KELOMPOK A-12
Ketua
: Aldora Oktaviana
1102011019
Sekretaris
: Alifah Diendhia P.
1102011021
Anggota
: Istiadi Mukharam
1102009147
1102011058
Alfianca Yudha R.
1102011020
Indri Sutanti
1102009141
Amalia Fatmasari
1102011022
Ayu Lestari
1102011057
Asri Alifa S.
1102010037
Intan Aprelia
1102011127
Skenario 3
Hasil RISKESDAS 2010
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes
Kementerian Kesehatan RI didapatkan hasil terkait dengan status gizi anak sebagai berikut:
prevalence rate anak pendek sevara nasional pada kelompok umur 6-12 tahun adalah 35,6%
yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence rate kekurusan pada anak
umur 6-12 tahun adalah 12,2 % terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Sevara nasional
masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih diatas 5,0%.
RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah
masalah kekurang konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur, terutama
pada anak usia sekolah (6-12 tahun), usia pora remaja (13-15 tahun), usia remaja (16-18 tahun),
dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil diperdesaan.
Status gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkaan perilaku
kurang baik dan cenderung menyebabkan kegemukan pada anak adalah membiarkan anak duduk
berjam-jam menonton tv, kurang oalhraga, dan sering makan makanan junk food yang tinggi
lemak, kalori, garam dan rendah serat. Rekomendasi hasil RISKESDAS yang berhubungan
dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberikan makanan tambahan.
Program pemberian makanan tambahan di daerah miskis dapat dilaksanakan oleh Puskesmas
dengan menjalin kerjasaa pihak sekolah dan masyarakat.
Dalam pandangan islam, menjalakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mandiri adalah wajib.
Kata Sulit :
1. RISKESDAS : kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran kesehatan
dasar penduduk termasuk biomedis yang dilaksanakan dengan cara survey rumah tangga
diseluruh wilayah kabupaten secara serentak dan periode
2. Balitbangkes : badan penelitian dan perkembangan kesehatan
3. PHBS : sekumpulan perilaku yang dipraktekan secara sadar sebagai hasil pembelajaran
yang menjadikan seseorang mandiri dibidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan
kesehatan
4. Prevalence rate : mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yang menderita suatu
penyakit pada satu titik waktu tertentu
5. Program pemberian makanan tambahan : program intervensi bagi balita yang menderita
kurang gizi untuk meningkatkan status gizi agar kebutuhan gizinya tercapai sesuai usia
Pertanyaan :
1. Apakah indikator PHBS keluarga?
2. Apa saja pemberian makanan tambahan?
3. Apa hubungan pola asuh keluarga dengan status gizi anak? Dan ada apa saja pola asuh?
4. Apa hubungan PHBS dengan prevalence rate pada status gizi buruk?
5. Apa saja penyakit yang diakibatkan karena kekurangan konsumsi energi dan protein?
6. Berapa tahun sekali RISKESDAS dilaksanakan?
7. Program apa yang dilakukan Puskesmas untuk perbaikan gizi?
8. PHBS dalam islam?
9. Kenapa kelompok ibu hamil kurang gizi banyaknya di desa?
10. Apa saja gizi untuk ibu hamil?
Jawaban :
1. - persalinan
- ASI
- Timbangan balita
- Air bersih
- Cuci tangan
- Jamban sehat
- Pemberantasan jentik
- Makan sayur buah
- Aktifitas fisik
- Tidak merokok dirumah
2. Makanan bergizi sekalian makanan utama
3. Pola asuh :
- Otoriter : memaksakan kehendak
- Demokratis : kebebasan, tapi bertanggung jawab
- Permisif : memanjakan anak
- Penelantar : kurangnya pengetahuan, bahaya!
4. Berbanding terbalik
5. Marasmus, kwashiorkor
6. 3 tahun sekali
7. PMT, Penyuluhan, penimbangan balita, gizi ibu hamil
8. Wajib
9. Kurangnya penyuluhan dan pengetahuan, status ekonomi rendah
10. Fe, Asam folat, protein, vitamin
Hipotesis :
Puskesmas
puskesmas
Kurang gizi
RISKESDAS
Ibu hamil
STATUS GIZI
PMT
obesitas
marasmus, kwashiokor
Sasaran belajar :
1.
2.
3.
4.
5.
I.
a. Definisi
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya.
Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada tiga
faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:
1.
Faktor Pemudah (Predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat.Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan,
tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.
2.
Faktor pemungkin (enambling factors)
Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan
terlaksana.Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan
makanan bergizi, dan sebagainya.Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.
3.
Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak.Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau
orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak.Contoh
pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum
makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat
untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.
Tujuan PHBS:
1. Tujuan Umum
Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk
melaksanakan PHBS.
Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.
Manfaat PHBS:
1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:
a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan
anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan
untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal
usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
7
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
II.
Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan
kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).
2. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut
usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk.
Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode
hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,
1986).
Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor
fisik, biologisdan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Bentuk aplikasi penilaian status gizi dengan antropometri antara lain dengan penggunaan teknik
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT ini merupakan alat atau cara
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan
beserta resikonya. Misalnya berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif.
Berikut contoh penggunaan metode IMT ini untuk mementukan kondisi berat badan kita. Pada
contoh ini akan disampaikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat
badan normal berdasarkan IMT yang kemudian disesuaikan dengan keseimbangan konsumsi
sehari-hari.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan
pengukur tinggi badan.Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut :
Berat Badan (Kg)
IMT = ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Berdasarkan perhitungan diatas maka akan dapat ditentukan standard IMT seseorang dengan
berpedoman sebagai berikut :
Kategori
IMT
Kurus
<>
Kurus
sekali
17,0 18,4
Normal
Normal
18,5 25,0
Gemuk
25,1 27,0
Obes
> 27,0
13
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat.Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat
badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan
paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi
gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa
lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius
dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Macam Klasifikasi Status Gizi
1. Klasifikasi Status Gizi
14
INDEKS
Berat
menurut
(BB/U)
Tinggi
menurut
(TB/U)
STATUS GIZI
badan Gizi Lebih
umur
Gizi Baik
AMBANG
BATAS *)
> + 2 SD
-2 SD sampai
+2 SD
Gizi Kurang
< -2 SD sampai
-3 SD
Gizi Buruk
< 3 SD
badan Normal
umur
Pendek (stunted)
Berat
badan Gemuk
menurut
tinggi
Normal
badan (BB/TB)
2 SD
< -2 SD
> + 2 SD
-2 SD sampai
+ 2 SD
Kurus (wasted)
< -2 SD sampai
-3 SD
Kurus sekali
< 3 SD
Berat Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur
dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1.
Tinggi Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur
dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1.
Berat Badan / Tinggi Badan Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap
tinggi badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1
Lingkar Lengan Atas / Umur Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan
menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5
cm/tahun.
15
3. Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori
Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1. Gizi Buruk ( Sangat Kurus)
: <-3 SD
:-3SDs/d<-2SD
:-2SDs/d+2SD
:>+2SD
Dalam bidang gizi, antropometri telah diaplikasikan secara luas untuk menilai status gizi
masyarakat. Ukuran tubuh yang sering digunakan adalah berat badan dan panjang badan atau
tinggi badan. Selain itu, ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak dibawah
kulit, tinggi duduk, lingkaran perut, dan lingkaran pinggul juga sering digunakan dalam penilaian
status gizi.Penilaian status gizi masyarakat dengan antropometri pada dasarnya adalah mengukur
perubahan pertumbuhan anak yang mencakup pengukuran berat badan dan panjang badan atau
tinggi badan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku sesuai indeks antropometri
yang digunakan, seperti indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut
Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB, BB/TB), Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U), atau dengan indeks antropometri yang lainnya
STATUS GIZI ANAK
Status Gizi anak umur 6-18 tahun dikelompokan menjadi tiga kelompok umur yaitu 6-12 tahun,
13-15 tahun dan 16-18 tahun.Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini
didasarkan pada pengukurran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang
disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut
umur (IMT/U). Indeks massa tubuh anak dihitung berdasarkan rumus berikut: Dengan
menggunakan baku antropometri anak 5-19 tahun WHO 2007 dihitung nilai Z_score TB/U dan
IMT/U masing-masing anak.
Standar Deviasi Unit (SD) atau Z-Skor
SD disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan
untuk memantau pertumbuhan:
1 SD unit (1 Z-skor) + sama dengan 11% dari median BB/U
1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U
Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan ukuran
pertumbuhan (Growth Monitoring). WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap
baku NCHS Contoh:
16
1 SD unit = 11-12% unit dari median BB/U, misalnya seorang anak berada pada 75% median
BB/U berarti 25% unit berada di bawah median atau -2. Pertumbuhan nasional untuk suatu
populasi dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-skor) dari median, yang termasuk
hampir 98% dari orang-orang yang diukur yang berasal dari referensi populasi. Di bawah -2 SD
unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang ekuivalen dengan:
78% dari median untuk BB/U (+ 3 persentil)
17
Secara umum prevalensi kependekan pada anak umur 6-18 tahun adalah 34,6 persen,
masih tidak jauh berbeda dengan pada anak balita, sedangkan prevalensi kekurusan dan
kegemukan lebih rendah dari prevalensi pada balita. Prevalensi kependekan pada kelompok
umur 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun masih tinggi yaitu masih diatas 30,0%, tertinggi
pada umur 6-12 tahun (35,6 persen) dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 31,2
persen. Prevalensi kekurusan pada kelompok umur 6-12 tahun sama dengan pada umur 13-15
tahun yaitu 11,2 persen dan 11,1 persen dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 8,9
persen. Prevalensi kegemukan tertinggi pada kelompok umur 6-12 tahun yaitu 9,2 persen dan
terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 1,4 persen, sedangkan pada kelompok umur 1315 tahun sebesar 2,5 persen.
Seperti halnya pada balita, prevalensi kependekan, kekurusan dan kegemukan secara
umum lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan.Prevalensi kependekan
dan kekurusan di perkotaan lebih rendah dibanding perdesaan, sebaliknya prevalensi kegemukan
lebih tinggi di perkotaan dari perdesaan.
18
Masalah kependekan pada kelompok umur 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun
sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala rumahtangga serta
keadaan ekonomi rumahtangga.Semakin baik tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala
rumahtangga serta keadaan ekonomi rumahtangga semakin rendah prevalensi kependekan.
Sedangkan prevalensi kekurusan tidak memiliki pola hubungan yang jelas dengan ketiga
karakteristik responden tersebut.
Masalah kegemukan memiliki keterkaitan dengan tingkat pendidikan kepala rumahtangga
dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga.Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala
rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga prevalensi kegemukan cenderung
meningkat.
Implikasi untuk upaya perbaikan gizi anak umur 6-18 tahun
Masih tingginya prevalensi kekurusan pada kelompok umur 6-12 tahun (usia sekolah)
mengindikasikan adanya risiko terganggunya konsentrasi belajar bagi sekitar sepertiga jumlah
siswa SD/MI atau yang sederajat. Masalah kependekan yang masih tinggi, dimana prevalensi
kependekan pada anak perempuan juga tinggi yaitu sekitar 30 persen, dimana 12 persen
diantaranya adalah sangat pendek. Hal ini merupakan keadaan yang berisiko sebagai calon ibu
rumahtangga yang akan melahirkan generasi penerus. Untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut di atas maka perlu diintensifkan upaya perbaikan gizi anak sekolah, melalui:
Peningkatan edukasi gizi bagi anak sekolah baik di sektor pendidikan formal maupun
informal untuk pencapaian KADARZI UNTUK SEMUA. Untuk ini diperlukan
kerjasama dengan sektorpendidikan baik negeri maupun swasta untuk merumuskan
kurikulum gizi yang memadaisesuai dengan tingkatan sekolah (SD, SLTP, SLTA atau
yang sederajat).
Penyediaan makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS) terutama untuk daerahdaerahmiskin, terutama untuk anak usia sekolah (6-12 tahun). Untuk ini diperlukan
kerjasama antara sektor kesehatan dengan lembaga pendidikan baik negeri maupun
swasta serta sektor terkaitlainnya
19
20
Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderungan
peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir. Hasil survei di perkotaan
21
menunjukkan bahwa sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi lebih. Data lain
menunjukkan adanya peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya
hidup.
Dalam rangka menurunkan angka kematian Anak akibat gizi buruk,sangat diperlukan
keterlibatan Pemerintah Daerah secara langsung, serta melibatkan partisipasi masyarakat
terutama tokoh masyarakat, untuk mengelola penanganan anak gizi buruk baik, sehingga
diharapkan semua kasus gizi buruk dapat ditangani dengan baik. Penanganan anak gizi buruk
dapat dilakukan secara rawat jalan maupun rawat inap.Penanganan dengan rawat inap hanya
dilakukan di Puskesmas. Sedangkan penanganan anak gizi buruk dengan rawat jalan, merupakan
pelayanan yang diberikan dan dilakukan di fasilitas kesehatan lain seperti, Puskesmas Pembantu
ataupun Poskesdes, dan lebih membutuhkan partisipasi masyarakat
KELEBIHAN GIZI
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang
dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak
tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas
fisik dan sedentary life style.
Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan pada
semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas merupakan
masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan dan obesitas pada
anak berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai
penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker,
osteoartritis, dll. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan
22
berbagaimasalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan
pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apneu
Disamping kegiatan promosi peningkatan kesadaran gizi dan pencegahan kegemukan
dan obesitas pada anak sekolah, juga dapat dilakukan kegiatan penemuan kasus kegemukan dan
obesitas. Namun untuk menghindari stigmatisasi anak di sekolah, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan selanjutnya dilaksanakan di Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
a. Penemuan Kasus : dilaksanakan setiap tahun melalui kegiatan penjaringan kesehatan di
sekolah.
Langkah-langkah kegiatan :
1) Pengukuran Antropometri
a) Penimbangan Berat Badan
b) Pengukuran Tinggi Badan
Setelah dilakukan pengukuran antropometri oleh petugas gizi atau tenaga
kesehatan lainnya bersama guru UKS.Selanjutnya data yang diperoleh dilaporkan
ke Puskesmas, untuk ditentukan status gizinya dan tindak lanjut.
2) Penentuan Status Gizi (di Puskesmas)
a) Menghitung nilai IMT
b) Membandingkan nilai IMT dengan Grafik IMT/U berdasarkan Standar WHO
2005
c) Menentukan status gizi anak :
Kurus : < - 2 SD
Normal : - 2 SD s/d 1 SD
Gemuk : >1 s/d 2 SD
Obesitas : > 2 SD
3) Tindak lanjut :
Kesimpulan hasil penjaringan kesehatan di sekolah termasuk hasil pemeriksaan status
gizi disampaikan kepada orang tua dalam amplop tertutup melalui sekolah dengan
ketentuan
sebagai berikut:
Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi kurus, maka anak dirujuk ke
Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi normal, maka dianjurkan untuk
melanjutkan pola hidup sehat
Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka anak
dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut
Pihak sekolah/UKS bertugas memberikan dukungan dan motivasi agar anak
melaksanakan pola hidup sehat sesuai anjuran dari puskesmas, serta berusaha
menyediakan lingkungan yang kondusif untuk anak.
POLA HIDUP SEHAT CEGAH KEGEMUKAN
Konsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari
Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam/hari
Tidak menyediakan TV di kamar anak
Mengurangi makanan dan minuman manis
Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
Kurangi makan diluar
23
Marasmus adalah kekurangan energy pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh
terpakai sehingga anak kurus dan keriput.
Etiologi :
Patofisiologi
Kegagalan pertumbuhan tampak dengan berat badan rendah maupun ada edema
Edema pada kaki
24
Wawancara khusus untuk mengetahui tentang pola asuh dan pola makan dengan memakai
instrumen Food Frequency Questioner (FFQ) :
Wawancara masalah kesehatan kepada masing-masing tempat tinggal sasaran
Melakukan pemeriksaan psikologis dan aktifitas anak-anak secara terpadu
Melaksanakan pengukuran status gizi, meliputi : berat badan (BB), tinggi badan (TB),
tebal lemak, kepadatan masa tulang, lingkar lengan atas (LILA)
Melakukan pengambilan sampel darah kapiler (umur 6-23 bulan) dan darah vena (usia 212 bulan) untuk pemeriksaan golongan darah, hemoglobin serta kimia darah lengkap.
Sebelum dilakukan pengambilan darah, kelompok sasaran penelitian itu diperiksa kesehatan
jasmaninya oleh tim dokter, apakah ada indikasi medis untuk diambil spesimen darahnya. Untuk
kelancaran kegiatan penelitian tersebut, tim peneliti mengharapkan bantuan bersama petugas
puskesmas untuk menyiapkan tempat fokus penelitian untuk mengumpulkan sasaran, melakukan
edukasi dan komunikasi kepada masyarakat di tempat penelitian.
25
Makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan
Makanan pokok (sumber zat tenaga): beras, jagung, ubi, singkong, mie, dll.
Lauk pauk (sumber zat pembangun): ikan, telor, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan,
tahu, dll).
Sayuran dan buah (sumber zat pengatur): bayam, kangkung, wortel , buncis, kacang
panjang, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, dll.
Dari tiap kelompok bahan makanan dan jenis yang dikonsumsi, maka makin banyak
jenisnya makin baik dan ditambah dengan susu.
Mencegah penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), yang ditandai
dengan membesarnya kelenjar gondok do daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik
seseorang. Dan pertumbuhan anak tidak normal (kerdil).
Untuk menjaga tubuh, agar dapat berkerja atau belajar dengan baik
Membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran
Membantu mencukupi zat gizi
Menjaga kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, khususnya balita dan ibu hamil
Ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan
ASI, makanan bayi yang paling sempurna, murah dan mudah memberikannya
ASI saja mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai
bayi berumur 4 bulan
ASI yang pertama keluar (kolustrum) berwarna kekuningan, mengandung zat kekebalan
untuk mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu, harus diberikan kepada bayi dan
jangan sekali-kali dibuang
Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi 0-4 bulan
Dengan ASI mempererat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.
26
27
III.
DEFINISI
Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran
kesehatan dasar masyarakat, termasuk biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan
informasinya mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.
TUJUAN dan MANFAAT
a.Tujuan Umum
Mengetahui data dasar kesehatan untuk keperluan perencanaan di tingkat kabupaten/kota,
provinsi dan nasional.
b. Tujuan khusus:
a.
Mengukur prevalensi penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit keturunan
termasuk data biomedisnya
b.
c.
d.
28
MANFAAT PENELITIAN
1.
2.
Mampu menyusun perencanaan program lebih akurat, sesuai situasi dan kondisi tiap kabupaten/kota.
Mampu memetakan masalah kesehatan dan menajamkan prioritas pembangunan kesehatan antar
wilayah.
METODOLOGI
1. Kerangka Konsep
2. Disain Riset
Disain penelitian adalah survei berskala besar, potong lintang (cross-sectional), nonintervensi/observasi
3. Tempat dan Waktu
Lokasi riset adalah seluruh provinsi (33 provinsi), di seluruh kabupaten/ kota (+ 400 kabupaten/
kota), di Indonesia.
29
30
Bila digunakan p=50%, z=1,96 dan d=0,15 maka besar sampel adalah 171 rumah tangga /
kecamatan. Penggunaan cluster sampling memerlukan design effect, yang biasanya dipakai
angka 2, sehingga jumlah sampel per kecamatan adalah 171 x 2 = 342 rumah tangga. Perkiraan
drop out sebesat 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 100/90 x 342 = 381 rumah tangga.
Untuk kepraktisan di lapangan maka dibulatkan besar sampel per kabupaten adalah 400 rumah
tangga.
Dengan menggunakan kerangka sampling BPS dan perkiraan jumlah sampel di atas, di seluruh
Indonesia didapatkan 280 ribu rumah-tangga terpilih. Jumlah rumah-tangga tiap provinsi dan
kabupaten/ kota berbeda sesuai dengan prinsip PPS tersebut.
Rumah tangga terpilih oleh BPS dalam KOR Susenas 2007, apabila dalam proses pengumpulan
data Riskesdas menolak, tidak dapat digantikan dengan rumah-tangga lainnya
7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Seluruh anggota rumah tangga dalam rumah tangga terpilih dijadikan sebagai responden untuk
wawancara dengan kuesioner yang telah disiapkan, dan dilakukan pengukuran antropometri.
Pemeriksaan visus pada responden usia 5 tahun.
Pemeriksaan gigi permanen.pada responden usia 12 tahun.
Pemeriksaan tekanan darah pada responden usia 12 tahun
Sampel responden pemeriksaan yodium dalam urin adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) lakilaki atau perempuan.
Sedangkan pengambilan spesimen darah dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Semua orang yang terpilih dalam DSRT-BPS dimasukkan sebagai responden dengan kriteria
sebagai berikut :
Anak usia 12-59 bulan
Anak usia 5-14 tahun
Perempuan dewasa usia 15 tahun
Laki-laki dewasa usia 15 tahun
b. Kriteria eksklusi
Usia diluar kriteria inklusi
Ibu hamil
Sakit berat
Jompo
Menolak menjadi responden
31
Pengenalan Tempat
b.
Keterangan Rumah-tangga
c.
Keterangan Pewawancara
d.
e.
Mortalitas
f.
g.
h.
Sanitasi Lingkungan
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Kesehatan Mental
o.
p.
Kesehatan bayi
q.
Jenis data biomedis dari spesimen darah yang dikumpulkan menghasilkan data tentang:
a.
Penyakit menular (DHF, TB paru, malaria, rubella, HIV, demam typhoid, PMS, CMV).
32
b.
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (DPT, polio, campak, hepatitis).
c.
d.
e.
Semua sampah biomedis akan dikelola oleh RS yang ditunjuk untuk dimusnahkan sesuai
prosedur universal precaution.
9. Prosedur Pengambilan, Transportasi, Penyimpanan dan Pemeriksaan Spesimen Darah
*
Untuk pemeriksaan spesimen secara biologi molekuler dan imunologi akan dilakukan
secara bertahap. Seluruh spesimen darah akan disimpan di laboratorium Badan Litbang
Kesehatan, Jakarta.
Seluruh pemeriksaan spesimen darah dilakukan sesuai prosedur baku yang dilakukan di
laboratorium kesehatan.
Kuesioner (Daftar Sampel Rumah Tangga/ DSRT, instrumen rumah-tangga dan Individu).
b.
c.
Peralatan medis (pengukur tekanan darah digital, alat pemeriksaan visus, alat pemeriksaan
gigi)
33
d.
Peralatan antropometri (alat ukur tinggi dan panjang badan (microtoise, length measuring
board), timbangan berat badan digital, pita lingkar lengan atas/ LILA, pita ukur lingkar
perut).
e.
f.
g.
Prosedur pengumpulan data akan dilakukan dengan membentuk tim yang terdiri dari 4 orang
yaitu:
1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan
3 orang pewawancara, sekaligus melakukan pengukuran dan pemeriksaan
Setiap tim bertanggung jawab pada 10 - 15 BS yang akan diselesaikan dalam waktu 4-6 minggu.
Jumlah tim pengumpul data di tiap Kabupaten/ Kota bervariasi, tergantung pada jumlah BS.
Pengumpulan data Riskesdas dilakukan sesudah pengumpulan data Susenas 2007 (yang
dilakukan oleh BPS). Bila pengumpulan data Susenas dilakukan bulan Juli - Agustus 2007,
pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas akan dilakukan segera sesudahnya yaitu bulan
September - November 2007. Semua sampel Susenas (Kor) sebanyak 280 ribu rumah-tangga
merupakan juga sampel Riskesdas (tidak dapat dilakukan penggantian sample).
Pengukuran antropometri, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan visus dan gigi-mulut,
dilakukan sesuai dengan prosedur baku (lihat lampiran).
Untuk pengumpulan data biomedis (spesimen darah), dilakukan oleh tim tersendiri yang terdiri
dari 2 orang petugas laboratorium yang ditunjuk. Pengumpulan data biomedis dilakukan hanya
pada sub-sampel (10 persen dari BS terpilih di daerah perkotaan dan pedesaan).
Untuk pengambilan spesimen, berdasarkan kelaziman di lapangan, diputuskan hal-hal sebagai
berikut:
1.
2.
Anak balita (1-4 tahun) dan anak (5-14 tahun) diambil darahnya sebanyak 5 cc, separuh
untuk pemeriksaan langsung di lapangan, separuh disimpan untuk selanjutnya dikirim ke
pusat (Balitbangkes) untuk pemeriksaan serologis.
3.
34
Volume
Peruntukan
Anak balita
5 cc
Anak
5 cc
Dewasa perempuan
15 cc
Dewasa laki-laki
15 cc
Darah untuk pemeriksaan serologis akan dimasukkan ke dalam tabung dan secara berkala
(diperkirakan setiap 3 hari atau 2 kali seminggu) dibawa oleh kurir ke laboratorium terdekat yang
mempunyai fasilitas penyimpanan darah.
11. Bahan Pengumpulan Data
Bahan pengumpulan data terdiri dari instrumen pengumpulan data (kwesioner) dan peralatan.
Kuesioner untuk wawancara telah diuji-coba terlebih dahulu untuk mengetahui masalah dalam
tingkat kesulitan, pemahaman bahasa dan istilah kesehatan, alur pertanyaan.Kuesioner hari uji
coba direvisi. Alat pengukuran akan ditera sebelumnya, untuk meningkatkan validitasnya.
12. Organisasi Pengumpulan Data
Organisasi pengumpulan data Riskesdas adalah sebagai berikut:
1.
Di tingkat pusat dibentuk Tim Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tim Teknis, Tim
Manajemen dan Tim Pelaksana Pusat:
-
Tim Penasehat terdiri dari Menkes dan Kepala BPS, Kepala BKKBN dan Pejabat
eselon I Depkes.
Tim Pengarah terdiri dari Kabadan, Pejabat eselon I, eselon II Depkes dan sektor
terkait.
Tim Teknis terdiri dari Pejabat eselon II di lingkungan Balitbangkes dan BPS
35
2.
Tim Manajemen terdiri dari Pejabat eselon II, eselon III Balitbangkes
3.
Tim Pelaksana di tingkat provinsi diketuai oleh Kadinkes Provinsi, Kasubdin Bina
Program, Peneliti Balitbangkes, dan Kasie Litbang/ Kasie Puldata Dinkes Provinsi.
Di tingkat Kabupaten/ Kota dibentuk Tim Pengumpul Data. Banyaknya tim pengumpul data
tergantung kepada jumlah Blok Sensus (BS) di Kabupaten/ Kota tersebut. Setiap tim pengumpul
data mencakup 10 - 15 BS. Tiap tim pengumpul data terdiri dari 4 orang yang diketuai oleh
Ketua Tim (Katim). Kriteria tim pengumpul data (termasuk Katim) adalah minimal D3 bidang
kesehatan terutama keperawatan, dapat bekerja penuh selama pengumpulan data Riskesdas yang
diperkirakan selama 1 bulan di lapangan.
Tenaga pengumpul data akan direkrut dari tenaga Poltekkes, tenaga Stikes. Kekurangan tenaga
pengumpul data dapat menggunakan staf Dinas Kesehatan kabupaten dengan persetujuan kepala
bidang masing-masing untuk dibebaskan dari tugas rutin.
Berikut ini 10 perilaku tidak sehat yang sering kita lakukan, serta cara mengatasinya:
1.
Stress Berlebihan
Sejak dulu, kita tahu bahwa stres yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh
seseorang dan memacu resiko penyakit jantung, serta membuat kita tidak nyaman.Stres yang
berlebihan juga memacu penuaan dini.Ibu-ibu yang memiliki anak-anak dengan penyakit kronis
merupakan orang-orang yang mengalami stres, dan mengalami penuaan dini yang paling
ekstrim.
Cara cepat untuk mengurangi stres adalah dengan menarik nafas dalam-dalam yang disebut
dengan pernafasan difragmatik.Untuk jangka panjangnya, luangkan waktu untuk melakukan halhal yang dapat mengurangi stres Anda.
2.
Minum Alkohol
Bukan merupakan suatu kebetulan bila alkohol merupakan kabar buruk mengenai stres.Para
wanita sebaiknya membatasi diri meminum minuman beralkohol.Berbagai gangguan kesehatan
juga bisa timbul dari kebiasaan minum alkohol yang berlebihan.Termasuk serangan jantung,
kangker hati, kanker tenggorokan, dan kanker payudara.
3.
Kurang Bergerak
Dengan sedikit menggerakkan tubuh, kita dapat memperpanjang hidup serta mengurangi
kelebihan berat, mengurangi stres, dan bahkan mencegah penyakit Alzheimer. Langkah pertama
yang perlu dilakukan yaitu hanya dengan berjanji pada diri sendiri bahwa kita akan lebih aktif.
Parkirlah mobil dari jauh pintu masuk, menggunakan tangga dan tidak menggunakan lift,
melakukan olahraga/senam, jalan kaki selama 30 menit atau lebih banyak selama lima kali atau
lebih dalam satu minggu.
37
4.
Lemak yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memacu kolesterol tinggi dan merangsang
penyakit jantung.Biasakan diri Anda untuk mengkonsumsi makanan yang non-kolesterol dan
berkadar lemak rendah.
Tips: Takar asupan lemak, jangan lebih dari 10 persen (atau kurang) dari seluruh kalori.
5.
Merokok
Untuk mengurangi bahaya kanker dan kerutan dini, Anda dapat mengganti rokok dengan permen
karet rasa nikotin.Berdasarkan penelitian di tahun 2004, permen karet rasa nikotin memberikan
hasil dua kali lipat dimana perokok berhenti merokok dibandingkan dengan keinginan/janji si
perokok untuk berhenti merokok.
6.
Polusi udara dapat menyebabkan batuk dan sakit mata/mata perih dan hal ini berhubungan
dengan serangan pada penyakit asma dan saluran pernafasan. Usahakan untuk berada di dalam
ruangan sebanyak yang Anda bisa bila kadar udara sedang tinggi.
7.
Batasi diri Anda dari sengatan sinar matahari dan gunakan tabir matahari, paling tidak yang
mengandung SPF 15 untuk mencegah resiko kanker kulit dan juga kerutan.
8.
Kurang Tidur
Kurang tidur berhubungan dengan obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah ingatan.
Singkirkan segera televisi dan benda-benda elektronik lain yang mengganggu ketenangan dari
kamar tidur Anda. Tata ulang kamar tidur Anda dan ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman
dengan lampu yang temaram yang membuat Anda tidur dengan nyenyak.
9.
Kelebihan berat badan dapat memicu kemungkinan penyakit serangan jantung, diabetes, bahkan
kanker. Penelitian mutakhir menyatakan jenis diet yang dilakukan kurang penting dibandingkan
dengan komitmen Anda untuk melakukan diet tersebut dengan disiplin.
10. Mengonsumsi Gula Berlebih
Gula yang berlebihan dapat menaikkan berat badan dan kemungkinan terserang penyakit
jantung.Ahli nutrisi menyarankan untuk menjaga tambahan gula pada makanan kecil/cemilan
dan kue-kue kering sampai 12 sendok teh per hari pada diet berkalori 2200. Selain itu ganti
makanan yang manis-manis dengan buah-buahan dan sayuran segar
V.
Dalam kehidupan manusia pasti melewati tiga hal, yaitu sehat, sakit dan mati. Sehat dan sakit
merupakan rona dan dinamika yang abadi selama manusia masih hidup di muka bumi. Ini yang
harus disikapi dengan bijak dan adil bagi umat beragama. Sehat menurut batasan World Health
Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO pada tahun 1984 menyatakan
bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya.
38
Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja,
yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan
sehat dalam arti sosial; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama
(spiritual).
Islam sejak awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventifprotektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek
persoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan manifestasi dari tauhid
pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsii tentang kehidupan manusia
yang pada gilirannya tentu saja dapat merubah perilakunya. perilaku yang diharapkan dari
manusia yang bertauhid adalah perilaku yang merealisasikan ketaatan kepada perintah dan
larangan Allah SWT.
Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam yang kuat lebih baik dan lebih
disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan dalam hadis
berikut:
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin
yang lemah. (HR. Muslim)
Senada dengan hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan:
Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat.
Mengingat pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam hadits di atas, maka menjaga
kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim. Karena dalam kaidah hukum Islam
perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan perantaranya. Artinya jika
membangun badan/fisik yang sehat merupakan perintah wajib, maka melakukan perbuatan untuk
menjaga kesehatan hukumnya wajib pula.
Secara filosofis, makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kesehatan dalam diri manusia
yang meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara jasmani dan
rohani adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan nilai-nilai ruhaniyah,
sehingga melahirkan amal saleh. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan, ialahh
lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya
tetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan yang mencakup fisik, biologi, sosial, dan
ekonomi mempunyai pengaruh paling besar terhadap kondisi kesehatan. Manusialah yang paling
memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup
Ketika Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam juga
memberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan dalam Islam
adalah faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan makanan kecuali
makanan yang halal dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT:
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat di
bumi.. (QS. Al-Baqarah: 168)
39
Makanan yang halal dan bergizi akan membuat tubuh kuat dan tahan terhadap serangan penyakit.
Dengan tubuh yang sehat dan kuat ini maka kemungkinan tertular penyakit menjadi kecil. Orang
yang mudah terserang penyakit adalah orang-orang yang tidak memiliki antibody yang kuat yang
biasanya disebabkan kondisi fisik yang tidak sehat. Karena itu, kesehatan tubuh harus benarbenar diperhatikan dengan mengonsumsi makanan-makanan yang halal dan bergizi. Makanan
yang halal dalam Islam adalah makanan-makanan yang terpilih tidak saja dari segi substansi
makanannya tetapi juga dari segi asal makanan diperoleh. Konsep kesehatan dalam Islam tidak
hanya mengutamakan kesehatan fisik tetapi juga psikis.
Sedangkan makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang lebih spesifik lagi dari sekian
banyak makanan yang halal. Sehingga dengan kriteria makanan yang halal dan bergizi ini,
makanan yang masuk ke dalam perut manusia benar-benar makanan yang terpilih. Islam
menyadari betul bahwa perut adalah sumber munculnya berbagai macam penyakit, karena itu
agar tubuh sehat, makanan yang akan masuk ke dalam perut harus disaring terlebih dahulu, baik
aspek gizi maupun kehalalannya.
Urgensi Kebersihan dan Kesehatan
Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat
dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik. (QS. Ali Imran: 179)
Landasan nilai tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini
merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan oleh
Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban membersihkan dari najis,
hadats kecil, janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap
kebersihan fisik dan jiwa. Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung
membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan
muka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar.
Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan
puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin mendapatkan kesempatan untuk
diistirahatkan
Dari hidup bersih menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu
kesehatan, yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang harus
diberantas. Sebab, orang yang terjangkit penyakit pastilah mengganggu pelaksanaan ibadah
secara sempurna dan menghambat produktifitas manusia. Islam mengajarkan pengobatan, tetapi
Islam lebih menekan pada pencegahan terkena penyakit. Oleh karena itu, perlu umat Islam
mempunyai perspektif bahwa membangun kesadaran hidup bersih, sehat dan mengobati penyakit
adalah bagian dari dakwah Islam
Karena itu, salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (dafu
al-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis.
Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. menyembah dan mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau
psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik.
Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia
40
menjaga
kesehatan.
Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya
mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun
makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka
ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang
dikonsumsi dan bisa juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat
menekankan kebersihan.
Kesimpulan
Dua konsep Islam tentang kebersihan dan kesehatan sangat tepat untuk membangut sumber daya
manusia yang berkualitas. Karena untuk menjadi manusia yang produktif dan kreatif
prasyaratnya harus bergaya hidup bersih dan sehat. Kondisi sehat ialah manusianya yang
memiliki ketahanan tubuh yang kuat, sehingga tercipta generasi dan masyarakat yang tercantum
dalam firman Allah SWT:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (an Nisaa:9)
"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." (Al-Hadits)
41
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta :
Rineka Cipta
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI
Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius
Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei
2013
dari:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-GerakanNasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf
Mensucikan Diri diunduh 27 Mei 2013 dari: http://www.dzikir.org/index.php/syariatislam/shalat?start=1
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang
(Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf
Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
(PHBS)
diunduh
27
Mei
2013
dari:
http://dinkessulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013 dari:
www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat
Rancangan Undang-Undang RI Tentang Pemberian Makanan Tambahan dan Pemeriksaan
Kesehatan Berkala Bagi Anak Usia 1 (Satu) sampai dengan 12 (Dua Belas) Tahun diunduh 29
Mei 2013 dari: http://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanantambahan.pdf
10 Langkah Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsarilebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html
42