Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE CORONARY SYNDROME


(ACS)

Disusun oleh:
RATNA ZAKIA HASMY

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)

A. DEFINISI
Merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan
kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan aliran darah (Kumar & Robbins, 2007). Torpy, et all (2008)
menjelaskan Sindrom koroner akut (ACS) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sekelompok kondisi yang dihasilkan dari iskemia miokard akut
(aliran darah ke otot jantung) Kondisi yang terkait dengan berbagai tingkat
penyempitan atau penyumbatan arteri koroner satu atau beberapa yang menyediakan
darah, oksigen, dan nutrisi ke jantung.

B. FAKTOR RISIKO
Brunner & Suddarth (2002) menjelaskan beberapa faktor yang dapat berisko terhadap
kejadian ACS adalah:
a. Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1. Genetik
2. Peningkatan usia
3. Jenis kelamin: terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1. Kolestrol darah tinggi, jika kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dalam darah
tinggi > 130 mg/dl, HDL (Hight Density Lipoprotein) < 50 mg/dl, serta kadar
kolestrol total > 200 mg/dl, berisiko terjadi pembentukan aterosklerosis.
2. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab yang palng berbahaya karena
biasanya tidak menunjukkan tanda dan gejala sampai telah menjadi lanjut.
Tekanan darah tinggi menyebabkan tingginya gradien tekanan yang harus
dilewati oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan yang tinggi
menyebabkan supali oksigen untuk jantung juga meningkat. Mulailah terjadi
lingkaran setan.
3. Merokok: saat orang merokok, ia akan menghirup CO. Hemoglobin lebih
mudah berikatan dengan CO dibandingkan dengan O2, sehingga suplai O2 ke
jantung terbatas. Selain itu asam nikotiat pada tembakau memicu plepasan
katekolamin, yang memicu kontriksi arteri, dan merokok dapat menyebabkan

peningkatan adhesi trombosit, mengakibatkan peningkatan pembentukan


trombus (bekuan darah)
4. Gula darah tinggi: hiperglikemia menyebabkan peningkatan agregasi
trombosit , yang dapat menyebabkan pembentukan trombus.
5. Stress
Stres yang berlarut-larut membuat denyut jantung dan tekanan darah
meningkat. Hal ini tentu membuat jantung bekerja lebih berat dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Tingkah laku yang serba
terburu-buru, dan cepat marah juga memicu timbulnya penyakit tersebut
6. Obesitas
7. Kepribadian, seperti seperti sangat kompetitif, agresif, atau ambisius

C. ETIOLOGI (Brunner & Suddarth, 2002)


a. Arterosklerosis.
b. Aorta insufisiensi
c. Spasmus arteri koroner
d. Anemi berat.

D. MANIFESTASI KLINIS
Brunner & Suddarth, 2002 dan Torpy, et all (2008) menyebutkan tanda dan gejala
yang dapat ditemukan pada pasien ACS adalah :
a. Nyeri dada (uncomfortable), tidak nyaman, rasa ditekan, diremas atau rasa penuh
b. Rasa tidak nyaman pada badan bagian atas: Nyeri atau tidak nyaman di kedua
lengan, punggung, leher, rahang, atau perut.
c.

Sesak nafas

d. Gejala lain termasuk berkeringat, mual, dan pusing

E. PATOFISIOLOGI
ACS merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri miokard
berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke iokardium yang
dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang kemungkinan
akibat dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang menghasilkan asam
laktat yang merangsang timbulnya nyeri.

Hiperglikemi

hiperkkolestrol
aterosklerosis

F. JENIS-JENIS ACS
Yang termasuk kedalam Sindroma koroner akut adalah angina tak stabil, miokard
infark akut dengan elevasi segmen ST (STEMI), dan miokard infark akut tanpa
elevasi segmen ST (NSTEMI) (Bassand, 2007).
a. Angina pektoris tak stabil

