Anda di halaman 1dari 13

PERTANYAAN DISKUSI

1. Mengacu kepada SA Seksi 312, evaluasi auditor atas materialitas meliputi:

Paragraf 17
Bilamana auditor menyimpulkan bahwa terdapat risiko signifikan salah saji
material dalam laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan
kesimpulannya ini dalam menentukan sifat, saat, atau luasnya prosedur;
penugasan staf; atau perlunya tingkat supervisi yang semestinya. Pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan personel yang dibebani tanggung jawab
perikatan signifikan harus sesuai dengan penaksiran auditor terhadap tingkat
risiko untuk perikatan tersebut. Risiko tinggi dapat menyebabkan auditor
memperluas prosedur yang diterapkan, atau memodifikasi sifat prosedur untuk
memperoleh bukti yang lebih bersifat persuasif.
Paragraf 21
Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan
materialitas sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun.
Dalam situasi lain, perencanaannya baru dilakukan setelah laporan keuangan
yang diaudit selesai disusun, namun is mungkin menyadari bahwa laporan
tersebut masih memerlukan modifikasi signifikan. Dalam kedua keadaan
tersebut, pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan
atas laporan keuangan interim entitas tersebut yang disetahunkan atau laporan
keuangan tahunan satu periode atau lebih sebelumnya, asalkan is memperhatikan
pengaruh perubahan besar dalam entitas tersebut (contoh: merger), dan
perubahan lain yang relevan dalam perekonomian secara keseluruhan atau
industri yang merupakan tempat entitas tersebut berusaha.
Paragraf 22
Jika secara teoritis diasumsikan bahwa pertimbangan auditor tentang materialitas
pada tahap perencanaan didasarkan atas informasi yang sama dengan informasi
yang tersedia pada tahap evaluasi, maka materialitas untuk tujuan perencanaan
dan evaluasi akan sama. Namun, pada saat merencanakan audit, biasanya tidak
mungkin bagi auditor untuk mengantisipasi semua keadaan yang mungkin, yang
akhirnya akan mempengaruhi pertimbangannya tentang materialitas dalam
mengevaluasi temuan audit pada tahap penyelesaian audit, karena (1) keadaankeadaan yang melingkupi mungkin berubah dan (2) tambahan informasi
mengenai masalah akan selalu ada selama periode audit. Dengan demikian,
pertimbangan awal tentang materialitas akan berbeda dengan pertimbangan yang
digunakan dalam mengevaluasi temuan audit. Jika tingkat materialitas
diturunkan ke tingkat semestinya yang lebih rendah dalam mengevaluasi temuan
audit (dengan demikian risiko audit yang dihadapi oleh auditor meningkat),
auditor harus mengevaluasi kembali kecukupan prosedur audit yang telah
dilaksanakan.

Hasil diskusi KAP Umar dan Rekan adalah kemungkinan nilai properti bangunan di
Sidoarjo berkisar antara 640.000.000 s.d 800.000.000 dari nilai historis
1.448.000.000, jika dilakukan impairment, maka akan terjadi penurunan nilai
sebesar 45% - 56% (648-808 juta).
Nilai impairment tersebut menurut saya sangat signifikan dan material apabila
disajikan dalam laporan keuangan, terlebih impairment mengharuskan perusahaan
(PT Maju Makmur) untuk mengakui kerugian pada rugi laba tahun berjalan sebesar

itu pula yang tentunya akan berpengaruh material pada posisi laba/rugi tahun
berjalan.
2. Pada PSA No.16 Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti,

di paragraf 8 menyatakan bahwa Apabila calon klien menolak memberikan izin


kepada auditor pendahulu untuk memberikan jawaban atau membatasi jawaban
yang boleh diberikan, maka auditor pengganti harus menyelidiki alasan-alasan dan
mempertimbangkan pengaruh penolakan atau pembatasan tersebut dalam
memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan dari calon klien tersebut.
3. Kecurangan yang terjadi didalam perusahaan dapat disebabkan oleh kurangnya

integritas yang mengarahkan auditor pada indikasi adanya tindak kecurangan yang
dilakukan pihak manajem dalam pelaporan keuangan.
Alternatif tindakan yang harus dilakukan KAP AS&R berdasarkan PSA No.70,
Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan, maka
Dalam hal tertentu, meskipun faktor risiko kecurangan telah diidentifikasi ada,
pertimbangan auditor mungkin berupa prosedur yang telah direncanakan
sebelumnya telah memadai untuk menanggapi faktor risiko tersebut (Par 26)
Dalam hal faktor resiko kecurangan dari kurangnya integritas berdasarkan
pertimbangan auditor cukup signifikan dan material berdasarkan hasil
komunikasi dan KKP dengan auditor pendahulu, maka maka dilakukan
modifikasi atas prosedur audit (Par 26)
Berdasarkan pertimbangan auditor terhadap salah saji material sebagai akibat
dari kecurangan dan hasil pengujian audit mungkin menunjukkan risiko
kecurangan yang signifikan, auditor dapat mempertimbangkan pengunduran diri
dari perikatan (Par 36).
4. PSPM No.03, Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu (SPM Seksi 300)

Tujuan program review mutu IAI adalah untuk meningkatkan mutu kinerja
anggota IAI dalam perikatan audit, atestasi, akuntansi dan review, konsultansi
(Par 1)
Pentingnya peer review bagi KAP, meliputi (Par 2)
a. Memahami apa yang dibutuhkan untuk mencapai praktik bermutu.
b. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang semestinya.
c. Memiliki prosedur review secara independen atas praktik akuntansi dan
audit mereka dan dilaksanakan paling tidak sekali dalam tiga tahun.
d. Melakukan tindakan perbaikan dan koreksi yang diperlukan.
Untuk tim peer review (par 31 dan 35) yang melakukan pemeriksaan atas aspek
profesional praktik akuntansi dan audit KAP meliputi laporan yang diterbitkan
untuk atau kepada kantor lain di KAP yang di-review, kantor korespondensi, atau
kantor afiliasi yang di dalamnya perikatan yang terpilih pada kantor praktik yang direview mencakup penggunaan pekerjaan kantor lain, koresponden atau afiliasi, tim
pe-review dapat membatasi review-nya pada porsi perikatan yang dilaksanakan oleh
kantor praktik yang di-review, tetapi harus mengevaluasi ketepatan instruksi yang
diterbitkan oleh kantor yang di-review dan memadai atau tidaknya prosedur yang
dijalankan sesuai dengan standar profesional. Dalam par 31, review tidak perlu
mencakup aspek bisnis praktik itu. Di samping itu, anggota tim pe-review tidak

perlu berhubungan atau menghubungi semua klien KAP yang di-review dalam
hubungannya dengan review ini
5. Tujuan dokumentasi audit (PSA No.15 Kertas kerja):
Menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk representasi

tentang pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat ditunjukkan


dalam laporan auditor dengan disebutkannya frasa "berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia."
Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
Isi permanent file:
Profil singkat perusahaan serta beberapa aturan dan kebijakan terkait praktik
akuntansi yang berlaku di perusahaan dan standar akuntansi yang berlaku
umum.
Isi berkas tahun berjalan:
Semua dokumen yang didapatkan dari hasil pelaksanaan prosedur audit.
Contoh: LK, representasi manajemen, pemahaman entitas, program audit,
matriks pemahaman SPI, dll.
6. PSA No.05 Penunjukkan Auditor Independen

Paragraf 5
Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang akan
dilaksanakan untuk setiap perikatan. Pemahaman tersebut mengurangi risiko
terjadinya salah interpretasi kebutuhan atau harapan pihak lain, baik di pihak
auditor maupun klien. Sebagai contoh, pemahaman tersebut akan mengurangi
risiko bahwa klien dapat secara tidak semestinya mempercayai auditor untuk
melindungi entitas dari risiko tertentu atau untuk melaksanakan fungsi tertentu
yang merupakan tanggung jawab klien. Pemahaman tersebut harus mencakup
tujuan perikatan, tanggung jawab manajemen, tanggungjawab auditor, dan
batasan perikatan.Auditor harus mendokumentasikan pemahaman tersebut
dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam bentuk komunikasi tertulis dengan
klien. Jika auditor yakin bahwa pemahaman dengan klien belum terbentuk, harus
menolak untuk menerima atau menolak untuk melaksanakan perikatan.
Paragraf 6
pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan umumnya
mencakup hal-hal berikut ini
a. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan
keuangan.
b. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan
pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan.
c. Manajemen bertangung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa
entitas mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.
d. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan
informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor.
e. Pada akhir perikatan, manajemen akan menyediakan suatu surat bagi auditor
yang menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit
berlangsung.
f. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut

mensyaratkan bahwa auditor memperoleh keyakinan memadai, bukan


mutlak, tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu, salah saji
material mungkin akan tetap tidak terdeteksi. Begitu pula, suatu audit tidak
didesain untuk mendeteksi kekeliruan atau kecurangan yang tidak material
terhadap laporan keuangan. Jika, oleh karena sebab apa pun, auditor tidak
dapat menyelesaikan auditnya atau tidak dapat merumuskan atau tidak
merumuskan suatu pendapat, is dapat menolak menyatakan suatu pendapat
atau menolak untuk menerbitkan suatu laporan sebagai hasil perikatan
tersebut. Suatu audit mencakup pemerolehan pemaaaman atas pengendalian
intern yang cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat,
saat, dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan. Suatu audit tidak
didesain untuk memberikan keyakinan atas pengendalian intern atau untuk
mengidentifikasi semua kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa komite audit atau pihak lain yang
memiliki kewenangan dan tanggung jawab setara akan menyadari adanya
kondisi yang dapat dilaporkan yang diketahui oleh auditor.
Lebih lanjut, pemahaman tugas dan fungsi audit tercantum dalam bentuk surat
perikatan audit (engagement letter).
Berdasarkan SOA seksi 302 dan 404, prosedur audit tambahan dalam hal PT Maju
Makmur menjadi perusaaan publik berdasarkan Sarbanes-Oxley Act, yaitu
memeriksa efektivitas sistem pengendalian intern
SOA seksi 302
Chief Executive harus bertanggungjawab secara personal tentang akurasi
(accuracy) dan kelengkapan (completness) mengenai laporan keuangan
perusahaan
SOA seksi 404
Sebuah sistem pengendalian intern yang kuat dan memadai harus ditegakkan
untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan fraud
7. PSAR No.01 (SAR seksi 100):

Paragraf 1
Akuntan dapat memberikan jasa kompilasi dan review atas laporan keuangan
kepada entitas nonpublik.
Paragraf 4
Suatu entitas nonpublik adalah entitas yang tidak merupakan:
a. Entitas yang sekuritasnya diperdagangkan dalam suatu pasar publik, baik
pada bursa utama (domestik atau asing) atau pada bursa parallel
b. Entitas yang mendaftar pada suatu instansi yang berwenang dalam
rangka persiapan untuk menjual suatu jenis surat berharga di pasar
umum, atau
c. Suatu anak perusahaan, corporate joint venture, konsorsium, atau entitas
lainnya yang dikendalikan oleh suatu entitas yang termasuk dalam (a)
atau (b).
d. Entitas yang tidak wajib menyampaikan laporan keuangan auditannya
kepada pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

KAP AS&R dapat menyarankan PT Maju Makmur untuk sekedar menggunakan


jasa review guna mendapatkan keyakinan terbatas karena Langgeng Santoso selaku
pemilik PT Maju Makmur merasa keberatan dengan audit fee yang harus
dikeluarkan. PT Maju Makmur bukanlah suatu perusahaan yang memiliki kewajiban
audit atas laporan keuangannya sehingga dalam hal untuk suatu jasa audit.
Perbedaan antara audit dan review
Audit bertujuan untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang kewajaran
laporan keuangan guna menerbitkan suatu pendapat/opini tentang laporan
keuangan secara keseluruhan
Review tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat seperti itu, karena
dalam review tidak mencakup pemerolehan suatu pemahaman atas pengendalian
intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan akuntansi dan
pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan dengan cara pemerolehan
bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, atau konfirmasi,
dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam suatu audit.
Dampak finansial perusahaan terbuka adalah dengan adanya kewajiban audit atas
laporan keuangan setiap tahunnya untuk diterbitkannya pendapat/opini yang
memberikan keyakinan memadai kepada pengguna laporan keuangan atas
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan terbuka dan kemudian
hal ini mengharuskan perusahaan menyiapkan sejumlah dana untuk fee audit.
8. Rekomendasi:

Mendeteksi faktor-faktor resiko kecurangan yang mungkin terjadi di dalam


manajemen perusahaan
Menilai efektivitas SPI dan integritas manajemen PT Maju Makmur
Mengevaluasi pengecualian KAP Umar dan Rekan

LATIHAN
1. Lampiran 2.a
KAP Adi Susilo dan Rekan
ANALISIS KEWAJIBAN HUKUM POTENSIAL
Klien Potensial
Tipe Perikatan
Formulir Diisi Oleh

: PT Maju Makmur
: Audit Laporan Keuangan
: Arief Effendi

Tanggal : Maret 2011

1. Apakah klien potensial merupakan perusahaan pribadi atau perusahaan publik?


PT Maju Makmur adalah perusahaan berbentuk perseroan terbatas dengan
kepemilikan saham terbagi pada delapan grup investor. Langgeng Santoso
(berusia 46 tahun) memiliki 30% atas saham yang dikeluarkan, sementara
ketujuh pemegang saham berbagi kepemilikan antara 6% hingga 22% atas
saham perusahaan.Langgeng Santoso bertindak sebagai pemimpin dan pelaksana
kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. PT Maju Makmur berencana untuk
menjadi perusahaan terbuka.
2. Evaluasi kewajiban potensial pada klien sebagai konsekuensi yang timbul jika
perikatan diterima oleh KAP AS&R.
Hukum kontrak
Seorang auditor bertanggungjawab kepada klien atas pelanggaran kontrak, jika:

Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan


GAAS
Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati
Melanggar hubungan kerahasiaan klien

Hukum kerugian
Tindakan yang dapat merugikan milik, badan, atau reputasi seseorang, terdiri
dari:
Kelalaian yang biasa ~ kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang
biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam kondisi yang sama
Kelalaian kotor ~ kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang
paling ringan pada suatu kondisi tertentu
Kecurangan ~ penipuan yang direncanakan

3. Buatlah daftar pihak ketiga yang saat ini memiliki hubungan finansial dengan
klien potensial yang laporan keuangannya diharapkan dapat dilihat. Pihak
tersebut disebut primary and foreseen beneficiaries.
Pihak ketiga yang memiliki hubungan finansial adalah bank lokal sebagai
kreditur, investor pemilik saham perusahaan yang memiliki bagian modal, serta
Samsang sebagai produsen/pemasok yang menyalurkan produk elektroniknya
melalui PT Maju Makmur.
4. Diskusikan kemungkinan bahwa pihak ketiga lain terlibat dalam suatu posisi
dimana mereka dapat mengakses laporan keuangan klien potensial. Pihak
tersebut disebut foreseeable beneficiaries.
Foreseeable beneficiaries: auditor pengganti dalam hal terjadi pergantian auditor
dan pemerintah selaku fiskus (pemungut pajak).
5. Evaluasi kewajiban hukum yang dapat timbul berkaitan dengan pihak ketiga
baik yang saat ini maupun yang potensial, ketika KAP AS&R menerima
perikatan audit.
Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga terjadi jika penggugat
mengalami kerugian karena mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan.
Pihak ketiga : pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir dan
kreditor lain, karyawan, dan pelanggan.

Lampiran 2.b
KAP Adi Susilo dan Rekan
INFORMASI DARI AUDITOR PENDAHULU
Klien Potensial
Formulir Diisi Oleh
Auditor Pendahulu
Tanggal Wawancara

: PT Maju Makmur
: Arief Effendi
: KAP Umar dan Rekan
: Maret 2011

1. Umar merasa bahwa Langgeng Santoso dan semua anggota timnya merupakan
kumpulan dari orang-orang yang memiliki integritas tinggi. Namun, Umar
merasa bahwa Langgeng Santoso kurang memahami apa yang menjadi tujuan
dari sebuah audit atau pekerjaan yang berkaitan dengan hal tersebut.
2. KAP Umar dan Rekan dengan Langgeng Santoso berseberangan pendapat
tentang penurunan nilai (impairment) atas nilai properti toko di Sidoarjo.
KAP Umar dan Rekan berpendapat tentang perlunya impairment mengingat
kondisi sekitar toko yang terkena imbas bencana lumpur Lapindo. Sementara
Langgeng Santoso berpendapat tidak melakukan impairment dengan alasan tidak
terdapat kerusakan nyata pada fasilitas toko serta tidak materialnya nilai
impairment.
3. KAP Umar dan Rekan merasakan bahwa ketika memberikan opini wajar dengan
pengecualian di tahun 2009, hal itu akan mejadi perikatan audit yang terakhir
dengan PT Maju Makmur.
4. Penolakan Langgeng Santoso atas pengecualian impairment pada opini yang
dikeluarkan oleh KAP Umar dan Rekan. Langgeng Santoso selalu merasa
keberatan dengan fee audit.
5. Tidak ada. Langgeng Santoso tidak merasa keberatan terkait review
dokumentasi hasil audit KAP Umar dan Rekan oleh KAP Adi Susilo dan Rekan
dengan syarat mengikutsertakan Langgeng Santoso dalam pertemuan untuk
menjaga aspek kerahasiaan informasi audit.
6. Tidak. KAP Umar dan Rekan memastikan akan memberikan segala dokumentasi
mengenai pengujian yang telah dilakukan sebelumnya pada Adi Susilo jika KAP
AS&R akhirnya ditunjuk melakukan perikatan audit periode ini. Dokumentasi
tersebut terdiri atas berkas permanen yang berisi informasi mengenai PT Maju
Makmur dan berkas tahunan terkait bukti audit pemeriksaan tahun-tahun
sebelumnya.
2. Berdasarkan PSA No.16 Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan Auditor

Pengganti mensyaratkan:
Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen
Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi,
prosedur audit, atau soal-soal signifikan yang serupa
Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan
tanggung jawab setara tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien,
dan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern
Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor
Aspek khusus yang diperhatikan:
Matriks SPI yang disusun oleh KAP Umar dan Rekan
PM dan TE dalam penentuan opini
Pengecualian dalam opini atas laporan keuangan KAP Umar dan Rekan.
3. Laporan audit

Laporan Audit Independen


Kepada Yth
Direksi dan Dewan Komisaris

PT Maju Makmur
di Surabaya
Kami telah mengaudit neraca PT Maju Makmur per 31 Desember 2010 serta laporan
rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat
atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang
digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Maju Makmur per
31 Desember 2010, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kantor Akuntan
Adi Susilo dan Rekan

Tanggal 15 Maret 2011


4. Dampak yang akan timbul dari ketentuan Sarbanes-Oxley Act pada keputusan KAP

AS&R, bagian II Independensi Auditor


Seksi 201
Jasa Diluar Lingkup Penugasan Auditor, tentang larangan menyelenggarakan
jasa audit bersamaan dengan jasa non audit untuk periode/tahun buku yang
sama.
Seksi 203
Rotasi Partner Audit, tentang keharusan rotasi partner in charge dari KAP Adi
Susilo dan Rekan apabila telah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan
PT Maju Makmur selama 5 tahun.
Seksi 204
Laporan Auditor kepada Komite Audit, tentang kewajiban pelaporan hasil audit
kepada komite audit klien
Seksi 206
Benturan Kepentingan, menyatakan bahwa KAP dilarang memberikan jasa audit
apabila CEO, pengawas, CFO, CAO, ataupun personel lain yang bekerja untuk

klien dipekerjakan oleh KAP atau berpartisipasi dalam audit klien ybs dalam
jangka waktu 1 tahun sebelum permulaan audit dimulai.
Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor : KEP-41/BL/2008 tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan
Kegiatan di Pasar Modal, syarat KAP AS&R terdaftar di BAPEPAM-LK adalah:
Wajib memiliki keahlian di bidang Pasar Modal, dan persyaratan keahlian dapat
dipenuhi melalui program pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi
profesi Akuntan atau pihak lain yang disetujui oleh organisasi profesi Akuntan;
Sanggup secara terus-menerus mengikuti program Pendidikan Profesi Lanjutan
(PPL) di bidang Akuntansi dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar
Modal sekurang-kurangnya 5 (lima) satuan kredit profesi (SKP) setiap tahun;
Sanggup melakukan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) dan Kode Etik Profesi, serta senantiasa bersikap independen;
Berkedudukan sebagai Rekan pada Kantor Akuntan yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Kantor Akuntan yang bersangkutan memiliki izin usaha Kantor Akuntan dan
dipimpin oleh Akuntan yang telah memiliki izin praktik dari Menteri
Keuangan;
b. dalam melakukan pemeriksaan, Akuntan menerapkan paling tidak 2 (dua)
jenjang pengendalian (supervisi) yaitu Rekan yang bertanggung jawab
(menandatangani laporan), dan pengawas menengah yang melakukan
pengawasan terhadap staf pelaksana;
c. telah menjadi anggota Forum Akuntan Pasar Modal (FAPM) dari Ikatan
Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP);
d. sanggup menjalani review eksternal oleh IAI-KAP dan atau review
Bapepam tentang pengendalian mutu pada Kantor Akuntan yang
bersangkutan; dan
e. bagi Kantor Akuntan yang hanya memiliki 1 (satu) orang Rekan, untuk
dapat melaksanakan kegiatan di Pasar Modal wajib membuat surat
perjanjian kerjasama dengan Kantor Akuntan lain, yang mempunyai Rekan
yang sudah terdaftar di Bapepam, tentang pengalihan tanggung jawab
apabila Akuntan yang bersangkutan berhalangan untuk melaksanakan
tugasnya.
5. Persyaratan perusahaan terbuka:

Perusahaan merupakan badan hukum yang sah dan telah mentaati peraturan
pemerintah selama ini, termasuk mengantongi izin usaha, izin domisili,
membayar pajak, dll.
Perusahaan telah mencapai skala usaha tertentu atau relative cukup besar yang
menyangkut perputaran uang lebih dari ratusan miliar rupiah. Hal ini dapat
dibuktikan misalnya kapasitas produksi, aktualisasi pesanan yang diterima,
jumlah asset, nilai penjualan konkret, dll.
Perusahaan menunjukkan kinerja yang baik berdasarkan bukti-bukti konkret
yang diperlihatkan dalam bentuk beebagai materi
Misalnya : Laporan keuangan, neraca, pencatatan positif rekening di bank, dll.
Perusahaan harus memiliki laba.
Perusahaan sudah diaudit dan dinyatakan sehat oleh auditor publik.

Perusahaan tidak melanggar aturan Departemen Tenaga Kerja dalam


pengelolaan sumber daya manusia.
Perusahaan taat membayar pajak.
Mempunyai reputasi yang baik, serta bermasa depan cemerlang.
Ada pihak yang memberi jaminan terhadap perusahaan yang akan Go Public,
yaitu sebuah institusi legal yang direstui Bapepam (Badan Pengawas Pasar
Modal)
Masalah-masalah yang harus di waspadai:
Kewajaran penyajian laporan keuangan untuk mendapatkan kepercayaan
investor
Kemungkinan pengambilalihan perusahaan oleh investor tertentu melalui jual
beli saham
Struktur permodalan perusahaan yang berimbang antara debt dan equity
Efektivitas pengendalian intern dan integritas manajemen yang tercermin dari
penyajian laporan keuangan mempengaruhi keputusan investasi oleh investor di
pasar modal.

RISET KELOMPOK
Soal 1 :
peer review adalah review (penelaahan) yang dilakukan akuntan publik terhadap
ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu. Tujuan peer review adalah untuk
menentukan dan melaporkan apakah KAP yang ditelaah telah mengembangkan
prosedur dan kebijakan yang cukup atas ke-5 elemen pengendalian mutu dan
menerapkannya dalam praktik.
Tujuan program ini dicapai melalui tindakan pendidikan dan perbaikan, serta tindakan
koreksi. Tujuan tersebut digunakan untuk melayani kepentingan masyarakat umum dan
sekaligus untuk meningkatkan arti pentingnya keanggotaan IAI. Lima elemen
pengendalian kualitas yang akan direview ialah:
1. Independensi, integritas, dan objektivitas
2. Personnel management
3. Penerimaan dan kelanjutan dari klien dan penugasan
4. Kinerja penugasan
5. Monitoring
Untuk menjaga kualitas audit yang dilakukan auditor, telaah dari rekan seprofesi yang
menjadi sumber penilaian obyektif sangatlah penting karena telaah dari rekan auditor
dapat menjaga auditor untuk tetap menghasilkan kualitas audit yang baik. Telaah dari
rekan auditor dapat meningkatkan pelaksanaan pengendalian kualitas yang dilakukan
kantor akuntan untuk menjaga kinerjanya.
Tipe pengujian yang dilakukan menggunakan On Site Quality Review, tipe ini dipilih
karena KAP yang akan direview diasumsikan memberikan pelayanan jasa audit atas
laporan keuangan tahunan klien.

Soal 2 :
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi,
yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan atas
suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan
auditor untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan
informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.
Suatu jumlah yang material bagi suatu perusahaan tertentu, mungkin tidak material bagi
perusahaan lain yang berbeda ukuran maupun sifatnya. Selain itu, tingkat meterialitas
suatu perusahaan dapat berubah dari periode ke periode.
PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS
Pertimbangan awal tentang materialitas selanjutnya merupakan nilai maksimum yg
diyakini auditor merupakan kandungan kesalahan penyajian yg mungkin masih terdapat
dalam laporan keuangan dan tetap tidak mempengaruhi keputusan2 yg diambil oleh
para pengguna laporan keuangan.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan:
1. Materialitas lebih merupakan konsep yang relative bukannya absolute
2. Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk mengevaluasi tingkat
materialitas
3. Faktor-faktor kualitatif pun mempengaruhi tingkat materialitas. Contoh:
nilai-nilai yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap lebh penting
daripada sejumlah nilai yang sama tetapi yang diakibatkan oleh kekeliruan
yang tidak disengaja karena perbuatan kecurangan tersebut merefleksikan
kejujuran serta realibilitas manajemen atau karyawan lain yang terlibat.
MATERIALITAS PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. (1) auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan (2) pada saat mengevaluasi
bukti audit dalam pelaksanan audit.
Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi materialitas karna
terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang
material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan
kewajaran dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliriuan atau kecurangan yang dampaknya secara individual atau secara gabungan,
begitu signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Pertimbangan materialitas menyangkut baik pertimbangan kuantitatif maupun
pertimbangan kualitatif.
Pedoman Kuantitatif
Pada saat ini belum ada pedoman resmi yang berasal dari standard akuntansi mapun
standard auditing terkait pengukuran meterialitas secara kuantitatif, berikut merupakan
gambaran mengenai beberapa pedoman yang di gunakan dalam praktik:

5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih
kecil, 5% untuk laba yang lebih besar)
% hinga 1% dari total aktiva
1% dari ekuintas
% hingga 1% pendapatan kotor
Suatu persentase variable berdasarkan mana yang lebih besar antara total
aktiva atau total pendapatan
Pedoman Kualitatif
Pendapatan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Sala saji yang
secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material.misalnya ketika
salah sji diakibatkan oleh sutu ketidakberesan (irregularities) atau tindakan melanggar
hokum oleh klien. Penemuan atas terjadinya tersebut dapat mengakibatkan auditor
menyimpulkan bahwa terdapat resiko yang signifikan akan adanya salah saji tambahan
yang serupa.
MATERIALITAS PADA TINGKAT SALDO AKUN
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang dapat muncul
dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji material. Salah saji
hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji yang dapat ditolerir (tolerable
mistatement). Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampur
adukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo
akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan salah saji yang
dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan. Saldo yang tercatat secara
umum menyajikan batas atas jumlah dimana suatu akun dapat disajikan lebih. Sehingga
saldo dengan akun yang lebih rendah dari materialitas sering disebut sebagai tidak
material mengenai risiko lebih saji. Namun tidak ada batasan mengenai jumlah dimana
suatu akun dengan saldo tercatat yang sangat kecil mungkin disajikan kurang. Sehingga,
harus disadari bahwa akun-akun yang tampak memiliki saldo tidak material mungkin
akan mengandung kurang saji melampaui materialitas. Auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan
keuangan saat mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun. Tujuannya
adalah untuk mengarahkan auditor dalam merencanakan audit guna mendeteksi salah
saji yang kemungkinan tidak material secara individual tapi jika digabungkan dengan
salah saji dalam saldo akun yang lain dapat material terhadap laporan keuangan secara
material.
ALOKASI MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN KE AKUN
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
memverifikasi akun tersebut.
Soal 3 :
Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa
sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha
yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan telah mendapatkan izin usaha dari
pihak yang berwenang.

Mengingat pengguna jasa profesi Akuntan Publik / KAP tidak hanya klien (pemberi
penugasan), namun juga pihak-pihak lain yang terkait, seperti pemegang saham,
Pemerintah, investor, kreditor, Pajak, otoritas bursa, Bapepam-LK, publik (masyarakat
umum) serta pemangku kepentingan (stake holder) lainnya, maka jasa profesi akuntan
publik harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
tersebut.
Akhir-akhir ini profesi akuntan publik sedang banyak mendapatkan sorotan. Oleh
karena itu akuntan publik harus menjalankan tugasnya sesuai dengan standar dan kode
etik profesi yang ditetapkan organisasi profesi serta mengikuti ketentuan / peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini publik sangat menuntut adanya
integritas dan profesionalisme para Akuntan Publik dan KAP. Awal abad 21 yang lalu
kita dikejutkan adanya Enron gate yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Skandal
di Enron tersebut terjadi karena timbul praktik persekongkolan (kolusi) yang melibatkan
profesi akuntan publik, auditor internal dan manajemen. Berkaca dari skandal Enron
tersebut, hendaknya kita dapat mengambil hikmah (pembelajaran), bahwa profesi
akuntan publik ternyata rawan dari malpraktik yang sangat bertentangan dengan kode
etik profesi. Oleh karena itu, saat ini sangat mendesak untuk ditetapkannya UndangUndang yang mengatur Akuntan Publik, sehingga terdapat kepastian hukum atas jasa
profesi akuntan publik serta masyarakat (publik) terlindungi dari tindakan malpraktik
yang dapat merugikan berbagai pihak.
Pemerintah federal menuntut auditor karena mengetahui bahwa laporan audit yang
diterbitkan auditor tidak benar. Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities
Acts, Securuties Acts 1933 dan 1934, Federal Mail Fraud Statute dan Federal False
Statement Statute menyebutkan bahwa menipu orang lain dengan sadar terlibat dalam
laporan keuangan yang palsu adalah perbuatan kriminil .
Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara
eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti
tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), Peraturan-Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU
Perpajakan dan lain sebagainya yang berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan
(Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar Syahdan,2003).
Alasan hubungan auditor dengan kewajiban hokum semakin meningkat. Salah satu
alasan yang paling mendasari adalah kurangnya independensi auditor dalam menyajikan
kualitas jasa audit. Dimungkinkan auditor semakin banyak terlibat kewajiban hokum
karena tidak mampu mempertahankan independensinya dalam memberikan jasa audit.
Selain itu, kelalaian auditor terhadap kepatuhan standard SPAP juga berkontribusi
dalam alasan ini. Terbukti dalam kasus AP Drs Basyiruddin Nur yang dikenakan sanksi
melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor: 1093/KM.1/2009 tanggal 2
September 2009. Kemudian AP Drs Basyiruddin Nur, telah dikenakan sanksi
pembekuan selama tiga bulan karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi
Standar Auditing (SA)-Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan
audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT Datascrip dan anak perusahaan
tahun buku 2007. Menkeu menilai hal itu berpotensi berpengaruh cukup signifikan
terhadap laporan auditor independen.

Anda mungkin juga menyukai