Kelompok 7:
Dhestha Sufian Mardiana - 1306484274
Ivan Julio - 1306484633
Maria Virginia Melati - 1306484785
Sintia Resmi Januarini - 1306485352
Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Depok
2014
Daftar Isi
STATEMENT OF AUTHORSHIP
ini
tidak/belum
pernah
disajikan/digunakan
sebagai
bahan
untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa
saya/kami menyatakan dengan jelas menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata ajaran
Judul tugas
Tanggal
Dosen
Nama
NPM
1306484274
Ivan Julio
1306484633
1306484785
1306485352
TTD
BAB 1
PENDAHULUAN
Tindak korupsi di Indonesia telah berkembang dari sejak pasca kemerdekaan sampai saat ini.
Telah banyak regulasi dan sejumlah aturan yang dibuat untuk mengatasi hal tersebut, namun di
Indonesia tindak pidana korupsi semakin menjamur. Kurangnya dukungan lembaga penegak
hukum dan hukum yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas seringkali membuat sejumlah
pihak berkerah putih rajin dalam melakukan hal yang tidak bermoral tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
dengan itu tetapi tidak terbatas pada data penghubung elektronik (electronic data interchange),
surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, dan faksimili, dan dari dokumen, yakni setiap
rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun
selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.
Ketentuan mengenai "pembuktian terbalik" perlu ditambahkan dalam Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai ketentuan yang bersifat
"premium remidium" dan sekaligus mengandung sifat prevensi khusus terhadap pegawai negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 atau terhadap penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Undang- undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, untuk tidak melakukan
tindak pidana korupsi.
Pembuktian terbalik ini diberlakukan pada tindak pidana baru tentang gratifikasi dan terhadap
tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari salah satu tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal
16 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini.
Dalam Undang-undang ini diatur pula hak negara untuk mengajukan gugatan perdata
terhadap harta benda terpidana yang disembunyikan atau tersembunyi dan baru diketahui
setelah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Harta benda yang
disembunyikan atau tersembunyi tersebut diduga atau patut diduga berasal dari tindak pidana
korupsi. Gugatan perdata dilakukan terhadap terpidana dan atau ahli warisnya. Untuk melakukan
gugatan tersebut, negara dapat menunjuk kuasanya untuk mewakili negara.
Selanjutnya dalam Undang-undang ini juga diatur ketentuan baru mengenai maksimum pidana
penjara dan pidana denda bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp. 5.000.000,00
(lima juta rupiah). Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan rasa kekurangadilan bagi
pelaku tindak pidana korupsi, dalam hal nilai yang dikorup relatif kecil.
Di samping itu, dalam Undang-undang ini dicantumkan Ketentuan Peralihan. Substansi dalam
Ketentuan Peralihan ini pada dasarnya sesuai dengan asas umum hukum pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK
PEMBERANTASAN
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2001
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 31 TAHUN 1999
Pasal 1
Pasal I
dengan:
1. Korporasi
adalah
kumpulan
orang
yang terorganisasi
pasal
pegawai negeri
dimaksud
sebagaimana
Kepegawaian;
b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-undang Hukum
diubah
sehingga
sebagaimana tercantum
rumusannya
dalam penjelasan
dalam
Kitab
Undang-undang
Pidana;
c. orang yang menerima gaji atau upah dari
keuangan negara atau daerah;
masyarakat.
3. Setiap orang adalah orang perseorangan
atau termasuk korporasi.
Pasal 5
Pasal 5
Setiap
orang
yang melakukan
pidana
sebagaimana
dimaksud
tindak
dalam
Pasal 209
Kitab Undang-undang
paling
sedikit Rp
50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah).
penyelenggara
berhubungan
negara
dengan
karena
atau
sesuatu
yang
Pasal 6
Pasal 6
Setiap
orang
yang melakukan
pidana
sebagaimana
dimaksud
tindak
dalam
Pasal 210
Kitab Undang-undang
Hukum Pidana,
belas)
tahun
dan
denda
paling
sedikit Rp
150.000.000,00
rupiah)
paling
dan
banyak
Rp.
ditentukan
menjadi
Pasal 7
Pasal 7
Setiap
orang
yang melakukan
tindak
pidana
sebagaimana
dalam
undang
sedikit
dimaksud
Rp
100.000.000,00
(seratus
juta
paling sedikit Rp
100.000.000,00
(tiga ratus
atau
penyerahan
bahan
atau
Kepolisian
Negara
Republik
10
barang
keperluan
Tentara
barang
keperluan
Tentara
curang
sebagaimana
dimaksud
pidana
yang
sama
sebagaimana
Pasal 8
Pasal 8
Setiap
orang
yang melakukan
pidana
sebagaimana
dimaksud
tindak
dalam
Pasal 415
Kitab Undang-undang
Hukum Pidana,
belas)
tahun
dan
denda
paling
sedikit Rp
11
Pasal 9
Pasal 9
Setiap
orang
yang melakukan
pidana
sebagaimana
dimaksud
tindak
dalam
Pasal 416
dan
Kitab Undang-undang
Hukum Pidana,
puluh
juta
rupiah)
pidana
denda
paling
sedikit
Rp
Pasal 10
Pasal 10
Setiap
orang
yang melakukan
pidana
sebagaimana
dimaksud
tindak
dalam
Pasal 417
Kitab Undang-undang
dan
Hukum Pidana,
pidana
denda
paling
sedikit
Rp
12
sengaja:
a.
menggelapkan,
merusakkan,
atau
menghancurkan,
membuat
tidak
dapat
untuk
di
meyakinkan
muka
atau
pejabat
yang
Pasal 11
Pasal 11
Setiap
orang
yang melakukan
pidana
sebagaimana
dimaksud
tindak
dalam
Pasal 418
Kitab Undang-undang
Hukum Pidana,
puluh
juta
rupiah)
13
Pasal 12
Pasal 12
dan
miliar rupiah):
pidana
denda
paling
sedikit
Rp
milyar rupiah).
(satu
14
mempengaruhi
putusan
perkara
yang
seseorang
peraturan
yang
menurut
ketentuan
perundang-undangan
ditentukan
atau
menerima
pembayaran
atau
memotong
pembayaran
pegawai
negeri
atau
15
perundangundangan,
orang
diketahuinya
bertentangan
yang
bahwa
berhak,
perbuatan
dengan
telah
padahal
tersebut
peraturan
perundangundangan; atau
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara
baik langsung maupun tidak langsung dengan
sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
Belum Terbentuk
Pasal 12 A
(1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan
pidana denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 tidak berlaku
bagi tindak pidana korupsi yang nilainya
kurang dari Rp 5.000.000,00 (lima juta
rupiah).
16
Belum Terbentuk
Pasal 12 B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri
atau
penyelenggara
negara
dianggap
tersebut
suap
dilakukan
oleh
penuntut umum.
(2)
Pidana
bagi
pegawai
negeri
atau
17
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika
penerima
melaporkan
gratifikasi
yang
Penyampaian
laporan
sebagaimana
Ketentuan
mengenai
tata
cara
Undangundang
tentang
Komisi
18
Belum Terbentuk
Pasal 26 A
Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat
(2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana, khusus untuk
tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh
dari :
a. alat bukti lain yang berupa informasi yang
diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang
serupa dengan itu; dan
b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau
informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan atau
didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau
tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang
di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas,
maupun yang terekam secara elektronik, yang
berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang
memiliki makna.
Pasal 37
(1) Terdakwa
Pasal 37
mempunyai
hak
untuk
(1)
Terdakwa
mempunyai
hak
untuk
19
(2)
Dalam
hal
terdakwa
dapat
korupsi,
maka
pembuktian
tersebut
tindak
tersebut
pidana korupsi,
maka keterangan
dipergunakan
terbukti.
menguntungkan baginya.
(3)
Terdakwa
wajib
memberikan
mempunyai
hubungan
dengan
(4)
Dalam
hal
terdakwa
tidak
dapat
penambah
penghasilannya
atau
kekayaannya,
maka
20
Belum Terbentuk
Pasal 37 A
(1) Terdakwa wajib memberikan keterangan
tentang seluruh harta bendanya dan harta
benda istri atau suami, anak, dan harta benda
setiap orang atau korporasi yang diduga
mempunyai hubungan dengan perkara yang
didakwakan.
(2)
Dalam
hal
terdakwa
tidak
dapat
dimaksud
dalam
ayat
(1)
21
Belum Terbentuk
Pasal 38 A
Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 B ayat (1) dilakukan pada saat
pemeriksaan di sidang pengadilan.
Belum Terbentuk
Pasal 38 B
(1) Setiap orang yang didakwa melakukan
salah satu tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undangundang ini, wajib membuktikan sebaliknya
terhadap harta benda miliknya yang belum
didakwakan, tetapi juga diduga berasal dari
tindak pidana korupsi.
(2)
Dalam
hal
terdakwa
tidak
dapat
korupsi
dan
hakim
berwenang
Tuntutan
sebagaimana
perampasan
dimaksud
harta
dalam
benda
ayat
22
(2)
Pembuktian
bahwa
harta
benda
terdakwa
pada
saat
membacakan
Apabila
terdakwa
dibebaskan
atau
Belum Terbentuk
Pasal 38 C
Apabila setelah putusan pengadilan telah
memperoleh kekuatan hokum tetap, diketahui
masih terdapat harta benda milik terpidana
yang diduga atau patut diduga juga berasal
dari tindak pidana korupsi yang belum
dikenakan
perampasan
untuk
negara
23
warisnya.
BAB VI A
KETENTUAN PERALIHAN
Belum Terbentuk
Pasal 43 A
(1) Tindak pidana korupsi yang terjadi
sebelum Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi diundangkan, diperiksa dan diputus
berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor
3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, dengan ketentuan maksimum
pidana penjara yang menguntungkan bagi
terdakwa diberlakukan ketentuan dalam Pasal
5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal
10 Undang-undang ini dan Pasal 13 Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Ketentuan minimum pidana penjara dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan
Pasal 10 Undang-undang ini dan Pasal 13
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi yang
terjadi sebelum berlakunya Undang-undang
24
Pemberantasan
Korupsi,
dengan
Tindak
ketentuan
Pidana
mengenai
yang
5.000.000,00
nilainya
(lima
juta
kurang
rupiah)
dari
Rp
berlaku
Belum Terbentuk
Pasal 43 B
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang
ini, Pasal 209, Pasal 210, Pasal 387, Pasal 388,
Pasal 415, Pasal 416, Pasal 417, Pasal 418,
Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425,
dan Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana jis. Undang-undang Nomor 1 Tahun
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (Berita
Republik Indonesia II Nomor 9), Undangundang Nomor 73 Tahun 1958 tentang
Menyatakan
Berlakunya
Undang-undang
Pidana
untuk
Seluruh
Wilayah
25
Terhadap
Keamanan
Negara,
2.2
26
Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963, upaya pemberantasan
korupsi
kembali
digalakkan.
Nasution
yang
saat
itu
menjabat
sebagai
beberapa
hari
kemudian,
Soebandrio
mengumumkan
pembubaran
27
28
TPK.
Perusahaan-perusahaan
negara
seperti
Bulog,
Pertamina,
29
telah dilakukan oleh Soeharto dan kroninya serta menciptakan pemerintahan yang
bersih.
Beberapa perangkat hukum yang mengatur soal pemberantasan korupsi dan
menciptakan aparat pemerintahan yang bersih segera dibuat oleh Pemerintahan
Habibie. Misalnya Tap MPR No XI/MPR/1998 dan UU No 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, UU No 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Antikorupsi), Inpres No 30
tahun 1998 tentang Pembentukan Komisi Pemeriksa Harta Pejabat, serta gagasan
pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun Pemerintahan Habibie tidak
berhasil menyeret Soeharto ke pengadilan, justru menghentikan penyelidikan kasus
tersebut lewat Jaksa Agung Andi M Ghalib yang justru diduga kuat masyarakat
sebagai koruptor.
30
terbalik perlu diterapkan karena sistem pembuktian biasa yang selama ini
dirasakan tak efektif dan sangat memberatkan aparatur penyidik dalam melakukan
penyidikan.
Pemerintah juga menyiapkan pembentukan Komisi Antikorupsi di bawah
koordinasi Dirjen Hukum dan Perundang-undangan, Departemen Kehakimanan
dan HAM. Komisi ini diharapkan terbentuk pada bulan Agustus 2001 (berdasarkan
UU No 31 tahun 1999). Sayang, Pemerintahan Abdurrahman Wahid sudah keburu
jatuh, lagi-lagi karena tuduhan perilaku korupsi, seperti Buloggate dan Brunaigate.