Ditandai dengan nyeri angina yang frekuensi nya meningkat. Serangan cenderung
di picu oleh olahraga yang ringan, dan serangan menjadi lebih intens dan
berlangsung lebih lama dari angina pektoris stabil. Angina tak stabil merupakan
tanda awal iskemia miokardium yang lebih serius dan mungkin ireversibel
sehingga kadang-kadang disebut angina pra infark. Pada sebagian besar pasien,
angina ini di picu oleh perubahan akut pada plak di sertai trombosis parsial,
embolisasi distal trombus dan/ atau vasospasme. Perubahan morfologik pada

jantung adalah arterosklerosis koroner dan lesi terkaitnya (Kumar & Robbins,
2007).
Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit sebaiknya di unit intensif koroner, pasien
perlu di istirahatkan (bed rest), di beri penenang dan oksigen; pemberian morfin
atau petidin perlu pada pasien yang masih merasakan nyeri dada walaupun sudah
mendapat nitrogliserin (Trisnohadi, 2006).
Terapi medikamentosa
Obat anti iskemia
Nitrat, penyekat beta, antagonis kalsium.
Obat anti agregasi trombosit
Aspirin, tiklodipin, klopidogrel, inhibitor glikoprotein IIb/ IIIa
Obat anti trombin
Unfractionnated Heparin , low molecular weight heparin
b. Infark Miokard Dengan Elevasi ST (STEMI)

Infark miokardium menunjukan terbentuknya suatu daerah nekrosis miokardium


akibat iskemia total. MI akut yang dikenal sebagai serangan jantung, merupakan
penyebab tunggal tersering kematian diindustri dan merupakan salah satu
diagnosis rawat inap tersering di negara maju (Kumar & Robbins, 2007). STEMI
umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudah ada sebelumnya.
Anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri dada yang
di alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri dada tipikal
(angina). Faktor resiko seperti hipertensi,diabetes melitus, dislipidemia, merokok,
serta riwayat penyakit jantung koroner di keluarga (Alwi, 2006).
Hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti
aktivitas fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai.
Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, tetapi variasi sirkadian
di laporkan dapat terjadi pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur.
Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali
ektremitas pucat di sertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30
menit dan banyak keringat di curigai kuat adanya STEMI. Tanda fisis lain pada
disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas jantung
pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur

midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat sementara (Alwi, 2006). Selain
itu diagnosis STEMI ditegakan melalui gambaran EKG adanya elevasi ST kurang
lebih 2mm, minimal pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau kurang
lebih 1mm pada 2 sadapan ektremitas. Pemeriksaan enzim jantung, terutama
troponin T yang meningkat, memperkuat diagnosis (Alwi, 2006).
Terapi farmakologis
Fibrinolitik
Antitrombotik
Inhibitor ACE
Beta-Blocker
c. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST (NSTEMI)

Gejala yang paling sering di keluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi salah satu
gejala yang paling sering di dapatkan pada pasien yang datang ke IGD , di
perkirakan 5,3 juta kunjungan / tahun. Kira-kira 1/3 darinya di sebabkan oleh
unstable angina / NSTEMI, dan merupakan penyebab tersering kunjungan ke
rumah sakit pada penyakit jantung. Angka kunjungan untuk pasien unstable
angina / NSTEMI semakin meningkat sementara angka STEMI menurun
(Sjaharuddin, 2006).
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium dengan
ciri seperti di peras, perasaan seperti di ikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul,rasa
penuh, berat atau tertekan, menjadi persentasi gejala yang sering di temukan pada
penderita NSTEMI. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis, sinkop
atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga terjadi dalam
kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
Gambaran EKG, secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal penting
yang menentukan resiko pada pasien.
Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard yang lebih di
sukai, karena lebih spesifik daripada enzim jantung tradisional seperti CK dan
CK-MB. Pada pasien dengan infark miokard akut, peningkatan awal troponin
pada daerah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu
(Sjaharuddin, 2006).
Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan pada setiap pasien
NSTEMI yaitu:

Terapi antiiskemia

Terapi anti platelet/antikoagulan

Terapi invasif (kateterisasi dini/ revaskularisasi)

Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah perawatan RS.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo AW,
Setiohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu
penyakit dalam: Edisi ke 4. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Bassand, J. P., 2008, The Place of Fondaparinux in the ESC and ACC/AHA Guidelines
foe Anticoagulan in Patient with non ST-Elevation Acute Coronary Syndromes,
Eur Heart J Suppl, (Supplement C).
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta:EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta :
EGC.
NANDA International. (2012). Nursing Diagnosis: Definitions & Classifications 20122014. Jakarta: EGC
Torpy, Janet M, et all . (2008). Acute Coronary Syndromes. USA: JAMA.
Trisnohadi ( 2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III EdisiIV. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Wilkinson, Judith.M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC

DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Nyeri akut berhubungan dengan:


NOC :
Pain Level,
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,

pain control,
psikologis), kerusakan jaringan

comfort level
DS:
Setelah
dilakukan
tindakan
- Laporan secara verbal
keperawatan selama . Pasien
DO:
tidak mengalami nyeri, dengan
- Posisi untuk menahan nyeri
kriteria hasil:
- Tingkah laku berhati-hati
Mampu mengontrol nyeri (tahu
- Gangguan tidur (mata sayu,
penyebab
nyeri,
mampu
tampak capek, sulit atau gerakan
menggunakan
tehnik
kacau, menyeringai)
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari
- Terfokus pada diri sendiri
bantuan)
- Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses Melaporkan
bahwa
nyeri
berpikir, penurunan interaksi
berkurang dengan menggunakan
dengan orang dan lingkungan)
manajemen nyeri
- Tingkah laku distraksi, contoh : Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
jalan-jalan, menemui orang lain
nyeri)
dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-ulang)
Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
- Respon
autonom
(seperti
diaphoresis, perubahan tekanan Tanda vital dalam rentang normal
darah, perubahan nafas, nadi dan Tidak mengalami gangguan tidur
dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus
otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)

Intervensi
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Kolaborasi: Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali

Penurunan curah jantung b/d


gangguan irama jantung, stroke
volume, pre load dan afterload,
kontraktilitas jantung.
DO/DS:
- Aritmia, takikardia, bradikardia
- Palpitasi, oedem
- Kelelahan
- Peningkatan/penurunan JVP
- Distensi vena jugularis
- Kulit dingin dan lembab
- Penurunan denyut nadi perifer
- Oliguria, kaplari refill lambat
- Nafas pendek/ sesak nafas
- Perubahan warna kulit
- Batuk, bunyi jantung S3/S4
- Kecemasan

NOC :
NIC :
Cardiac Pump effectiveness
Evaluasi adanya nyeri dada
Circulation Status
Catat adanya disritmia jantung
Vital Sign Status
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
Tissue perfusion: perifer
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Setelah
dilakukan
asuhan Monitor balance cairan
selamapenurunan kardiak Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
output klien teratasi dengan kriteria
antiaritmia
hasil:
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
Tanda Vital dalam rentang
kelelahan
normal (Tekanan darah, Nadi, Monitor toleransi aktivitas pasien
respirasi)
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Dapat mentoleransi aktivitas, Anjurkan untuk menurunkan stress
tidak ada kelelahan
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Tidak ada edema paru, perifer, Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
dan tidak ada asites
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Tidak ada penurunan kesadaran
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
AGD dalam batas normal
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Tidak ada distensi vena leher
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Warna kulit normal
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin

Cemas b.d.
kematian

Rasa

takut

akan

NOC :
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Anxiety control
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil :
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Klien mampu mengidentifikasi
prosedur
dan mengungkapkan gejala
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
cemas
mengurangi takut
Mengidentifikasi,
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
mengungkapkan
dan
prognosis
menunjukkan tehnik untuk
Lakukan back / neck rub
mengontol cemas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Vital sign dalam batas normal
Identifikasi tingkat kecemasan
Postur tubuh, ekspresi wajah,
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
bahasa tubuh dan tingkat
kecemasan
aktivitas
menunjukkan

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,


berkurangnya kecemasan
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Kurang
pengetahuan
tentang NOC :
NIC :
penyakit b/d
keterbatasan
Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
pengetahuan penyakitnya, tindakan
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
Kowledge : health Behavior
yang dilakukan, obat obatan yang Kriteria Hasil :
tentang proses penyakit yang spesifik
diberikan, komplikasi yang mungkin Pasien

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal


dan
keluarga
muncul dan perubahan gaya hidup.
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
menyatakan
pemahaman
cara yang tepat.
tentang
penyakit,
kondisi,
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
prognosis
dan
program
penyakit, dengan cara yang tepat
pengobatan
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang
melaksanakan prosedur yang
tepat
dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu


menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.

Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan


cara yang tepat
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai