Anda di halaman 1dari 7

Peran Teori Akuntansi

Dibawah ini akan disarikan benang merah tentang teori akuntansi dalam buku
Positive accounyting Theory (Watts and Zimmerman, 2006). Bab 1 ini membahas
mengenai peran teori akuntansi yang ditunjukkan bahwa peran teori akuntansi pada
prinsipnya dibedakan dari perkembangan adanya undang-undang sekuritas (US
securities act 1933 dan 1934) yang pada waktu itu menghendaki para perusahaan
haruslah melaporkan sesuai dengan yang diatur menurut regulasi. Peran akuntansi
yang lebih bersifat normatif ini disebut priskriptif. Teori akuntansi lainnya yakni teori
akuntansi positif yang bertujuan menerangkan dan memprediksi. Teori yang terakhir
inilah yang merupakan pusat perhatian dalam buku ini.

Konsep teori yang dijelaskan dalam buku ini lebih luas dan memiliki perbedaan
fokus dari yang diberikan oleh buku-buku teks akuntansi keuangan pada umumnya.
Konsep teori yang digunakan di dalam buku ini mendasari sebagian besar literatur
empiris yang sedang tumbuh dan berkembang pada saat ini di dalam bidang
akuntansi. Disamping itu konsep teori nya merupakan penggabungan dari berbagai
hasil metodologi penelitian.

Tujuan buku ini adalah untuk memberikan suatu pemahaman tentang teori dan
metodologi yang mendasari literatur empiris akuntansi berbasis ekonomi.
Pengetahuan tentang pengaruh metodologi terhadap evolusi teori sangat penting
untuk dipahami.

Sifat Teori dan Mengapa Teori Penting? Tujuan teori akuntansi menurutnya adalah
untuk menjelaskan (explanation) dan memprediksi (prediction) praktik akuntansi.
Explanation, artinya memberikan alasan terhadap praktik yang diobservasi (misal:
FIFO). Prediction, artinya teori dapat memprediksi fenomena akuntansi yang tidak
diobservasi (misal: hipotesis atribut FIFO vs. LIFO).

Banyak pihak yang berkepentingan terhadap pemilihan (selecting) dan pemberian


rekomendasi terhadap prosedur akuntansi dan auditing dalam rangka untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka masing-masing (their own welfare).
Berbagai pihak tersebut, antara lain adalah: manajer, akuntan publik, bank,
asuransi, investor, analis keuangan, dan standard setting body. Mereka
berkepentingan untuk memilih berbagai metode yang memberikan manfaat bagi

kepentingannya, misalnya dalam pemilihan metode penyusutan, penilaian


persediaan dan lain-lain

Evolusi Teori akuntansi. Pada akhir Abad 19 dan Awal Abad 20 para penulis
akuntansi terutama memfokuskan pada penjelasan tentang praktik akuntansi yang
dapat diobservasi, dengan menyediakan aturan pedagogik untuk tujuan
pengklasifikasian terhadap praktik.

Teoritisi akuntansi pada saat itu (US Securities Act 1933-1934) memusatkan
perhatiannya kepada usaha penetapan pelaporan keuangan sebagaimana yang
seharusnya (pendekatan normatif). Pengenalan konsep teori yang digunakan di
dalam buku ini merupakan hasil pengembangan di dalam bidang Finance, yang m

Setelah periode ini, mulailah dikenal pengujian empiris dengan didukung oleh
penggunaan data base yang berasal dari CRSP (Center for Research in Security
Prices). Pengkombinasian data dengan menggunakan komputer banyak
menghasilkan penelitian mengenai perilaku harga saham dan pengaruh informasi
terhadap harga saham (misal: Fama, 1976). Hasil penelitian empiris ini membawa
kepada pengembangan tentang EMH (efficient markets hypothesis).

Saat buku disusun (1986an) literatur yang berkembang berisi berbagai studi dengan
menggunakan teori berbasis finance dan atau teori regulasi untuk menjelaskan
praktik akuntansi dan auditing yang terjadi.

Proposisi Positif dan Normatif. Di dalam ilmu ekonomi, konsep teori yang digunakan
dalam bidang ilmiah secara tradisional disebut sebagai positive theory. Hal tersebut
dimaksudkan untuk membedakan antara positive theory dengan argumen
preskriptif atau normatif. Proposisi positif berkaitan dengan how the world works.
Misal: Jika perusahaan mengubah metode depresiasi dari FIFO ke LIFO, maka harga
saham akan naik. Proposisi normatif berkaitan dengan Misal: Jika harga naik,
seharusnya metode depresiasi yang digunakan adalah LIFO.

Pengembangan Teori. Dalam buku tersebut, teori dikelompokkan menjadi dua


bagian, yaitu:

(1) Asumsi, dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah definisi variabel dan logika
yang digunakan untuk mengorganisasi, menganliais dan memahami fenomena
empiris,

(2) Hipotesis, dalam konteks ini merupakan prediksi yang dihasilkan dari analisis.

Ketiadaan Teori yang Sempurna dan Peranan Anomali dan Kriteria Keberhasilan
Teori. Dapat terjadi dalam suatu teori yang dapat berhasil menjelaskan dan
memprediksi semua fenomena akuntansi. Alasannya adalah teori merupakan
simplifikasi dari realita dan dunia yang kompleks dan selalu berubah. Meskipun teori
tidak memprediksi dengan sempurna, tidak berarti harus menyebabkan peneliti
membatalkan suatu teori. Kesalahan prediksi yang sistematik atau anomali
menyebabkan terjadinya pengembangan teori dan penerimaan teori yang baru.
Menurut penulis ini kriteria keberhasilan teori ditentukan dua hal (1) The value of
the theory to users (manfaat teori bagi para pemakainya), dan (2) Kompetisi antar
alternatif teori agar dapat diterima secara luas (Popper, 1959)

Uraian selanjutnya meliputi: Accounting Research Studies (ARS) nomor 1 dan ARS
nomor 3 dan mengapa gagal; konsep dasar postulat dan prisip yang mendasari kos
historikal; dan manfaat atau kegunaan potensial teori ekuitas dan keterbatasannya.

ARS nomor 1: Basic postulates of accounting.

Dalam rangka mengembangkan landasan teoritikal akuntansi keuangan, Accounting


Principles Board (APB) telah mencoba menurunkan sebuah sistem postulat dan
prinsip yang dinyatakan dalam ARS nomor 1 dan nomor 3. ARS No. 1 terdiri atas
kelompok A (postulates stemming from economic and political environment) ,
kelompok B (postulates stemming from the field of accounting itself), dan kelompok
C (the imperatives). Pada kelompok A meliputi: kuantifikasi, pertukaran, entitas,
periode waktu, dan satuan pengukuran. Kelompok B melipiti: pelaporan keuangan,
harga pasar, entitas, dan tentativitas. Kelompok C meliputi: kontinuitas,
obyektivitas, konsistensi, dan satuan pengukuran yang stabil.

ARS No. 1 ini akhirnya gagal dikarenakan banyaknya kritik yang dilontarkan pada
studi ini. [1] postulat ini tidak cukup atau kurang mampu memberi pedoman untuk
sekumpulan prinsip akuntansi yang tertentu (unik). Postulat A dan B yang

merupakan generalisasi lingkungan tertentu, telah dipertanyakan akan perannya


dalam mendeduksi terhadap prisip akuntansi. [2] Postulat kelompok C menimbulkan
interpretasi ganda, postulat yang imperatif tetapi juga normatif. Misalnya pada C-4
stabilitas satuan moneter, postulat ini mengandung makna pilihan ganda yakni:
jika daya beli tidak stabil, maka jenis akuntansi inflasi selayaknya dipakai,
sebaliknya jika daya beli stabil, maka akuntansi kos historikal didukung untuk
dipakai. [3] Postulat A-1 manfaat data kuatitatif seharusnya mengarahkan pada
current value tetapi postulat Moonitz menghubungkannya dengan postulat B-1
pelaporan keuangan.

ARS nomor 3: A tentative set of broad accounting principles for business enterprises

Berbeda dengan ARS No. 1, ARS No. 3 ini merupakan prinsip akuntansi yang
sifatnya tentatif. Prinsip akuntansi disini meliputi 8 prinsip (A sampai H). Prinsip
akuntansi pada A, B, D berkaitan dengan masalah perubahan harga, C berkaitan
dengan pencatatan akun dan pelaporannya atas semua aktivanya, E dan F
berkaitan dengan pencatatan akun dan pelaporan atas kewajiban, G berkaitan
dengan pengklasifikasian ekuitas, dan H berkaitan dengan pelaporan hasil usaha.

ARS No. 3 ini mempunyai nasib yang sama dengan ARS No. 1. Kegagalan studi ini
antara lain disebabkan: [1] Prinsip A yang menyatakan bahwa pendapatan
merupakan hasil yang didapat dari keseluruhan proses usaha perusahaan, dan
bukan yang lainnya, bertentangan dengan prinsip B-2 mengenai perubahan dalam
replacement cost yang mempengaruhi gain and loss. [2] penilaian aktiva
sebagaimana dalam prinsip D tidak additive. Meskipun menggunakan current value,
berbeda karakteristik dan berbeda atribut, secara teoritis penambahan tidak
dapat digabungkan dalam penilaiannya. Bahkan kritik yang lebih pedas
disampaikan Chambers yang mengatakan bahwa untuk keseluruhan prinsip
akuntansi dalam ARS No. 3 tidak menghasilkan penilaian aktiva yang additive.
Untuk menghasilkan penilaian yang additive maka sistem landasan teoritikalnya
haruslah merupakan satu kesatuan (seragam) baik untuk aktiva maupun kewajiban.
[3] Baik ARS No. 1 dan No. 3 terdapat kontradiksi. Seharusnya postulat secara
penuh menjustifikasi prinsip. Namun yang terjadi misalnya postulat C-4 satuan
moneter yang stabil bertentangan dengan prinsip D yang menyarankan berbagai
current value untuk berbagai kategori aktiva yang berbeda. [4] Prinsip A sama
sekali tidak diturunkan dari postulat-postulat yang terdapat dalam ARS No. 1.

Dari pelajaran kegagalan ARS No. 1 dan ARS No. 3 satu catatan penting adalah
ketidakmampuan profesi untuk meninggalkan kos historikal.

Konsep dasar yang melandasi historical costing

Konsep adalah hasil proses mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi


berbagai fenomena atau precepts. Konsep dirinci menjadi postulat dan prinsip.
Postulat merupakan asumsi dasar yang berkenaan dengan lingkungan bisnis. Prinsip
merupakan pendekatan umum yang dimanfaatkan dalam pengakuan dan
pengukuran kejadian-kejadian akuntansi.

Berkaitan dengan historical costing, konsep dasar yang melandasinya adalah:


postulat-postulat: going concern, periode waktu, kesatuan akuntansi, dan satuan
moneter; dan prinsip-prinsip: (a) orientasi masukan: [a.1]aturan umum yang
melandasi operasi: pengakuan, matching, [a.2] prinsip keterbatasan: conservatism,
pengungkapan, materialitas, obyektitas yang juga disebut verifiabilitas; dan (b)
orientasi keluaran: [b.1] penerapan bagi pemakai : daya banding, [b.2] penerapan
bagi fihak yang menyiapkan: konsistensi, dan keseragaman.

Teori ekuitas

Teori pemilikan (proprietary theory ). Teori ini mengasumsikan bahwa pemilik dan
perusahaan adalah identik. Dibawah teori ini kepemilikan aktiva-aktiva berada pada
pemilik, utang merupakan kewajiban pemilik, sehingga dalam neraca
persamaannya adalah: jumlah aktiva dikurangi kewajiban sama dengan ekuitas
pemilik. Dalam hubungannya dengan hasil usaha, income merupakan peningkatan
aktiva neto pemilik, sebaliknya rugi usaha merupakan penurunan aktiva neto
pemilik. Dengan demikian dalam teori pemilikan ini, pusat perhatiannya lebih
ditujukan pada neraca dari pada pelaporan income.

Teori kesatuan. Dalam teori ini menganggap bahwa perusahaan dan pemilik adalah
terpisah. Aktiva merupakan milik perusahaan, begitu pula utang adalah kewajiban
perusahaan, dan income bukan milik penyedia kapital sampai dividen diumumkan
atau bunga telah jatuh tempo. Dalam teori ini neraca menggunakan persamaan:
jumlah aktiva sama dengan jumlah ekuitas (termasuk kewajiban).

Teori ekuitas residual. Teori ini merupakan variasi lain dari kedua teori yang dibahas
sebelumnya (teori pemilikan dan teori kesatuan). Dalam teori ini karena pemegang
saham biasa mempunyai potensi menanggung risiko terbesar, maka diasumsikan
bahwa kelayakan informasi untuk tujuan pengambilan keputusan (misalnya
mendukung prediksi arus kas) haruslah ditujukan pada pemegang ekuitas residual.
Kelompok pemegang ekuitas residual disini adalah pemegang saham biasa. Dengan
demikian persamaan neraca menurut teori adalah: jumlah aktiva dikurangi jumlah
ekuitas spesifik (terdiri kewajiban dan saham preferen) sama dengan ekuitas
residual. Maka income yang diakui untuk pemegang ekuitas residual adalah income
setelah dikurangi dengan bunga atas utang dan dividen saham preferen.

Teori dana. Teori ini dikembangkan karena terdapatnya kelemahan bawaan dalam
teori kesatuan dan teori pemilikan dan adanya inkonsistensi kedua teori ini. Dana
dalam teori ini diartikan sebagai suatu kelompok aktiva dan kewajiban yang
berhubungan, untuk tujuan tertentu yang dapat atau tidak dapat menghasilkan
income. Persamaan dalam neraca yakni: jumlah aktiva sama dengan jumlah ristriksi
aktiva

Teori pengendali (commander theory). Teori ini dikembangkan karena adanya


ketidak mantapan adanya konsep artifisial seperti dana dan kesatuan.
Pengendali juga merupakan sinonim dari manajemen. Manajemen membutuhkan
informasi sedemikian sehingga ia dapat melaaksanakan fungsi pengendalian dan
perencanaan sesuai dengan kehendak pemilik. Teori ini lebih banyak berhubungan
dengan akuntansi manajemen dari pada akuntansi keuangan.

Referensi

Wolk, Tearney, & Dodd. 2001. Accounting Theory A Conceptual and Institutional
Approach.Fifth Ed. South-Western Publishing Co, Cincinnati, Ohio. Ch.5.

Watts, Ross L., and J. L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall
International, Inc Englewood Cliffs, NJ. Ch.1.

Hendriksen, Eldo S, and Michael F. Van Breda. 1992. Accounting Theory. Richard D.
Irwin, Inc., Homewood, Il. Ch. 1.

Sumber : http://akuntan-publik-wartono.com/positif-accounting-theory-struktur-teoriakuntansi/

Anda mungkin juga menyukai