibandingkan dengan sabun opaque (sabun yang tidak transparan).
Penambahan madu merupakan suatu diversifikasi dari penggunaan madu yang
digunakan sebagai kecantikan pada umumnya. Penambahan madu pada sabun
trasparan dapat pula meningkatkan nilai guna dari sabun tersebut seperti:
melembabkan, menghaluskan dan melembutkan kulit dan memberikan sifat anti
bakteri, sehingga diperlukan adanya suatu formula yang tepat dalam pembuatan
sabun madu transparan ini sehingga sabun ini aman dan layak untuk digunakan
berdasarkan sifat kimianya.
11
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat penggunaan
madu sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sabun transparan terhadap beberapa
sifat kimia sabun yang dihasilkan dan menentukan konsentrasi madu terbaik untuk
pembuatan sabun transparan berdasarkan sifat kimianya.
12
TINJAUAN PUSTAKA
Madu dan Karakteristiknya
Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang
dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain
dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi serangga (BSN, 2004). Menurut
Pusat Perlebahan APIARI Pramuka (2003), madu yang berasal dari sumber nektar
yang berbeda memiiki manfaat dan khasiat yang berbeda pula walaupun secara
umum komposisi madu tersebut hampir sama.
Madu mengandung 17,2% air, 304 kal/100 gr energi, 0,3% protein, 82,3%
karbohidrat, 0,0% kemak dan 0,2% abu (Sihombing, 1997). Kadar air madu yang
telah matang dan tua adalah 17,4%, pada keadaan ini madu aman terhadap serangan
ragi dan terjadinya proses fermentasi (Winarno, 1982). Madu yang mengandung
lebih dari 20% air rentan terhadap fermentasi.
Madu mengandung berbagai macam zat, tergantung dari: macam nektar, sifat
tanah dimana tanaman tersebut hidup, cuaca, derajat pemasakan dan cara ekstaksi.
Madu yang telah masak mengandung fruktosa 41%, glukosa 35%, sukrosa 1,9%,
dekstrin 1,5%, mineral 0,2%, zat yang belum ditentukan 3,4%, dan air 17%
(Sumoprastowo dan suprapto, 1980). Fruktosa merupakan jenis gula dominan yang
hampir ada pada semua madu, hanya sebagian kecil madu yang mengandung glukosa
lebih banyak dari pada fruktosa. Fruktosa merupakan gula yang menyebabkan madu
bersifat higroskopis. Fruktosa dan glukosa mencakup 85% 90% dari karbohidrat
yang terdapat pada madu sedangkan oligosakarida dan polisakarida hanya terdapat
sebagian kecil (Sihombing, 1997).
Mineral yang terkandung dalam madu yang terpenting adalah : Na, Ca, Mg,
Cu, Al, Mn, Fe, K dan P. Imbangan dan banyaknya mineral tersebut mendekati
jumlah yang terkandung dalam darah manusia. Bermacam-macam vitamin juga
terkandung dalam madu yang larut air dan lemak, diantaranya adalah : vitamin B1,
B2, BP, Be, H, K, C, dan asam pantotenat (Sumoprastowo dan Suprapto, 1980).
13
Rataan
Kisaran
Kadar air
17,2
13,4-22,9
Fruktosa
38,2
27,3-44,3
Glukosa
31,3
22,0-40,8
Sukrosa
1,3
0,3-7,6
Maltosa
7,3
2,7-16,0
Lainnya
3,1
0-13,2
Nitrogen
0,04
0-0,13
Mineral (ash)
0,17
0,02-1,03
Asam bebasa
22
6,8-47,2
Laktosaa
7,1
0-18,8
Total asama
29,1
8,7-59,5
PH
3,9
3,4-6,1
Diastase
20,8
2,1-61,2
mequivalents/kg
Protein pada madu diperoleh dari tumbuhan dan sebagian dari tubuh lebah,
jumlah asam amino madu adalah 100 mg/100 g padatan. Asam amino paling tinggi
pada madu adalah prolin, berkisar antara 50-85% dari asam amino (Belitz and
Grosch, 1999). Keasaman madu disebabkan oleh disosiasi ion hidrogen dalam
larutan air dan sebagian besar juga dapat disebabkan oleh kandungan berbagai
mineral. Madu yang mengandung mineral yang tinggi akan mempunyai pH yang
tinggi (Sihombing, 1997). Oksidasi dari gukosa juga dapat menyebabkan keasaman
dari madu (Belitz and Grosch, 1999). Asam-asam lain yang terkandung dalam madu
terdiri dari : asetat, butirat, lactat, sitrat, sukkinat, format, maleat, malat, dan asam
oxalat (Belitz and Grosch, 1999).
14
Sifat anti bakteri pada madu tidak hanya disebabkan dari kadar gula dan
kadar air dalam madu, tetapi disebabkan pula oleh adanya suatu senyawa sejenis
lysozime. Senyawa ini kini telah dikenal sebagai inhibine, semakin tinggi bilangan
inhibine maka semakin kuat antibiotiknya. Jumlah bilangan inhibine ini ditentukan
oleh jenis, umur, kondisi madu tersebut (Wootton et al., 1978 dalam Winarno
(1982)).
Komposisi madu secara kuantitatif sangat tergantung pada beberapa fakor,
diantaranya sumber nektar, keadaan iklim saat panen, banyak tidaknya bunga, derajat
kematangan madu secara ekstrasi (Winarno, 1982). Lmak dalam madu umunnya
sangat sedikit bahkan dapat dikatakan hampir tidak ada. Royal jelly adalah salah satu
produk hasil dari lebah madu, royal jelly secara umum mengandung 66% air, 12,34%
protein, 5,46% lipida, 12,5% senyawa tereduksi, 0,8% senyawa yang belum
diidentifikasikan (Sihombing, 1997). Royal jelly merupakan makanan tetesan bagi
lebah yang diproduksi oleh kelenjar hipofaring lebah pekerja muda.
Dalam keadaan lembab madu dapat menyerap air sampai 33% dari beratnya.
Madu mempunyai sifat yang higroskopis, yaitu mudah menyerap air dari udara
sehingga sering digunakan sebagai humektan. Sifat higroskopis ini yang sering
menjadikan madu digunakan dalam industri kosmetik termasuk sabun (Winarno,
1982). Sifat higroskopis madu dapat menyebabkan sekresi kulit terhisap oleh madu,
selain itu madu dipercaya dapat menghilangkan jerawat pada kulit.
Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri
dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium
atau potasium (Ophardt, 2003). Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan
reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau
lemak hewani (BSN, 1994). Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun
keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun
lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan
yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses
15
netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Ophardt, 2003).
Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1.
Sabun diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Sabun dengan kualitas A
yaitu sabun yang diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari minyak atau
lemak terbaik dan mengandung sedikit alkali atau tidak mengandung alkali bebas.
Sabun A ini umumnya digunakan untuk sabun mandi (toilet soap) yang biasa kita
kenal. Sabun kualitas B merupakan sabun yang dibuat dengan menggunakan bahan
baku yang berasal dari minyak atau lemak dangan kualitas yang lebih rendah dan
mengandung sedikit alkali, namun tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sabun B ini
biasan ya digunakan untuk mencuci pakaian dan piring. Sabun dengan kualitas C
merupakan sabun yang dibuat dengan minyak atau lemak yang berwarna gelap
(kualitas rendah) dan mengandung alkali yang relatif tinggi (Ophardt, 2003).
16
menyebar dan membasahi seluruh permukaan. Sifat utama dari bahan dasar sabun
harus dapat menurunkan tegangan permukaan.
tegangan permukaan pada air secara efektif disebut surface active agents atau
surfaktan. Surfaktan mempunyai fungsi penting dalam proses membersihkan, seperti
menghilangkan bau dan membentuk emulsi, serta mengikat kotoran dalam bentuk
suspensi sehingga kotoran tersebut dapat dibuang (Kamikaze, 2002).
Minyak atau lemak atau asam lemak sangat cocok untuk produk surfaktan
karena stuktur molekulnya yang sangat spesifik. Bagian ekor hidrokarbon akan
memiliki afinitas terhadap alifatik hidrokarbon dan senyawa rantai panjang lainnya,
sedangkan pada bagian lainnya yaitu gugus karboksil akan memiliki daya tarik
terhadap air (Bailey, 1979).
Kotoran yang menempel pada kulit umumnya adalah minyak, lemak dan
keringat. Zat-zat ini tidak dapat larut dalam air karena sifatnya yang non polar. Sabun
digunakan untuk melarutkan kotoran-kotoran pada kulit tersebut. Sabun memiliki
gugus non polar yaitu gugus R yang akan mengikat kotoran, dan gugus COONa
yang akan mengikat air karena sama-sama gugus polar. Kotoran tidak dapat lepas
karena terikat pada sabun dan sabun terikat pada air (Winarno, 1992).
17
18
digunakan bahan yang berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan
berwarna sangat kuning (Butler, 2001).
Metode produksi sabun transparansi melibatkan pelelehan fase lemak dan
persiapan air untuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini
bereaksi dengan larutan beralkohol dari kaustik soda dibawah pemanasan terkontrol.
Setelah reaksi selesai, sabun ini kemudian siap untuk diberi warna dan wewangian.
Setelah pewarna dan pewangian, sabun akhir dituakan ke dalam cetakan atau gelas
terpisah dan dibiarkan mengeras sebelum dikemas (Butler, 2001).
Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan sabun :
Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan salah satu jenis minyak nabati dengan kemampuan
tersendiri yang cukup penting dalam proses pembuatan sabun (Spitz, 1996). Asam
laurat merupakan asam lemak dominan yang terdapat dalam minyak kelapa yaitu
sebesar 48,2% dan berperan dalam pembentukan sabun dan pembusaan. Titik cair
asam laurat adalah pada suhu 440C (Ketaren, 1986).
Tabel 2. Komposisi Minyak Kelapa (per 14 gram)
Vitamin A
1,530 IU
Lemak
14 g
Kalori
128
3g
Protein
0g
11 g
Karbohidrat
0g
Kolesterol
0 mg
19
Asam Sitrat
Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Asam sitrat berfungsi
sebagai agen pengelat (Hambali et al., 2005). Asam sitrat juga berfungsi sebagai
penurun nilai pH (Kirk et al., 1954).
Gliserin
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.
Diperoleh dari hasil sampingan proses pembuatan sabun atau dari asam lemak
tumbuhan dan hewan. Gliserin ada pembuatan sabun transparan bersama dengan
sukrosa dan alkohol berfungsi dalam pembentukan stuktur transparan (Ghaim dan
Elizabeth, 1995).
Coco Dietanolamida (Coco-DEA)
DEA berbasis minyak kelapa merupakan DEA terpopuler walaupun efek
pengentalannya berkurang dengan adanya gliserol. Hanya relatif murah dan mudah
ditangani dibandingkan dengan amida-amida murni berbasis metil ester. DEA dalam
suatu formula sediaan kosmetik berfungsi sebagai surfaktan dan sebagai zat penstabil
busa (Wade and Waller, 1994).
Natrium Klorida (NaCl)
NaCl berbentuk butiran berwarna putih (Wade dan Weller, 1994). NaCl pada
formulasi sabun transparan berfungsi sebagai elektrolit dan sebagai pengawet
(Hambali et al., 2005).
Etanol (alkohol 96%)
Etanol (C2H5OH) merupakan salah satu senyawa organik yang digunakan
dalam pembuatan sabun sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air
dan lemak (Hambali et al., 2005).
Gula Pasir (Sukrosa)
Gula pasir dalam pembuatan sabun transparan digunakan untuk membantu
dalam pembentukan transparansi dengan membantu perkembangan kristal pada
sabun (Hambali et al., 2005).
20
Mutu Sabun
Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dituangkan, dipercikan atau disemprotkan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah bentuk dan tidak termasuk obat. Penggolongan kosmetik berdasarkan
kegunaanya adalah sebagai higiene tubuh (sabun dan sampo), tata rias (pemerah pipi,
lipstik), wangi-wangian dan proteksi (sunscreen). Tujuan penggunaan sediaan
kosmetik mandi antara lain untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air
sadah, memberi keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan melembabkan
kulit (Imron, 1985).
Contoh dari sediaan kosmetik mandi antara lain minyak mandi, bath capsul,
sabun dan sebagainya. Sabun merupakan pembersih tubuh sehari-hari. Sabun dan air
dapat menghilangkan berbagai kotoran dari permukaan kulit termasuk bakteri,
keringat, sel-sel kulit yang telah mati dan sisa kosmetik. Bentuk sabun secara garis
besar dapat dibagi dua yaitu sabun padat dan sabun cair.
Terdapat beberapa spesifikasi persyaratan mutu sabun yang harus dipenuhi
agar sabun dapat layak digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi persyaratan mutu yang
harus dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi : kadar air
dan zat menguap sabun, jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkan, bagian tak larut
alkohol, kadar alkalis bebas yang dihitung sebagai NaOH dan kadar minyak mineral
(BSN, 1994).
Tabel 3. Syarat Mutu Sabun Mandi Padat Berdasarkan SNI 06 3532 - 1994
No
Uraian
Tipe 1
Tipe 2
Seperfat
Maks. 15
Maks.15
Maks. 15
> 70
64 - 70
> 70
Alkali bebas
Maks. 0,1
Maks. 0,1
Maks. 0,1
Maks. 0,14
Maks. 0,14
Maks. 0,14
< 2,5
< 2,5
2,5 7,5
Minyak mineral
Negatif
Negatif
Negatif
21
Sabun tipe 1 merupakan sabun yang terbaik karena mengandung jumlah asam lemak
yang tinggi (lebih dari 70%) dengan asam lemak bebas yang rendah yaitu kurang dari
2,5%. Sabun tipe 1, 2, dan seferfat merupakan sabun yang dapat dipasarkan di
masyarakat karena aman untuk digunakan. Sabun tipe 2 lebih baik dari superfat
karena kandungan asam lemak bebasnya kurang dari 2,5%.
Kadar Air
Kadar air merupakan bahan yang menguap pada suhu dan waktu tertentu.
Maksimal kadar air pada sabun adalah 15%, hal ini disebabkan agar sabun yang
dihasilkan cukup keras sehingga lebih efisien dalam pemakaian dan sabun tidak
mudah larut dalam air. Kadar air akan mempengaruhi kekerasan dari sabun.
Jumlah Asam Lemak
Jumlah asam lemak merupakan jumlah total seluruh asam lemak pada sabun
yang telah atau pun yang belum bereaksi dengan alkali (SNI,1998). Sabun yang
berkualitas baik mempunyai kandungan total asam lemak minimal 70%, hal ini
berarti bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan
sabun kurang dari 30%. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi proses pembersihan
kotoran berupa minyak atau lemak pada saat sabun digunakan. Bahan pengisi yang
biasa ditambahkan adalah madu, gliserol, waterglass, protein susu dan lain
sebagainya. Tujuan penambahan bahan pengisi untuk memberikan bentuk yang
kompak dan padat, melembabkan, menambahkan zat gizi yang diperlukan oleh kulit.
Alkali Bebas
Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai
senyawa. Kelebihan alkali bebas dalam sabun tidak boleh lebih dari 0,1% untuk
sabun Na, dan 0, 14% untuk sabun KOH karena alkali mempunyai sifat yang keras
dan menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat
disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses
penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi biasanya digunakan untuk sabun
cuci.
22
23
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2008, di
Labolatorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan (NRSH) Fakultas Peternakan,
Labolatorium Kimia Analitik dan Laboratorium Terpadu Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Materi
Bahan yang digunakan adalah: madu kapuk Mutiara Tugu Ibu, asam stearat,
minyak kelapa Barko, minyak sawit Bimoli, NaOH 30%, gliserin, olive oil,
alkohol 96% (etanol), coco-DEA (dietanolamida), TEA (tetraetilamida), gula
(sukrosa), asam sitrat, NaCl, metil jingga, H2SO4 20%, natrium sulfat (Na2SO4),
KOH 0,1 N dan 0,5 N, phenolpethialin, HCl 0,1 N dan larutan heksana
Alat-alat yang digunakan adalah: gelas piala, spatula, pengaduk, hot stirer
dan magnetic stirer, timbangan, termometer, cetakan, oven 1050C, corong, labu
lemak, batu didih, labu erlenmeyer, penangas air, pendingin tegak, mikroburet, dan
pH meter.
Rancangan
Model
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat
taraf penambahan madu (0%, 2,5%, 5%, dan 7,5%). Tiap taraf mendapat tiga
ulangan. Model matematikanya sebagai berikut:
Yij = + Ai + ij
Keterangan:
Yij
= rataan umum
Ai
ij
24
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) pada
tingkat keprcayaan 95%, apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji
Ortogonal untuk menentukan kurva penduga terbaik (Steel dan Torrie, 1995).
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati sesuai dengan SNI 06-3532-1994 pada sabun mandi
umumnya seperti: kadar air, jumlah asam lemak, asam lemak bebas dan alkali bebas,
minyak mineral, dan derajat keasaman karena tidak ditemukan standar khusus sifat
kimia untuk sabun transparan. Pemilihan produk terbaik dihitung berdasarkan nilai
pembobotan. Hasil nilai pembobotan tertinggi merupakan hasil terbaik dari sabun
madu tranparan.
Prosedur
Penelitian Tahap Satu
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu penelitian tahap pertama dan
penelitian tahap kedua. Penelitian tahap pertama dilakukan untuk pemilihan formula
sabun dasar transparan antara dua formula yaitu: formula 1(www.sma.net, 2008) dan
formula 2 (Hambali et al., 2005) dengan penilaian secara deskriptif.
Penilaian deskriftip dilakukan secara uji hedonik langsung oleh peneliti
dengan membandingkan formula 1 dan formula 2 dengan mencakup penilaian
transparansi, busa yang dihasilkan, dan kesan setelah pemakaian. Formula yang
terpilih selanjutnya digunakan pada penelitian tahap dua dengan melakukan
modifikasi penambahan madu.
25
Minyak kelapa
2000 g
Minyak sawit
100 g
2030 g
NaOH
20 g
Asam stearat
50 g
700 g
Etanol
80 ml
1500 g
Gliserin
80 ml
1300 g
750 g
5 ml
300 g
50 ml
Asam sitrat
300 g
NaCl
20 g
50 ml
450 ml
NaOH 30%
Gula (sukrosa)
Olive oil
Coco-DEA
TEA
Aquades
26
Minyak Kelapa
NaOH
Asam stearat
yang telah
dilelehkan
(60 0C)
Pencampuran 1
Etanol, gliserin,
gula, coco-DA,
NaCl, dan air
Sabun dasar
transparan
Pencampuran 3
(60 0C)
Madu
(0%; 2,5%; 5%; 7,5%)
Pencetakan
Aging
3-4 minggu
Analisis sifat kimia:
Sabun madu transparan
(siap digunakan)
1.
2.
3.
4.
5.
kadar Air
Jumlah Asam Lemak
Asam Lemak Bebas
Minyak Mineral
pH
27
madu berubah lebih gelap. Setelah madu dicampurkan ke dalam sabun transparan,
sabun langsung dicetak. Setelah proses pencetakan, Sebelum sabun mandi digunakan
harus disimpan terlebih dahulu selama 4 minggu, hal ini dilakukan agar proses
penyabunan berjalan secara sempurna. Selama proses pembuatan sabun, suhu harus
tetap dijaga pada suhu 60-70 0C dengan pengadukan yang konstan.
Analisis Kimia
Kadar Air (SNI 06-3532-1994). Empat gram contoh ditimbang dengan teliti
menggunakan botol timbang yang telah terukur beratnya, kemudian dipanaskan di
dalam oven bersuhu 1050C selama dua jam sampai beratnya tetap.
(foto oven)
Perhitungan :
Kadar Air =
W1 W2
W
Keterangan :
W = berat contoh (gram)
W1 = berat contoh + berat botol timbang (gram)
W2 = berat contoh setelah pengeringan (gram)
Jumlah Asam Lemak (SNI 06-3532-1994). Sepuluh gram contoh ditimbang,
kemudian dimasukan dalam gelas piala dan dilarutkan dalam 50 ml air. Ditambahkan
beberapa tetes metil jingga dan H2SO4 20% berlebih hingga warna larutan berubah
mejadi merah, kemudian dimasukan ke dalam corong pemisah. Endapan dituangkan
dengan heksana. Larutan air dikeluarkan dan larutan heksana. Pengujian ini
dilakukan hingga pelarut berjumlah kurang lebih 100 ml air. Tiap-tiap pengocokan
yang dipakai adalah 10 ml air. Pelarut dikocok dan dicuci dengan air sampai tidak
bereaksi asam (uji dengan kertas kango). Pelarut lalu dikeringkan dengan natrium
sulfat kering, disaring dan dimasukkan ke labu lemak yang telah ditimbang beserta
batu didih (W1). Pelarut disuling dan labu dikeringkan pada suhu 102-105 0C hingga
bobot tetap (W2).
28
Perhitungan :
Kadar Asam Lemak Jenuh =
W1 - W2
W
V x N x 205
W
Keterangan :
V
29
Perhitungan :
Kadar Alkali Bebas dihitung dengan NaOH =
V x N x 40
W
Keterangan :
V
30
maka dilakukan pembobotan. Hasil total nilai pembobotan terbesar merupakan hasil
dari pemilihan produk terbaik.
NK
= Bobot
B=
NR
NK
Total NK
= Nilai Rangking
Rangking 1 = 4
Rangking 2 = 3
Rangking 3 = 2
Rangking 4 = 1
NB
= Nilai Bobot
NB = Rangking x bobot
31
Www.sma.net (2008)
Transparansi
++
Busa
++
Kesat
32
dapat berperan secara sempurna. Fungsi TEA sama dengan coco-DEA yaitu sebagai
humektan pada sabun.
Modifikasi penggantian minyak kelapa dengan minyak sawit pada metode
Hambali et al. (2005) sempat dicobakan, namun busa yang hasilkan oleh sabun
transparan lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunan minyak kelapa.
Minyak sawit mempunyai kandungan asam lemak jenuh lebih sedikit dibandingkan
dengan minyak kelapa, hal ini menyebabkan busa pada sabun transparan yang
mengunakan minyak kelapa lebih banyak dibandingkan dengan minyak sawit.
Modifikasi pengunaan minyak kelapa dengan minyak sawit dilakukan karena
ketersediaan minyak sawit yang lebih banyak dibandingkan dengan minyak kelapa.
Minyak kelapa mengandung asam stearat (C18H30O2) dan asam laurat
(C12H24O2) didalamnya sebagai asam dominan. Asam stearat dapat berperan dalam
mengeraskan, menstabilkan busa dan melembabkan, sedangkan asam laurat dapat
mengeraskan, membersihkan, dan menghasilkan busa lembut.
Berdasarkan hasil diatas, maka ditentukan formula dan metode Hambali et al.
(2005) merupakan proses yang akan digunakan dalam penelitian tahap dua yang
selanjutnya akan dimodifikasi dan dianalisis sifat kimia sabun transparan tersebut.
Tabel 6. Formula yang Digunakan dalam Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan
P2,5%
P5%
P7,5%
Asam stearat
Minyak kelapa
20
20
20
20
20,3
20,3
20,3
20,3
Gliserin
13
13
13
13
Etanol
15
15
15
15
7,5
7,5
7,5
7,5
0,2
0,2
0,2
0,2
Madu
0 (b/b)
2,5 (b/b)
5 (b/b)
7,5 (b/b)
Air
sisanya
sisanya
Sisanya
sisanya
NaOH 30%
Coco-DEA
NaCl
Asam sitat
33
P0%
P2,5%
P5%
P7,5%
34
Standar khusus untuk sabun transparan tidak dapat ditemukan, maka sifat
sabun madu transparan yang dihasilkan disesuaikan berdasarkan mutu sabun SNI 063532-1994 untuk sabun mandi pada umumnya dengan menggunakan peubah kadar
air, jumlah asam lemak, asam lemak bebas, minyak mineral dan pH. Hasil analisis
sabun madu transparan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Analisis Kimia Sabun Madu Transparan
Hasil Analisis
Sifat Kimia
Kadar Air (%)
Jumlah Asam
Lemak (%)
Asam Lemak
Bebas (%)
P0%
P2,5%
P5%
P7,5%
30,07+0,75
29,60+0,61
29,58+0,34
29,53+1,19
tn
27
9,97+2,82
20,03+2,01
24,00+3,39
30,64+4,12
**
14,68
0,52+0,05
0,61+0,04
0,74+0,03
1,12+0,05
**
0,89
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
**
Negatif
9,76+0,01
9,69+0,03
9,56+0,02
**
9,94
Minyak
Mineral
PH
Uji
Sabun
Sidik
Madoe
Ragam
Keterangan : tn
*
**
Madoe
9,57+0,0
= Tidak Nyata
= Nyata
= Sangat Nyata
= Sabun Madu Pembanding
Kadar Air
Standar khusus kadar air untuk sabun transparan tidak dapat ditemukan
sehingga digunakan acuan SNI 06-3532-1994 untuk sabun pada umumnya. Kadar air
sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994 yaitu maksimal 15%, sedangkan kadar air
sabun madu transparan yang dihasilkan lebih tinggi dari SNI yaitu rata-rata 29,7%.
Kadar air yang lebih tinggi ini berasal dari bahan-bahan yang digunakan
dalam proses pembuatan sabun transparan yang bersifat higroskopis yaitu seperti
gliserin, coco-DEA, gula, asam sitrat dan NaCl. Umumnya bahan-bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan sabun tidak transparan (sabun opaque) hanya
menggunakan minyak kelapa, NaOH, dan pengawet. Perbedaan bahan-bahan yang
digunakan ini yang menyebabkan kadar air sabun transparan lebih tinggi.
Penambahan madu hingga taraf 7,5% tidak berpengaruh terhadap kadar air
sabun madu transparan seperti yang tampak pada Gambar 6. Kadar air dalam sabun
35
madu dapat mempengaruhi kelarutan sabun dalam air. Kelarutan yang tinggi akan
menyebabkan sabun yang mudah habis sehingga tidak ekonomis apabila digunakan.
Kadar air sabun yang tinggi menunjukkan bahwa sabun yang dihasilkan
40
30
30.07
29.6
29.58
29.53
27
20
15
10
0
0
2.5
7.5
madoe
SNI
Gambar 6.
Keterangan :
P0%
P2,5%
P5%
P7,5
36
Keberadaan
asam
organik
pada
madu
dapat
berpengaruh
juga
meningkatkan jumlah asam lemak pada sabun madu transparan. Asam-asam yang
terkandung dalam madu terdiri dari: asetat, butirat, laktat, sitrat, sukkinat, maleat,
malat, dan asam oxalat (Belitz and Grosch, 1999).
37
45
30
+
392x
= 2.6
3
11. 26
699
= 0.9
15
0
0
Gambar 8.
Kurva Linier Antara Konsentrasi Madu dengan Jumlah Asam
Lemak dalam Sabun Madu Transparan.
Sampai taraf 7,5% tiap penambahan 1% madu maka akan meningkatkan
jumlah asam lemak sabun madu transparan sebesar 2.64%. Penambahan madu
sebesar 7,5% menghasilkan sabun dengan jumlah asam lemak yang paling tinggi
namun masih di bawah nilai minimum jumlah asam lemak berdasarkan SNI yaitu
70%. Jika sabun madu transparan harus memenuhi standar SNI 06-3532-1994 yaitu
70% maka konsentrasi madu yang harus ditambahkan adalah sebesar 22,25%.
Penambahan madu sebesar 22,25% perlu diteliti terlebih dahulu karena akan
mempengaruhi sifat yang lainnya, selain itu akan menyebabkan sabun menjadi
lengket dan sabun akan mudah ditumbuhi mikroorganisme sehingga madu menjadi
tidak aman untuk digunakan.
Asam Lemak Bebas / Alkali Bebas
Asam lemak bebas dalam sabun adalah asam lemak yang tidak terikat
sebagai senyawa dengan natrium ataupun trigliserida. Kandungan asam lemak bebas
dalam sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994 adalah kurang dari 2,5%. Hasil
analisis menunjukkan bahwa asam lemak bebas pada sabun madu transparan ratarata lebih rendah dari 2,5% dan memenuhi SNI 06-3532-1994. Rataan kisaran asam
lemak bebas sabun berdasarkan hasil analisis adalah 0,75+0,24 % seperti yang
38
terlihat pada Tabel 7. Sabun mandi transparan Madoe sebagai sabun pembanding
mempunyai kadar asam lemak bebas yaitu sebesar 0,89%. Asam lemak bebas 2,5%
pada sabun madu transparan baru akan dicapai apabila dilakukan penambahan madu
sebanyak 13,4% dan minimum asam lemak bebas dicapai pada penambahan madu
0,53%, hal ini berarti bahwa penamahan madu hingga taraf 7,5% masih memenuhi
standar yang diharapkan pada asam lemak bebas.
Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap asam lemak bebas, diketahui
bahwa penambahan madu berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap peningkatan
kadar asam lemak bebas. Hasil uji lanjut ortogonal menunjukkan mengikuti kurva
kuadratik dengan persamaan y = 0,0119x2 0,0126x + 0,5335 (R2 = 0,99) seperti
yang tampak pada Gambar 9.
1.50
1.20
x+
01 26
.
0
x
.01 19
y=0
5
0 .5 33
2
0.9
R =
0.90
0.60
0.30
0.00
0
39
Asam lemak bebas ini tidak dapat mengikat kotoran karena bersifatnya polar,
berbeda dengan minyak, lemak atau pun keringat yang bersifat non-polar sehingga
minyak, lemak atau pun keringat ini tidak dapat berikatan dengan asam lemak bebas.
Besarnya alkali bebas pada sabun madu transparan dalam penelitian ini
tidak terukur, karena jumlahnya sangat kecil. Kelebihan alkali tidak diharapkan
dalam sabun karena akan menyebabkan terjadinya rasa panas pada kulit pada saat
sabun digunakan, namun kekurangan alkali akan menyebabkan berlebihnya asam
lemak bebas karena asam lemak tidak tersabunkan oleh natrium hidroksida.
Minyak Mineral
Keberadaan minyak mineral pada sabun sangat tidak diharapkan, karena
akan mempengaruhi proses emulsi sabun dengan air. Nilai minyak mineral ini harus
negatif yang ditunjukkan dengan tidak terjadinya kekeruhan pada saat titrasi dengan
menggunakan air. Hasil analisa pada sabun madu transparan menunjukkan nilai yang
negatif untuk semua perlakuan termasuk kontrol, begitu juga pada sabun pembanding
Madoe menunjukkan hasil yang negatif.
Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian bahan organik oleh jasad
renik yang terjadi berjuta-juta tahun. Minyak mineral biasanya terdapat di alam,
contoh dari minyak mineral ini adalah bensin, solar, dan minyak tanah sehingga hal
ini tidak boleh ada pada kosmetik. Apabila pada sabun tersebut terdapat minyak
mineral maka daya emulsi dari sabun tersebut akan menurun.
Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) kosmetik yang terlalu rendah dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Mencuci tangan dengan sabun dapat meningkatkan
pH kulit sementara, tetapi kenaikan pH kulit ini tidak akan melebihi 7. Kosmetik
sebaiknya memiliki pH yang disesuaikan dengan kulit, yaitu sebesar 4,5 - 7.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kisaran nilai pH sabun madu transparan
adalah 9,54 9,77. Menurut Bailey (1979), pH untuk sabun transparan adalah lebih
besar dari 9,5. Hasil analisa pH yang dilakukan juga pada sabun transparan Madoe
sebagai sabun pembanding, yaitu sebesar 9,94. Analisis menunjukkan bahwa
pengaruh perlakuan penambahan madu nyata mempengaruhi pH sabun (P<0,05). Uji
lanjut ortogonal menunjukan pengaruh penambahan madu terhadap pH sabun
40
mengikuti pola kurva kubik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 dengan
persamaan y = 0,0118x3 0,0184x2 + 0,0093x + 9,7567 (R2 = 1). Derajat keasaman
(pH) minimum yaitu 9,534 dicapai pada penambahan madu 6,5% dan pada
penambahan konsentrasi madu 7% nilai pH sabun madu transparan akan meningkat
kembali seperti yang ditunjukan pada Gambar 10.
9.80
y=
0.0
01
8x
3-
0. 0
1
84
x2
+
pH
9.70
0. 0
09
3x
+
9.7
56
7
R2
9.60
=1
9.50
0
41
Nilai
Kepentingan
3
akan
Asam Lemak
Bebas
Nilai pH
Minyak
Mineral
Keterangan:
Nilai kepentingan: 1 = Tidak penting
2 = Kurang penting
3 = Cukup penting
4 = Penting
5 = Sangat penting
Peubah
NK
Perlakuan
42
Kadar Air
P0%
NR NB
0.15 1
0.15
Jumlah Asam
Lemak
0.20
0.20
0.40
0.6
0.80
Asam Lemak
Bebas
0.20
0.80
0.6
0.40
0.20
pH
0.25
0.25
0.50
0.75
1.00
Minyak
Mineral
0.2
0.8
0.8
0.8
0.8
Total
Keterangan :
NK
B
NR
NB
P2,5%
NR NB
2
0.30
2.2
2.60
P5%
NR NB
3
0.45
3.00
P7,5%
NR NB
4
0.60
3.4
43
Penentuan produk terbaik tidak dapat dilihat hanya berdasarkan pada sifat
kimia dari produknya saja, tetapi juga harus diperhatikan sifat fisik, organoleptik dan
mikroorganisme dari sabun madu transparan tersebut sehingga penggunaan sabun
madu transparan dapat bersifat efektif dan sesuai dengan yang diinginkan oleh
konsumen.
44
45
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahhirobilalamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas
segala rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis selama ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengucapkan
terimakasih yang sebar-besarnya kepada Ir. B. N. Polii, SU sebagai dosen
pembimbing utama, Ir. Hotnida C.H.Siregar, M Si sebagai pembimbing anggota
yang telah memberikan waktu, semangat, bimbingan, arahan, kritik dan saran selama
penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Tuti
Suyarti, S. Pt, M Si sebagai dosen penguji seminar, Epi Taufik, S.Pt MVPh dan Ir.
Lidy Herawati, MS sebagai dosen penguji sidang atas saran dan kritiknya dalam
perbaikan skripsi ini, serta kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB atas
segala bantuannya selama ini kepada Penulis.
Rasa hormat dan kasih sayang Penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu
tercinta yang telah membesarkan, mendidik, memberikan doa, semangat, kasih
sayang dan dukungan moril dan materiil dengan tulus ikhlas. Adik-adikku (Fuzi, Sri
dan Aida) terimakasih atas semangat, doa, dan kasih sayangnya selama ini.
Terimakasih Penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan selama
penelitian (Barlianty Jannah dan Muqita Sinatria) atas semangat, persahabatan,
pengorbanan, kerjasama dan kesabarannya selama penelitian, teman-teman Botia
terimakasih atas dukungannya selama ini. Terimakasih pula penulis sampaikan
kepada teman-teman THT41 dan teman-teman Famm Al-anaam atas doa dan
dukungannya selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, Wassalam.
Bogor, Januari 2009
Penulis
46
DAFTAR PUSTAKA
Annual Book of ASTM Standars. 2001. Volume 15.04. West Conshocken, PA.
United States.
Anonim. 2008. marimembuat sabunkita. http.// www.sma.net [8 Januari 2008]
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 063532-1994. Dewan Standar Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. SNI 013555-1998. Departenen Perdagangan, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2004. Madu. SNI 01-3545-2004. Dewan
Standar Indonesia, Jakarta.
Bailey A. E. 1979. Industrial Oil and Fat product. Interscholastic Publishing, Inc.
New York.
Belitz, H. D and W. Grosch. 1999. Food Chemistry. 2nd Edit. Spinger. New York.
Butler. 2001. Pouchers Perfumes, Cosmetics and Soap. Kluwer Academic Publisher.
London.
Cognis Indonesia. 2003. Clear Bar Soap Formulation No: GWH 96/25. PT Bahtera
Adi Jaya, Jakarta.
Ghaim, J. B. dan Elizabeth. D Volz.1995. Skin Cleansing Bar. Dalam: A. O Barel,
M. Paye, dan H. L. Maibach (Editor). Handbook of Cosmetic Science and
Technology. Marcel Dekker, Inc., New York.
Hambali, E. A. Suryani dan M. Rival. 2005. Membuat Sabun Transparan. Penebar
Plus, Jakarta.
Imron, H. S. S. 1985. Sediaan Kosmetik. Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.
Kamikaze, D. 2002. Studi awal pembuatan sabun menggunakan campuran lemak
abdomen sapi (tallow) dan curd susu afkir. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Krell, R. 1996. Value-added products from beekeeping. Dalam Food and Agriculture
of Organization Agricultural Services Bulletin 124, Rome.
Ketaren, S. 1986. Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press, Jakarta.
47
S. 2007. Fatty Acid and Soap Making http://www.soap-makingresource.com/fatty -acid-soap-making.html [18 Agustus 2008].
Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. 2003. Lebah Madu: Cara Beternak dan
Pemanfaatan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Spitz, L. 1996. Soap and Detergent a Theoritical and Practical Review. AOCS Press,
Champaign-Illinois.
Steel, R. G. D., and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan :
B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sumoprastowo, R. M. dan R. A. Suprapto. 1980. Beternak Lebah Madu Modern.
Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Wade, A. and Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Second
Edition. The American Pharmaceutical Association, Washington, USA.
Wikipedia. 2009. Dietanolamida de cido graxo. pt.wikipedia.org/dietanolamida de
[29 Januari 2009].
Wilson, T. V. 2008. How Play-Doh Modeling Compound Works.
http://entertainment.howstuffworks.com/play-doh3.htm [20 November 2008].
Winarno, F. G. 1982. Madu : Teknologi, Khasiat dan Analisa. PT. Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
http.//www.chemistry.about.com [2 Desember 2008]
48
LAMPIRAN
49
db
JK
KT
F0.01
F0.05
Total
5.73425
Perlakuan
Error
4.935
4.06618
0.616875
Lampiran 2. Uji Analisis Keragaman dan Uji Lanjut Ortogonal Jumlah Asam Lemak
SK
db
JK
KT
F0.01
Total
11 754.05283 68.55026
Perlakuan
3 673.30962 224.4365
1 653.07004
Linear
653.07
6.791929
F0.05
3.312948 5.73425
Kuadratik 1
8.75521
8.755208
0.867462
5.317645 11.25863
Kubik
11.48438 11.48438
1.137867
5.317645 11.25863
80.7432
Error
10.0929
Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyataLampiran
Lampiran 3. Uji Analisis Keragaman dan Uji Lanjut Ortogonal Asam Lemak Bebas
SK
db
JK
KT
F0.01
Total
11 0.632692 0.057517
Perlakuan
Linier
34.68387
F0.05
3.312948 5.73425
0.54722
0.547215
329.9789
5.317645 11.25863
Kuadratik 1
0.06601
0.066008
39.80402*
5.317645 11.25863
Kubik
0.00620
0.006202
3.739698
5.317645 11.25863
Error
8 0.013267 0.001658
Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata
50
db
JK
KT
F0.01
Total
11 0.087092 0.007917
Perlakuan
4.06618 7.590984
Linier
0.07848 0.078482
261.6056
5.317645 11.25863
Kuadratik
0.00188 0.001875
6.25
5.317645 11.25863
Kubik
0.00434 0.004335
14.45 *
5.317645 11.25863
0.0024
Error
0.0003
26.39141
F0.05
3.312948 5.73425
Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata
51
Sifat Fisik
P0%
P2,5%
P5%
P7,5%
Kekerasan*
Tegangan Permukaan*
7,150,42
31,432,13
8,110,32
27,051,08
9,410,29
25,971,13
9,790,05
25,020,14
Stabilitas Emulsi*
Tegangan Antar Muka
Stabilitas Busa*
88,142,22
19,21,57
30,376,01
89,331,60
16,003,16
42,755,34
90,751,07
14,672,47
66,197,71
92,711,12
13,972,04
78,215,45
Kekerasan
NK
P0
P2,5
P5
P7,5
NB
NB
NB
NB
0,19
0,57
0,38
0,38
0,38
0,24
0,48
0,48
0,48
0,72
0,14
0,28
0,28
0,28
0,42
0,19
0,38
0,38
0,38
0,38
Stabilitas Busa
0,24
0,48
0,48
0,48
0,72
Jumlah
21
Tegangan
Permukaan
Stabilitas
Emulsi
Tegangan
Antar
Muka
11
10
10
13
52
Rumus Kimia
Minyak Kelapa
Minyak Sawit
(%)
(%)
Jenuh
Asam Kaproat
C5H11COOH
0,0-0,8
Asam Kaprilat
C7H17COOH
5,5-9,5
Asam Kaprat
C9H19COOH
4,5-9,5
Asam Laurat
C11H23COOH
44,0-52,0
Asam Miristat
C13H27COOH
13,0-19,0
1,1-2,5
Asam Palmitat
C15H31COOH
7,5-10,5
40,0-46,0
Asam Stearat
C17H35COOH
1,0-3,0
3,6-4,7
Asam Arachidat
C19H39COOH
0,0-0,4
7,0-11,0
Asam Palmitoleta
C15H29COOH
0,0-1,3
Asam Oleat
C17H23COOH
5,0-8,0
Asam Linoleat
C17H31COOH
1,5-2,5
7,0-11,0
Tidak Jenuh
53
Jenis Biaya
Biaya Variabel
1
Asam stearat
2
Minyak kelapa
3
NaOH 30%
4
Gliserin
5
Etanol
6
Coco DEA
7
NaCL
8
Sukrosa
9
Asam sitrat
10
Madu Kapuk
11
Plastik wrapping
12
Kemasan
Total Biaya Variabel
Jumlah Unit
Harga/Unit
(Rp)
82,35 g
235,30 g
238,82 g
152,94 g
176,47 g
35,29 g
2,35 g
88,24 g
35,29 g
75 g
2,5 rol
11
18.000
21.000
8500
35.000
35.000
16.000
14.500
6500
10.500
18.000
10.600
1.000
Jumlah Biaya/hari
(Rp)
1.500
500
2.100
5.400
6.200
600
50
600
400
18.000
400
11.000
46.750
54
55