Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
VERTIGO
1. Definisi
Vertigo adalah sensasi abnormal berupa gerakan berputar. Pada penderita
vertigo harus dipikirkan apakah vertigo tersebut tipe sentral (misalnya stroke)
atau perifer (BPPV/Benign Positional Paroxysmal Vertigo) ( Dewanto,
George, 2009).
Vertigo adalah persepsi gerakan yang salah, baik presepsi dalam diri pasien
terhadap keadaan sekitarnya, sebagai akibat dari ketidakseimbangan input
vestibular (Ginsberg, Lionel, 2008).
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik ( propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus.
Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban
Tobing. S.M, 2003).
2. Etiologi
Pada vertigo tipe sentral, etiologi umumnya adalah gangguan vaskuler.
Sedangkan, pada vertigo tipe perifer, etiologinya idiopatik. Biasanya vertigo
jenis perifer berhubungan dengan manifestasi patologis di telinga.
Vertigo perifer
Sistem vestibuler (telinga
Vertigo sentral
Sistem vertebrobasiler
penyebab
Vertigo posisional
sereblum)
Iskemik batang otak,
paroksimal jinak
vertebrobasiler
(BPPV), penyakit
insufisiensi, neoplasma,
maniere, neuronitis
migren basiler
vestibuler, labirinitis,
Gejala gangguan
SSP
Diantaranya: diplopia,
parestesi, gangguan
sensibilitass dan fungsi
motorik, disartria,
Masa laten
Habituasi
3-40 detik
Ya
gangguan serebelar
Tidak ada
Tidak
Jadi cape
Intensitas vertigo
Telinga berdenging
Ya
Berat
Kadang-kadang
Tidak
Ringan
Tidak ada
atau tuli
Nistagmus spontan
lesi
+
Sistem vestibuler (telinga
Sistem vertebrobasiler
penyebab
Vertigo posisional
sereblum)
Iskemik batang otak,
paroksimal jinak
vertebrobasiler
(BPPV), penyakit
insufisiensi, neoplasma,
maniere, neuronitis
migren basiler
vestibuler, labirinitis,
Gejala gangguan
SSP
Diantaranya: diplopia,
parestesi, gangguan
sensibilitass dan fungsi
motorik, disartria,
Masa laten
Habituasi
Jadi cape
Intensitas vertigo
Telinga berdenging
3-40 detik
Ya
Ya
Berat
Kadang-kadang
gangguan serebelar
Tidak ada
Tidak
Tidak
Ringan
Tidak ada
atau tuli
Nistagmus spontan
Perifer
Mendadak
Berat
+
Sentral
Lambat
Ringan
-
++
+
pendengaran
Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut:
No.
1.
Arah
2.
3.
4.
5.
Nystagmus
Vertigo Sentral
Berubah-ubah
Vertigo Perifer
Horizontal/horizo
Sifat
Test Posisional
Unilateral/bilateral
ntal rotatoar
Bilateral
- latensi
Singkat
Lebih lama
- durasi
Lama
Singkat
- intensitas
Sedang
Larut/sedang
- sifat
Susah ditimbulkan
Mudah
ditimbulkan
Sering ditemukan
ditemukan
telinga)
Fiksasi mata
Tidak terpengaruh
Terhambat
3. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem
ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang
berperan
ialah
sistem
optik
dan
pro-prioseptik,
jaras-jaras
yang
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/
tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (Sumantri,
Bambang, 2011).
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
a. Rasa mual, terkadang berlebihan
b. Muntah
c. Diperburuk oleh pergerakan kepala yang tidak spesifik
d. Kepala terasa berat
e. Nafsu makan turun
f. Lelah
g. Lidah pucat dengan selaput putih lengket
h. Nadi lemah
i. Puyeng (dizziness)
j. Nyeri kepala
k. Penglihatan kabur
l. Tinitus (telinga berdenging)
m. Mulut pahit
n. Mata merah
o. Mudah tersinggung
p. Gelisah
q. Lidah merah dengan selaput tipis.
( Dewanto, George, 2009)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan
hemostasis
b. Foto rontgen servikal
c. Neurofisiologi
sesuai
(elektronistagmografi),
indikasi:
EMG
EEG
(elektroensefalografi),
(elektromiografi),
BAEP
ENG
(Brainstem
7. Penatalaksanaan
Pada
kasus
vertigo
sentral,
karena
disebabkan gangguan
vaskuler,
8. Komplikasi
a. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak
mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang
terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot
Rasional
1.
2.
Anjurkan klien
ditempat tidur
Istirahat
untuk
intesitas nyeri
3.
Atur
posisi
pasien 3.
senyaman mungkin
4.
5.
Kolaborasi
untuk 5.
pemberian analgetik
Analgetik
berguna
untuk
mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman
istirahat 2.
mengurangi
2. Diagnosa Keperawatan 2. :
Mual b/d iritasi pd sistim gastro, penyakit meniere, atau labirintitis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam masalah mual dapat teratasi
Kriteria hasil:mual akan berkurang
Klien dapat mengendalikan mual dan muntah
Klien mau untuk makan
1.
Intervensi
Kaji penyebab mual
Rasional
1. Mengetahui penyebab mual
2.
3.
Ajarkan
dan
anjurkan
klien klien
atau mual
5.
6.
Anjurkan
keluarga
memberikan
memakanan
disukai klien
7.
Kolaborasi
3. Diagnosa Keperawatan 3
Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
maslah kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil : Klien tidak merasa mual muntah
Nafsu makan meningkat
BB stabil atau bertahan
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
4.
2.
4. Diagnosa Keperawatan 4
Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi
Rasional
1.
Energi
yang
besar
dapat
memberikan keseimbangan pada
tubuh saat istirahat
2.
3.
4.
5. Diagnosa Keperawatan 5
Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Rasional
1.
2.
3.
Ajarkan
tentang
pengaturan 3.
aktivitas dan teknik manajemen
waktu untuk mencegah kelelahan.
4.
Kolaborasi
okupasi
dengan
ahli
terapi
manajemen waktu
4.
6. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Rasional
1.
Mengetahui
tingkat
kemaksimalan
pendengaran
pada
klien
untuk
menentukan terapi yang tepat.
2.
3.
Mempertahankan
pendengaran
4.
Kolaborasi penggunaan
bantu pendengaran
alat 4.
keadekuatan
7. Diagnosa Keperawatan 7
Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi,
metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping
yang di miliki.
Mengkaji situasi saat ini yang akurat
Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau
situasi yang tepat.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji kapasitas
bersifat umum.
fisiologis
yang 1.
Mengenal
sejauh
dan
mengidentifikasi
penyimpangan
fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan
tindakan keperawatan
2.
Sarankan
klien
untuk 2.
mengekspresikan perasaannya
3.
Berikan
informasi
mengenai 3.
penyebab sakit kepala, penenangan
dan hasil yang diharapkan
4.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC
Ginsberg, Lionel. (2008). Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta:
Erlangga
Sumantri,
Bambang.
(2011).
Vertigo.
Terdapat
dalam