Anda di halaman 1dari 16

PENETAPAN KADAR ZAT ORGANIK (BILANGAN PERMANGANAT)

Posted on July 14, 2012 at 1:05 PM


Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran
manusia ,hewan atau oleh sumber lain.zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau
mikroorganisme lainnya . Makin tinggi kandungan zat organik didalam air,maka semakin jelas
bahwa air tersebut telah tercemar .
Bilangan permanganat adalah jumlah mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat
organik yang terkandung didalam satu liter contoh air dengan pendidihan selama 10 menit.
Penentuan zat organik dengan cara oksidasi dapat dilakukan dalam suasana asam atau basa .
Metode asam untuk air yang mengandung ion Cl < 300 ppm
Metode basa untuk air yang mengandung ion Cl >300 ppm
Prinsip
Metode asam:
Zat organik didalam sampel dioksidase oleh KMnO4 berlebih dalam keadaan asam dan panas.
Sisa KMnO4 direduksi dengan larutan asam oksalat berlebih . Kelebihan asam oksalat dititrasi
kembali dengan KMnO4
Metode Basa
Sampel dididihkan terlebih dahulu dengan NaOH selanjutnya dioksidasi oleh KMnO4 berlebih.
Sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali
dengan KMnO4.
Gangguan
1) Ion sulfida dan nitrit , untuk menghilangkan harus di panaskan dengan H2SO4 encer sampai
H2S dan nitrit hilang.
2) Garam ferro dapat di hilangkan dengan penambahan beberapa tetes KMnO4 sebelum dianalisa
sampai larutan tepat merah muda.
3) Bila harus di simpan lebih dari satu hari , lebih baik diasamkan kurang dari 5 (pH <5)
Peralatan.
Buret
Labu Erlenmeyer
Labu ukur
Pereaksi
Asam Sulfat 2 N bebas zat organik
{Kedalam 500 ml aquades tambahkan dengan secara hati hati dan sedikit demi sedikit asam
sulfat pekat sebanyak 222 ml sambil diaduk, kemudian tepatkan hingga 1000 ml dengan
menggunakan aquades . Kemudian kedalam larutan ini tetesi larutan KMnO4 0,01 N hingga
terjadi warna merah muda, panaskan selama 10 menit pada suhu 80C . Jika warna hilang
selama pemanasan , tetesi kembali dengan KMnO4 hingga warna merah muda stabil}.
H2C2O4 0,01 N
{Timbang teliti 0,6302 gram H2C2O4 dilarutkan dengan aquades hingga 1000,0 ml}
KMnO4 0.01
{Timbang 0,3160 gram KMnO4 dilarutkan dengan aquades sampai 1 liter .Didihkan selama 15
menit ,dinginkan dan biarkan semalam .saring dengan kapas ,kemudian tambahkan air sampai
dengan 1 liter (untuk menggantikan air yang hilang )

KMnO4 0,01 N (Alkalis )


{16 gram NaOH di larutkan kedalam 1000 ml KMnO4 0,01 N kemudian didihkan dan
dinginkan}
Prosedur
1. Pencucian
a) Sebelum analisa di mulai,Erlenmeyer yang akan digunakan untuk analisa harus di bersihkan
dari sisa zat organik yang menempel pada dinding Erlenmeyer.
b) Pipet 100,0 ml aquades ,masukan kedalam Erlenmeyer,ditambah beberapa tetes KMnO4 0,01
N smpi merah muda .tambahkan 5 ml asam sulfat 8 N panaskan sampai mendidih. Cairan
dibuang dan Erlenmeyer siap digunakan (jangan di bilas lagi dengan aquades )
1. Penetapan Bilangan Permanganat.
a) Pipet 50,0 ml contoh air, masukan ke dalam Erlenmeyer 250 ml.tambahkan 5 ml H2SO4 2 N
dan beberapa batu didih,panaskan hingga mendidih.selanjutnya tambahkan 10,0 ml KMnO4 0,01
N anaskan kembali hingga mendidih selama 10 menit.
b) Tambahkan 10,0 ml H2C2O2 0,01 N,pemanasan dilanjutkan sampai warna merah muda
hilang
c) Titrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,01 N sampai terjadi warna merah muda
mantap selama 10 detik
1. Penetapan bilangan permanganat (metode basa cara schulzon )
a) Pipet 100,0 ml sampel,masukan kedalam labu ukur Erlenmeyer 250 ml,tambahkan KMnO4
0,01 N tetes demi tetes sampai warna merah muda . tambahkan beberapa tetes asam sulfat 8 N
panaskan cepat hingga mendidih, jika timbul bau sulfida pendidihan diteruskan sampai beberapa
menit.
b) Tambahkan 10 ml KMnO4 0,01 N (alkalis) dan dilanjutkan pemanasan sampai mendidih .
Pendidihan dilakukan hati hati selama 10 menit tambahkan 5 ml H2SO4 8 N 10,0 ml H2C2O4
0,01 N dengan hati hati .
c) Titrasi dalam keadaan panas KMnO4 0,01 N sampai terjadi warna merah muda yang mantap
selama 10 detik.
d) Jika memerlukan KMnO4 0,01 N (alkalis) lebih dari 7 ml ,maka penetapan diulangi dengan
voleme sampel yang lebih kecil dan diencerkan dengan aquades sampai volume 100 ml
Perhitungan

1000 : Vol.Sampel x [(10 + a) b ( 10 x c ) x 31,6 ]


= .. mg KMnO4
Keterangan :
a. = ml KMnO4 0,01 untuk titrasi

b. = NormalitasKMnO4
c. = Normalitas H2C2O4

Permanganat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
"MnO4" beralih ke halaman ini. Untuk ion manganat MnO42, lihat Manganat.

Struktur dari ion manganat(VII)


Permanganat adalah sebuah nama umum untuk senyawa kimia yang mengandung ion manganat(VII)
ion, (MnO4). Karena mangan mempunyai bilangan oksidasi sebesar +7, maka ion permanganat(VII)
merupakan oksidator kuat. Ion ini mempunyai bentuk geometri tetrahedral.[1] Larutan permanganat
biasanya berwarna ungu dan bersifat neutral dan sedikit mempunyai sifat alkalinitas.
Dalam larutan asam, permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidak berwarna dan bilangan oksidasinya
menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
8 H+ + MnO4 + 5 e Mn2+ + 4 H2O
Dalam larutan basa kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau, dengan bilangan
oksidasi +6 (manganat MnO42).
MnO4 + e MnO42
Dalam larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga bilangan oksidasinya menjadi +4, warnanya hijau
(mangan dioksida MnO2).

2 H2O + MnO4 + 3 e MnO2 + 4 OH


http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganat

PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini berjudul titrasi oksidasi reduksi (permanganometri). Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar FeSO4 dalam air berdasarkan reaksi oksidasi
reduksi.
Titrasi redoks merupakan penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas
reaksi oksidasi atau reduksi, dimana reduktor mengalami oksidator dan oksidator mengalami
reduksi. Dalam percobaan ini menggunakan titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri
merupakan titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 sebagai auto indicator. Reaksi oksidasi
merupakan reaksi pengikatan oksigen, pelepasan elektron, dan reaksi kenaikan bilangan oksidasi.
Sedangkan reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen, pengikatan elektron, dan reaksi
penurunan bilangan oksidasi.
Adapun fungsi bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, KMnO4 berfungsi
sebagai auto indikator dimana larutan tersebut dapat bersifat sebagai larutan standar sekunder
dan dapat sebagai indikator. Larutan asam oksalat dan FeSO4 berfungsi sebagai larutan standar
primer. H2SO4 berfungsi sebagai katalis.
Larutan standar primer merupakan larutan yang memiliki konsentrasi yang sudah tetap
sehingga tidak perlu distandarisasi. Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan yang
memiliki konsentrasi yang tidak tetap sehingga perlu dilakukan standarisasi. Adapun cirri-ciri
larutan standar primer yaitu memiliki berat molekul yang besar, bersifat tidak hidroskopis atau
tidak menyerap air di udara, bersifat stabil atau tidak mudah terurai dan memiliki kemurnian
yang tinggi. Sedangkan cirri-ciri larutan standar sekuder yaitu, memiliki berat molekul yang
kecil, bersifat hidroskofis atau mudah menyerap air di udara, bersifat kurang stabil atau mudah
terurai, dan memiliki kemurnian yang rendah.
Pada percobaan ini melakukan titrasi. Dalam melakukan titrasi, praktikan harus benarbenar mengetahui dengan pasti kapan terjadinya titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik
ekivalen merupakan titik dimana asam dan basa tepat bereaksi dan ditandai dengan terjadinya
perubahan warna indikator yang belum konstan. Sedangkan titik akhir titrasi merupakan titik

dimana asam dan basa tepat bereaksi dan ditandai dengan terjadinya perubahan warna indikator
yang konstan. Indikator merupakan asam atau basa lemah organik yang memiliki warna ion yang
berbeda dengan warna molekulnya.
Pada percobaan standarisasi KMnO4 0,1 N larutan yang digunakan harus dipanaskan
terlebih dahulu. Larutan yang digunakan yaitu asam oksalat dan H2SO4 10%. Adapun fungsi
pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi antara larutan asam oksalat dan KMnO4.
Pada percobaan ini menggunakan analisa volumetri. Dimana analsia volumetri
merupakan analisa kuantitatif yang dilakukan dengan menghitung volume yang keluar dari buret.

May
21

LAPORAN PRAKTIKUM
ARGENTOMETRI
TITRASI PENGENDAPAN : ARGENTOMETRI
I.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat

a.

Mengetahui beberapa metoda titrasi pengendapan

b.

Menentukan kadar halida secara titrasi argentomeri

II.

Dasar Teori
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu
cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (Day &
Underwood, 2001).

Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan


ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida(Cl-, Br-, I-)
(Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke
dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara
sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan
indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan
yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi
netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari reagen/analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(Skoog et
al.,1996)

Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+

dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan

pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).


Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu.Jika
Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebihumum
mengenai pengendapan dasar larutan adalah :y Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan
tak terjadi jika Q < Kspy Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam
memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut.
Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat
dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu
garam dapat berubah dengan perubahan temperatur.Umumnya kenaikan temperatur akan
memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut
juga akan semakin besar (Petrucci, 1989).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:


1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis, dll. (Pantang,2010)
III.

Prinsip Percobaan
Percobaan ini berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran. Adapun pentiter yang digunakan adalah larutan
baku AgNO3.
Titrasi argentometri ini dapat dilakukan dengan 3 macam metode, yaitu:
a. Cara Mohr
Dilakukan dalam suasana netral, sebagai indikatornya digunakan kalium kromat. Titik
akhir titrasi dengan cara ini adalah merah bata.
b. Cara Volhard
Dilakukan dalam suasana asam dengan indikator Fe3+ dan titik akhir titrasi dengan cara ini
adalah merah yang berasal dari Fe(SCN)2+.
c. Cara Fajans
Dilakukan dalam suasana sedikit asam, indikatornya adalah indikator adsorpsi misalnya
flourescen dan titik akhir titrasinya adalah endapan merah atau rose.

IV.

Alat dan Bahan


ALAT :
1. Buret 50 ml
2. Erlenmeyer 100 ml, 250 ml
3. Pipet volume 25 ml, 100 ml
4. Pipet ukur 5 ml
5. Corong
6. Gelas Kimia 100 ml, 250 ml
7. Labu takar 100 ml

8. Kaca arloji
9. Botol semprot
10. Statif
11. Klem
12. Pipet tetes

BAHAN :
1. AgNO3 0,1 M
2. NaCl 0,1 M
3. Indikator K2CrO4 0,1 M / 5%
4. Aquades steril
5. Sampel garam dapur
6. Sampel air ledeng / selokan

V.

Cara Kerja

VI.

DATA PENGAMATAN
Gambar

Keterangan

Pada saat pembakuan AgNO3, penambahan


indikator K2CrO4 larutan menjadi kuning. Dan
setelah tercapai titik akhir titrasi larutan
berwarna merah kecoklatan.

Sebelum titrasi blanko, warna larutan aquadest


ketika ditambah CaCO3

Titik akhir titrasi blanko, warna larutan berubah


menjadi merah

Titik akhir titrasi pada saat penentuan kadar Cldalam garam dapur. Warna larutan telah
berubah manjadi merah

Titik akhir titrasi pada saat penentuan kadar Cldalam air ledeng. Warna larutan telah berubah
menjadi merah

VII. PERHITUNGAN
a) Pembuatan larutan NaCl dan AgNO3
Berat padatan AgNO3

: 8.45 gr (Mr : 169.87)

BE AgNO3

: 169.87

VII.
a.

Volume Larutan

: 100 mL

Konsentrasi AgNO3

: 0.112 N

Berat NaCl

: 0.585 gr (Mr = 58.44)

BE NaCl

: 58.44

Volume Larutan

: 100 mL

Konsentrasi NaCl

: 0.1 N

Pengolahan Data
Metoda Mohr
Konsentrasi NaCl

= 0,1 N

1. Pembakuan larutan AgNO3


No

Volume NaCl (mL)

Volume AgNO3 (mL) yang digunakan

25

22.50

25

22.50

25

21.70

Rata rata

22.23

2. Titrasi blanko
No

Volume aquadest (mL)

Volume AgNO3 (mL) yang digunakan

25

0,05

Rata rata

0,05

Konsentrasi AgNO3
V AgNO3 x N AgNO3 = V NaCl x N NaCl

N AgNO3 =
N AgNO3 =
N AgNO3 =
N AgNO3 = 0,112 N
3. Kadar Cl dalam sample garam dapur
No

Volume sample

Volume AgNO3

50

30.10

50

29.90

50

31.00

Rata-Rata

30.33

mek Cl

= mek AgNO3
= V AgNO3 x N AgNO3
= 30.33 mL x 0,112 N
= 3.397 mek

mg Cl

= mek Cl x BE
= 3.397 mek x 35,5
= 120.6 mg

gram Cl

= 0.1206 gram

kadar Cl

kadar Cl

=
= 48.24 %

4. Kadar Cl dalam sample air ledeng


No

Volume sample

Volume AgNO3

100

0.80

100

0.70

100

0.65

Rata-Rata

mek Cl

0.716

= mek AgNO3
= V AgNO3 x N AgNO3
= 0.716 mL x 0,112 N
= 0.08 mek

mg Cl

= mek Cl x BE
= 0.08 mek x 35,5
= 2.84 mg

gram Cl

= 0.0284 gram

kadar Cl

kadar Cl

=
= 1.136 %

PEMBAHASAN
Nama

: Yova Yuvitasari

NIM

: 12141030

Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan
endapan atau garam yang sukar larut. Dalam titrasi ini, zat yang ditentukan bereaksi dengan zat
pentiter membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekatan zat yang
ditentukan itu berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan itu diamati
dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator atau peralatan yang sesuai.

Dalam percobaan ini, digunakan titrasi pengendapan dengan metode mohr untuk
menentukan kadar klorida dalam sampel. Dimana AgNO3 digunakan sebagai peniter atau larutan
baku sehingga titrasi ini disebut juga titrasi argentometri.

Metoda mohr
Pada metoda mohr titik akhir titrasi ditandai dengan pembentukan warna merah bata dari
Ag2CrO4.

Penentuan konsentrasi AgNO3


Dalam suatu larutan terkadang terdapat komponen lain yang bukan merupakan bagian dari
larutan tersebut. Karena itu untuk menentukan konsentrasinya (dalam hal ini AgNO3) volume
AgNO3 hasil titrasi pembakuan harus dikurangi dengan volume AgNO3 hasil dari titrasi blanko
untuk mendapatkan volume perak nitrat sesungguhnya.
Baik pada titrasi pembakuan maupun pada titrasi blanko masing masing digunakan
indikator K2CrO4. Tujuan ditambahkannya indikator tersebut adalah supaya ketika mencapai titik
akhir titrasi keadaan analit dapat diamati secara visual, karena dengan penambahan K2CrO4 akan
terbentuk endapan berwarna merah bata yang menjadi tanda terjadinya titik akhir titrasi.
Endapan merah bata terebut tak lain adalah Ag2CrO4.
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Dari data hasil titrasi yang didapat dan dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi
AgNO3 sebesar 0,112 N.

Penentuan kadar Cl dalam sampel


Pada percobaan penentuan kadar sample garam dapur ini, sampel garam dapur dilarutkan
dalam aquades sebelum dititrasi dengan perak nitrat.
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Seperti halnya pada titrasi pembakuan perak nitrat, pada titrasi penentuan kadar Cl ini pun
digunakan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya endapan
merah bata perak kromat.

Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)


Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada sampel garam dapur sebesar
48.24 %.

Penentuan kadar Cl dalam sample air ledeng


Pada percobaan ini air ledeng diambil sebanyak 100 mL dan kemudian dititrasi dengan
AgNO3. Namun sebelum dititrasi air ledeng ini ditambahkan K2CrO4 sebagai indikator agar saat
tercapai titik akhir titrasi dapat diaamati secara visual. Titrasi ini berakhir ketika didalam analit
terbentuk endapan berwarna kemerahan dari perak kromat.
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada sampel garam dapur sebesar
1.136 %.

1. Penentuan konsentrasi AgNO3


Dalam suatu larutan terkadang terdapat komponen lain yang bukan merupakan bagian dari
larutan tersebut. Karena itu untuk menentukan konsentrasinya (AgNO3) volume AgNO3 hasil
titrasi pembakuan harus dikurangi dengan volume AgNO3 hasil dari titrasi blanko untuk
mendapatkan perak nitrat sesungguhnya.
Baik pada titrasi pembakuan maupun pada titrasi blanko masing masing digunakan
indikator K2CrO4. Pemilihan indikator ini karena kalium kromat dapat bereaksi dengan perak
nitrat membentuk endapan yang memiliki warna spesifik yaitu merah bata. Dengan
ditambahkannya indikator tersebut akan didapatkan endapan berwarna merah bata yang menjadi
tanda terjadinya titik akhir titrasi. Endapan merah bata tersebut adalah Ag2CrO4.
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Titrasi blanko bertujuan untuk mengurangi kesalahan pada titrasi disebabkan adanya
pereaksi lain atau anion lain yang beraksi dengan AgNO3 pada saat percobaan titrasi yang
terdapat dalam pelarut (aquadest). Pada titrasi blanko ini dilakukan penambahan 0,1 gram

CaCO3. Penambahan CaCO3 yang dimaksudkan sebagai suspensi tanpa ion klorida dan sebagai
penetral.
Dari data hasil titrasi yang didapat dan dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi
AgNO3 sebesar 0.112 N.
2. Penentuan kadar Cl dalam sampel air ledeng dan garam dapur
Titrasi argentometri ini bisa dilakukan untuk menentukan kadar Cl- dalam suatu sampel
dalam percobaan sampel yang dilakukan pengujian yaitu air ledeng dan garam dapur.
Sampel garam dapur dilarutkan dalam aquades sebelum dititrasi dengan perak nitrat.
Seperti seperti pada titrasi pembakuan perak nitrat, pada titrasi penentuan kadar Cl ini pun
digunakan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya endapan
merah bata perak kromat.
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)
Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada sampel garam dapur sebesar
48.24%
Selanjutnya adalah penentuan kadar Cl- pada sampel air ledeng, penentuan titik akhir titrasi
ini menggunakan metoda mohr juga, oleh karena itu sama halnya seperti percobaan sebelumnya
menggunakan indikator kalium kromat yang apabila titik akhir titrasi tercapai warna larutan akan
berubah menjadi coklat kemerahan. Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada
sampel air ledeng sebesar 1.136%.

Anda mungkin juga menyukai