Anda di halaman 1dari 9

HIDROLISIS PATI ENZIMATIS

Hilman Heriyanto, 230110130172


ABSTRAK
Hidrolisis pati oleh -amilase akan menghasilkan dekstrin sebagai produk utama,
dimana hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa sebagai produk akhir.
Dalam hidrolisis pati dengan munggunakan enzim -amilase pada sampel larutan
terigu membuktikan adanya kandungan glukosa jenis polisakarida di dalamnya.
Sampel diinkubasi dan diabsorbansi bertujuan agar keja dari enzim lebih
maksimal dan menghitung nilai abrosrbannya. Metode perhitungan konsentrasi
dengan menggunakan persamaan standar glukosa pada sampel terigu didapatkan
konsentrasi glukosa sebesar 17,75 gr/ml pada perlakuan 0,3 ml (6 tetes) enzim amilase dan pada tabung 2 sebesar 13,26 gr/ml dengan perlakuan 0,5 ml (10 tetes)
enzim -amilase. Dari hasil praktikum yang dilakukan beberapa kelompok,
konsentrasi larutan glukosa tertinggi ada pada sampel 5 ml tepung aci sebesar
35,32 gr/ml dengan perlakuan 0,5 ml (10 tetes) enzim -amilase dan konsentrasi
terendah ada pada sampel 4 ml tepung beras sebesar 1,24 gr/ml dengan perlakuan
0,5 ml (10 tetes) enzim -amilase.
Kata Kunci: Hidrolisis, terigu, enzim -amilase, dan konsentrasi glukosa

PENDAHULUAN
Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari unit terkecil monosakarida
yang

dihubungkan

oleh

ikatan

glikosidik.

Polisakarida

akan

menjadi

monosakarida bila dihidrolisis secara lengkap. Pati merupakan polimer dari 1,4-D-glukosa yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa akan berubah
menjadi warna biru bila diwarnai dengan reagen iodin. Polisakarida merupakan
polimer yang disusun oleh monosakarida yang bertautan dengan ikatan glikosidik.
Fungsi utama senyawa ini sebagai komponen struktural atau bentuk penyimpanan
energi. Beberapa contoh polisakarida adalah pati,glikogen dan selulosa. Hidrolisis
pati oleh -amilase akan menghasilkan dekstrin sebagai produk utama, dimana
hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa sebagai produk akhir. Enzim ini
dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, dan mikroba.

Terigu memiliki komponen utama karbohidrat jenis polisakarida bernama


amilum. Terigu dapat larut dalam air jika dipanaskan dan akan membentuk larutan
koloid. Pada praktikum ini digunakan terigu sebagai bahan dasar yang
mengandung pati dimana bertujuan untuk membuktikan hidrolisis pati dengan
menggunakan enzim amilase yang akan memecahnya menjadi molekul-molekul
kecil. Hidrolisis pati oleh -amilase akan menghasilkan dekstrin sebagai produk
utama, dimana hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa sebagai produk
akhir.
METODOLOGI
Waktu praktikum dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 November 2014
pukul 08.00 WIB di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perikanan Gedung 4 Lt. 3.
Dalam praktikum ini digunakan beberapa materi dan alat untuk memahaminya.
Materi yang digunakan dalam praktikum ini meliputi pati yang bersumber dari
terigu sebagai sampel dalam hidrolisis, aquades digunakan untuk mengencerkan
terigu sehingga menjadi larutan koloid, reagen iodine digunakan sebagai penguji
pati dimana indikator suatu senyawa polisakarida, dan enzim -amilase dimana
digunakan untuk menghidrolisis pati. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
meliputi gelas ukur yaitu untuk mengukur sampel yang dilarutkan, spatula
digunakan untuk mengambil sampel terigu, pipet tetes digunakan untuk
mengambil sampel larutan, tabung reaksi yaitu sebagai wadah sampel, hot plate
yaitu untuk memanaskan sampel yang diuji, inkubator digunakan untuk
mengisolasi sampel, dan spektrofotometer digunakan untuk mengukur nilai
absorbansi sampel (panjang gelombang).
Tahapan prosedur dalam praktikum hidrolisis pati enzimatis ini adalah
sebagai berikut:
Disiapkan sampel terigu 0,2 g, dimasukan ke dalam gelas kimia

Ditambah 10 mL aquades, dipanaskan 15 menit lalu diaduk hingga homogen

Dipisahkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masnig 4 ml

Diberi masing-masing dua tetes iodine

Ditetesi masing-masing enzim -amilase, tabung satu 6 tetes (0,3 mL) dan
tabung dua 10 tetes (0,5 mL)

Diinkubasi 10 menit pada suhu 550 C


Diabsorbansi 5 menit pada suhu 1000 C
Pembuatan kurva larutan standar glukosa digunakan untuk menghitung
konsentrasi glukosa yang terkandung di dalam sampel. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y=a+bX
Dimana rumus untuk mencari a yaitu:

a=

dan untuk mencari b yaitu:


b=

Setelah itu dimasukkan nilai absorbansi pati (Y) ke dalam rumus tersebut,
sehingga didapatlah nilai X (konsentrasi glukosa). Lalu dibuat ke dalam kurva
dengan sumbu X adalah konsentrasi glukosa, dan sumbu Y adalah absorbansi.
Sehingga terbentuk 3 titik X,Y.

Dari grafik, dapat ditemukan nilai R2. Kemudian dibandingkan nilai


koefisien korelasi R2 dengan tabel interpretasi berikut:
0,00

- 0,199

= sangat rendah

0,20

- 0,399

= rendah

0,40

- 0,599

= sedang

0,60

- 0,799

= kuat

0,80

- 1,000

= sangat kuat

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel Hasil Pengamatan
Hasil perlakuan sampel larutan terigu yang dilakukan sesuai prosedur oleh
kelompok 13, didapat data sebagai berikut:
Perlakuan
Iodine
Enzim -Amilase
Tabung 1 = 0,3 ml
Tabung 2 = 0,5 ml
Inkubasi

Pemanasan

Absorbansi

Hasil Pengamatan
Tabung 1
Tabung 2
Warna larutan hitam pekat Warna larutan hitam pekat
Warna larutan hitam
Warna larutan hitam

Warna larutan hijau


pekat
Endapan hitam
Larutan hijau bening
Endapan hijau
kehitaman
1,506
Tabel 1. Hasil Pengamatan

Warna larutan hijau


pekat
Endapan hitam
Larutan kuning bening
Endapan hijau
kehitaman
1,125

Tabel Glukosa Standar


Tabel glukosa standar digunakan untuk setiap kelompok praktikum untuk
menghitung kurva standar glukosa.
No
1
2
3

X
(Konsentrasi Glukosa)
0,4
0,3
0,2
0,9

Y
(Absorbansi)
0,030
0,026
0,013
0,069

X.Y

X2

0,0120
0,0078
0,0026
0,0224

0,16
0,09
0,04
0,29

Tabel 2. Tabel Glukosa Standar

Perhitungan Glukosa Standar


a=

= -0,0025

b=

=
Sehingga,

= 0,085

y = -0,0025 + 0,085x

Kurva Standar Glukosa

Kurva Standar Glukosa


0.033
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

y = 0.085x - 0.0025
R = 0.9146

0.029
0.025

Absorban

0.021

Linear (Absorban)
0.017
0.013
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Konsentrasi

Dimana nilai R2 adalah 0,914 yang menunjukkan koefisien korelasi sangat kuat.

Perhitungan Konsentrasi Glukosa


Jika nilai absorbansi dari pati berupa tepung terigu yang sudah dihitung
pada tabung 1 adalah 1,506 dan pada tabung 2 adalah 1,125 maka dimasukkan ke
dalam persamaan:
Tabung 1

Tabung 2

-0,0025 + 0,085 X

-0,0025 + 0,085 X

1,506

-0,0025 + 0,085 X

1,125

-0,0025 + 0,085 X

0,085 X =

1,506 + 0,0025

0,085 X =

1,125 + 0,0025

0,085 X =

1,509

0,085 X =

1,128

17,75

13,26

Tabel 3. Perhitungan Konsentrasi Glukosa kedua Tabung

Dari tabel diatas dihasilkan konsentrasi glukosa dalam tepung terigu pada
tabung 1 adalah 17,75 gr/ml dan pada tabung 2 adalah 13,26 gr/ml.

Tabel Hasil Perhitungan Konsentrasi Glukosa Lab. Bioteknologi


Seluruh sampel yang telah dihitung nilai konsentrasi glukosa di dalamnya
didapat sebagai berikut:
Kelompok

Sampel

9
10
11
12
13
14
15
16

Aci
Aci
Maizena
Maizena
Terigu
Terigu
Tepung beras
Tepung Beras

Konsentrasi Glukosa
(gr/mL)
Tabung 1 Tabung 2
3,1
4,476
16,94
35,32
6,18
2,088
6,24
20,76
17,75
13,26
35,23
24,8
6,37
1,24
5,735
10,97

Tabel 4. Konsentrasi Glukosa Tiap Sampel

Proses hidrolisis pati menggunakan enzim -amilase, dilakukan dengan


sampel larutan terigu yang dibagi ke dalam dua buah tabung reaksi. Masingmasing tabung di isi dengan volume 4 ml larutan terigu, kemudian ditetesi
masing-masing 2 tetes iodine dimana menghasilkan warna larutan menjadi hitam
pekat. Warna hitam ini menunjukan adanya kandungan polisakarida di dalam
larutan terigu. Kemudian tabung 1 ditetesi oleh enzim -amilase sebanyak 6 tetes,
dan tabung 2 ditetesi sebanyak 10 tetes. Ini dilakukan untuk meghidrolisis pati
yang terdapat di dalam larutan terigu. Kemudian kedua tabung di-inkubasi pada
suhu 550 C selama 10 menit supaya kerja enzim lebih maksimal. Setelah diinkubasi, kedua tabung diabsorbansi dan menghasilkan nilai absorban pada tabung
1 yaitu sebesar 1,506, pada tabung 2 sebesar 1,125.

Glukosa standar merupakan nilai untuk sebuah standar glukosa dimana


setiap sampel melakukan perhitungan dengan persamaan dalam glukosa standar
untuk mencari konsentrasi glukosa yang terkandung di dalam sampel. Dari hasil
perhitungan didapat persamaan yaitu y = -0,0025 + 0,085x dimana y adalah nilai
absorbansi dan x adalah konsentrasi glukosa yang dicari. Pada kurva standar
glukosa didapat R2 sebesar 0,914 dimana menunjukan sebuah koefisien korelasi
yang sangat kuat. Dari persamaan terebut, dimasukan nilai abrobansi dari masingmasing tabung dan didapat hasil pada tabung 1 memilliki konsentrasi glukosa
sebesar 17,75 gr/ml dan pada tabung 2 sebesar 13,26 gr/ml.
Dari hasil perhitungan konsentrasi yang dilakukan oleh setiap kelompok
praktikan khususnya pada lab. Bioteknologi didapat hasil konsentrasi glukosa
dengan nilai paling tinggi pada sampel 5 ml tepung aci sebesar 35,32 gr/ml
dengan perlakuan 0,5 ml (10 tetes) enzim -amilase dan sampel 5 ml tepung
terigu sebesar 35,23 gr/ml dengan perlakuan 0,3 ml (6 tetes) enzim -amilase.
Sedangkan dengan nilai konsentrasi glukosa terendah pada sampel 4 ml tepung
beras sebesar 1,24 gr/ml dengan perlakuan 0,5 ml (10 tetes) enzim -amilase dan
pada sampel 4 ml tepung aci sebesar 3,1 gr/ml dengan perlakuan 0,3 ml (6 tetes)
enzim -amilase.

KESIMPULAN
Secara

umum

dapat

disimpulkan bahwa

hidrolisis

pati

dengan

munggunakan enzim -amilase pada sampel larutan terigu membuktikan adanya


kandungan glukosa jenis polisakarida di dalamnya. Perhitungan konsentrasi
dengan menggunakan standar glukosa menunjukan kandungan di dalamnya
memiliki konsentrasi sebesar 17,75 gr/ml pada tabung 1 dan pada tabung 2
sebesar 13,26 gr/ml. Sedangkan untuk konsentrasi larutan glukosa tertinggi ada
pada sampel 5 ml tepung aci sebesar 35,32 gr/ml dengan perlakuan 0,5 ml (10
tetes) enzim -amilase dan konsentrasi terendah ada pada sampel 4 ml tepung
beras sebesar 1,24 gr/ml dengan perlakuan 0,5 ml (10 tetes) enzim -amilase.

DAFTAR PUSTAKA
Djaeni, Achmad.1989. Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat
Donald S. McLaren.1981. Nutrition and its Disorders Third Edition.Churchill
Livingstone Edinburgh London Melbourne and New York
Mored. 2000. Biokimia 2000. Erlangga: Jakarta.
Pudjaatmika H, 1986. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press:
Jakarta.
Sudarmadji. 2005. Penuntun Dasar-Dasar Kimia. Lepdikbud: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai