Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


MODUL IV
INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%
I.

TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori, konsep, dan
prinsip formulasi sediaan steril.

II.

DASAR TEORI

Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
Syarat-syarat obat suntik :
1.

Aman

2.

Harus jernih

3.

Tidak berwarna

4.

Sedapat mungkin isohidris

5.

Sedapat mungkin isotonis

6.

Harus steril

7.

Bebas pirogen

Zat Pembawa Berair


Untuk injeksi berair umunya digunakan air sebagai zat pembawa. Dapat pula digunakan sebagai zat
pembawa injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrii Klorida majemuk, Injeksi Glukosa, campuran gliserol dan
etanol. Zat pembawa berair harus bebas pirogen.
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi, dibuat dengan menyuling
kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok dengan labu percik. Hasil
sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya ditampung dan segera digunakan harus disterilkan
dengan cara Sterilisasi A atau C segera ditampung.

Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama 10 menit sambil
dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika
dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah
diwadahkan (Anonim, 2006).
WADAH DAN TUTUP KARET
Ada 2 macam wadah untuk larutan injeksi :
1.
Wadah takaran tunggal (single dose) ialah ampule : 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, dibuat dari gelas dan
ditutup dengan peleburan.
2. Wadah takaran berganda ialah vial atau flacon dibuat dari gelas dengan tutup karet dan di luarnya
ditutup dengan tutup (kap) dari aluminium.
3.

Untuk infus dengan botol infus, biasanya 500 mL.

Syarat gelas
1.

Harus netral artinya tidak mengeluarkan alkali hingga dapat menaikkan pH larutan injeksi.

2.

Untuk ampul harus mudah dilebur, pada waktu menutup ampul.

3.
Tidak mudah pecah, dan untuk ampul pada waktu dipotong tidak mengeluarkan pecahan gelas
yang lembut.
Syarat karet
1.
Harus elastis, dapat menutup baik pada pencoblosan atau larutan tak keluar dari samping jarum,
dan apabila jarum ditarik, akan menutup lagi. (Jarum yang dimaksud ialah jarum suntik).
2.

Permukaan lapisan karet harus licin dan tak berlubang agar dapat dicuci bersih.

3.
Tutup karet harus dibuat sedemikian rupa, hingga sehabis sterilisasi karena penurunan tekanan
dalam yang dengan demikian menjamin penutupan wadah itu dengan sempurna.
4.

Bagian-bagian yang dapat larut

Pada pemanasan dari tutup karet pada 1150C selama 300 dalam aquadest maka cairan harus tak
mempunyai rasa, tak berbau, dan tak ada sisa penguapan, tak boleh ada bahan reduksi dan logamlogam yang berasal dari proses vulkanisasi.
Pengetiketan
Pengetiketan dipakai untuk menyatakan semua etiket dan segala sesuatu yang tertulis, tercetak, atau
terukir yang terdapat pada wadah obat suntik atau pada setiap kontak atau pembungkusnya,
kecualipada kemasan untuk pengangkutan.

Pada etiket wadah obat suntik harus tertera :


1.

Nama obat.

2.

Presentase masing-masing bahan obat atau kadar masing-masing bahan obat tiap satuan volume.

3.

Nama pembuat.

4.

Nama dan kadar zat bakteriostatik yang ditambahkan.

5.

Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan tonisitas.

6.

Untuk sediaan padat, susunan, dan jumlah tiap zat.

7.

Susunan dan jumlah cairan pembawa yang dibutuhkan untuk memperoleh obat suntik.

8.
Jika obat suntik dibuat menurut cara aseptik dan belum diperiksa sterilitasnya harus ditulis. Untuk
pemakaian segera, dibuat secara aseptic.
9.
Letak etiket pada wadah harus tida menutupi seluruh permukaan untuk memungkinkan
pemeriksaan isi wadah.
Tanggal Kadaluwarsa
Disebut pula dengan istilah = Expiration Date = expire. Tanggal kadaluwarsa dinyatakan dalam bulan dan
tahun an dimaksudkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin
masih tetap memenuhi syarat baku. (Anief, 2007)
Cara Sterilisasi. Sediaan disterilkan dengan cara berikut :
a.
Pemanasan dalam otoklaf, sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok,
kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 mL, sterilisasi dilakukan
dengan uap air jenuh pada suhu 1150 dampai 1160 selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah
lebih dari 100 mL, waktu sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 1150
sampai 1160 selama 30 menit.
b.
Pemanasan dengan bakterisida, sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan
bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah, kemudian ditutup kedap. Jika
volume pada tiap wadah tidak lebih dari 30 mL, panaskan pada suhu 980 sampai 1000 selama 30 menit.
Jika volume dalam wadah lebih dari 30 mL waktu sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah
berada pada suhu 980 sampai 1000 selama 30 menit.
c.
Penyaringan, larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah akhir yang
steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik oseptik.
d.
Pemanasan kering, sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditutup
kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah cemaran.

AMINOPHYLLIN INJECTIO (Injeksi Aminofilin)


Injeksi Aminofilin mengandung Teofilin, C7H8N4O2, tidak kurang dari 73,5% dan tidak lebih dari 88,25%
dari jumlah yang tertera pada etiket. Keasaman-kebasaan pH 9,2 sampai 9,6. Syarat injeksi memenuhi
syarat injeksi yang tertera pada injections. Penyimpana dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis
ganda, sebaiknya dalam wadah dosis tunggal, terlindungi cahaya (Anonim, 1979).

III.

ALAT DAN BAHAN

Alat :
1.

Autoclave

2.

Inkubator

3.

Glassware

4.

Ampul

5.

timbangan

Bahan :
1.

Theophylin

2.

Etilendiamin

3.

Aqua p.i

4.

Karbo adsorben

5.

Metilen Blue

6.

Phenol

IV.

FORMULA

R/ Theophylin

2,0 g

Etilendiamin
Aqua p.i

V.

0,55 g
ad

CARA KERJA

100 mL

Dihitung tonisitas larutan yang akan dibuat.


Dibuat aqua bebas karbondioksida. (2)
Dilarutkan teofilin dengan sebagian aqua bebas CO2. (3)
Dicampurlah etilen diamin dengan sebagian aquadest.
Larutan (2) ditambah dengan larutan (3) tetes demi tetes sampai larutan campuran (2 dan 3) betul-betul
jernih dan pH larutan antara 9,5 9,6.
Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10 menit, didiamkan,
kemudian sering hingga jernih.
Dimasukkan larutan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta, ditutup, dan disterilkan dalam
autoklaf 1100C selama 30 menit atau 1200C selama 20 menit.

Diperiksa larutan terhadap: pH, kebocoran, partikel, sterilitas, pyrogen, dll.


KONTROL KUALITAS
a.

Uji pH

Diambil larutan sebanyak 10 mL


Diukur pH larutan dengan pH meter yang sudah dikalibrasi.
Dicatat hasilnya.
b.

Uji Kebocoran

Uji dengan larutan warna (Dye Bath Test)


Dibuat larutan metilen blue 0,0025% (b/v) dalam larutan phenol 0,0025% (b/v) sebanyak 250 mL.
Diampul-ampul direndam ke dalam larutan tersebut.
Dimasukkan dalam bejana vakum sampai 70 mmHg (0,96 kg/cm2) dan dijaga selama tidak kurang dari
15 menit.
Diamati hasilnya. Ampul-ampul yang berwarna biru harus dibuang.

c.

Uji bebas partikel asing

Diambil larutan sebanyak 10 mL


Diukur pH larutan dengan pH meter yang sudah dikalibrasi.
Dicatat hasilnya.
a.

Uji Kebocoran

Uji dengan larutan warna (Dye Bath Test)


Sejumlah wadah (ampul, vial) yang belum berlabel dipegang pada lehernya.
Dibalikkan perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung udara, kemudian diputar sedikit untuk
memutar isi larutan di dalamnya. Kemudian wadah dipegang secara horizontal.
Pemeriksaan larutan dalam wadah dilakukan dengan menggunakan latar belakang hitam putting selangseling.
Wadah yang berisi larutan yang tercemar partikel asing atau wadah rusak harus dipisah.
Bila jumlah wadah yang tercemar melebihi batas persyaratan maka pemeriksaan diulang atau kemudian
produk ditolak.
VI.

ANALISIS CARA KERJA

Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat isotonis, hipertonis atau
hipotonis. Dari hasil perhitungan didapatkan tonisitas larutan adalah 0,257 < 0,28, artinya larutan
tersebut hipotonis, hipotonis adalah keadaan dimana tekanan osmostis larutan obat kurang dari
tekanan osmotis cairan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan cairan dari luar sel masuk ke dalam sel
menyebabkan menggelembung dan pecah, dan ini bersifat irreversible dan berbahaya.
Dalam pembuatan sediaan injeksi aminophylin, diperlukan aqua bebas CO2 untuk melarutkan
theophylin. Dimana theophilin bersifat sukar larut air, tapi mudah larut dalam air panas, mudah larut
dalam alkali hidroksida dan dalam Amonium hidroksida ( Anonim, 1995).
Jika theophilin dilarutkan dengan air maka akan terbentuk asam karbonat, dimana reaksinya:
H2O

CO2

H2CO3

Pemeriksaan pH bertujuan untuk meningkatkan stabilitas injeksi aminopilin supaya tidak terjadi
kristalisai, mengurangi rasa sakit dan iritasi juga mencegah pertumbuhan bakteri, karena jika pH terlalu
asam/basa sangat mudah ditumbuhi bakteri.
Untuk penggunaan karbon adsorben yang telah diaktifkan dalam percobaan ini bermaksud untuk
mengikat partikel dan pyrogen dalam larutan sehingga larutan bisa jernih. Pengaktifan karbon adsorben
bertujuan agar penyerapan terhadap partikel benar-benar maksimal. Dan larutan dimasukkan dalam
ampul.

Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan sterilisasi uap dengan autoclave dan menggunakan uap
air dengan tekanan tinggi. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena
terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organisme tersebut. Adnya uap air yang
panas dalam sel mikroba, menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah (Ansel, 1989).
Perhitungan Tonisitas

20 + 8 + 5,5 = 0,151 + 0,106


= 0,257 < 0,28 (hipotonis)
NaCl

= 32 (0,28 0,257)
= 0,736 g/L

VII.
1.

HASIL PERCOBAAN
Perhitungan Tonisitas

20 + 5,5

= 0,151 + 0,106
= 0,257 < 0,28 (hipotonis)

NaCl = 32 (0,28 0,257)


= 0,736 g/L
Keterangan : larutan ini memiliki tekanan osmotis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan
tubuh.

Hasil Evaluasi
No.
Evaluasi
Hasil
Keterangan
1.
Uji pH

9 10
Memasuki range
2.
Uji kebocoran
Tidak bocor
+ + + ampul
3.
Uji bebas partikel asing
Jernih semua
+ + + + + ampul

Keterangan: semua uji/control kualitas sesuai teori dan layak digunakan yaitu pH yang memasuki range,
tidak bocor, dan semua larutan di dalam ampul jernih.
VIII.

PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini yakni injeksi Aminophylin, dimana yang dimaksud injeksi adalah suatu sediaan
steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus disuspensikan atau dilarutkan
terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi dilakukan dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke
dalam dosis tunggal atau wadah dosis ganda (Anonim, 1979).
Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat isotonis, hipertonis atau
hipotonis. Isotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan osmose larutan obat yang sama dengan
tekanan osmose tunuh kita (darah, air mata). Sedang hipotonis adalah keadaan dimana tekanan
osmostis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh. Hipertonis adalah tekanan osmotis
larutan obat lebih dari tekanan osmotis cairan tubuh. Tekanan osmotik diartikan sebagai gaya yang
dapat menyebabkan air atau bahan pelarut lainnya melintas masuk melewati membran semipermeable
ke dalam larutan pekat. Dari hasil perhitungan didapatkan tonisitas larutan adalah 0,257 < 0,28, artinya
larutan tersebut hipotonis, yang dapat menyebabkan cairan dari luar sel masuk ke dalam sel
menyebabkan menggelembung dan pecah, dan ini bersifat irreversible dan berbahaya. Sel yang pecah
akan ikut dalam aliran darah dan terjadi penyumbatan pembuluh darah. Cara mengisotoniskan larutan
berdasarkan atas perhitungan turunnya titik beku dan penyeimbangan tekanan osmotik larutan
terhadap cairan osmotik. Untuk mencapai keadaan isotonis, maka perlu ditambahkan NaCl. Setelah
dihitung jumlah massa yang ditambahkan sebanyak 0,736 g/L untuk mencapai isotonis. Tonisistas

merupakan keadaan cairan yang mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh (Voight,
1995).
Injeksi aminophylin dikemas dalam wadah dosis tunggal, yakni suatu wadah kedap udara yang
mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis
tunggal dan yang bila dibuka tidak ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril. Dalam pembuatan
sediaan injeksi aminophylin, diperlukan aqua bebas CO2 untuk melarutkan theophylin. Dimana
theophylin bersifat sukar larut air, tapi mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam alkali hidroksida
dan dalam Amonium hidroksida (Anonim, 1995). Jika adanya asam karbonat, maka theophylin tidak
akan larut dan masih terbentuk serbuk hablur putih. Selain itu Aminophylin akan mudah terurai.
Formula lain yang diperlukan dalam percobaan ini yakni etilendiamin yang berfungsi untuk menambah
kelarutan teofilin. Dan untuk kedua larutan ini perlu dicampur sampai benar-benar jernih, karena bila
larutan tidak jernih maka dikhawatirkan ketika obat dinjeksikan kedalam tubuh akan terbentuk emboli
dan terjadi rasa nyeri.
Pemeriksaan pH dengan menggunakan pH stik bertujuan untuk meningkatkan stabilitas injeksi
aminopilin supaya tidak terjadi kristalisai, mengurangi rasa sakit dan iritasi juga mencegah pertumbuhan
bakteri, karena jika pH terlalu asam/basa sangat mudah ditumbuhi bakteri. Untuk hasil percobaan uji
kontrol kualitasnya diketahui bahwa pH sebesar 9 - 10, ini sesuai dengan pH yang diinginkan yakni
antara 9,5 - 9,6.
Untuk penggunaan karbon adsorben yang telah diaktifkan dalam percobaan ini bermaksud untuk
mengikat partikel dan pyrogen dalam larutan sehingga larutan bisa jernih. Pengaktifan karbon adsorben
bertujuan agar penyerapan terhadap partikel benar-benar maksimal. Dan larutan dimasukkan dalam
ampul.
Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan sterilisasi uap dengan autoclave dan menggunakan uap
air dengan tekanan tinggi. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena
terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organisme tersebut. Adanya uap air yang
panas dalam sel mikroba, menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah.( Ansel, 1989)
Pada uji kebocoran, diketahui tidak ada ampul yang bocor, kebocoran ditandai dengan adanya warna
biru di dalam ampul. Uji kebocoran ini dilakukan untuk memastikan bahwa ampul yang digunakan
benar-benar baik kondisinya. Jika terdapat kebocoran akan ada kemungkinan obat untuk keluar,
sehingga dosis yang didapatkan tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan. Selain itu adanya kebocoran
dapat menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat berupa mikroorganisme atau pirogen, yang
menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi steril.
Sedangkan untuk uji bebas partikel diketahui hasil yang positif tidak terdapat partikel asing. Ini berarti
larutan tersebut dapat digunakan karena tidak dikhawatirkan menimbulkan emboli dan menyebabkan
rasa nyeri. Partikel ini biasanya adalah bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam
sediaan. Adanya partikel asing dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak jernih, karena
adanya kontaminasi partikel asing, sehingga bila diamati lebih teliti dalam sediaan tersebut keruh
dengan partikel asing.

IX.

KESIMPULAN

1.
Larutan injeksi aminophyllin tersebut bersifat hipotonis yaitu 0,257 < 0,28, yang artinya larutan
tersebut memiliki tekanan osmotis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh.
2.
Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa larutan injeksi layak dipakai karena memiliki pH 9 10
yang artinya memasuki range, tidak ada kebocoran ampul, dan tidak ada partikel asing pada larutan.
X.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta


Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. UI Press : Jakarta.
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajari Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai