Oleh:
Anindita Putri Hapsari
Siska Dewi Agustina.
G99141012
G99141013
G99141014
Pembimbing
dr. Eva Niamuzisilawati, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R AK AR TA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus Besar Ilmu Penyakit Dalam dengan judul:
Oleh:
Anindhita Putri Hapsari
Siska Dewi Agustina.
G99141012
G99141013
G99141014
I.
ANAMNESIS
A. Identitas penderita
Nama
: Tn. G
No. RM
Jenis kelamin
Umur
: 01274358
: Laki-laki
: 29 tahun
Alamat
Suku
Pekerjaan
Agama
Status
Masuk RS
Dikasuskan
B.
: Jawa
: Karyawan Pabrik
: Islam
: Menikah
: 10 Oktober 2014
: 11 Oktober 2014
Data dasar
Auto anamnesis dan allo anamnesis dilakukan pada hari pertama
perawatan di Bangsal Penyakit Dalam Melati 1 kamar 5E RS Dr.
Moewardi.
Keluhan utama:
Demam
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan demam menggigil pertama kali
dirasakan sejak dua bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul.
Demam kembali meningkat dalam lima hari terakhir. Demam muncul saat
pasien merasa kecapekan atau saat pagi hari dan membaik bila pasien
beristirahat dan saat sudah agak siang hari saat pasien berkeringat dan
melakukan aktivitas. Namun di sore hari pasien merasakan demam
menggigil. Keluhan dirasakan kambuh kurang lebih lima kali dalam
seminggu. Keluhan berkurang di siang hari. Sebelumnya pasien bekerja di
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat stroke
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
Riwaan
Riwayat kebiasaan
Merokok
Alkohol
Jajan sembarangan
Minum jamu
Obat bebas
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Riwayat gizi
Makan pasien 3 kali sehari dengan porsi untuk sekali makan + 1518 sendok makan dengan dengan lauk tahu, tempe, dan sayur.
Keluhan utama
Kulit
: Demam
: Kering (-), pucat (+), menebal (-), gatal
3.
Kepala
4.
Mata
5.
Hidung
6.
Telinga
7.
8.
Mulut
(-/-)
: Bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-),
Tenggorokan
9.
Sistem respirasi
serak (-)
: Sesak nafas (-), batuk (-), dahak jernih
encer (-), darah (-), nyeri dada (-), mengi
10.
(-)
Sistem kardiovaskuler : Nyeri dada (-), terasa ada yang menekan
(-), sering pingsan (-), berdebar-debar (-),
keringat dingin (-), ulu hati terasa panas
12.
13.
kejang (-)
Sistem genitouterinal : Nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-),
sering buang air kecil (-), air kencing
warna seperti teh (+), BAK darah (-),
nanah (-), anyang-anyangan (-), sering
menahan kencing (-), rasa pegal di
pinggang (-), rasa gatal pada saluran
kencing (-), rasa gatal pada alat kelamin
(-).
14.
Ekstremitas
a.
Atas
Bawah
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 11 Oktober 2014 dengan hasil
sebagai berikut:
1.
Keadaan umum
2.
3.
Tanda vital
Tensi
Nadi
Frekuensi nafas
Suhu
Status gizi
4.
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
Kesan
Kulit
: 130/70 mmHg
: 106 kali /menit
: 24 kali /menit
: 390C
: 80 kg
: 180 cm
: 24,7 kg/m2
: Overweight
5.
Kepala
6.
Mata
7.
8.
9.
(+/+), edema
Telinga
Hidung
Mulut
tragus (-)
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
: Sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), gusi
berdarah (-), luka pada sudut bibir (-), oral thrush (-), merot
10.
(-)
: JVP R + 2 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran
Leher
Thorax
12.
Jantung
13. Pulmo
a.
Depan
Inspeksi
Statis
-
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
: Simetris
: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba
kanan = kiri
Perkusi
Kanan
Kiri
hepar
: Sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC
V linea medioclavicularis sinistra
Auskultasi
Kanan
Kiri
b.
Belakang
Inspeksi
Statis
-
Dinamis
iga tidak
(-)
Palpasi
Statis
Dinamis
: Simetris
: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba
kanan = kiri
Perkusi
Kanan
: Sonor.
Kiri
: Sonor.
Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi
Kanan
: Suara dasar vesikuler, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-),
-
Kiri
13.
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
epigastrium (-)
: timpani (+), a. traube pekak (-), pekak alih (-),
Palpasi
undulasi (-)
: Supel (+), nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak
Ekstremitas
Akral
dingin
_
_
_
_
Oedem
Superior Ka/Ki Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin
(-/-), ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail
(-/-), clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan dan
Inferior Ka/Ki
Pemeriksaan
Hasil
HEMATOLOGI RUTIN
Golongan Darah
O
Hb
7,7
Hct
24
AL
4,8
84
AT
2,68
AE
KIMIA KLINIK
Gula darah
146
sewaktu
SGOT
35
SGPT
32
Creatinine
1,2
Ureum
27
Bilirubbin Total
2,40
ELEKTROLIT
Natrium darah
134
Kalium darah
3,9
Chlorida darah
104
SEROLOGI HEPATITIS
HbsAg
Nonreactive
Satuan
Rujukan
g/dl
%
103 / L
103 / L
103/ L
13,5 17,5
33 45
4,5 11,0
150 450
4,50 5,90
mg/dl
60 140
u/l
u/l
mg/dl
mg/dl
mg/dl
0 35
0 45
0,8 1,3
< 50
0,00-1,00
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136 145
3,3 5,1
98 106
Nonreactive
Satuan
Rujukan
g/dl
%
103 / L
103 / L
103/ L
13,5 17,5
33 45
4,5 11,0
150 450
4,50 5,90
u/l
u/l
mg/dl
mg/dl
0 35
0 45
0,8 1,3
< 50
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136 145
3,3 5,1
1,17 1,29
Negatif
Typhii
Satuan
Rujukan
g/dl
%
103 / L
103 / L
103/ L
13,5 17,5
33 45
4,5 11,0
150 450
4,50 5,90
Leukosit
Trombosit
Kesimpulan
Hapusan
IV.
RESUME
1. Keluhan Utama : Demam
Anamnesis:
Pasien datang dengan keluhan demam menggigil pertama kali
dirasakan sejak dua bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul.
Demam kembali meningkat dalam lima hari terakhir. Demam muncul
saat pasien merasa kecapekan atau saat pagi hari dan membaik bila
pasien beristirahat dan saat sudah agak siang hari saat pasien berkeringat
dan melakukan aktivitas. Namun di sore hari pasien merasakan demam
menggigil.
2.
3.
Rencana Awal
No
1.
Diagnosis
Febris hari ke-5
Pengkajian
Rencana Awal
(Assesment)
diagnosis
Demam
yang
Rencana
Edukasi
Monitoring
Penjelasan
Darah rutin,
Ad vitam:
KUVS
dubia ad
O2 3 lpm
kepada pasien
tombositopeni
tentang kondisi
e.c. dd malaria,
dirasakan
hilang
leptospirosis,
timbul,
timbul
tidaknya
typhoid
terutama
di
sore
siang
hari
hari.
Papua
Anemia
plasmodium,
meningkat di malam
Riwayat tinggal di
Prognosis
Gambaran Darah
dengan
dan
2.
Rencana Terapi
Rencana
Apache II Score
bonam
dan
komplikasinya
Ad
sanationam:
Paracetamol 500 mg
dubia ad
3x1
bonam
Vitamin B Complex
3x1
Ad
fungsionam:
dengan
dubia ad
didiagnosis malaria
bonam
saat di Papua.
Badan lemas yang
Retikulosit, darah
Penjelasan
KUVS
Ad vitam:
normokromik
dirasakan
sejak
normositik
bulan SMRS
rutin, gambaran
O2 3 lpm
kepada pasien
dubia ad
tentang kondisi
bonam
dan
derajat sedang
Konjungtiva anemis
tipis, Coombs
e.c. dd malaria,
Hemoglobin
test
splenomegaly,
g/dl,
AIHA
24%,
7,7
Hematocrit
tpm
komplikasinya
Ad
sanationam:
Transfusi PRC
dubia ad
bonam
Ad
fungsionam:
dubia ad
3.
Hiponatremi
ringan e.c.
dirasakan
vomitus
bulan SMRS
sejak
bonam
Ad vitam:
Pemeriksaan lab
Penjelasan
darah elektrolit
O2 3 lpm
kepada pasien
dubia ad
tentang kondisi
bonam
KUVS
dan
komplikasinya
Ad
sanationam:
dubia ad
bonam
Ad
fungsionam:
dubia ad
bonam
Tanggal
10 Oktober 2014
Subyektif Demam mengigil, lemas
11 Oktober 2014
Demam mengigil, lemas
Obyektif
KU
: Demam,
tampak
compos mentis
: 130/70 mmHg
Tensi
: 150/90 mmHg
Nadi
Nadi
: 80 kali /menit
Suhu
: 39 C
Suhu
: 38,2 C
Hb
: 7,7
Hb
: 7,9
GDT
Mata
lemah,
: CP (+/+), SI (+/+)
Pada
eritrosit
ditemukan
Mulut
dan trophozoid
Leher
Cor
Mata
I : IC tidak tampak
Mulut
Leher
: CP (+/+), SI (+/+)
membesar
Cor
Pulmo
I : IC tidak tampak
P : Sonor/sonor
A : Suara
dasar
vesikuler,
suara
tambahan (-/-)
Pulmo
I : Pengembangan dada kanan = kiri
Abdomen
I : DP = DD
P : Sonor/sonor
Abdomen
Oedem
(-/-)
- - Akral Dingin
- - -
I : DP = DD
A : Bising usus (+) normal
P : Timpani, pekak alih (-), area troube
timpani
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak
teraba, lien membesar schuffner 2
+ +
Palmar kuning
Oedem
Palmar kuning
Px.
Terlampir
Penunjang
Assesment 1. Febris
hari
ke
5
trombositopeni ec dd
leptospirosis, typhoid
- - Akral Dingin
- - + +
Terlampir
dengan 1. Febris hari ke 5 dengan trombositopeni ec
malaria,
malaria
1.
2.
O2 2 lpm
2.
O2 2 lpm
3.
Diet TKTP
3.
Diet TKTP
4.
4.
5.
5.
6.
Injeksi metoclopramid
6.
Injeksi metoclopramid
7.
Antacid 3 x IC
7.
Antacid 3 x IC
8.
8.
9.
9.
Tanggal
12 Oktober 2014
Subyektif Demam, lemas
13 Oktober 2014
Lemas
Obyektif
KU
: Demam,
tampak
lemah,
compos mentis
: 120/70 mmHg
Tensi
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 kali /menit
Nadi
: 80 kali /menit
Suhu
: 37,6 C
Suhu
: 37,5 C
Mata
: CP (+/+), SI (-/-)
Hb
: 7,9
Hidung
Mata
: CP (+/+), SI (-/-)
Mulut
Hidung
Leher
Leher
Cor
I : IC tidak tampak
Cor
I : IC tidak tampak
Pulmo
Pulmo
P : Sonor/sonor
A : Suara
dasar
vesikuler,
tambahan (-/-)
suara
P : Sonor/sonor
A : Suara dasar vesikuler, suara tambahan
(-/-)
Abdomen
I : DP = DD
Abdomen
I : DP = DD
Oedem
- - Akral Dingin
- - -
timpani
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak
teraba, lien membesar schuffner 2
Oedem
- Palmar Pucat
Px.
Terlampir
Penunjang
Assesment
Terapi
- - Akral Dingin
- - - Palmar Pucat
Terlampir
1. Febris dengan trombositopeni ec malaria
2. Anemia normokromik normositik ec
malaria
1.
1.
2.
O2 2 lpm
2.
O2 2 lpm
3.
Diet TKTP
3.
Diet TKTP
4.
4.
5.
5.
6.
Injeksi metoclopramid
6.
Injeksi metoclopramid
7.
Antacid 3 x IC
7.
Antacid 3 x IC
8.
8.
9.
9.
Tanggal
Subyektif -
14 Oktober 2014
15 Oktober 2014
-
Obyektif
KU
: compos mentis
KU
: compos mentis
Tensi
: 120/80 mmHg
Tensi
: 130/70 mmHg
Nadi
: 90 kali /menit
Nadi
: 88 kali /menit
Suhu
: 37,2 C
Suhu
: 37,0 C
Mata
: CP (+/+), SI (-/-)
Hb
: 8,9
Hidung
Mata
: CP (+/+), SI (-/-)
Mulut
Hidung
Leher
Leher
Cor
I : IC tidak tampak
Cor
I : IC tidak tampak
Pulmo
Pulmo
P : Sonor/sonor
A : Suara
dasar
vesikuler,
suara
tambahan (-/-)
P : Sonor/sonor
A : Suara dasar vesikuler, suara tambahan
(-/-)
Abdomen
Abdomen
I : DP = DD
I : DP = DD
timpani
timpani
Tanggal
Subyektif Obyektif KU
Tensi
16 Oktober 2014
: compos mentis
: 120/80 mmHg
teraba,
: 37,0
C lien membesar schuffner 2
Mata
: CP (+/+), SI (-/-)
Oedem
- Palmar Pucat
- - Akral Dingin
- - - - Palmar Pucat
I : IC tidak tampak
P :IC tidak kuat angkat
P : Batas jantung kesan tidak melebar
2. O2
2 lpm
tambahan
(-/-)
3. Diet TKTP
Abdomen
2.
O2 2 lpm
3.
Diet TKTP
4.
5.
6. Antacid
3 x (-),
IC area troube
P : Timpani,
pekak alih
7. Paracetamol 500 mg 3x1
timpani
6.
Antacid 3 x IC
7.
8. nyeri
Vitamin
B complex
P : Supel,
tekan
(-), hepar3x1
tidak
9. lien
Darplex
1x4 schuffner 2
teraba,
membesar
8.
9.
Darplex 1x4
Terlampir
10.
Tinggal di daerah
endemis malaria
Tergigit nyamuk anopheles
betina yang membawa
plasmodium vivax
Malaria
Schizont dalam
eritrosit pecah
Eritrosit lisis
Ikterik
BAB II
Anemia
TINAJAUAN PUSTAKA
A. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan)
nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
endemisitas tinggi.
Malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis species yaitu
plasmodium
vivax
menyebabkan
malaria
tertiana,
plasmodium
malariae
Patogenesis
lebih
ditekankan
pada
terjadinya
peningkatan
anemia
dan
hipoksemia
jaringan.
Pada
Plasmodium
Plasmodium
Plasmodium
Siklus
Vivax
8 hari
Ovale
9 hari
Malariae
13 hari
Falcifarum
5,5-6 hari
Preeritrositik
Periode
11-13 hari
10-14 hari
15-16 hari
9-10 hari
Prepaten
Masa Inkubasi
12-17
hari/ 16-18
sampai
12 atau
lebih atau
lama
Ada
lama
Ada
Siklus
bulan
Ada
hari 18-40
Eksoeritrositik
beberapa
Sekunder
Jml mezoit per Lebih dari 10 15 ribu
strain
2 ribu
40 ribu
72 jam
48 jam
6 ribu-20 ribu
20 ribu-2 juta
Skizoit
ribu
Jaringan
Siklus
48 jam
Eritrositik
Parasitemia
20
49-50 jam
ribu-50 9 ribu-30 ribu
per ml
Beratnya
ribu
Ringan sampai Ringan
Serangan
berat
Primer
Demam
Ringan
Berat
pada
penderita non
Tiap 8-12 jam
imun
Tiap
16-36
Berulang
Kekambuhan
Masa Rekuren
++
Panjang
++
Panjang
+++
Sangat
jam
Tidak terjadi
Pendek
Lama Infeksi
1,5-3 tahun
1,5-3 tahun
panjang
3-50 tahun
1-2 tahun
Gejala Malaria
Malaria adalah penyakit dengan gejala demam, yang terjadi tujuh hari sampai
dua minggu sesudah gigitan nyamuk yang infektif. Adapun gejala-gejala awal adalah
demam, sakit kepala, menggigil dan muntah-muntah (Arsin A, 2012).
Menurut Arsin A, (2012) gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga
stadium (trias malaria) yaitu:
1. Periode dingin. Mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh
tubuh sering bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis
seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam
diikuti dengan peningkatan temperatur.
2. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti
dengan keadaan berkeringat.
3. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun
akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.
Malaria komplikasi gejalanya sama seperti gejala malaria ringan, akan tetapi
disertai dengan salah satu gejala dibawah ini:
- Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit).
- Kejang.
- Panas tinggi disertai diikuti gangguan kesadaran.
- Mata kuning dan tubuh kuning.
- Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan.
- Jumlah kencing kurang (oliguri).
- Warna air kencing (urine) seperti air teh.
- Kelemahan umum.
- Nafas pendek.
Diagnosis Malaria
Arsin (2012) mengatakan diagnosis malaria ditegakkan setelah dilakukan
wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Akan
tetapi diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan sediaan darah
menunjukakan hasil yang positif secara mikroskopis atau Uji Diagnosis Cepat (Rapid
Diagnostic Test= RDT).
a. Wawancara (anamnesis)
Anamnesis atau wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang penderita malaria yakni, keluhan utama: demam, menggigil, dan
berkeringat yang dapat disertai sakit kepala, mual muntah, diare, nyeri otot,
pegal-pegal, dan riwayat pernah tinggal di daerah endemis malaria, serta
riwayat pernah sakit malaria atau minum obat anti malaria satu bulan
terakhir, maupun riwayat pernah mendapat tranfusi darah.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terhadap penderita dapat ditemukan mengalami
demam dengan suhu tubuh dari 37,50C sampai 400C, serta anemia yang
dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat, pambesaran limpa
Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria hendaknya
malaria
ovale, menggunakan obat anti malaria klorokuin. Namun bila digunakan sebagai
terapi radikal pemberian klorokuin diikuti dengan pemberian primakuin, tidak
terkecuali infeksi yang disebabkan plasmodium malariae, jenis obat klorokuin tetap
digunakan.
Dalam pengobatan malaria vivax, menurut depkes 2012, Lini pertama:
Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP), diberikan peroral satu kali per hari
selama 3 hari,primakuin= 0,25mg/kgBB/hari (selama 14 hari). Pengobatan malaria
vivax yang tidak respon terhadap pengobatan DHP.
Lini kedua: Kina + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7
hari), Primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).
Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh):
- Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan
menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
- Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis
0,25 mg/kgBB/hr sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit
kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan
setelah pengobatan.
B. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel
darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita.1 Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ criteria
National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia
selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi
penderita anemia (Schrier, 2011). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena
1.Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2.Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3.Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia
yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik
untuk menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
Gejala anemia disebabkan oleh dua faktor:
1. Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
2. Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif )
Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme
kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada
kadar
Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%,
pada kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme
kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya.
Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat,
fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar,
dan roaring in the ears).
Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang
mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ atau infark miokard). Anemia
yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi berkurangnya
volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejala mudah lelah,
lassitude (tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural
dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten, syok,
dan kematian.
siensi Fe)
b Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia,
mielodisplasia, infiltrasi tumor)
c Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi)
d Rendahnya trophic hormone untuk sti-mulasiproduksi sel darah merah
(eritro-poietin pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan
androgen [hipogonadisme])
e Anemia penyakit kronis/anemia infl amasi,yaitu anemia dengan karakteristik
berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena berkurangnya
absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari
makrofag, berkurangnya kadar eritropoietin (relatif ) dan sedikit
berkurangnya masa hidup erirosit.
(Tefferi, 2003).
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan demam menggigil dirasakan sejak dua bulan
yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul. Demam muncul saat pasien merasa
kecapekan atau saat pagi hari dan membaik bila pasien beristirahat dan saat sudah
agak siang hari saat pasien berkeringat dan melakukan aktivitas. Namun di sore hari
pasien merasakan demam menggigil. Keluhan dirasakan kambuh kurang lebih lima
kali dalam seminggu. Keluhan memberat di siang hari saat pasien merasa kecapekan.
Sebelumnya pasien bekerja di Papua di pertambangan dan mulai mengeluhkan
demam sejak di Papua, dua bulan lalu pasien berobat ke Puskesmas di Papua, tanpa
dilakukan tes laboratorium pasien didiagnosis menderita malaria. Kemudian pasien
diberikan obat jalan, beberapa hari kemudian pasien merasa tubuhnya berangsur
membaik, tapi seminggu kemudian pasien mengeluhkan demam muncul lagi, lalu
pasien memutuskan untuk pulang ke Solo.
Keluhan utama dari pasien adalah demam menggigil yang terjadi lebih dari 10
hari. Diagnosis banding dari demam lebih dari sepuluh hari adalah malaria, demam
typhoid, dan demam denggue.
Dari pemeriksaan fisik didapati bahwa suhu pasien saat pertama kali masuk ke
RSDM adalah 39 derajat Celcius. Peningkatan suhu tidak disertai dengan adanya
petechie, lidah kotor, bradikardi relatif, dan pemeriksaan rumple leed negatif. Dari
hasil pemeriksaan fisik abdomen didapati adanya pembesaran lien yang mencapai
garis schuffner 2. Pembesaran ini dapat diakibtkan oleh adanya peningkatan
perombakan eritrosit dan trombosit dalam tubuh yang dapat terjadi pada pasien
malaria dan typhoid.
Karena pasien pernah tinggal di Papua dalam kurun waktu enam bulan
terakhir, dan Papua merupakan daerah endemis malaria maka dari hasil anamnesis da
didiagnosis demam malaria, maka untuk menegakkan diagnosis dari malaria
dilakukan pemeriksaan gambaran darah tepi apakah terdapat adanya plasmodium di
DAFTAR PUSTAKA
Arsin, Andi A. 2012. Malaria. Makassar: Masagena Press
Dinas Kesehatan RI. 2013. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Dinkes
Mandal,B.K.,dkk.2008. Infeksi Tropis dan Zoonosis Non Helimintik, Lecture Notes
Penyakit Infeks. Jakarta: Erlangga. diakses pada tanggal 9 November
2012.Malang
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, March:
2014 p : 3-16.
Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011,
June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
Tefferi A. Anemia in adults : A contemporary approach to diagnosis. Mayo Clin Proc.
2003;78:1274-80.