Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Hukum Perikatan
1. Hukum perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaa nantara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas
sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.
2. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum,
akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang
menimbulkan perikatan.
B. Sumber Hukum Perikatan
1. Dasar hukum perikatan berdasarkan KUHP perdata terdapat tiga sumber
adalah sebagai berikut.
a. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian).
b. Perikatan yang timbul dari undang-undang.
a. Perjanjian (pasal 1313) -> merupakan sumber terpenting, karena dengan
perjanjian, pihak-pihak punya kebebasan untuk berbuat macam-macam
perikatan, baik perikatan bernama maupun tidak bernama.
Syarat: >Kata Sepakat > Kecakapan bertindak > hal tertentu > Sebab yang
halal
Jenis: > Tidak dikenal dalam KUHPer: beli/sewa, leasing, fidusia >Dikenal
dalam KUHPer: jual/beli, tukar/menukar, sewa, pinjam/ganti
b. Undang-undang (pasal 1352) Undang-undang sendiri bisa timbul dari :
1. Undang-undang saja (321 KUHP / 45 dan 46 UU no.1 th 1974)
Kekuasaan org tua terhadap anak = org tua wajib memelihara, merawat,
dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya.
(Lahirnya anak; Hak Bertetangga)
2. Undang-undang karena perbuatan manusia (pasal 1353)
a. RECHTMATIGE
Halal, sesuai dengan hukum. Exmpl : 1354 / zaakwarneming : suatu
perbuatan pengurusan kepentingan org lain secara sukarela. Pasal 1354
menjelaskan bahwa pengurusan tersebut harus terus diteruskan sampai
orang lain tersebut kembali dapat mengurus kepentingannya sendiri.
Perwakilan sukarela
Pembayaran tidak wajib
b. ONRECHTMATIGE
Melanggar hukum. Pasal 1365 : barang siapa melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain (melanggar hukum) wajib ganti rugi.
Custom (kebiasaan)
Doktrin
Yurisprudensi
Perbuatan Hukum (berbuat/tidak berbuat)
Melawan hukum (sebelum, sesudah)
Kerugian (materil/imateril)
Kesalahan kausalitas
C. Isi Perikatan
1. memberikan sendiri 1235-1238: walaupun memberikan sesuatu
merupakan hal berbuatmenyerahkan hak milik atau memberi kenikmatan
atas suatu benda (penyerahan hak milik akan rumah)
2. Berbuat sesuatu 1239-1242: setiap prestasi yang besifat positif yang tidak
berupa memberi.
3. Tidak berbuat sesuatu
D. Jenis-Jenis Perikatan
1. Menurut isi daripada prestasinya :
a. Perikatan positif dan negatif
Ialah perikatan yang prestasinya berupa perbuatan positif yaitu memberi
sesuatu dan berbuat sesuatu sedangkan positif negatif adalah perikatan
yang prestasinya berupa sesuatu perbuatan yang negatif yaitu tidak
berbuat sesuatu.
b. Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan
Perikatan sepintas lalu adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya
cukup hanya dilakukan dengan satu perbuatan saja dan waktu yang
singkat tujuan perikatan telah tercapai sedangkan perikatan
berkelanjutan adalah perikatan prestasinya berkelanjutan untuk
beberapa waktu, misalnya perikatan yang timbul dari perjanjianperjanjian sewa-menyewa dan perburuhan.
c. Perikatan alternatif
Ialah perikatan dimana debitur dibebaskan untuk memenuhi satu dari
dua atau lebih prestasi yang disebutkan dalam perjanjian.
d. Perikatan fakultatif
Ialah perikatam yang hanya mempunyai satu objek prestasi, dimana
debitur mempunyai hak untuk mengganti dengan prestasi yang lain,
bilamana debitur tidak mungkin memenuhi prestasi yang telah
ditentukan semula.
e. Perikatan generic dan specifik
Perikatan generic adalah perikatan dimana objeknya hanya ditentuka
jenis dan jumlahnya berang yang harus diserahakan debitur kepada
kreditur, misalnya penyerahan sebanyak beras sebanyak 10 ton.
Sedangkan perikatan specifik adalah perikatan dimana objeknya
ditentukan secara terperinci sehingga nampak ciri-ciri khususnya.
Misalnya debitur diwajibkan menyerahkan beras sebnayak 10 ton dari
cianjur kualitet ekspor nomor 1.
f. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi.
Perikatan yang dapat di bagi adalah perikatan yang prestasinya dapat
dibagi, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakikat prestasi itu.
Sedangkan perikatan yang tidak dapat dibagi adalah perikatan yang
prestasinya tidak dapat dibagi.
2. Menurut subjeknya :
a. Perikatan tanggung-menanggung
Ialah perikatan dimana debitur dan / atau krediturnya terdiri dari
beberapa orang. Selanjutnya mengenai perikatan tanggung-menaggung
ini lihat pasal 1749 dan 1836 BW serta pasal 18 KUHDagang.
John Locke dan J.J. Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas
untuk memperoleh apa saja yang dikehendakinya.
Dalam hukum kontrak, asas ini diwujudkan dalam kebebasan berkontrak.
Teori leisbet fair in menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin
kelangsungan jalannya persaingan bebas. Karena pemerintah sama sekali tidak
boleh mengadakan intervensi didalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Paham individualisme memberikan peluang yang luas kepada golongan kuat
ekonomi untuk menguasai golongan lemah ekonomi. Pihak yang kuat
menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah berada dalam
cengkeraman pihak yang kuat seperti yang diungkap dalam exploitation de
homme par lhomme.
2.
Asas Konsesualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.
Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas
yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara
formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat
oleh kedua belah pihak.
Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman.
Didalam hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi lebih
dikenal dengan sebutan perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil
adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam
hukum adat disebut secara kontan). Sedangkan perjanjian formal adalah suatu
perjanjian yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta
otentik maupun akta bawah tangan).
Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus
innominat. Yang artinya bahwa terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk
yang telah ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal dalam KUHPdt adalah
berkaitan dengan bentuk perjanjian.
3.
Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
every perjanjian harus ditaati para pihak
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak.
Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt.
Asas ini pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Dalam hukum gereja itu
disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian bila ada kesepakatan antar pihak
yang melakukannya dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini mengandung makna
bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan
yang sakral dan dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun, dalam
perkembangan selanjutnya asas pacta sunt servanda diberi arti sebagai pactum,
yang berarti sepakat yang tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan
formalitas lainnya. Sedangkan istilah nudus pactum sudah cukup dengan kata
sepakat saja.
4.
Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas ini merupakan asas
bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun
kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam,
yakni itikad baik nisbi (relative) dan itikad baik mutlak.
Pada itikad yang pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku
yang nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal
sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan
(penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.
5.
Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan
saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
Pasal 1315 KUHPdt menegaskan: Pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Inti
ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang
tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
6. ASAS KEKUATAN MENGIKAT DARI PERJANJIAN
Orang terikat pada janji yang telah dibuatnya,1338 Asas Pacta Sunt servada.
Semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat bagi pihak yang membuatnya.
Pengecualian:
a.Dalam keadan memaksa (Overmacht) Force majeur
Mis: Coca cola dan perusahaan Bir memiliki perjanjian Uuntuk memasok
minuman ke Pady's Caf (yang dibom di Bali) 2 perusahaan itu dapat meminta
barangnya jika masih ada. Tetapi jika sudah terbakar maka perjanjian tidak
mengikat lagi
b.Bila menurut keadaan sangat tidak adil jika perjanjian yang dilaksanakan
sesuai yang disepakati, maka hakim mempunyai hak untuk menyesuaikan hak
dan kewajiban kedua belah pihak dengan tuntutan pengadilan
1338 (2) perjanjian harus sesuai dengan kesusilaan, kesopanan