Jika pada masa Orde Baru dan sebelumnya korupsi lebih banyak dilakukan oleh
kalangan elit pemerintahan, maka pada Era Reformasi hampir seluruh elemen
penyelenggara negara sudah terjangkit Virus Korupsi yang sangat ganas. Di era
pemerintahan Orde Baru, korupsi sudah membudaya sekali, kebenarannya tidak
terbantahkan. Orde Baru yang bertujuan meluruskan dan melakukan koreksi total
terhadap ORLA serta melaksanakan Pancasila dan DUD 1945 secara murni dan
konsekuen, namun yang terjadi justru Orde Baru lama-lama menjadi Orde Lama juga
dan Pancasila maupun UUD 1945 belum pernah diamalkan secara murni, kecuali
secara konkesuen alias kelamaan.
Kemudian, Presiden BJ Habibie pernah mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut
pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga
Ombudsman, Presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).
Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan
dipimpin Hakim Agung Andi Andojo, Namun di tengah semangat menggebu-gebu
untuk rnemberantas korupsi dari anggota tim, melalui suatu judicial review
Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami
kemunduran dalam upaya. pemberantasan KKN.
Di samping membubarkan TGPTPK, Gus Dur juga dianggap sebagian masyarakat
tidak bisa menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung upaya pemberantasan
korupsi. Kegemaran beliau melakukan pertemuan-pertemuan di luar agenda
kepresidenan bahkan di tempat-tempat yang tidak pantas dalam kapasitasnya sebagai
presiden, melahirkan kecurigaan masyarakat bahwa Gus Dur sedang melakukan
proses tawar-menawar tingkat tinggi.
31
32
bencana alam nasional, negara dalam keadaan bahaya, dan negara sedang krisis
moneter dan ekonomi, ujarnya. Namun UU ini sulit menjadi efektif karena
banyak ditentang oleh praktisi dan ahli hukum dengan mengatasnamakan HAM.
Menanggapi hal itu pengamat hukum dari Universitas Hasanuddin (Unhas)
Makassar, Prof Achmad Ali memandang, hukuman yang berat merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Dalam sebuah seminar di
Makassar, nominator anggota Komnas HAM ini sempat melontarkan pendapat
bahwa koruptor perlu dipotong tangannya atau dihukum mati. Hukuman yang
maksimal itu dimungkinkan oleh undang-undang yang ada. Karena salah satu
fungsi hukum memang untuk menakut-nakuti warga masyarakat lain, sehingga
mereka tidak ikut-ikutan korupsi, alasannya.
Achmad Ali lantas menganalogikan dengan pelaksanaan hukum potong tangan
dalam ajaran Islam. Dan terbukti, negara seperti Arab Saudi dikenal sebagai negara
yang bersih dari korupsi karena menerapkan syariat Islam. Hukuman potong
tangan itu tidak untuk semua pencuri, tetapi hanya untuk pencuri kelas kakap
yang namanya koruptor, tegasnya.
Bisakah hukum Islam diterapkan di Indonesia? Achmad Ali menjawab, Selama
hukum Islam secara konstitusional belum diberlakukan, tentu kita belum dapat
menerapkan hukuman potong tangan. Kalau rakyat memang menghendaki dan
wakil rakyat bisa memperjuangkannya secara konstitusional, kenapa tidak?
Sekarang yang penting, hukumlah seberat-beratnya!
Korupsi merupakan penyakit negara yang sangat berdampak pada pembangunan,
tatanan sosial dan juga politik. Korupsi mempunyai karakteristik sebagai kejahatan
yang tidak mengandung kekerasan dengan melibatkan unsur-unsur tipu daya
muslihat, ketidakjujuran dan penyembunyian suatu kenyataan.
Korupsi merupakan suatu tindakan yang merugikan negara baik secara langsung
maupun tidak langsung dan jika ditinjau dari aspek normatif, korupsi merupakan
suatu penyimpangan atau pelanggaran. Merangkai kata untuk perubahan memang
mudah. Namun, melaksanakan rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang
teramat sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untuk mendobrak dan
merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi penghambat utama lambatnya
pembangunan ekonomi yang paripurna di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu
lama menjadi wabah yang tidak pernah kunjung selesai, karena pemberantasan
33
terhadap wabah tersebut tidak pernah tepat sasaran. Sebaiknya pemerintah lebih
serius dalam menanggulagi masalah korupsi ini, karena masalah ini sungguh
merugikan masyarakat terutamanya dalam pembangunan dan ekonomi. Dan bagi
para pejabat-pejabat sebaiknya menahan diri untuk mengambil hak milik orang
lain. Sebab, jika kita mengambil hak milik orang lain, kita tak ada bedanya dengan
orang yang tak punya apa-apa.
2.3
Dimulai dari seseorang bernama N.R Narayana Murthy yang memiliki keinginan
untuk menjadi seorang entrepreneur dengan modal yang kecil. Ia membentuk
perusahaan bernama Infosys dan memberanikan diri mengembangkan sebuah
software pelayanan ekspor. Pada masa itu ketika kepemimpinan dalam bisnis secara
etika tidak familiar, Ia membuat sebuah nilai dasar perusahaan. Saat ini masyarakat
mulai marah dengan korupsi yang merajalela di india. Murthy menjelaskan bahwa
untuk menjadi perusahaan yang sukses secara financial, pemimpin harus
mencontohkan tiap nilai-nilai penting kepada pegawainya.
Ketika Murthy memustuskan berhenti dari pekerjaannya dan memulai mengelola
perusahaan software, ia menetapkan sebuah visi perusahaan yaitu untuk menjadi
perusahaan yang paling dihormati di India. Dalam prakteknya, jika perusahaan
mendapatkan respect dari shareholder maka sudah mencapai visi. Jika perusahaan
mencari respect dari pelanggan maka perusahaan harus menyampaikan apa yang
dijanjikan. Jika mencari respect dari pegawai, perusahaan harus melayani mereka
dengan baik. Jika mencari respect dari investor, maka perusahaan harus beroprasi
secara transparan dan dengan akuntabilitas. Jika mencari respect dari vendor
perusahaan harus bersepakat dengan vendor. Jika mencari respect dari pemerintah,
maka perusahaan harus menghindari pelanggaran hukum. Jika hal tersebut dapat
dlakukan, keuntungan dan kapitalisasi pasar akan mengikuti.
Membangun perusahaan dengan dasar nilai-nilai, visi menjadi perusahaan yang paling
dihormati di India menawarkan solusi teknologi terbaik dan mempekerjakan tenaga
professional. Fokus pelanggan, kepemimpinan dengan memberi contoh, integeritas
dan transparansi, kejujuran dan kesempurnaan terhadap semua yang dilakukan.
34
Karena
etika
yang
diterapkan
pada
perusahaan,
pelanggan
35
belajar untuk berdiri diatas prinsip, maka salah jika berpikir menyuap untuk
mendapatkan kesuksesan.
Pada sekitar tahun 1980 Infosys keluar dari pasar bisnis software. Pada saat itu
Infosys mengimpor dan mendistribusi paket software, pemerintah mengadakan
penyesuaian bea masuk 135% untuk import paket software, tetapi banyak perusahaan
yang memanipilasi invoice untuk menghindari pembayaran bea masuk. Hal ini
memungkinkan perusahaan pesaing menurunkan biaya software yang mana akan
meguntungkan pelanggan. Infosys tidak mengikuti praktek seperti itu, walaupun itu
sah menurut para pengacara. Infosys membutuhkan cash flow, tetapi selama
perusahaan tidak bisa beroperasi di grey area, maka tidak akan berhasil mendapatkan
kesempatan.
Perusahaan yang baik harus manaati hukum yang berlaku. Lebih dari itu, kebiasaan
beretika melebihi pemenuhan hukum : memuaskan suara hati. Ketika perusahaan
menerima pengaduan bahwa terdapat karyawan yang menyalahi nilai perusahaan,
masalah tersebut diinvestigasi, memberikan kesempatan untuk individu tersebut
menjelaskan pembelaan, lalu disimpulkan dan kemudian mengambil tindahan,
walaupun karyawan tersebut memiliki kemampuan lebih dan berguna bagi perusahaan
perusahaan tetap mengambil tindakan tegas untuk pelanggaran yang dilakukannya.
Perusahaan akan menghormati karyawannya yang berperilaku baik dan berkomitmen
dengan niali-nilai perusahaan.
Indosys pernah diisukan melanggar hukum visa US dengan mempekerjakan seseorang
yang memiliki visa pengunjung yang dinilai melanggar nilai etik.
Perusahaan harus jujur kepada semua shareholder kecuali untuk asymetik informasi
yang mengacu pada insider trading. Infosys telah melakukan transparansi dalam
kesepakatan dengan investor. Sebagai pengalaman pada tahun 1995 ketika menunggu
persetujuan dari Reserve Bank of India untuk membuka kantor penjualan di luar
negeri. Perusahaan memutuskan untuk melakukan sejumlah investasi di pasar saham,
berharap akan mempercepat perputaran. Sayangnya, perusahaan mengalami kerugian
pada investasinya. Berdasarkan GAAP yang diterapkan di India, Infosys harus
mengungkapkan detail kerugian kepada shareholder.
36
Sebagai perusahaan yang bereputasi pada nilai dasar menghadapi beberapa tekanan.
Seiring dengan perkembangan Infosys, harapan masyarakat meningkat. Orang-orang
mengharapkan Infosys menjadi perusahaan yang sadar lingkungan. Untuk memimpin
kemajuan standar tata kelola perusahaan di India.
Sebagai perusahaan yang berbisnis tidak hanya sekedar berbisnis. Memaksimalkan
kekayaan
shareholder
merupakan
hal
yang
penting.
Akan
tetapi
harus
memaksimalkannya secara legal, etis dan jujur. Indeks terbaik untuk kesuksesan
sebuah perusahaan adalah going concern, yang berasal dari hidup harmonis dengan
masyarakat. Contohnya dengan menyisihkan sebagian keuntungan untuk membangun
rumah sakit, perpustakaan, pusat rehabilitasi dan memberikan beasiswa.
Strategi adalah apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan dan memelihara
diferensiasi berkelanjutan terhadap pesaing. Salah satu aspek diferensiasi Infosys
adalah penekanan pada nilai-nilai. Namun, nilai-nilai tidak hanya bagian dari proses
strategi; harus ada nature kedua untuk setiap orang dalam organisasi.
Mempertahankan budaya pengendalian nilai ketika perusahaan berkembang di lebih
dari 50% per tahun, operasinya yang mengglobal, dan lebih dari 30.000 orang muda
bergabung dengan perusahaan sementara 10.000 meninggalkan perusahaan setiap
tahun. Selama bertahun-tahun sistem nilai-nilai Infosys tidak tertulis dan hanya
dipraktekan, Pada tahun 1998 diputuskan untuk mendokumentasikannya. Para
pegawai datang dari berbagai golongan yang berbeda-beda jadi diperlukan
keberagaman sudut pandang dalam menerapkan etika dan nilai-nilai. Infosys memiliki
tiga tahapan proses untuk mensosialisasikan C-Life System: Komunikasi,
Keterlibatan dan Pemberdayaan.
Sejak memulai Infosys, Murthy menjamin karyawannya dengan tiga hal :
1. Setiap transaksi pada Infosys menaikan respect terhadap mereka dan menaikan
kehormatan mereka.
2. Perusahaan dengan sendirinya adil, transparan, dan beretika jadi mereka tidak
perlu malu akan hal itu.
3. Mereka akan belajar tiga kali lebih di Infosys disbanding di perusahaan lain.
37
38
Muharam dengan ditemani oleh anak buahnya Rosa. Dalam pertemuan yang terjadi
sekitar Agustus 2010 di sebuah rumah makan di belakang Hotel Century Senayan itu,
Nazaruddin meminta Wafid untuk dapat mengikutsertakan PT DGI dalam proyek
yang ada di Kemenpora. Singkat cerita, setelah mengawal PT DGI Tbk untuk dapat
ikut serta dalam proyek pembangunan Wisma Atlet, Rosa dan Idris lalu sepakat
bertemu beberapa kali lagi untuk membahas rencana pemberian success fee kepada
pihak-pihak yang terkait dengan pekerjaan pembangunan Wisma Atlet. Pada
Desember 2010, PT DGI Tbk pun akhirnya diumumkan sebagai pemenang lelang
oleh panitia pengadaan proyek pembangunan Wisma Atlet. Kemudian dalam
persidangan di Pengadilan Tipikor, Mindo Rosalina Manulang, mantan direktur
marketing Permai Group, perusahaan Nazaruddin mengatakan bahwa Angelina
Shondak dan I Wayan Koster juga menerima uang suap senilai Rp 5 miliar karena
juga termasuk pihak-pihak terkait dalam pemenangan tender.
40
BAB 3
KESIMPULAN
Pemberantasan korupsi tidak hanya mengenai bagaimana menangkap dan
memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi juga bagaimana mencegah tindak
pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan
antikorupsi, kampanye antikorupsi dan adanya contoh "island of integrity". Selain itu
dengan menanamkan sedini mungkin pada diri kita untuk menghindari oraktik
korupsi, akan berdampak besar pada sekitar kita untuk tidak melakukan tindak pidana
korupsi
41
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
-
42