ANTELMENTIK
Disusun oleh :
Bella Sakti Oktora
(12010012)
Darma Wijaya
(12010016)
Fuji Rahayu
(12010030)
I.
Judul Praktikum
Antelmentik
II.
Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa:
1. Untuk mengetahui dan memahami efek yang ditimbulkan dari pemberian obat
antelmentik umum yaitu pirantel pamoat dan simplisia yang berkhasiat
membunuh cacing pada hewan coba cacing tanah.
2. Dapat merancang dan melakukan eksperimen sederhana untuk menguji
aktivitas antelmentik (anti cacing) suatu bahan uji secara in vitro.
III.
Dasar Teori
Antelmintik atau obat cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan
cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Yang tercakup dalam istilah ini adalah
semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obatobat sistemis yang membasmi cacing maupun larvanya yang menghinggapi organ
dan jaringan tubuh.
Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan
cacing, jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi
aktif lagi atau sisasisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus
dikeluarkan secepat mungkin (Tjay dan Rahardja, 2002:185).
segera mati. Di samping itu pirantel pamoat juga berkhasiat laksans lemah. . (Tjay
dan Rhardja, 2002:193)
Resorpsinya dari usus ringan kira kira 50% diekskresikan dalam keadaan
utuh bersamaan dengan tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan melalui urin. Efek
sampingnya cukup ringan yaitu berupa mual, muntah, gangguan saluran cerna dan
kadang sakit kepala. (Tjay dan Rhardja, 2002:193). Dosis terhadap cacing kremi
dan cacing gelang sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg, anak-anak 2 tablet sesuai usia
(10mg/kg). (Tjay dan Rhardja, 2002:193). Dosis tunggal pirantel pamoat 10mg/kg
Bb (ISO, 2009 : 81).
Kunyit
Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.),
adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia
Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia,
Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta
bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai
pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan Janar.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit
dikenal
di
berbagai
daerah
dengan
beberapa
nama
lokal,
sepertiturmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan
Malaysia), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura).
Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di
negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan
sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau
sebagai pengawet. Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan
berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis- rheumatoid) atau
osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil
butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus)
dalam bentuk kapsul. Dalam bahasa Banjar kunyit biasa pula disebut Janar.
Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen makanan dalam
bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah berkembang. Suplemen
makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan tambahan Vitamin
B1, B2, B6, B12, Vitamin E,Lesitin, Amprotab, Mg-stearat, Nepagin dan Kolidon
90.
Umbi (rimpang) yang berumur lebih dari satu tahun dapat dipakai sebagai
obat, umbi (rimpang) kunyit berkhasiat untuk mendinginkan badan, membersihkan,
mempengaruhi bagian perut Khususnya pada lambung , merangsang, melepaskan
lebihan gas di usus, menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah,
selain dari itu juga digunakan sebagai bahan dalam masakan.
Kunyit juga digunakan sebagai obat anti gatal, anti septik dan anti kejang
serta mengurangi pembengkakan selaput lendir mulut. Kunyit dikonsumsi dalam
bentuk perasan yang disebut filtrat, juga diminum sebagai ekstrak atau digunakan
sebagai salep untuk mengobati bengkak dan terkilir. Kunyit juga berkhasiat untuk
menyembuhkan hidung yang tersumbat, caranya dengan membakar kunyit dan
menghirupnya.
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10%
dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti
minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga
mengandung
Lemak
sebanyak
1
-3%,
Karbohidrat
sebanyak
3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat
besi, fosfor, dan kalsium.
Temulawak
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Jenis
: Animalia
: Annelida
: Clitellata
: Haplotaxida
: Lumbricoides
: Lumbricoides terrestris
IV.
V.
Cara Kerja
1. Dibuat larutan control + dari obat pirantel pamoat . Masing-masing kelompok
membuat larutan 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%.
2. Dibuat larutan dari simplisia temulawak dengan masing-masing konsentrasi
seperti pada pirantel pamoat. Begitu pula larutan dari simplisia kunyit.
3. Disiapkan 24 pasang Petridis.
4. Larutan dimasukkan masing-masing ke dalam Petridis. Larutan yang digunakan
adalah larutan obat pirantel pamoat, larutan simplisia temulawak, larutan
simplisia kunyit, dan NaCl fisiologis.
5. Lalu masing-masing Petridis yang berisi larutan yang berbeda-beda masingmasing dimasukkan cacing ke dalamnya. Ditutup dengan penutup etridis namun
dibuka sedikit untuk celah sirkulasi udara.
6. Diamati yang terjadi pada cacing.
VI.
Bahan uji
Konsentrasi T0
Menit
ke-
Kontrol +
(5%) 10 ml
00.00.00
00.04.30
Normal
Mulai
00.08.00
Lemas
00.11.45
00.30.00
Pyranthel
pamoat
00.50.00
Tidak mati
(10%) 10 ml
10.26.00
10.37.00
Diam
Mulai
10.46.00
(15%) 10 ml
00.01.00
00.03.00
Lemas
Mulai
00.08.00
Mulai diam
00.11.00
Pergerakan sedikit
00.38.00
Gerak kembali
00.42.00
Lemas
00.65.00
Tidak mati
(20 %) 10
ml
00.00.00
Mulai
00.05.00
Normal
00.38.25
Tidak mati
(25%) 10 ml
10.26.00
00.37.00
Lemas
Mulai
00.48.20
(30%) 10 ml
10.49.00
10.51.00
Menggeliat
Mulai
10.54.00
Berontak / kejang
10.57.00
Mati dalam
kondisi
tubuh keras
Kontrol
(5%) 10 ml
NaCl
00.00.00
00.04.30
Normal
Mulai
00.11.45
00.30.00
00.45.00
(10%) 10 ml
10.26.00
10.26.00
Normal
Mulai
10.37.00
Gerak
10.46.00
Perubahan warna/
tubuh menjadi lisis
10.59.00
Gerak gerak
10.59.00
Tidak mati
(15%) 10 ml
00.01.00
00.03.00
Tenang / diam
Mulai
00.38.00
Gerak kembali
00.65.00
Lemas
00.65.00
Tidak mati
(20%) 10 ml
00.00.00
00.35.00
Normal
Mulai
00.40.00
Tidak mati
(25%) 10 ml
10.26.00
00.00.00
Aktif
Mulai
00.40.00
Lemas / diam
00.40.00
Tidak mati
(30%) 10 ml
00.00.00
Sampai
selesai
Mulai
Tidak mati
Kunyit
(5%)
00.00.00
00.02.00
Berontak / menggeliat
sampai loncat
00.04.30
Lemas
00.08.00
Keluar lendir
00.09.10
Setengah badannya
kaku
00.10.10
Lembek
00.21.35
Hampir mati
Mulai
00.26.00
Mati
(10%)
10.26.00
10.26.00
Beraksi loncat
Mulai
10.37.00
Melingkar lingkar,
lemas
10.46.00
10.57.00
Lembek
10.57.00
Lalu mati
(15%)
00.00.00
00.00.00
Menggeliat / loncat
Mulai
00.03.00
Lemas
00.09.00
Mulai diam
00.14.00
Pergerakan sedikit
00.30.00
Volume badan
bertambah karena
menyerap kunyit
00.38.00
Tidak bergerak
00.42.00
Absorpsi / lisis
00.53.00
Mati dalam
keadaan
Lembek
(20%)
00.00.00
00.05.00
Lemas
Mulai
00.30.00
00.35.00
Keras
00.38.46
Mati dalam
kondisi
keras
(25%)
10.26.00
00.35.20
Berlendir
Mulai
00.43.05
Lembek
00.45.00
Tidak mati
(30%)
10.27.00
10.28.00
Lemas
Mulai
10.30.00
Menggeliat mulai
berkurang
10.37.00
Sangat lemas
10.53.00
Mati dalam
kondisi
lembek
Temulawak (5%)
00.00.00
00.04.30
Menggeliat / aktif
(obat beraksi)
00.13.00
Lemas / melemah
00.15.00
Tubuh keras
00.18.00
Temulawak
terabsorpsi banyak
sehingga tubuh lisis
00.21.35
Hampir mati
Mulai
00.35.20
Mati
(10%)
10.26.00
10.26.00
10.37.00
Lemas
10.46.00
Mulai
10.59.00
Lemas lalu
diam
mungkin
mati
(15%)
00.00.00
00.01.00
Menggeliat
Mulai
00.03.00
Lemas, pergerakan
pelan
00.14.00
Pergerakan sedikit
00.30.00
00.38.00
(20%)
00.00.00
00.00.00
Normal
Mulai
00.05.00
Lemas
00.35.00
Lembek
00.39.49
Mati
(25%)
10.26.00
00.09.15
Lemas
Mulai
00.16.05
Lembek
00.42.30
Mati
(30%)
10.25.00
10.26.00
10.39.00
Terjadi lisis
10.43.00
Sediki bergerak
10.45.00
Mulai
10.55.00
Mati
b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yang menjadi bahan amatan pengamat(penguji)
adalah aktivitas pirantel pamoat, kunyit, temulawak dan larutan fisiologis NaCL
0,9% sebagai obat antelmintik yang bekerja dalam mempengaruhi sistem saraf
dari cacing yang akan diamati efeknya.
Pada prosedur awal, cacing yang digunakannya haruslah berupa cacing
pita babi (Ascaris suum) jantan dan betina, namun karena keterbatasan sumber
daya, maka diganti oleh cacing tanah (Lumbricoides terrestris), hal ini dapat
dilakukan karena yang akan diamati oleh pengamat adalah aktivitas piperazin
sitrat dan pirantel pamoat terhadap aktivitas sistem saraf pusat, jadi dapat
digantikan oleh jenis cacing lain, dan yang lebih memudahkannya adalah bila
menggunakan cacing tanah tidak diperlukan dua jenis cacing dari jenis kelamin
yang berbeda, karena cacing tanah merupakan cacing berkelamin ganda
(hemaprodit).
Sebagai kontrol positif parirantel pamoat mekanisme kerjanya
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi imfuls,
menghambat enzim kolinesterase. Absorpsi melalui usus tidak baik, ekskresi
sebagian besar bersama tinja, <15% lewat urine. (Anonim.2010)
Pirantel pamoat sangat efektif terhadap Ascaris, Oxyuris dan Cacing
tambang, tetapi tidak efektif terhadap trichiuris. Mekanisme kerjanya
berdasarkan perintangan penerusan impuls neuromuskuler, hingga cacing
dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerak peristaltik
usus. Cacing yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah
keluar dari tubuh, cacing akan segera mati. Di samping itu pirantel pamoat juga
berkhasiat laksans lemah. . (Tjay dan Rhardja, 2002:193) dan kontrol negatif
adalah NaCl fisiologis 0,9 %.
Kunyit dan Temulawak selaku sampel obat alam sebagai pembanding
obat sintetik pirantel pamoat dengan melihat beberapa literatur bahwa kunyit
dan temulawak bisa digunakan sebagai obat cacing, dan banyak mengandung
zat aktif yang banyak dan cukup sama, seperti mengandung kurkuminoid ,
mineral minyak atsiri serta minyak lemak tepung , temulawak juga mengandung
zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral
seperti kalium ( K ), natrium ( Na), magnesium (Mg ), zat besi (Fe), mangan
(Mn ) dan Kadmium ( Cd). Komponen utama kandungan zat yang terdapat
dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin dan juga
protein ,pati, serta zat zat minyak atsiri.Minyak atsiri temulawak mengandung
phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal.
Pada awal praktikum, setiap kelompok diberikan ketentuan dosis yang
berbeda-beda untuk tiap kelompoknya dan sebelum semua prosedur dilakukan
hal awal yang dilakukan pertama kali ialah pengambilan/pemilihan cacing
sebanyak 4 cacing Setelah itu, dilakukanlah penyiapkan sediaan uji, yaitu
berupa pirantel pamoat, larutan kunyit 5% , larutan temulawak 5% dan NaCl
masing-masing sebanyak 10 ml. Siapkan 4 cawan petri kemudian beri label
sesuai cairan sampel obat, tuangkan semua cairan pada masing-masing petrinya
masukan 1 cacing tanah dan amati apa yang terjadi pada cacing , pada cawan 1
(pirantel pamoat 5%) pada saat awal cacing aktif lewati menit ke 8 cacing
melemas, menit ke 10 warna cacing berubah dari merah menjadi bercak-bercak
putih yang berarti obat masuk kedalam tubuh cacing dan obat mengganggu
anatomi fisiologis cacing tersebut namun, sampai menit ke 50 cacing tidak mati.
Pada cawan 2 (NaCl fisiologis) saat cacing dimasukan ke cawan berisi NaCl
fisiologis cacing normal, saat menit ke 11 pada tubuh cacing terdapat perubahan
dibandingkan awal dimana warna caing terbagi dua dimana bagian pekat
berwarna merah terdapat dibagian kepala dan berwarna mwrah muda terdapat
pada buntut namun aktifitas masih normal, melewati menit ke30 cacing
melemas dan aktivitas berkurang namun sama dengan cawan1 cacing tidak mati
setelah menit ke 50 dan di hentikan lah percobaan pada cawan 1 dan 2 di menit
ke 50. Pada cawan 3 (kunyit) saat cacing dimasukan cacing diam saat dimenit
ke 2 cacing berontak, menggeliat sangat amat sering, setelah melewati menit ke
4 cacing melemas berhenti menggeliat, dan dapat dilihat di menit ke8 terdapat
lendir di sekitar cacing yang mungkin dikeluarkan untuk memberontak dan
mengakibatkan koagulasi(gumpalan) pada larutan kunyit , mendekati menit ke
10 setengah badannya kaku namun lembek dan akhirnya mati di menit ke 26.
Pada cawan ke 3 (temulawak) pada saat cacing dimasukan ke dalam cawan
berisi temulawak cacing langsung menggeliat selama 4 menit dimana berarti
obat (zat aktif temulawak) bereaksi lansung dengan cacing melewati 4 menit
pertama tadi caing melemas di menit ke 11 setelah menit awal
dimasukan,dimenit ke 15 tubuh cacing kaku, keras (kenyal) dan mati dimenit
ke 35.
Namun jika dilihat dari bedaan konsentrasi pada obat pirantel pamoat
cacing mati pada konsentrasi 30% saja di menit 10:57 dengan keadaan
mengeras. Pada kontrol negatif NaCl fisiologis di berbagai konsentrasi cacing
tidak mati namun mengalami beberapa keadaaan ada yang berubah manjadi
bening, lemas dan ada yang sampai lisis. Namun bedahalnya pada sampel obat
alam dimana yang digunakannya ialah kunyit dan temulawak. Pada obat alam
1 yaitu kunyit hanya pada konsentrasi 25% cacing tidak mati sedangkan selain
dari konsentrasi 25% cacing mati semua dengan berbagai perbedaan waktu dan
keadaannya dimana waktu tercepat saat cacing mati pada konsentrasi 30 yaitu
25 menit dengan keadaan lembek. Sedangkan pada obat alam 2 yaitu
(temulawak) semua cacing yang di ujikan di berbagai konsentrasi mati tentusaja
dengan perbadaan waktu dan keadan cacing itu sendiri dimana waktu tercepat
saat cacing mati ialah pada konsentrasi 10%.
VII.
Kesimpulan
Dari hasil dan data percobaan dapat di simpulkan bahwa obat terbaik ialah
obat alam yaitu temulawak karena semua cacing dengan berbagai perlakuan dan
konsentrasi cacing mati diikuti dengan kunyit dimana ada 1 perlakuan dengan
konsentrasi 25% cacing tidak mati. Sedangkan pada kontrol positif (pirantel
pamoat) caing yang mati hanya dengan perlakuan konsentrasi 30% pada konsentrsi
yang lain cacing tidak mati. Da berbeda lagi dengan NaCl dimana semua cacing
dengan berbagai konsentrasi tidak mati hanya mengalami peubahan yang cukcup
berarti ad yang lisis, lemas sedikit beraktifitas dan lain-lain.
Kesalahan pada percobaan kali ini mungkin disebabkan karena perbadaan
bobot cacing seperti halnya dengan cacing yang di gunakan pada konsentrasi 25%
sampel kunyit bahwa dapat dilihat di antara cacing lain, cacing pada sampel ini lah
yang paling besar, sehigga mungkin sebenarnya cacing akan mati namun dengan
waktu yang berbeda dan cukup lebih lama. Sehingga disimpulkan kembali bahwa
bobot cacing memepengaruhi untuk praktikum kali ini.
Anonim.B.http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/11/mengenal-selukbeluk-phylum-annelida/
Anonim.2010. http://farmakologi.files.wordpress.com/2010/02/antelmintik.pdf
Tjay, Tan Hoan, Rahardja, Kirana, 2002, Obat Obat Penting, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
Kasim, Fauzi, dkk.,2009, ISO Indonesia, volume 44, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta