Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Usaha ternak domba sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Pengusahaan ternak potong domba di Indonesia dilakukan sebagian
besar oleh peternak tradisional dan selebihnya oleh perusahaan penggemukan
(feedloter). Usaha ternak ini dipilih karena selain prospeknya yang menjanjikan,
pemeliharaan dan pemasarannya cenderung lebih mudah dibandingkan hewan
ternak lain.
Usaha ternak domba merupakan jenis usaha yang mudah untuk dilakukan
dan tidak memerlukan modal begitu besar. Di daerah pedesaan khususnya,
memelihara domba merupakan usaha sampingan dari usaha pertanian (bercocok
tanam).
Prospek pasar untuk hasil usaha ternak domba sangat besar dan
menguntungkan. Permintaan pasar terhadap dagingnya kerap kali datang dari
kota-kota besar, terutama dari para pedagang sate dan usaha kuliner lain yang
mengandalkan daging domba sebagai bahan dasarnya. Di samping permintaan
lokal, regional, dan nasional pasar ternak domba masih cukup terbuka untuk
negara di Asia Tenggara.
Ternak domba lebih dipilih karena tidak memerlukan dukungan lahan yang
luas apabila dibandingkan dengan budidaya ternak besar. Akan tetapi berternak
domba harus di sertai dengan manajemen sanitasi kandang dan handling yang
baik sehingga ternak merasa aman, nyaman, dan menghasilkan produksi yang
optimum.
Tujuan

Untuk mengetahui tentang sanitasi kandang domba yang baik


Untuk mengetahui cara handling yang baik bagi ternak domba
Dan untuk memenuhi tugas laporan budidaya domba

METODE

Waktu Dan Tempat Pelaksanaanl


Hari, tanggal : Kamis, 28 Februari 2013
Waktu

: 14.00 WIB 17.20 WIB

Tempat

: Kandang Domba di Kampus Diploma IPB Gunung Gede

Alat

Penggaris besi panjang ukuran 100 cm


Meteran ukur 50.000 cm
Sapu lidi
Pacul
Serokan
tali

Metode Pelaksanaan
1. membersihkan tempat pakan dan kandang domba
2. mengukur luas kandang
kandang individu
kandang betina indukan
3. penanganan ternak domba
menenangkan dan mengarahkan ternak domba
memegang/menggendong ternak domba
mendudukan ternak domba
membaringkan ternak domba

PEMBAHASAN

Sanitasi Kandang Domba


Sanitasi merupakan salah satu program kerja didalam usaha peternakan
yang khusus ditunjukan pada pemeliharaan kesehatan ternak. Program ini
terutama ditekankan pada penjagaan kebersihan , baik kebersihan kandang beserta
peralatannya ataupun ternaknya sendiri. Sanitasi yang berhasil baik secara
langsung akan memberikan dukungan terhadap peningkatan produksi dan mutu
produk ternak yang dihasilkan.
Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk melindungi diri dari
pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin, temperatur suhu) dan gangguan
lainnya seperti hewan liar, penyakit, dan pencurian ternak. Maka, kandang harus
mampu memberikan tempat yang nyaman dan berproduksi secara optimal bagi
ternak. Dalam pembuatan kandang ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan,
yaitu:
Faktor biologis
Faktor biologis ternak yang perlu dipertimbangkan adalah sensitivitas
respons ternak terhadap unsur iklim.
Faktor teknis
Kandang ternak perlu dibuat kuat dan sesuai perhitungan arsitektur
sehingga ternak dapat bernafas dengan baik dan tidak ada ternak yang
terperosok maupun tertimpa bahan bangunan.
Faktor ekonomis
Kandang yang mampu bertahan dalam waktu yang lama dan kuat,tetapi
menggunakan bahan bangunan yang tidak terlalu mahal. Efesiensi
penggunaan bangunan dilakukan dengan mengatur tata letak dan
merancang kapasitas ternak yang dapat ditampung.
Hal-hal lain pun harus di perhatikan sehubungan dengan kesejahteraan hewan
seperti:
1. lokasi kandang
lokasi ideal untuk pengemukan domba adalah daerah yang bercurah
hujan 1500-3000 mm/tahun dengan kelembapan 60-80%. Lokasi
topografi yang terbukti bisa menjadi pilihan karena bisa menghambat
arah angin. Lokasi peternakan harus dekat dengan sumber air, sumber
pakan, udara segar, dan sumber pemasaran yang dekat.
2. letak dan arah kandang
kandang sebaiknya dibangun dengan menutup bagiaan tertentu yang
merupakan tempat dominan masuknya angin. Pohon-pohon perlindungan
perlu ditanam di sekitar kandang sebagai pemecah angin.
3. ukuran kandang
pada dasarnya, ukuran kandang yang dibuat bersifat relatif tergantung
dari ketersediaan tempat dan bahan. Untuk kandang individu panjang dan
lebar di sesuaikan dengan kebutuhan ternak tersebut.
3

CONTOH
Kandang dengan sistem baterei diisi seekor domba perkandang.
Ukuran kandang, panjang 1 m, lebar 60 cm, tinggi 60 cm.
Satu lokasi (satu atap) terdiri dari 2 baris kandang yang tidak saling
berhadapan tiap barisnya.
Agar nafsu makan domba baik, maka setiap wadah pakan sebaiknya
digunakan untuk 2 domba.
Wadah pakan itu diletakan di sisi luar dan tidak saling berhadapan dengan
barisan kandang lainnya.
Wadah pakan itu bisa dibuat dari bambu atau bahan lain yang mudah didapat
serta harganya murah.
Atapnya dibuat dari genting, atau rumbia yang telah tua, agar siang hari
kandang tidak terlalu panas dan pada malam harinya menjadi hangat.
Kandang dibuat berkemiringan 45.
Alas terbuat dari bambu, papan, semen, atau tanah saja.
Dinding kandang menggunakan bahan kayu atau bambu.

Tipe Kandang
Tipe Kandang Panggung.
Kontrusi lantainya dibuat sistem panggung. Tipe kandang ini
memiliki kolong yang berfungsi sebagai penampungan kotoran yang
terkumpul di bawah lantai. Kolong dibuat berlubang atau digali lebih
rendah dari pada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencing tidak
berceceran. Kandang ini banyak di pakai di indonesia.
Tipe Kandang Lemprak.
Kontruksi lantainya menggunakan tanah (kandang jenis ini hanya
beralaskan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan). Selain itu, kandang
dilengkapi keranjang rumput yang di letakan di atas alas. Kotoran akan
dibongkar setelah 1-6bulan. Kandang tipe lamprak ini merupakan kandang
yang umum digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang tipe
ini banyak di pakai di negara empat musim.
Tempat pakan di letakan di bagian depan kandang, dimana tempat pakan dan
kandang hanya dibatasi oleh jeruji besi/kayu yang hanya mampu memasukan
kepala ternak tersebut ke dalam tempat pakan. Sedangkan, tempat minum di
berikan di bagian belakang kandang dengan terbuat dari paralon besar atau ember.

Handling Ternak Domba


Pada dasarnya ternak merupakan hewan liar yang telah didomestikasikan
untuk keperluan menghasilkan produk sesuai kebutuhan manusia. Dapat
dipastikan bahwa semua jenis ternak yang telah didomestikasikan itu masih
mempunyai sifat-sifat dasar itu, disamping itu ternak-ternak ruminansia (seperti
kerbau, sapi, bahkan kambing dan domba) mempunyai tenaga ekstra sangat kuat
jika dibandingkan dengan kekuatan manusia, sehingga untuk keperluan
pengelolaan sehari-hari kita dituntut untuk menguasai tekni-teknik penguasaan
ternak.
Pengetahuan yang berkaitan dengan cara penanganan terhadap ternak
(handling) yaitu menggunakan tali atau tambang, cara mengikat juga perlu
dipahami dengan baik. Adapun cara handling ternak domba sebagai berikut:
1. Menangkap domba
Dekati domba melalui arah belakang ekor, dan tunggu
hingga domba menjadi tenang dan diam, jika domba
mencoba berlari segera tangkap bagian betis kaki
belakang.
Letakkan satu tangan di depan leher dan tengadahkan
ke arah rahangnya, sedangkan tangan yang lain
diletakkan di pangkal ekor sehingga kita dapat control
domba tersebut.
2. Memegang anak kambing/domba menggendong domba
Pegang kaki depan dan belakang dengan tangan kanan.
Kaki depan kiri dengan tangan kiri. Kepala dan dada
menghadap ke atas (posisi kita berdiri), domba kita
angkat punggungnya kita tempelkan pada dada kita.
Kemudian kita berusaha untuk duduk dan tempatkan
punggungnya pada posisi diantara kedua paha kita,
selanjutnya kita dapat menjepitkan kaki kita pada iga
atau leher domba. Setelah itu kita dapat melakukan
kastrasi, pemotongan ekor, atau memberi minum obat.
3. Mendudukan kambing/domba
Tempatkan dari kita pada sis kiri ternak, pegang leher
bagian bawah dengan tangan kiri dan bagian belakang
ekor dengan tangan kanan.
Letakkan ibu jari di sekeliling moncong atau didalam
mulut di belakang gigi seri. Pada waktu yang
bersamaan pindahkan tangan kanan ke atas lutu kaki
belakang sebelah kanan.

Dengan tangan kiri, tengokkan kepala ternak


kebelakang di atas bahunya sehingga ternak bisa
melihat punggungnya sendiri.
Tekan bagian belakang kaki dengan tangan kanan
sehingga ternak jatuh ke belakang.
Mundur setengah langkah sehingga ternak meluncur
dan duduk diatas tanah.
Lepaskan tangan di leher dan raihlah kedua kaki depan
melalui belakang tubuhnya, kemudian jepit kepalanya
diantara ketiak kita, sehingga ternak bisa duduk.
Dalam posis ini dapat dilakukan potong kuku atau
cukur bulu.
4. Merebahkan kambing/domba
Lakukan prosedur ke 1 samapai 5 pada proses
mendudukan kambing/domba sehingga ternak sampai
dalam posisi dudk.
Lepaskanlah leher dan pegang kedua kaki depan,
kemudian letakkanlah kepala diatas tanah.
Sebaiknya ada seorang lagi yang mambantu memegang
lutut kaki bagian belakang.
Pegang leher dan paha depan sehingga kepalanya
terletak di atas tanah.
Ikat kedua kaki depan dan belakang.
Pada posisi demikian dapat dilakukan pemotongan
tanduk pada kambing dewasa.

KESIMPULAN
Budidaya domba mampu berkembang pesat saat ini karena banyak
dibutuhkan oleh masyarakat di Indonesia. diharapkan peternak mampu
menghasilkan kambing/domba berproduktifitas tinggi yang mampu memenuhi
kebutuhan tersebut. Ada pun hal-hal yang mempengaruhi hasil produk ternak
domba yaitu Sanitasi dan cara handling yang baik sehingga ternak secara
langsung akan memberikan peningkatan produksi dan mutu produk ternak yang
dihasilkan. Dimana sanitasi kandang terbuat dari bahan-bahan bangunan yang
kuat dan tahan lama yang mampu memberi perlindungan terhadap ternak, sanitasi
menggunakan tipe kandang yang sesuai iklim di dearah peternakan tersebut dan
handling domba yang baik dilakukan sesuai prosedur-prosedur yang telah di
terangkan di atas untuk proses menangkap, menggendong, membaringkan, dan
mendudukan ternak domba.

DAFTAR PUSTAKA
F.,Chris Dian. 2013. Cara Sukses Memulai dan Menjalankan Usaha Ternak
Domba. Jogjakarta: Trans Idea Publishing.
Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Jakarta. Penerbit
PT Penebar Swadaya.
Prihatman, Kemal. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan.
Jakarta: Bappenas.
Purnomoadi, agung. 2003. Petunjuk Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja.
Semarang: FAPET Universitas Diponegoro

LAMPIRAN

10

Anda mungkin juga menyukai