Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan
kurang 2500 gram. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum
berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar
rahim. Masalah yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah :
Asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus,
infeksi, masalah perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul
yang berkaitan dengan berat badan lahir rendah.(1) (2) (3)
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.Asfiksia pada BBL
merupakan penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun.Resusitasi
merupakan tindakan utama pada asfiksia.(1)
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang terlihat pada kulit atau selaput
lendir oleh karena adanya penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit atau selaput
lendir sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila tidak
terkendali. Bayi dikatakan hiperbilirubinemia bila mengalami peningkatan kadar
bilirubin total >13 mg/dL. Penanganan pada bayi dengan ikterus yang fisiologis dapat

dilakukan rawat jalan, pemberian ASI/PASI yang lebih ditingkatkan dan pemberian
sinar matahari yang cukup pada bayi.Penangan hiperbilirubinemia dapat berupa terapi
sinar atau fototerapi untuk mengurangi kadar bilirubin yang ada di dalam sirkulasi.
(1,4)

Berikut akan dibahas refleksi kasus mengenai Bayi Prematur dengan asfiksia,ikterus
neonatorum,dan hipoglikemia di ruangan Perinatal Resiko Tinggi (PERISTI) RSUD
Undata Palu.

KASUS
IDENTITAS
Nama

: By. DW

Jenis kelamin :Perempuan


Tanggal lahir : 12 Februari 2014 (16.13)
ANAMNESIS
I.

Keluhan Utama : Bayi lahir tidak langsung menangis

II. Riwayat Penyakit Sekarang :


Bayi Perempuan DW masuk ruangan pukul 16.13, lahir pada tanggal 12
Februari 2014 di Rumah Sakit Undata Palu, bayi tidak langsung menangis
waktu lahir, persalinan secara normal + letak bokong kepala + induksi. Warna
air ketuban hijau kental, apgar score 3/5/7. Biru pada bibir tetapi hilang dengan
02, merintih ada didengar tanpa alat bantu dan gerakan yang kurang aktif.
Kelainan kongenital tidak ada, kelainan plasenta dan tali pusat tidak ada,
trauma lahir tidak ada.

III. Riwayat Maternal :


Usia kehamilan 34 minggu. Riwayat kehamilan ibu G1P0A0, ibu berumur
19 tahun sewaktu hamil. ANC rutin ke puskesmas. Ibu menderita preeklampsia
saat mengandung. Riwayat menderita flu dan demam saat mengandung
disangkal, sakit diabetes mellitus disangkal. Ibu hanya mengkonsumsi susu ibu
hamil saat mengandung. Tidak ada riwayat konsumsi minuman beralkohol.
Tidak ada yang merokok di lingkungan rumah. Nafsu makan dan gizi ibu
selama hamil cukup.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung

: 164x/menit

Suhu

: 37,30C

Respirasi

: 62 x/menit

CRT

: < 2 detik

Berat Badan

: 1.500 gram

Sistem neurologi :
Aktivitas

: kurang aktif

Kesadaran

: compos mentis

Fontanela

: datar

Sutura

: memisah

Ubun-ubun

: tidak membonjol

Refleks cahaya

: ada

Kejang

: ada

Tonus otot

: normal

Sistem pernapasan
Sianosis

: tidak ada sianosis

Merintih

: tidak ada

Apnea

: tidak ada

Retraksi dinding dada

: tidak ada

Pergerakan dinding dada : simetris


Cuping hidung

: tidak ada

Bunyi pernapasan

: bronchovesicular

Bunyi tambahan

: wheezing -/-, rhonchi -/-.

Skor Down
Frekuensi Napas

:0

Merintih

:0

Sianosis

:0

Retraksi

:0

Udara Masuk

:0

Total skor

: 0 (tidak ada gawat napas)

WHO

: tidak ada gangguan napas

Sistem hematologi :
Pucat

: tidak ada

Ikterus

: (+) Kramer IV

Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung

: SI dan SII murni reguler

Murmur

: tidak ada

Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah

: tidak ada

Diare

: tidak ada

Residu lambung

: tidak ada

Organomegali

: tidak ada

Peristaltik

: positif, kesan normal

Umbilikus
Pus

: tidak ada

Kemerahan

: tidak ada

Edema

: tidak ada

Sistem Genitalia.
Hipospadia

: tidak ada

Hidrokel

: tidak ada

Hernia

: tidak ada

Testis

: belum turun

Anus imperforata

: tidak ada

Pemeriksaan lain
Ekstremitas

: Akral hangat

Turgor

: kembali cepat

Kelainan kongenital

: tidak ada

Trauma lahir

: tidak ada

Skor Ballard
Maturitas fisik

maturitas neuromuskuler

Sikap tubuh

:2

kulit

:2

Persegi jendela

:3

lanugo

:2

Recoil lengan

:2

payudara

:2

Sudut poplitea

:2

Mata/telinga

:2

Tanda selempang : 2

genital

:2

Tumit ke kuping

:2

permukaan plantar : 2

Skor

: 25

Minggu

: 34 Minggu

Interpertasi

: Bayi preterm

Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong kecil masa kehamilan
(KMK)
Kategori Sepsis Neonatorum
Kategori A: Kategori B: Gangguan minum, kurang aktif

RESUME

Bayi baru masuk jam 20.30 melalui UGD diantar oleh keluarga dengan keluhan
masuk kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak
usia 2 hari, kejang, dan malas minum sejak 1 hari sebelum masuk RS.BAB tidak
berwarna dempul, BAK <6 kali per hari. Bayi riwayat lahir di RSUD Undata tanggal
15 februari 2014 dengan spontan LBK, skor apgar 3-5-7, saat lahir bayi tidak
langsung menangis, kehamilan 34 minggu. Berat badan lahir 1.650 gram.Riwayat
maternal: Primigravida, saat hamil usia 20 tahun, terdapat riwayat preeklamsia dan
Diabetes mellitus

saat hamil. Golongan darah dan rhesus bayi dan ibu tidak

diketahui.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 164 x/menit, suhu 37,30C,
respirasi 49 x/menit, berat badan 1.500 gram, (skor down 0 (tidak ada gawat napas),
aktivitas kurang aktif, ikterus Kramer IV.
DIAGNOSIS : Bayi preterm (KMK) + Asfiksia + Ikterus neonatorum +
Hipoglikemia

TERAPI

IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit


Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Kompres air hangat
Memantau ikterus setiap 8-12 jam

larutan dextrose 10% (2cc/kg IV)

Anjuran pemeriksaan :
-

Darah rutin

Bilirubin total

Gula darah sewaktu

FOLLOW UP
22/02/2014

(8 hari)

S: Kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak (+), panas (-),Kejang (-)
malas minum (-), BAK kurang
O:- Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung

: 128x/menit

Suhu : 36,9 C

Pernapasan

: 44x/menit

CRT

Berat badan

: 1.550 gr

: < 2 detik

Keadaan Umum: Sedang


-

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada
(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).

Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer IV

Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).

Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela


datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

Kriteria Sepsis: A: B: Pemeriksaan penunjang : GDS : 42 mg/dL


Darah rutin :

Hb : 14,1 g / dl

Trombosit: 164.00 0 /mm3

Hct : 42,5 %

WBC : 8.800/ mm3

Bilirubin total 10,6 mg/dL


Bilirubin direk I,8 mg/dL
Bilirubin indirek 8,8 mg/dL

Keterangan: Bayi pada kasus ini termasuk higher risk karena usia kehamilan

tergolong preterm (34 minggu) dan bayi memiliki faktor risiko berupa asfiksia.
Berdasarkan kurva diatas didapatkan bahwa bayi pada kasus ini belum termasuk
indikasi untuk fototerapi.

A: Bayi preterm (KMK) + Asfiksia + Ikterus neonatorum + Hipoglikemia


P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
Bolus Dextrosa 10% /iv

2302/2014 (9 hari)
S: Kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak (+), panas (-), malas
minum (-), kejang (-), BAK > 6 kali per hari
O:- Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung

: 140x/menit

Suhu : 36,6C

Pernapasan

: 44x/menit

CRT

Berat badan

: 1.550 gr

: < 2 detik

Penurunan berat badan : 6%


Keadaan Umum: Sedang
-

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada
(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).

Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer IV

Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).

Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela


datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

A: Bayi preterm (KMK) + Asfiksia + Ikterus neonatorum


P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
24/02/2014

(10 hari)

S: Kuning sampai pada perut (+), panas (-), malas minum (-), BAK > 6 kali per hari
O:- Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung

: 132x/menit

Suhu : 36,7 C

Pernapasan

: 52x/menit

CRT

Berat badan

: 1.600 gr

: < 2 detik

Penurunan berat badan : 3%


Keadaan Umum: Sedang
-

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada
(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).

Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer II

Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).

Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela


datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

A: Bayi preterm (KMK)+ Asfiksia + Ikterus neonatorum


P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
25/02/2014

(11 hari)

S: Kuning (-), panas (-), malas minum (-), BAK >6 kali
O:- Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung

: 128x/menit

Suhu : 36,9 C

Pernapasan

: 44x/menit

CRT

Berat badan

: 1.600 gr

: < 2 detik

Penurunan berat badan : 3%


Keadaan Umum: Sedang
-

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada
(-), pergerakan dinding dada simetris (+),

Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
-

Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).

Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)

Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).

Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela


datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

A: Bayi preterm (+) Asfiksia + Post Ikterus neonatorum


P: PMK
Pasien pulang dan menjalani rawat jalan

DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien masuk dengan keluhan kuning pada
tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak usia 2 hari, dan malas
minum sejak 1 hari sebelum masuk RS. Dari anamnesis ini didapatkan bahwa pasien
mengalami ikterus neonatorum yang bersifat fisiologis berdasarkan waktu
munculnya. Selama perawatan, ikterus mulai hilang perlahan-lahan dan hilang
sepenuhnya pada usia 14 hari.

Dari anamnesis juga didapatkan bayi riwayat lahir dengan spontan LBK, skor apgar
3-5-7, ketuban kuning kehijauan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami asfiksia.Usia kehamilan adalah 35 minggu. Berat badan lahir 1.650
gram.Riwayat maternal primigravida.Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien
tergolong bayi preterm.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,30C, respirasi 49 x/menit, berat badan
1.500 gram, skor down 0 (tidak ada gawat napas), ikterus Kramer IV. Dari
pemeriksaan fisik ini didapatkan bahwa bayi mengalami ikterus neonatorum.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi ini adalah gula darah sewaktu
dengan hasil pemeriksaan 42 gr/dL.Pada pemeriksaan bilirubin total didapatkan
kadarnya adalah 10,6 mg/dL Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami hipoglikemia, dan tidak mengalami hiperbilirubinemia.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan
bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah bayi preterm dengan asfiksia, ikterus
neonatorum dan hipoglikemia.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan sedangkan
bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.(1)
Faktor risiko terjadinya bayi prematur antara lain(6):
a. Janin: Gawat janin, kehamilan kembar, eritroblastosis, hydrop non imun
b. Plasenta: Plasenta previa, abruptio plasenta
c. Uterus: Uterus bikornat, serviks tidak kompeten

d. Ibu: Pre eklamsia, penyakit medis kronis (misalnya penyakit jantung), Infeksi
(misanya Listeria monositogenes, infeksi saluran kemih), penyalahgunaan
obat
e. Lain-lain: Ketuban pecah sebelum waktunya, polihidramnion, Iatrogenik
Pada kasus ini, faktor risiko terjadinya bayi prematur adalah dari faktor ibu berupa
preeklamsia.Adanya kemungkinan preeklamsia ini menyebabkan gangguan pada
aliran uteroplasenta yang menyebabkan peningkatan risiko pelepasan prematur
plasenta sebanyak 10%.(7)
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara
spontan dan teratur setelah lahir.Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia,
dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini
merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstrauterin.(2)
Menurut Lee et. al. (2008), faktor risiko asfiksia terbagi atas 3, yaitu(8):
a. Antepartum: primiparitas, demam selama kehamilan, anemia, pendarahan
antepartum, riwayat kematian neonatus sebelumnya, hipertensi pada
kehamilan.
b. Intrapartum: Malpresentasi, partus lama, ketuban bercampur mekonium,
ruptur membran prematur, prolaps umbilikus.
c. Bayi/post natal: prematuritas, BBLR, restriksi pertumbuhan intrauterina.

Pada kasus ini, faktor risiko asfiksia terutama berkaitan dengan faktor antepartum dan
bayi.Pada antepartum, terjadinya asfiksia berkaitan dengan adanya hipertensi pada
kehamilan.Sedangkan faktor bayi berkaitan dengan prematuritas.
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera
akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada neonatus penampakan kuning
terjadi bila kadar bilirubin serum > 5 mg/dl, Sedangkan dikatakan hiperbilirubinemia
bila kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dl. (1)
Ikterus terbagi atas 2 yaitu :
a. Ikterus fisiologis
Terjadi setelah 24 jam pertama. Pada bayi cukup bulan nilai puncak 6-8 mg/dl
biasanya tercapai pada hari ke-3-5. Pada bayi kurang bulan nilainya 10-12 mg/dl
bahkan sampai 15 mg/dl. Peningkatan/akumulasi bilirubin serum < 5 mg/dl/hari.
b. Ikterus patologis (non fisiologis)
Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan . Peningkatan/akumulasi bilirubin
serum > 5 mg/dl/hari. Bilirubin total serum > 17 mg/dl pada bayi yang mendapat
ASI . Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari
pada bayi kurang bulan. Bilirubin direk > 2 mg/dl.

Gambar 1.Fisiologi Metabolisme bilirubin (9)


Terdapat 4 mekanisme umum tentang patofisiologi terjadinya ikterus pada neonatus
yaitu:(1,10)
a. Pembentukan bilirubin yang berlebihan akibat proses hemolisis yang meningkat
pada

neonatus

(akibat

sepsis,

perdarahan

tertutup,

inkompatibilitas

darah,hematoma darah ekstravaskuler, kelainan sel darah merah intrinsik) dan


bisa secara fisiologis mengingat umur eritrosit pada neonatus cenderung lebih
pendek sekitar 80-90 hari.
b. Gangguan

transportasi

bilirubin

tak

terkonjugasi

oleh

hati

akibat

hipoalbuminemia sehingga kapasitas pengangkutan bilirubin tak terkonjugasi


(indirect) berkurang.
c. Gangguan Uptake ikatan bilirubin dan albumin oleh hati akibat difesiensi enzim
glucorinil transferase yang dapat bersifat fisiologis. Kekurangan enzim ini biasa
terjadi pada hepar yang imatur pada bayi preterm, dapat juga terjadi pada pasien
hipotiroid.

d. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor intra


hepatik yang bersifat obstruktif fungsional atau mekanik ataupun akibat
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Pada kasus ini, ikterus neonatorum yang terjadi masih tergolong fisiologis
terutama berkaitan dengan waktu munculnya yaitu pada hari ke-2 dan hilang pada
hari ke-14. Hilangnya ikterus tergolong normal mengingat bahwa bayi tergolong bayi
kurang bulan Penyebab ikterus pada kasus ini adalah pada proses metabolisme dan
ekskresi. Proses metabolisme terganggu karena bayi tergolong prematur sehingga hati
belum sepenuhnya matur sehingga proses metabolisme masih kurang. Ekskresi juga
terganggu dikaitkan dengan peningkatan sirkulasi enterohepatik karena rendahnya
asupan enteral.
Untuk manajemen ikterus fisiologis biasanya hanya dilakukan rawat jalan pemberian
ASI dini dan ekslusif dan sering serta bayi dapat cukup sinar matahari pagi.

(1,3)

Pada

kasus ini untuk ikterusnya hanya diberikan ASI dan dan disinari matahari pagi. Pada
kasus ini dilakukan rawat inap karena bayi mengalami masalah lain dan diperlukan
pemantauan dengan ketat terhadap masalah maupun ikterus yang terjadi.Pada kasus
ini tidak dilakukan fototerapi karena berdasarkan kurva belum termasuk indikasi
untuk fototerapi. Berdasarkan kurva, bayi pada kasus ini tergolong high risk karena
usia kehamilan 35 minggu dan mengalami asfiksia yang merupakan salah satu faktor
risiko.
Penanganan hiperbilirubinemia dapat berupa fototerapi, fototerapi yang
dilakukan pada pasien bertujuan untuk mengurangi kadar bilirubin yang terdapat di

dalam sirkulasi. Mekanisme fototerapi yang terjadi berupa fotoisomerasi dan oksidasi
fotosensitif. Fotoisomerasi mempertinggi ekskresi bilirubin dengan cara mengubah
konfigurasi bilirubin. Selama fototerapi, energy cahaya dari panjang gelombang yang
sesuai dapat mengubah konfigurasi Z atau cis ikatan ganda menjadi konfigurasi E
membentuk struktur isomer E,Z atau Z,E atau E,E. Penyusunan kembali, secara
internal dalam molekul bilirubin mengakibatkan terganggunya pengikatan hidrogen
dan membuka sisi polar bilirubin untuk molekul air. Sehingga hasil perubahan
konfigurasi bilirubin menjadi larut dalam air dan dapat diekskresi melalui empedu
dan urin tanpa konjugasi sebelumnya.Sedangkan oksidasi fotosensitif menyebabkan
bilirubin terhidrolisis menjadi monopirol, dipirol, dan tripirol, yang larut dalam air
dan kemudian dieksresi ke dalam empedu atau urin.Jadi fototerapi menurunkan
konsentrasi bilirubin dengan mempertinggi kelarutan air.(1,3)
Kontraindikasi dilakukannya foto terapi adalah :
a. Hiperbilirubinemia karena bilirubin direk (hepatitis)
b. Hiperbilirubinemia obstruktiva (atresia biliaris)
Bayi yang menjalani fototerapi harus di observasi dengan ketat untuk menentukan
penghentian fototerapi. Berikut ini syarat penghentian fototerapi(10):
a. Bayi cukup bulan dengan bilirubin total 12 mg/dl.
b. Bayi kurang bulan dengan bilirubin total 10 mg/dl.
c. Jika timbul efek samping.

Adapun efek samping yang dapat terjadi selama dilakukannya fototerapi yaitu;
hipertermi, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, bronze baby syndrome, dan
kerusakan retina.(10)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah. Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara
bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah
kurang dari 40-45 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada
tidaknya gejala hipoglikemia. Umunya hipoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 -2
jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak dapat mendapatkan lagi glukosa dari
ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang
menurun.(3)
Pada kasus ini, adanya kemungkinan terjadinya hipoglikemi disebabkan oleh
riwayat Ibu yang mempunyai Diabetes Melitus, dimana pada bayi dengan ibu riwayat
DM terjadi penurunan kadar glukosa yang sangat signifikan tetapi kadar insulin pada
saat lahir masih dalam jumlah yang tinggi sehingga memungkinkan terjadinya
hipoglikemia. Dan pada bayi dengan BBLR tidak memiliki cadangan glukosa yang
begitu banyak sehingga pada saat lahir kebutuhan metabolisme akan begitu tinggi
tetapi cadangan glukosa sedikit dan hal ini akan menyebabkan hipoglikemia pada
bayi.
Prognosis pada pasien ini terutama berkaitan dengan masalah prematur dan
ikterus pada pasien. Prognosis terbagi atas dua, yaitu prognosis jangka pendek dan
prognosis jangka panjang. Prognosis jangka pendek dapat dikatakan baik karena

setelah pulang ikterus sudah sepenuhnya hilang.Sedangkan prognosis jangka panjang


dapat dinilai dengan melihat ada tidaknya kernicterus yang terjadi.Pada kasus ini,
tanda dan gejala kernicterus tidak ada.Berkaitan dengan prematuritas, pemantauan
tumbuh kembang jangka panjang juga penting.Selain itu, prognosis juga berkaitan
dengan kemungkinan-kemungkinan masalah yang dapat muncul berkaitan dengan
prematuritas dan hipoglikemia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi edisi I.


Jakarta: IDAI, 2008.
2. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,1985.
3. Klaus, M. Fanaroff,A. Penalatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi, ed. 4. Jakarta:
EGC, 1998.
4. IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta:Badan PenerbitIDAI,
2010.
5. Tim JNPK PONEK. Termoregulasi Pada Neonatus (PPT).
6. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R, Arvin,
AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta: EGC, 2000.

7. Benson, RC, Pernoll, RL. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: EGC,
2009.
8. Lee, AC, Mullany, LC, Tielsch, JM, Katz, J. Risk Factors for Neonatal Mortality
Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal. Pediatrics. 2008 May; 121(5): e1381
e1390.
9. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology 8th Edition. USA:
Elsevier, 2007.
10. Tim

PONEK.

Hiperbilirubinemia

Supervisory Group.

Pada

Neonatus.

Neonatal

Technical

Anda mungkin juga menyukai