Anda di halaman 1dari 44

1

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PASIEN DENGAN REUMATHOID ARTRITIS

Disusun oleh :
2.
5.
7.
8.
9.

1. AYU DEWI N
DINA HIEDANA
3. ANINDHITA HAYU C
4. IKA HANNA P
EKO SAPUTRI
6. DIANA RISKA
M. SUGIANTO
ATIKA PRATIWI
DINAR ULNARIANA P

010710399B
010710400B
010710401B
010710403B
010710404B
010710405B
010710406B
010710410B
010710411B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat karunia-Nya, kami dapat


menyelesaikan tugas makalah mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul
Asuhan Keperawatan Gerontik Pasien Dengan Reumathoid Artritis dengan
waktu yang telah ditentukan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Makhfudli sebagai dosen pembimbing mata kuliah keperawatan gerontik atas
Ilmu Pengetahuan, wawasan, dan pengalamannya yang telah diberikan kepada
kami semua sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dangan baik. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini.
Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan
pembaca pada umumnya dan dapat menambah ilmu pengetahuan kami serta dapat
kami intervensikan dalam melakukan tugas keperawatan kami kelak. Kami
menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
pembaca makalah ini sebagai penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, Desember 2010


penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ ..2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
1.3.1

Tujuan Umum.......................................................................... 2

1.3.2

Tujuan Khusus......................................................................... 2

1.4 Manfaat...................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lansia..................................................................................................4
2.2 Konsep Dasar Rheumatoid Artritis...............................................................11
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian. 19
3.2 Analisa Data ..26
3.3 Intervensi Keperawatan 29
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..40
4.2 Saran 40
Daftar pustaka 42
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan
dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan

hingga

tubuh.Keadaan

usia

demikian

muskuloskeletal

dan

lanjut

pada

semua

itu

tampak

pula

jaringan

lain

yang

organ
pada

ada

dan

jaringan

semua

sistem

kaitannya

dengan

kemungkinan timbulnya beberapa golongan Reumathoid artritis. Salah


satu golongan penyakit Reumathoid artritis yang sering menyertai usia
lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan
dengan meningkatnya usia manusia.
Reumathoid artritis dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga
fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak
dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi
tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu
mengalami atau menderita Reumathoid artritis. Bagaimana timbulnya
kejadian Reumathoid artritis ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumathoid

artritis

bukan

merupakan

suatu

penyakit,

tapi

merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan


perwujudan sindroma Reumathoid artritis cukup banyak, namun semuanya
menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di
bidang rematologi, Reumathoid artritis dapat terungkap sebagai keluhan
dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan
otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumathoid artritis dapat terjadi pada semua umur dari kanak
kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan

gangguan Reumathoid artritis akan meningkat dengan meningkatnya


umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
Dari

berbagai

muskuloskeletal
kardiovaskuler

masalah

menempati
dalam

pola

kesehatan

urutan

kedua

penyakit

itu

ternyata

14,5%

masyarakat

gangguan

setelah
usia

penyakit

>55

tahun

(Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan


survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati
urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo, 1991).
Rheumatoid artritismerupakan kasus panjang yang sangat sering
diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit
ini mudah ditegakkan. Tatalaksananya sering merupakan masalah utama.
Insiden pucak dari Rheumatoid artritisterjadi pada umur dekade keempat,
dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada lakilaki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Rheumatoid artritisdiyakini sebagai respon imun terhadap antigen
yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin
juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas
tentang penyakit rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
1.2. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal yaitu Rheumatoid Artritis
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Definisi penyakit Rheumatoid Artritis
2. Etiologi penyakit Rheumatoid Artritis
3. Manifestasi klinik Rheumatoid Artritis
4. Patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis
5. Komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis

6. Pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis


7. Penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis
8.Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan
Rheumatoid Artritis.
1.3

Manfaat Penulisan
1. Bagi profesi keperawatan
Dapat membantu perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan,

sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana


keperawatan pada pasien dengan Rheumatoid Artritis.
2. Bagi masyarakat umum dan pasien
Dengan adanya makalah ini masyarakat dan pasien dapat mengetahui
lebih jelas tentang penyakit rheumathoid arthritis sehingga dapat
mengetahui factor-faktor pemicu dan gejala-gejalanya sehingga
mereka mampu melakukan pencegahan ataupun deteksi dini terhadap
penyakit Rheumathoid Arthritis.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1

Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia


Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses
penuaan. Lansia adalah orang yang berusia diatas 60 tahun yang
mengalami proses menua. Dimana proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa pada lansia (Depkes RI,1992).
Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa
puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini
adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai
masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial
sangat

tersebar

memperhitungkan

luas

dewasa

bahwa

ini.

kelompok

Pandangan
lanjut

usia

ini

tidak

bukanlah

kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara


yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu
melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia,
yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatankesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti .
Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikapsikap

yang

berkisar

antara

kepasrahan

yang

pasif

dan

pemberontakan , penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini


menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian
semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka
sendiri. (James C. Chalhoun, 1995)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu :

Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,

Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,


Lanjut usia tua (old) 75 90 tahun
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Sedangkan menurut Prayitno Aryo (2002) mengatakan bahwa


setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang
yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan
dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari. Demikian juga batasan lanjut usia
yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang
pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang
berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56
tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut
menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke
atas.

Namun

demikian

masih

terdapat

perbedaan

dalam

menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan


ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitan ini digunakan
batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia.
2.1.2 Teori Penuaan
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat
jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses
penuaan. Tiap spesies didalam nukleusnya mempunyai suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
b. Teori Non Genetik
1)
Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan molekul, fragmen molekul atau dengan
elektron bebas tak berpasangan untuk organisme aerobik radikal
bebas terutama terbentuk pada waktu respirasi. Radikal bebas ini
sangat merusak karena sangat aktif sehingga dapat terikat dengan
moekul dan mengubah fungsi molekul tersebut. Radikal bebas
juga sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel dan
dengan gugus SH. Radikal bebas yang tidak terikat merusak dan
mengganggu fungsi sel dan dapat menimbulkan penyakit
degenerative dan mempercepat penuaan. Namun enzim tertentu

bisa menangkal radikal bebas seperti superoxide dismentase,


haem, glutation peroksidase, juga senyawa non enzimatik sperti
vitamin C, provit A, vitamin E, walaupun telah ada system
penangkal masih ada radikal bebas tetap lolos. Bahkan makin
lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga
proses perusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin lama
makin banyak sel mati.
2)
Teori Menua Akibat Metabolisme
Berkurangnya intake kalori akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan
intake kalori tersebut antara lain disebabkan menurunnya salah
satu/beberapa proses metabolisme sehingga terjadi penurunan
hormon yang merangsang proliferasi sel seperti insulin dan
hormon pertumbuhan.
3)
Teori Dipakai dan Aus
Setelah menginjak usia dewasa, sel dan jaringan tidak tumbuh
lagi. Selanjutnya terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ
tubuh yang sering dipakai. Bila tidak ada perbaikan atau
pergantian sel atau jaringan maka proses tersebut diakhiri dengan
kematian.
c. Teori Fisiologis
1)
Teori Organ Tunggal
Penuaan terjadi akibat deferiorasi progresif pembuluh darah
karena aterosklerosis. Penuaan terjadi akibat kegagalan fungsi
kelenjar tiroid sehingga terjadi perlambatan proses metabolisme.
2)
Teori Adaptasi & Stress
Penuaan sebagai efek kumulatif dari berbagai stress sepanjang
hidup yang tidak sepenuhnya teratasi dan meninggalkan residual
(sisa).
3)
Teori Imunologik
Kemampuan respon imun setiap orang berbeda dan perbedaan ini
diperbesar bila mereka menjadi tua, karena proses penuaan
menimbulkan abnormalitas system imun yang member
konstribusi pada sebagian besar penyakit, baik akut maupun
kronis pada lansia.
2.1.3

Proses aging
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa

10

dan masa tua (Nugroho, 2000). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan
perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus
menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil
maka timbullah berbagai masalah.Berikut perubahan-perubahan yang terjadi pada
lansia :
a. Perubahan-perubahan Fisiologis (Watson Roger, 2003)
1. Keadaan Umum
Penurunan secara progresif proses fisiologis akibat keseimbangan yang
mudah rusak dan gangguan mempertahankan homeostatis. Adanya stressor
fisik dan emosi menyebabkan lansia mudah terserang penyakit karena
penurunan fungsi fisiologis. Lansia lebih banyak menggunakan istirahat
daripada beraktifitas.
2. Integumen
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b.Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
3. Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram
dan menjadi tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
4. Neurologik
Lensa kehilangan elastisitas, gerak mata menurun, pendegaran menurun,
perubahan keseimbangan dan ekulibrum, penurunan sensasi rasa,
penurunan persepsi bau, jumlah nerves ending menurun.

11

5. Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk
atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
6. Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk
dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di
lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah
7. Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisi kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
9. Perkemihan.

12

a. sirkulasi ginjal menurun


b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
10. Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen,
dan testosteron.
b. Perubahan Psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.
Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan (Hereditas)
Lingkungan
Kenangan (Memory).
Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

mencakup beberapa perubahan.


Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

IQ (Inteligentia Quantion).
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
c. Perubahan Psikososial ( Nugroho, 2000)
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
Kehilangan finansial (income berkurang).
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan segala fasilitasnya).


Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

13

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)


c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya
f.
g.
h.
i.

biaya pengobatan.
Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-

teman dan family.


j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan Spiritual (Nugroho, 2000)

1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.


(Maslow, 1970)
2. Lansia makin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zetner,1970)
3. Perkembangan Spiritual pada usia 70 tahun adalah universal,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan (Folwer,
1978)
2.2. Konsep Dasar Rheumatoid Artritis
2.2.1 Definisi
Penyakit Reumathoid arthritis adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai
sendi serta jaringan ikat sendi secarasimetris. Reumatoid arthritis adalah
gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2001).
Reumathoid artritis dapat terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rheumatoid artritisadalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi

14

dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi


dan deformitas lebih lanjut. (Susan Martin Tucker,1998)
Rheumatoid artritis (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya
ditandai dengan dengan nyeri

persendian, kaku sendi, penurunan

mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)


Rheumatoid artritis adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh. (Arif Mansjour, 2001)
2 . 2 . 2 Etiologi
Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan
faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor
infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, Rheumatoid artritis diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II;
faktor infeksi mungkin disebabkan oleh

karena virus dan organisme

mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II


kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita
rheumatoid arthritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus

15

pada saat yang bersamaan, oleh karena penyakit ini memiliki gambaran
klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam.
2. Poliarthritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendisendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat
generalisasi tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Hal ini berbeda
dengan

kekakuan

pada

osteoartritis,

yang

biasanya

hanya

berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
4. Arthritis erosif, peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi
ditepi tulang.
5. Deformitas,kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan
perjalanan penyakit. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
6. Nodul-nodul rheumatoid, biasanya pada sendi siku atau disepanjang
permukaan ekstensor dari lengan. Adanya nodula-nodula ini
biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
7. Manifestasi ekstra artikular, rheumatoid juga menyerang jantung,
paru-paru, mata dan pembuluh darah dapat rusak. (Price & wilson,
1995)
Manifestasi Ekstra-artikular dari Rheumatoid Arthritis
Kulit

Nodula subkutan
Vaskulitis, menyebabkan bercak-bercak coklat

Jantung

Lesi-lesi ekimotik
Perikarditis
Tamponade perkardium (jarang)

Paru-paru

Lesi peradangan pada miokardium dan katup jantung


Pleuritis dengan atau tanpa efusi
Peradangan paru-paru

16

Mata
Sistem saraf

Skleritis
Neuropati perifer
Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom terowongan
karpal, neuropati saraf ulnaris, paralisis peronealis, dan

Sistemik

abnormalitas vertebra servikal.


Anemia (sering)
Osteoporosis generalisata
Sindrom Felty
Sindrom Sjogren (keratokonjungtivitissika)
Amiloidosis (jarang)

Gbr. 1 Tangan reumatoid dengan boutonniere dan deformitas leher


angsa. Terlihat poliartritis pada sendi tangan. Diantara perubahan
deformitas yang berat terdapat otot yang tidak digunakan dalam
snuffbox anatomik (antara ibu jari dan jari telunjuk).
www.scribd.com

2.2.4 WOC (Terlampir)


2.2.5. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

17

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas ,


sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
2.2.6. KRITERIA DIAGNOSTIK
Kriteria diagnostik Rheumatoid artritisadalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki
serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan
nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA)
adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
pada satu sendi.
3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurangkurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
a.

Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung


sekurang-kurangnya selama 6 minggu

b.

Definitif

: bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung

sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

18

c.

Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan


berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

Gbr. 2 Radiogram tangan reumatoid. Perhatikan penurungan jarak


sendi (panah hitam), erosi kaput metakarpal (panah putih kecil) dan
tejadi deformitas sendi (panah putih besar).
www.scribd.com
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2.

Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis

3.

Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

19

(http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/22/asuhan-keperawatangerontik-dengan-rhematoid-arthitis/)
2.2.7. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan
fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara
lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi
inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat
destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
2 . Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal
penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu
dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot
dan pergerakan sendi.
3 . Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek
analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efekti f
daripada kompres dingin.
4 . Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat
dalam minyak ikan.
5 . Pembedahan

20

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai


tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk
menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk
mengganti sendi.

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.

Pengkajian

A. Anamnesa
a. Identitas

: meliputi nama, umur, jenis kelamin. Pada kasus RA


biasanya terjadi pada usia 25-50 tahun, insiden puncak
pada usia 40-60 tahun

b. Keluhan utama : terdapat kekakuan yang biasanya terjadi pada pagi hari.
c. Riwayat penyakit sekarang

: gampang lelah, anoreksia, BB menurun.

d. Riwayat penyakit keluarga

:-

21

e. Pola aktivitas dan istirahat

: ditemukan nyeri sendi karena gerakan,


nyeri tekan, dan kekakuan pada pagi hari.

f. Pola nutrisi

: penurunan nafsu makan dan berat badan

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

Tingkat Kesadaran

: Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma

Tanda-Tanda Vital : Puls =


1. Kepala

Temp=

RR=

Tensi=

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

2. Mata, Telinga, Hidung: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan


3. Leher

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

4. Dada & Punggung

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

5. Abdomen & Pinggang: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan


6. Ekstremitas Atas & Bawah : kerusakan dari struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran
sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan
leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerakan ekstensi.
7. Sistem Immune

: biasanya terjadi penurunan.

8. Genetalia

Pada

umumnya

tidak

akan

tampak

perubahan
9. Sistem Reproduksi

: Pada umumnya tidak akan tampak


perubahan

10. Sistem Persyarafan

Kesemutan

hilangnya

pada

sensasi

tangan
pada

dan
jari

kaki,
tangan.

Pembengkakan sendi simetris.


11. Sistem Pengecapan

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

12. Sistem Penciuman

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

13. Tactil Respon

: biasanya terjadi penurunan

22

C. Status Kognitif/Afektif/Sosial
1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
3. Inventaris Depresi Beck
4. APGAR Keluarga

INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)
========================================================
Nama Klien

: .

Tanggal

Jenis Kelamin : L / P Umur

Agama

: .

Tahun Pendidikan
Alamat

Skore

: tahun

TB / BB:

Cm /

Kg

Suku : Gol Darah :

: SD, ..SLTP, ..SLTA, ..PT

Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar

23

kecil, berpakaian dan mandi.


Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut.

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi dan satu fungsi tambahan.

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi

tambahan.

Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.


Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat

Lain-Lain

diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE ( SPMSQ )


(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manula.)
==========================================================

Skore
+

No.

Pertanyaan

Jawaban

1.

Tanggal berapa hari ini?

Hari

2.

Hari apa sekarang ini ?

Tgl

Th.

24

3.

Apa nama tempat ini ?

4.

Berapa nomor telepon Anda ?


4.a. Dimana alamat Anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)

5.

Berapa umur Anda ?

6.

Kapan Anda lahir ?

7.

Siapa presiden Indonesia sekarang ?

8.

Siapa presiden sebelumnya ?

9.

Siapa nama kecil ibu Anda ?

10.

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


dari setiap angka baru, semua secara
menurun ?
Jumlah kesalahan total

Keterangan :
1. Kesalahan 0 2

= Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 3 4

= Kerusakan intelektual Ringan

3. Kesalahan 5 7

= Kerusakan intelektual Sedang

4. Kesalahan 8 10

= Kerusakan intelektual Berat

MINI - MENTAL STATE EXAM ( MMSE )


(Menguji Aspek Aspek Kognitif dari Fungsi Mental)
==========================================================
Nilai

25

Maksimum

Pasien

Pertanyaan

Orientasi
5

(Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang) ?

Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah -sakit)


(lantai) ?

Registrasi
3

Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian


tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1
poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat.
Percobaan : ..

Perhatian dan
Kalkulasi
5

Seri 7s. 1 poin untuk setiap kebenaran.


Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja kata ke belakang.

Mengingat
3

Minta untuk mengulang ketiga objek diatas.


Berikan 1 poinuntuk setiap kebenaran.

Bahasa
9

Nama pensil dan melihat ( 2 poin )


Mengulang hal berikut : Tak ada jika, dan, atau tetapi ( 1poin )

26

Nilai Total

Kaji Tingkat Kesadaran sepanjang kontinum :

Composmentis

Apatis

Sumnolen

Suporus

Coma
Keterangan :
Nilai maksimal 30, Nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut

APGAR KELUARGA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial

No

Uraian

Fungsi

1.

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga


(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya.

2.

Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya


membicarakan

sesuatu

dengan

saya

dan

mengungkapkan masalah dengan saya.


3.

Adaptation

Partnership

Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya


menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru.

Growth

Skore

27

4.

Saya puas dengan cara keluarga ( teman-teman ) saya


mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosiemosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.

5.

Affection

Saya puas dengan cara teman teman saya dan saya


menyediakan waktu bersama-sama.

Resolve

Penilaian :
Pertanyaan pertanyaan yang dijawab ;

Selalu

Kadang kadang : skore 1

Hampir tidak pernah : skore 0

: skore 2

Total

Dari : Smilkstein G : 1982

3.2

No
1
1.

ANALISA DATA
Data

Interprestasi

Masalah

( Sign / Symptom )
2
Keluhan

( Etologi )

( Problem )

nyeri,ketidaknyamanan,
kelelahan

3
Agen pencedera (virus,
bakteri)

Menginfeksi sendi

Merusak lapisan sendi


(membrane sinovium)

Inflamasi sendi

4
Nyeri Akut atau Kronis

28

Nyeri
Resiko cidera
2.

Kesulitan

dalam

malakukan pergerakan

Kerusakan kartilago dan


tulang

Kelemahan otot

Kesulitan dalam bergerak

Resiko cedera
Gangguan

3.

Keengganan

untuk

mencoba

bergerak/

ketidakmampuan

untuk

Deformitas skeletal
Membrane sinovium
hipertropi

dalam lingkungan fisik.

Membatasi rentang gerak,

Menghambat aliran sendi

koordinasi,

penurunan

kekuatan otot/ kontrol dan


massa (tahap lanjut).
Perubahan

fungsi

Fisik

dengan sendiri bergerak

ketidakseimbangan

mobilitas

Kekakuan sendi

Gangguan mobilitas fisik

dari

bagian-bagian yang sakit.


Bicara negatif tentang diri
sendiri,

fokus

pada

kekuatan masa lalu, dan


penampilan.
Defisit Perawatan
4.

Ketidakmampuan

untuk

mengatur kegiatan seharihari

Kerusakan musculoskeletal

Ketidakmampuan mengatur
ADL

diri

29

Keterbatasan pemenuhan
ADL

Defisit perawatan diri


5.

Perubahan
hidup/

pada

kemapuan

gaya

Perubahan kemampuan

atau

fisik

untuk melakukan tugas

Penampilan Peran

untuk melanjutkan peran,


kehilangan

pekerjaan,

ketergantungan
orang

pada
terdekat.

Perubahan

Gangguan Citra Tubuh

pada

keterlibatan sosial; rasa


terisolasi.

Perubahan gaya hidup

Perubahan peran

Berpikiran negative tentang


diri sendiri

Perasaan tidak berdaya,


putus asa.

Gangguan body image


Kurang

6.

Perubahan

Pengetahuan

Pertanyaan/

permintaan Gangguan dalam mengingat

Mengenai

Penyakit,

informasi,

pernyataan

Prognosis,

Dan

kesalahan
Tidak

tepat

instruksi/
komplikasi

konsep. Kurang informasi mengenai


mengikuti

penyakit

terjadinya

yang

dapat

Kebutuhan
Pengobatan.

Kurang pengetahuan

dicegah.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut atau Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh

akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.


2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan otot.

30

3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan


Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
4. Defisit Perawatan Diri b.d

Kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.


5. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d Perubahan
kemampuan

untuk

melaksanakan

tugas-tugas

umum,

peningkatan

penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.


6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan
Pengobatan. b.d

Kurangnya pemajanan atau mengingat. Kesalahan

interpretasi informasi.
3.3.

Intervensi Keperawatan

1. Nyeri Akut/ Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan : Individu mengatakan intensitas nyeri berkurang
Kriteria hasil :
-

Menyebutkan nyeri mereda

Skala nyeri rendah

Klien tidak mengeluh kesakitan pada daerah sendi


ekstremitas

Intervensi dan Rasional:


a. Intervensi : Pantau keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
Rasional: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
b. Intervensi : Berikan matras / kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan
Rasional :

Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan


mencegah

pemeliharaan

kesejajaran

tubuh

yang

tepat,

menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen

31

tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi


atau nyeri.
c. Intervensi : Tempatkan / pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
Rasional :

Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan


posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan pada sendi

d. Intervensi : Motivasi klien

untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk

bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan


bawah, hindari gerakan yang menyentak.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
e. Intervensi : Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran
pada waktu bangun dan atau pada waktu tidur. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
Rasional :

Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan


rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada
panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

f. Intervensi : Berikan masase yang lembut


Rasional : meningkatkan relaksasi atau mengurangi nyeri
g. Intervensi : motivasi klien dalam penggunaan teknik manajemen stres,
misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back,
visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian
napas.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping
h. Intervensi : Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu.
Rasional

: Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan


meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat

32

i. Intervensi : Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
Rasional : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot atau spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
j. Intervensi : Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat)
Rasional :

sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam


mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

k. Intervensi :
Rasional

Berikan kompres dingin jika dibutuhkan


: Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama
periode akut

2. 2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya


kekuatan otot.
Tujuan

: Klien menyatakan cidera lebih sedikit dan rasa takut cidera


berkurang

Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko
cidera
- Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan
pengamanan untuk mencegah cidera.
- Meningkatkan aktivitas harian bila memungkinkan
Intervensi dan Rasional :
a. Intervensi : Observasi keadaan klien setiap 30 menit

Rasional : Memberikan informasi kepada perawat untuk mengetahui keadaan


klien
b. Intervensi : Berikan nasehat kepada keluarga klien untuk mendampingi klien

Rasional : Dampingan keluarga lebih memberikan rasa aman kepada klien


daripada perawat karena keluarga lebih lama berada disisi klien.
c. Intervensi : Modifikasi lingkungan klien dari bahaya yang memicu klien untuk

cidera.

33

Rasional : Penataan atau modifikasi lingkungan yang aman dapat


menghindarkan klien dari resiko cidera
k.

Intervensi : Berikan posisi yang nyaman pada klien


Rasional

: Pemberian posisi yang nyaman pada klien dapat mnurangi pasien


gelisah dan sering bergerak.

l. Intervensi : Ajarkan klien untuk mnggerakkan persendian atau latihan otot


ringan
Rasional : Latihan menggerakkan otot dapat melemaskan otot dan
menguatkan otot sehingga otot tidak kaku dan klien dapat
terhindar dari cidera sdikit demi sedikit.
m.

Intervensi : Dekatkan barang-barang klien dengan klien


Rasional : Meletakkan barang-barang klien dekat dengan klien memudahkan
klien menjangkau barang tersebut sehingga klien terhindar dari
resiko cidera.

3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan


Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Tujuan

: Individu melaporkan dapat menggerakkan ekstremitasnya

Kriteria hasil

:
-

Memperlihatkan penggunaan alat-alat untuk


meningkatkan mobilitas

- Menunjukkan tindakan yang memperlihatkan


peningkatam mobilitas
Intervensi dan Rasional:
a. Intervensi : Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa
sakit pada sendi
Rasional : Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau
resolusi dari peoses inflamasi
b. Intervensi : Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan
jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus
menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.

34

Rasional

: Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh


fase

penyakit

yang

penting

untuk

mencegah

kelelahan

mempertahankan kekuatan
c. Intervensi : Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif, demikian juga latihan
resistif dan isometris jika memungkinkan
Rasional : Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi
d. Intervensi : Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze
Rasional :

Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan


sirkulasi. Memepermudah

perawatan diri dan kemandirian

pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan


abrasi kulit
e. Intervensi :

Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter,


bebat, brace

Rasional

: Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan


mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor

f. Intervensi
Rasional
g. Intervensi :

: Gunakan bantal kecil atau tipis di bawah leher


: Mencegah fleksi leher
Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan

Rasional

: Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas

h. Intervensi : Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,


menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi
roda.
Rasional
i. Intervensi

: Menghindari cidera akibat kecelakaan atau jatuh


: Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi tentang program latihan.

35

Rasional

: Berguna dalam memformulasikan program latihan atau aktivitas


yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasikan alat

j. Intervensi
Rasional

: Berikan matras busa atau pengubah tekanan.


: Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas

k. Intervensi
Rasional

: Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).


: Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

4. Defisit Perawatan Diri b.d

Kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.


Tujuan

: Individu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk


makan sendiri atau melaporkan bahwa klien mengalami kesulitan
dalam ADL.

Kriteria hasil

:
-

Klien

dapat

mendemonstrasikan

kemampuan

menggunakan alat bantu makan


- Klien dapat melakukan ADLnya sendiri sedikit
demi sedikit
- Klien terlihat bersih , rapi dan segar

Intervensi dan Rasional:


a. Intervensi

: Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan


atau eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi.

Rasional

Mungkin

dapat

melanjutkan

aktivitas

umum

dengan

melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.


b. Intervensi

: Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program


latihan

Rasional : Mendukung kemandirian fisik atau emosional

36

c. Intervensi

: Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.


Identifikasi atau rencana untuk modifikasi lingkungan.

Rasional

: Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang

akan

meningkatkan harga diri


d. Intervensi

: Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

Rasional

: Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi


kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan
alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran

e. Intervensi

: rencanakan evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan


dengan evaluasi setelahnya.

Rasional

: Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi


karena tingkat kemampuan aktual

f. Intervensi

: rencanakan konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan


perawatan rumah, ahli nutrisi.

Rasional

: Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk


persiapan situasi di rumah

5. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d


Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Tujuan

: Individu dapat mendemonstrasikan penerimaan penampilan

Kriteria hasil

:
- Klien mengatakan puas akan penampilan dirinya yang
sekarang
- Klien terlihat percaya diri dengan kondisi atau
penampilannya

Intervensi dan Rasional:


a. Intervensi

: Motivasi klien untuk pengungkapan mengenai masalah tentang


proses penyakit, harapan masa depan.

Rasional

: Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau


kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.

37

b. Intervensi : Diskusikan arti dari kehilangan atau perubahan pada pasien atau
orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi
pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual.
Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut
c. Intervensi

: Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang


terdekat menerima keterbatasan.

Rasional

: Isyarat verbal atau non verbal orang terdekat dapat mempunyai


pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya
sendiri

d. Intervensi
Rasional

: terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.


: Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan
bermusuhan umum terjadi

e. Intervensi : Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau


terlalu memperhatikan perubahan.
Rasional

: Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping


maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut

f. Intervensi

: Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk


mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

Rasional

: Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang


dapat meningkatkan perasaan harga diri

g. Intervensi

: Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan


membuat jadwal aktivitas.

Rasional

: Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian,


dan mendorong berpartisipasi dalam terapi

h. Intervensi : Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan


Rasional : Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
i. Intervensi : Berikan bantuan positif bila perlu

38

Rasional

: Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya


sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya
diri

j. Intervensi

: Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat


spesialis psikiatri, psikolog.

Rasional

: Pasien atau orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan


selama berhadapan dengan proses jangka panjang atau
ketidakmampuan

k. Intervensi

: Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti


ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.

Rasional

: Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai


pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)

6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan


Pengobatan. b.d

Kurangnya pemajanan / mengingat kesalahan

interpretasi informasi.
Tujuan

: Klien mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya

Kriteria hasil :

- Klien dapat menyebutkan atau menjelaskan jenis


penyakitnya.
- Klien mengerti mengenai penyakitnya
- Klien mngetahui pengobatan penyakitnya

Intervensi dan Rasional:


a. Intervensi
Rasional

: Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.


: Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi

b. Intervensi

: Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses


sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang,
latihan dan istirahat.

Rasional

: Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi


sendiri atau jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi
dan mencegah deformitas

39

c. Intervensi

: Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang


realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan,
terapi fisik, dan manajemen stres.

Rasional

: Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu


menangani proses penyakit kronis kompleks

d. Intervensi : Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik


Rasional

: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan


dosis

e. Intervensi

: Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, atau antasida


pada waktu tidur.

Rasional

Membatasi

irigasi

gaster,

pengurangan

nyeri

akan

meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari


f. Intervensi

: Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis:


tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.

Rasional

: Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat


mengakibatkan over dosis. Tinitus umumnya mengindikasikan
kadar terapeutik darah yang tinggi

g. Intervensi

: Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi


penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan
dokter.

Rasional

: Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat


meningkatkan risiko efek samping yang berbahaya

h. Intervensi

: Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang


banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.

Rasional
i. Intervensi

: Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan


: Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan
berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.

Rasional

: Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada


sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki

j. Intervensi

: Berikan informasi mengenai alat bantu

40

Rasional

: Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan


memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman
dalam aktivitas yang dibutuhkan

k. Intervensi

: Diskusikan teknik menghemat energi, mis: duduk daripada


berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi

Rasional

: Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan


diri, dan kemandirian

l. Intervensi

: Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada


saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas,
misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi,
menggunakan

bebat

untuk

periode

menempatkan

tangan

dekat

pada

yang

pusat

ditentukan,

tubuh

selama

menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika


memungkinkan.
Rasional

: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya


hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri

m. Intervensi

: Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan


kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang tepat.

Rasional
n. Intervensi

: mengurangi resiko iritasi atau kerusakan kulit


: Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan atau pemeriksaan
laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat.

Rasional

: Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian atau perbaikan


yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan
mencegah over dosis, efek samping yang berbahaya.

o. Intervensi
Rasional

: Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan


: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik
atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri atau
percaya diri.

p. Intervensi

: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis


( bila ada).

41

Rasional

: bantuan atau dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan


pemulihan maksimal.

BAB 4
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Penyakit Reumathoid Artritis adalah kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Penyebab pasti
reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari
faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi.
Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Kelainan sistem
pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada

arthritis

reumatoid.

Pada pemeriksaan

diagnostik ditemukan: sedimentasi eritrosit meningkat, darah bisa terjadi


anemia dan leukositosis, rhematoid faktor terjadi 50-90% penderita, periartricular
osteoporosis permulaan persendian erosi, kelanjutan penyakit: ruang sendi
menyempit, sub luksasi dan

ankilosis, cairan sinovial menunjukkan adanya

proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara
makroskopik. Penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
pemberian terapi, pengaturan aktivitas dan istirahat, kompres panas dan

42

dingin, diet, dan pembedahan. Asuhan keperawatan yang diberikan,


sesuai dengan askep pada lansia.
4.2. SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai
bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
tentang rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid artritis.
2. Masyarakat umum ataupun penderita rheumatoid arthritis hendaknya juga
mampu memahami tentang proses penyakit, gejala, dan pencegahanny, agar
mereka mampu mendeteksi secara dini bila terdapat gejala penyakit tersebut.

43

DAFTAR PUSTAKA
Boedhi Darmojo & Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hardywinoto, dkk. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek
(Menjaga Keseimbangan Kwalitas Hidup pada Lanjut Usia). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Ismayadi.2007. Proses Menua( Aging Process).Medan : FKUSU
Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client
Care, hal.1248
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita
FKUI:Jakarta.

Selekta

Kedokteran.

Media

Aesculaapius

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. EGC: Jakarta.
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta:
EGC.
Third Edition, California : Addison Wesley Nursing.
Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Dengan Intervensi NIC dan
Criteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

44

Anda mungkin juga menyukai