PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konseling eksisitensial humanistik adalah konseling yang dikembangkan
oleh Abraham Maslow dalam eksistensial-humanistic terapy. Konseling
eksistensial-humanistik merupakan pendekatan atau model konseling yang
menekankan pada renungan renungan filosofis tentang apa artinya menjadi
manusia yang utuh. Konseling ini menyajikan suatu landasan filosofis bagi
orang orang dalam hubungannya dengan sesamanya yang menjadi ciri khas,
kebutuhan yang unik, dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan dasar
yang mengangkat keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik berfokus pada sifat kondisi manusia
yang mencakup : kesanggupan untuk menyadari diri; bebas memilih untuk
menyadari diri, kebebasan dan bertanggung jawab; kecemasan sebagai suatu
unsur dasar; pemberian makna yang unik di dalam dunia yang tidak
bermakna; berada sendirian dan dan berada dalam hubungan dengan orang
lain;
dan
keterhinggaan
dan
kematian
serta
kecenderungan
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
Abraham Maslow)
Tempat lahir
Tanggal lahir
Tanggal meninggal
Abraham Maslow adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori
kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi
seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang
hirarki kebutuhan manusia.
Mungkin deskripsi yang paling tepat untuk pendekatan eksistensial adalah
pendekatan intelektual pada praktik terapeutik, atau falsafah yang dianut oleh
terapis. Namun sampai sejauh ini pendekatan eksistensial tidak termasuk salah
satu aliran terapi ataupun suatu model yang didesain secara rapi dengan teknik
yang khas. Pendekatan eksistensial-humanistik berkembang sebagai reaksi atas
dua model utama yang lain, yakni psikoanalisis dan behaviorisme. Kedudukan
psikoanalisis adalah bahwa kemerdekaan terbatas pada kekuatan kekuatan,
dorongan dorongan irrasional, dan peristiwa yang telah lewat. Kedudukan
3
A. PRINSIP DASAR
Manusia adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi,
berkembang, membentuk diri dan menjadi sesuatu. Berikut merupakan uraian
mengenai sifat manusia dalam eksistensinya :
1.
2.
dan
dikendalikan.
Realitas
yang
semula
mungkin
Manusia tidak hidup sendiri dan berada dalam diri sendiri, melainkan
berada dalam dunianya. Ini berarti bahwa manusia adalah ada-dalamdunia, dapat pula diartikan manusia tidak bisa lepas dari dunianya atau
tidak dapat terealisasi tanpa dunianya. Tidak mungkin manusia
dipisahkan dengan dunianya dan sebaliknya, tidak mungkin dunia
dilepaskan dari manusia yang mengkonstitusikannya (menciptakan atau
memaknakannya).
4.
Manusia hidup dalam Mitelt, Eigenwelt dan Umwelt. Mitelt adalah dunia
perhubungan antar manusia, yakni dalam perhubungan manusia terdapat
perasaan cinta dan benci yang tergantung pada sejumlah faktor yang
bersifat manusiawi, misalnya keputusan pribadi dan komitmen pada
orang lain. Eigenwelt adalah kesadaran diri dan perhubungan diri, yakni
pusat dari perspektif manusia dan pusat perhubungan manusia dengan
benda benda atau orang lain. Umwelt adalah dunia kebutuhan biologis,
dorongan hewani, naluri tidak sadar, dan segala sesuatu yang biasanya
dinamakan lingkungan (environment).
5.
6.
7.
Manusia memiliki sifat otentik dan tidak otentik. Ini berarti bahwa dalam
berperilaku, manusia dapat bertindak secara otentik maupun tidak
otentik. Sifat otentik manusia antara lain : sadar diri, bertindak atas
kekuatan sendiri, dan bersedia mendengarkan hati nurani. Sedangkan
sifat tidak otentik manusia antara lain : manusia lupa diri, dikuasai oleh
kekuatan massa atau oleh pesona benda, mengabaikan hati nurani,
gampang terpengaruh oleh iklan yang menggoda, dan sebagainya.
B. KONSEP DASAR
Konseling eksistensial-humanistik adalah pendekatan atau model
konseling yang menekankan pada renungan renungan filosofis tentang apa
artinya menjadi manusia yang utuh. Konseling ini terutama berpijak pada
premis bahwa manusia tidak dapat melarikan diri dari kebebasan , kebebasan
dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Konseling ini menyajikan suatu
landasan filosofis bagi orang orang dalam hubungannya dengan sesamanya
yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik, dan menjadi tujuan
konselingnya, dan yang melalui implikasi bagi usaha membantu individu
dalam menghadapi pertanyaan dasar yang mengengkat keberadaan manusia.
(Soeharto, 2009 : 63-64)
Konseling ini berfokus pada sifat kondisi manusia yang mencakup :
1.
Kita ini serba terbatas, dan waktu yang kita miliki untuk berbuat
sesuatu yang kita inginkan dalam hidup ini adalah terbatas.
b.
c.
d.
e.
bisa kita ambil maka kitapun juga telah meningkatkan rasa tanggung
jawab kita akan konsekuensi yang akan kita tanggung dari penentuan
pilihan itu.
f.
g.
Pada dasarnya kita ini adalah sendiri, namun kita ada kesempatan
untuk berhubungan dengan orang lain.
Kesadaran diri merupakan akar dari kapasitas dari manusia pada
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
10
dengan mendasarkan diri pada apa kata orang, yang sebenarnya terjadi
adalah bahwa individu menjadi orang asing terhadap dirinya sendiri.
Eksistensi tidak otentik mencakup bermain mencari status demi pujian
pada gaya hidup yang dijalani. Individu atau klien yang seperti itu, tidak
hanya kehilangan kontak dengan diri mereka sendiri, tetapi juga
kehilangan landasan penting untuk mengembangkan hubungan yang
intens atau memuaskan dengan orang lain.
Kesadaran akan kesendirian yang pada akhirnya dialami, seperti
kesadaran akan datangnya maut dan kebebasan yang dimiliki, bisa
menakutkan.seperti halnya banyak dari individu yang menampik untuk
menerima kebebasan dan pertanggungjawaban oleh karena takut akan
resiko yang menyertainya, beberapa individu mungkin berusaha untuk
tidak menerima kesendirian dan keterasingan mereka.
Tugas konselor membantu klien untuk dapat memahami diri mereka
dengan mencari titik di mana mereka telah kehilangan sentuhan identitas
mereka, terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup
11
bagi mereka. Hal ini mungkin akan menakutkan klien, karena mereka
terpaksa menerima kembali kebebsan mereka yang awalnya telah
diberikan pada orang lain. Dengan realitas seperti itu, diharapkan klien
bisa menemukan jalannya sendiri.
4.
Pencarian makna.
Karakteristik manusia yang khas adalah perjuangan demi rasa
signifikan dan adanya tujuan hidup dalam hidup ini. Adapun problema
yang kita hadapi adalah :
a.
b.
c.
12
pola untuk hidup yang telah ditentuakan lebih dahulu, maka orang
dihadapkan dengan tugas untuk menciptakan makna mereka sendiri.
Ketidakbermaknaan adalah kondisi yang tumbuh dari perasaan
ketidaksempurnaan, atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata
tidak menjadi siapa dia seharusnya. Ketidakbermaknaan juga merupakan
kesadaran bahwa tindakan serta pilihan seseorang mengungkapkan
kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai pribadi.
Manakala orang mengabaikan potensi potensi tertentu yang dimiliki,
maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini
tidak dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang
memerlukan penyembuhan.yang dilakukan konselor melalui konseling
eksistensial adalah menggalinya untuk mengetahui apa yang bisa
dipelajari klien tentang cara mereka menjalani kehidupan dan hal ini bisa
digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah hidup.
5.
dari
usaha
seseorang
untuk
hidup
dan
untuk
13
14
Hidup dan mati itu saling bertautan. Agar bisa tumbuh kita harus ada
kemauan untuk membiarkan beberapa dari masa lalu kita. Sebagian dari
kita harus mati apabila dikehendaki munculnya dimensi baru dari
keberadaan kita. Kita tidak bisa melekat pada aspek neurotik dari masa
lalu kita dan pada saat yang bersamaan mengharapkan sisi yang lebih
kreatif dari kita untuk berkembang dengan semarak. Konselor membantu
klien agar dapat memobilisasikan dirinya untuk seacara sungguh
sungguh memanfaatkan waktu yang masih mereka miliki, dan ini bisa
menggugah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka
bisa meneriman keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti
kehidupan yang lebih bermakna.
7.
15
Menyajikan
kondisi
untuk
memaksimalkan
kesadaran
diri
dan
pertumbuhan,
2.
16
3.
4.
17
Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan
langsung.
Konselor hendaknya bertingkah laku yang otentik dan terbuka, mengajak
klien kepada keotentikan. Diharapkan konselor mampu membangun
hubungan Aku Kamu, di mana pembukaan diri pada konselor yang spontan
mampu menunjang pertumbuhan keontetikan klien. Sebagaimana dinyatakan
Sidney Jourard (1971, hal 142), manipulasi menghasilkan kontramanipulasi,
pembukaan diri menghasilkan pembukaan diri pula. Konselor diharapkan
mampu menjadi jernih ketika kejernihan itu diperlukan dalam hubungan
antara konselor dan klien, dan dengan kemanusiawiannya dia menstimulasi
klien untuk mengetuk potensinya ke arah kerielan (realness).
Yang dilakukan konselor di atas dapat disebut sebagai komunikasi
antarpribadi. Melalui proses komunikasi antarpribadi ini, klien mulai semakin
menyadari kemampuannya sendiri untuk mengatur dan menentukan arah
hidupnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab. Klien diharapkan akan
menjadi semakin mampu mengatasi beraneka kesulitan dan bermacam
tantangan dengan menempatkannya dalam kerangka suatu sikap mendasar
terhadap kehidupannya sebagai manusia., yang harus menerima realita hidup
sebagaimana
adanya
dan
harus
memperkaya
diri
sendiri
melalui
18
2.
3.
4.
5.
6.
19
2.
3.
4.
5.
6.
7.
20
8.
9.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa konseling
eksisitensial humanistik adalah konseling yang dikembangkan oleh Abraham
Maslow dalam eksistensial-humanistic terapy. Konseling eksistensialhumanistik merupakan pendekatan atau model konseling yang menekankan
pada renungan renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang
utuh. Pendekatan eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu
saling berkaitan. Dalam pembahasannya di atas telah dijelaskan mengenai
prinsip dasar dan konsep dasar mengenai hakikat manusia menurut
eksistensinya; tujuan yang berintikan meluaskan kesadaran diri klien, dan
karenya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan
bertanggung jawab atas arah hidupnya; hubungan konselor dan klien saat
terlaksananya proses konseling eksistensial humanistik, proses konseling
yang berisi langkah langkah dalam konseling eksistensial humanistik,
teknik teknik konseling eksistensial humanistik dan kecocokannya untuk
diterapkan di Indonesia yang menghasilkan argumen cocok untuk diterapkan
di Indonesia.
B. SARAN
Diharapkan
dengan
adanya
pembahasan
konseling
eksistensial
22
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT
Refika Aditama.
Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT
ERESCO.
Abidin, Zainal. 2002. Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri.
Bandung : PT Refika Aditama.
Soeharto. 2009. Teknik Teknik Konseling Individual. Surakarta : Panitia
Program Pendidikan Profesi Guru FKIP UNS.
Globe, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Yogyakarta : PENERBIT KANISIUS.
23